IBADAH RAYA MINGGU, 02 JULI 2017
(Seri 24)
“WAHYU PASAL 7”
Subtema: HURUF “T”
SEBAGAI TANDA DI DAHI.
Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera
bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
Pujian atau kesaksian dari zangkoor
cukup memberkati kita semua karena pujian itu betul-betul menyenangkan hati
Tuhan. Pujian itu dinaikkan dari segala kerinduan di dalam hati supaya hidup
rohani kita dibangkitkan sekaliannya mengingat hari kedatangan Tuhan sudah
tidak lama lagi.
Namun saya melihat menjelang
datangnya hari Tuhan, rahasia firman semakin dibukakan, Tuhan menyatakan isi
hati-Nya dan seolah-olah Tuhan sendiri yang berbicara kepada kita dalam setiap
pertemuan-pertemuan ibadah kita. Bukan perasaan saya yang mengatakan tetapi itu
yang saya alami, tentu itu juga yang kita alami.
Dalam Ibadah Kaum Muda Remaja
tadi malam juga, seolah-olah Tuhan langsung berbicara di tengah ibadah itu
sendiri, sehingga tangisan itu bukan suatu luapan. Beda luapan, beda dengan
karena kasih Agape, kasih Allah telah menyatu dengan hati. Tangisan itu adalah tangisan yang tidak dibuat-buat, tangisan yang
mengalir begitu saja.
Tentu ini tidak terlepas dari
doa sidang jemaat kepada saya untuk selalu dipakai Tuhan dalam pembukaan
rahasia firman Tuhan di dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir ini untuk membawa
kita di dalam suatu pembentukan tubuh Kristus yang sempurna menjadi pengantin perempuan
mempelai Anak Domba yang suatu saat kelak akan masuk dalam pesta nikah Anak
Domba sebagai sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan di atas muka bumi.
Tadi malam suara nafiri telah
diperdengarkan sehingga umat Tuhan (kaum muda) memahami dirinya sebagai apa,
pemimpin dan kepala pasukan, serta
laskar di sebelah Timur dan laskar di sebelah Selatan juga mengerti posisinya,
memahami keberadaannya, statusnya sebagai apa di hadapan Tuhan.
Dan oleh karena nafiri yang
ditiup dengan terang, maka kita semua sebagai tentara Tuhan dapat menyiapkan
diri untuk melakukan sesuatu yang baik di hadapan Tuhan dengan satu tujuan untuk menyenangkan hati Tuhan tentunya.
Kalau nafiri tidak ditiup
dengan terang, siapa yang dapat menyiapkan dirinya? Tidak ada seorang pun dapat
berbuat sesuatu yang baik kalau dia tidak mendengarkan apa yang disuarakan oleh
Tuhan dengan terang.
Saya dapat melayani Tuhan, bahkan
para imam dan seluruh umat Tuhan yang datang berkumpul dalam himpunan ini (lewat Ibadah Raya Minggu), karena kita sudah mendapat pengertian yang jelas, nafiri ditiup dengan
terang sehingga kita dengan segala kerelaan dengan segala ketulusan datang
untuk melayani Tuhan, datang untuk membawa korban persembahan dan
mempersembahkannya di atas mezbah untuk Tuhan.
Jangan abaikan hikmat, akal
budi dan pengertian dari Tuhan.
Segera saja kita memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian dari Wahyu
7.
Kita masih memperhatikan Wahyu
7: 1.
Wahyu 7: 1
(7:1) Kemudian dari pada itu aku melihat empat
malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat
angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau
di pohon-pohon.
Di sini kita melihat; “Empat malaikat berdiri pada ke empat penjuru bumi.”
Tugas mereka adalah: menahan
keempat angin bumi supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut
atau di pohon-pohon.
Minggu lalu telah saya
sampaikan sedikit tentang angin yang bertiup. Pada dasarnya alam semesta ini sangat bergantung pada angin atau udara
yang bertiup, apalagi manusia, setiap insani sangat bergantung pada angin yang
bertiup.
Salah satu bukti; kalau otak
kekurangan oksigen, maka seseorang menjadi mudah mengantuk sehingga kurang konsentrasi untuk memahami, untuk mengerti rencana
Tuhan yang begitu indah dan luar biasa dalam kehidupannya.
Kalau kita melihat dalam kitab Amsal
24:30-34: “Mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi
untuk tinggal berbaring”, itu menunjuk kepada si pemalas.
Malas berarti tidak ada
aktivitas (tidak ada kegiatan). Dua tangan tidak
dipergunakan untuk beribadah dan melayani Tuhan.
Maka kalau kita perhatikan
ladang si pemalas, ladang itu;
1.
Ditumbuhi oleh onak duri, rotan yang
berduri, ini adalah gambaran dari orang yang suka menyakiti hati sesama.
2.
Kemudian tanahnya itu seluruhnya ditumbuhi oleh jeruju. Jeruju
ini berupa semak-semak dimana daun dan batangnya itu berduri.
Seharusnya, hati
kita ini seluruhnya dikuasai/ditutupi oleh kasih Allah yang sempurna. Tetapi di
sini kita melihat, seluruh tanah itu ditutupi oleh jeruju.
3.
Selanjutnya tembok-temboknya sudah rubuh; tidak ada lagi
penjagaan, pengawasan, sehingga kalau berbicara, bertindak, tidak lagi dengan
segala kewaspadaan, karena hatinya tidak terjaga.
Itulah gambaran dari si
pemalas. Mengapa? Karena otaknya sudah kekurangan oksigen. Itu baru kekurangan,
bagaimana kalau keempat malaikat yang ada pada keempat penjuru bumi betul-betul
menahan angin, maka seseorang akan sesak nafas, kering kerontang, tidak
berdaya, sampai akhirnya binasa.
Mengapa ada sebutan empat
penjuru bumi? Berarti seantero dunia ini dimana korban sehari-hari ibadah dan pelayanan akan diberhentikan, maka kalau ibadah dan pelayanan dihentikan, sama dengan tidak
bernafas.
Peristiwa itu terjadi tepatnya pada pertengahan 7 masa,
terkhusus 3,5 tahun yang kedua nanti.
Wahyu 7: 2-3
(7:2) Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul
dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia
berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk
merusakkan bumi dan laut,
(7:3) katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau
laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada
dahi mereka!"
Pendeknya; empat malaikat menahan
angin pada empat penjuru bumi supaya merusakkan bumi, laut dan pohon-pohonan.
Saudaraku, kita bersyukur pada
kesempatan ini kita masih mendapat kemurahan dari Tuhan, kita bisa menghirup
udara dengan bebas, bahkan sebebas-bebasnya, itu kemurahan dari Tuhan.
Kita boleh menikmati tiupan
angin yang bertiup, kita boleh merasakan kesegaran dan kesejukan dari angin
yang bertiup, itu suatu kemurahan, dan kemurahan ini adalah kesempatan yang
harus kita hargai setinggi-tingginya, sebab kesempatan hanya datang satu kali. Jangan
disia-siakan, sebab itu mengandung resiko tinggi.
Kemudian, pada sisi yang lain, Rasul
Yohanes melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit.
Jadi selain empat malaikat yang
berada pada keempat penjuru bumi, muncul seorang
malaikat lain dari tempat matahari terbit.
Tugasnya adalah untuk membawa
meterai Allah yang hidup yaitu supaya hamba-hamba Allah terlebih dahulu
dimeteraikan pada dahi mereka.
Tentang meterai Allah yang
hidup; di dunia ini banyak segel, banyak meterai tetapi tidak memberi jaminan hidup, hanya sebuah peraturan belaka, tidak ada jaminan
hidup.
Kemudian malaikat itu berseru
(dengan suara yang keras) kepada empat malaikat
katanya: “Janganlah merusakkan
bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah
kami pada dahi mereka!”
Sebelum
bumi, laut dan pohon-pohonan dirusak, hamba-hamba Allah terlebih dahulu
dimeteraikan.
Yehezkiel 9: 4,6
(9:4) Firman TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari
tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang
yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di
sana."
(9:6) Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara,
anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua
orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan mulailah
dari tempat kudus-Ku!" Lalu mereka mulai dengan tua-tua yang berada di
hadapan Bait Suci.
Di sini kita melihat,
pemeteraian itu terjadi dimulai dari dalam rumah Tuhan. Di dahi mereka tertulis
atau ditandai huruf T.
Kemudian kalimat berikutnya: “Jangan
singgung” kalimat ini sama
maknanya dengan Wahyu 7:3. “Jangan merusak.”
Huruf “T“-> sengsara salib, itu sebabnya mereka yang
dimeteraikan (di dahi mereka) banyak mengalami keluh kesah, sengsara salib.
Memang orang yang mau hidup
beribadah kepada Tuhan, banyak menanggung penderitaan, sesuai dengan suratan Timotius.
Kalau tidak mau menanggung banyak penderitaan, jangan mau hidup beribadah.
Orang yang mau hidup beribadah kepada Tuhan, banyak menanggung penderitaan, banyak
keluh kesah, banyak sengsara, itulah yang disebut sengsara salib.
Jadi saya pesankan kepada
sidang jemaat teramat lebih yang sudah melayani Tuhan, kalau ada keluh kesah, sengsara
karena salib, aniaya karena firman, tidak perlu bersungut-sungut, jangan lari
dari kenyataan, bertahan di rumah Allah Yakub, di gunung Sion, sampai huruf “T” termeterai permanen di dahi.
2 Petrus 2: 7-8
(2:7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar,
yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal
hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, --
(2:8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka
dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat
itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa --
Sebagai contoh; Lot, berada di
tengah-tengah orang-orang fasik, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa.
Biarlah kita tetap tinggal di
dalam rumah Tuhan, beribadah melayani, disertai dengan sangkal diri pikul
salib, kita berada di tengah-tengah dunia dengan segala kefasikan dan kita
banyak menanggung penderitaan.
2 Petrus 2: 9
(2:9) maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan
orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk
disiksa pada hari penghakiman,
Maka nyata, bahwa Tuhan tahu:
-
Tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan.
-
Tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman.
Jadi, ada upahnya
masing-masing.
Allah
adalah Hakim yang adil sebab Dia tahu menyelamatkan orang-orang yang saleh, Dia juga tahu menyimpan
orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman.
Jadi tidak usah bersungut-sungut
oleh karena penderitaan, karena sengsara salib, karena keluh kesah lalu
membanding-bandingkan dengan orang yang tidak beribadah dan berkata: “Tidak beribadah, tetapi diberkati”, tidak
usah membanding-bandingkan
seperti itu.
Keluaran 12: 22
(12:22) Kemudian kamu harus mengambil seikat hisop dan
mencelupkannya dalam darah yang ada dalam sebuah pasu, dan darah itu kamu harus
sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorang pun dari kamu
tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi.
Perayaan Paskah itu bukan
semata-mata pada bulan tertentu, tetapi ibadah dan perayaan Paskah itu setiap
hari, tanda bahwa darah itu disapukan pada kedua tiang pintu dan
ambang atas pintu, artinya ada tanda darah pada tubuh, jiwa dan
roh.
Jadi tanda darah itu bukan
semata-mata hanya pada tubuh yang terlihat, tetapi tanda darah itu sudah sampai
pada jiwa dan roh.
Kalau tanda darah hanya pada
tubuh, seseorang bisa saja terlihat baik, tetapi hatinya belum tentu. Mau saja dia melayani, mau saja dia
bekerja mengerjakan segala kegiatan di dalam rumah Tuhan, tetapi hatinya belum
tentu
tulus.
Di dalam Wahyu 7 ini,
jumlah mereka yang dimeteraikan adalah 144.000 orang, dari 12 suku Israel,
berarti masing-masing atau tiap-tiap suku 12.000 orang yang dimeteraikan.
12.000 x 12 , seluruhnya 144.000 orang yang dimeteraikan.
Berarti, pemeteraian itu,
sekali lagi saya ulangi, datangnya dari segala keluh kesah, atau sengsara,
aniaya karena salib yang kita alami di dalam rumah Tuhan, selama kita beribadah
melayani kepada Tuhan.
Wahyu 14: 1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba
berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat
ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Anak Domba berdiri di bukit
Sion dan bersama-sama dengan Dia, 144.000 orang yang juga berdiri di atas atau
di bukit Sion.
Kemudian pada dahi 144.000
orang ini tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Berarti betul-betul
pemeteraian itu sumbernya dari sengsara salib.
Urapan Roh Kudus datangnya dari
sengsara salib. Pengurapan itu tidak datang dari minyak yang lazimnya, atau
yang banyak diperbuat oleh hamba-hamba Tuhan di hari-hari terakhir ini sebagai tanda
pengurapan. Tidak, jadi pengurapan itu datangnya dari sengsara salib.
Pada dahi 144.000 orang itu
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Saudaraku, sampai sejauh ini
saya masih bertanya-tanya tentang nama-Nya dan nama Bapa-Nya, seolah-olah
nama-Nya sendiri dan nama Bapa-Nya juga tersendiri. Seolah-olah seperti itu.
Sampai detik ini nama itu masih menjadi pertanyaan bagi saya. Bantu doa, supaya kita mengenal
nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Namun prakteknya tadi di dahi
mereka ditulis huruf T
berarti mengalami sengsara salib, aniaya karena
firman
à perayaan paskah setiap kali beribadah melayani kepada
Tuhan = ada tanda darah pada tubuh, jiwa, dan roh,
Keluaran 3: 10, 13-14
(3:10) Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau
kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."
(3:13) Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi
apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek
moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana
tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?"
(3:14) Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH
AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu:
AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."
Nama-Nya dan nama Bapa-Nya
yaitu: "AKU ADALAH AKU."
Jadi sudah jelas, nama itu
tidak dua, tidak tiga melainkan,
"AKU ADALAH AKU."
Dari AKU kemudian adalah AKU.
Jadi, tidak lain, tidak bukan, Dialah yang semula: Alfa, dan Dialah yang
akhir: Omega.
Berarti dari “Aku” yang
pertama (awal), untuk sampai kepada “Aku” yang kedua (akhir) dibutuhkan
kesetiaan dari anak-anak Tuhan, nama-Nya dan nama Bapa-Nya tertulis di dahi.
Aku
adalah Aku
|
|
↓ = ↓
|
|
Alfa
|
Setia Omega
|
Di tengah pengutusan itu
bagaikan domba-domba di tengah-tengah serigala, berarti banyak
penderitaan, banyak sengsara di tengah-tengah orang fasik. Berada di antara orang fasik banyak sengsara
karena dunia dengan segala kerajaannya. Haleluya. Puji Tuhan.
Sekali lagi saya tandaskan, kita
ada di bumi provinsi Banten ini sebagai utusan. Ibarat domba di tengah serigala. Di antara orang fasik pasti banyak
menderita, itu juga yang dialami oleh Lot.
Kita lihat: "AKU ADALAH AKU."
Wahyu 1: 7-8
(1:7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap
mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di
bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.
(1:8) "Aku adalah Alfa dan Omega,
firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang, Yang Mahakuasa."
"AKU ADALAH AKU" =
Aku adalah Alfa dan Omega = yang awal dan yang akhir, berarti kehidupan-Nya kekal, tidak berkesudahan...Yesaya
9:6.
Kesimpulannya, dari kekal
kepada kekekalan, itulah nama-Nya, sebab dari Alfa dan Omega dilanjutkan dengan: “Yang ada dan yang
sudah ada dan yang akan datang.”
Di sini kita lihat, di tengah
pengutusan tadi, Musa sedikit ragu karena merasa bahwa dia bukan siapa-siapa. Wajar saja, itu manusiawi, tetapi jangan sampai mundur sebelum
berperang,
jangan lari dari kenyataan hidup.
Yesus sendiri juga mengalami
hal yang sama. Yesus pernah berkata; “Kalau bisa”, cawan ini berlalu, kemudian dilanjutkan, dengan
berkata: tetapi jangan kehendak-Ku, tetapi kehendak–Mu yang jadi.
Kita kembali melihat Alfa
dan Omega, yang dilanjutkan dengan “Yang ada dan yang sudah
ada dan yang akan datang”, Dialah Yang Mahakuasa itu.
Wahyu 1: 17-18
(1:17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di
depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan
kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal
dan Yang Akhir,
(1:18) dan Yang Hidup. Aku telah mati,
namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala
kunci maut dan kerajaan maut.
Jadi, Alfa dan Omega
= Yang Ada dan Yang Akhir, Dialah; “yang
ada dan yang sudah ada
dan yang akan datang.”
Kalau kita lanjutkan lagi “Alfa dan Omega/yang awal dan yang akhir, kemudian,
Dialah: yang hidup, telah mati, namun hidup lagi sampai
selama-lamanya (hidup, mati, hidup).
Hidup (yang pertama), kemudian, mati di atas kayu
salib, hari yang ketiga Dia hidup kembali (yang kedua).
Kesimpulannya
dari Alfa untuk sampai kepada Omega maka Yesus Kristus, harus mati di atas kayu salib.
Berarti
AKU ADALAH AKU, itulah pribadi Yesus Kristus yang telah rela mati di atas kayu salib.
Pendeknya, jembatan dari Alfa untuk sampai kepada Omega
adalah salib Kristus. Dari kekal
untuk sampai kepada kekekalan jembatannya adalah salib.
Jadi, kalau pun harus mengalami keluh kesah karena sengsara salib, aniaya karena firman, memang itu yang harus kita alami.
Pengutusan itu sama seperti
domba di tengah-tengah serigala. Lot sendiri mengalami ketika Dia diutus di
Sodom dan Gomora, dia banyak menderita dengan segala cacian, dan
makian karena dia tinggal di tengah-tengah orang fasik.
Kalau orang batak, tidak
memiliki anak laki-laki, di situ juga terdapat cacian makian. Maka jangan heran,
orang batak yang masih kuat dengan adat istiadatnya (tradisi), seorang suami akan menikah lagi jika tidak mempunyai anak laki-laki. Kejadian seperti itu, seringkali terjadi, bahkan
hingga sampai hari ini pun itu bisa terjadi bagi orang batak terkhusus bagi yang
masih berpegang teguh pada adat istiadat.
Jadi dari Alfa untuk sampai ke
Omega, jembatannya adalah salib.
Yang ada – yang sudah ada – yang akan datang, dalam keadaan; hidup – mati –
hidup
= Aku adalah Aku.
Sekali
lagi saya tandaskan, AKU adalah AKU, maksudnya dari
kekal sampai kepada kekekalan, jembatannya adalah salib.
Itulah yang tertulis di dahi
mereka (Huruf T itu) sebagai tanda milik kepunyaan-Nya. Bagaimana dengan pengikutan kita? Mau belajar setia walaupun ada
keluh kesah, sengsara salib, aniaya karena firman, menanggung penderitaan yang
tidak harus ditanggung? Puji Tuhan, kiranya dapat dipahami dengan baik.
Perlu untuk diketahui: kalau
pikiran ini sudah mulai terobsesi dengan perkara lahiriah, maka di dahi tidak
ada tanda huruf T maksudnya nama-Nya nama Bapa-Nya yaitu AKU ADALAH AKU tidak tertulis di dahi = menolak salib, ayo, hati-hati segera kembali pada jalan salib.
Kembali kita melihat ...
Wahyu 1: 17
(1:17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di
depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan
kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan
Yang Akhir,
Kemudian pada ayat 17
ini Rasul Yohanes berkata: “Tersungkurlah
aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati” -> orang tidak
berdaya.
Itulah keadaan orang-orang yang
diutus di tengah-tengah pengutusannya karena banyaknya keluh kesah, sengsara
salib, aniaya karena firman.
Kemudian perhatikan: “Tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu
berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir.”
Jadi sumber kekuatan kita adalah berasal dari Alfa dan Omega
nama-Nya dan nama Bapa-Nya dengan tanda huruf “T” ditulis pada dahi. Kekuatan kita adalah salib Kristus/korban Kristus.
Kalau seseorang mengandalkan
kekuatan karena harta, hari ini pada saat ada hartanya dia merasa hebat, besok
hartanya habis,
ia tidak berdaya.
Tetapi kalau kekuatan itu
datangnya dari AKU
ADALAH AKU (kekuatan salib), kita kuat.
Ciri-ciri orang-orang yang dimeteraikan
dengan tanda T di dahi mereka.
Wahyu 14: 2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit
bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar
itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di
hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang
pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh
empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Di sini kita perhatikan; mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk
dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu
selain mereka sendiri, (selain dari 144.000 orang) yang telah ditebus dari
antara manusia sebagai korban-korban sulung.
Nyanyian baru -> persekutuan
yang indah antara tubuh dengan kepala = hubungan intim.
Persekutuan yang indah dengan
Tuhan itu berbicara tentang hubungan intim antara suami dengan isteri. Saat hubungan
intim itu berlangsung, tidak ada orang yang tahu selain mereka yang sedang
melangsungkan hubungan intim.
Yesaya 28: 11-12
(28:11) Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil
dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini
(28:12) Dia yang telah berfirman kepada mereka:
"Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang yang lelah;
inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan.
Jadi, persekutuan yang indah
itu ibarat seperti seseorang yang sedang berbahasa asing atau berlogat ganjil,
yang disebut juga
dengan bahasa lidah atau bahasa Roh dan tidak ada orang
yang tahu / mengerti bahasa Roh selain orang itu sendiri dengan Tuhan.
Kemudian,
bahasa Roh adalah hari perhentian, hari peristirahatan bagi
mereka yang letih, dan lelah dan berbeban berat, hari perhentian bagi orang
yang tertindas.
Jika
persekutuan itu memuncak sampai kepada hubungan intim
dengan Tuhan, kita lupa segala sesuatu, lupa penderitaan, lupa segala sengsara,
lupa kalau kita tidak punya uang (serasa punya uang
selalu), lupa sengsara, pendeknya lupa dengan segala keluh kesah.
Berarti
hidup tanpa persekutuan yang indah dengan Tuhan, sebetulnya itu adalah suatu kerugian yang besar.
Seharusnya hubungan kita dengan
Tuhan harus ditandai
dengan hubungan intim, karena itu merupakan hari
perhentian bagi yang lelah dan bagi yang tertindas. Itu upah kita selama ada di
bumi.
Huruf
“T” di dahi, berarti nama-Nya dan nama Bapa-Nya tertulis di dahi à AKU ADALAH AKU (dari kekal sampai
kepada kekekalan),
itulah Alfa dan Omega jembatannya adalah
salib.
Malam ini Tuhan sendiri
berbicara kepada kita. Ini yang tidak dapat dirasakan orang-orang dunia yang ada di luaran sana. Tidak bisa kita bayar kebaikan Tuhan/kasih
Allah tidak dapat diukur, karena
kasih Allah tanpa batas (no limit).
Kembali kita perhatikan ...
Wahyu 14: 4-5
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama
seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke
mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban
sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
(14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta;
mereka tidak bercela.
Keadaan 144.000 orang ketika berdiri di
atas bukit Sion.
YANG PERTAMA: “Mereka adalah orang-orang yang tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan”, arti rohaninya
untuk kita sekarang adalah mereka itu tidak hidup menurut hawa nafsu dan
keinginan daging. Perempuan -> daging.
Pertanyaannya: mengapa mereka
tidak hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging?
Jawabnya: karena mereka murni sama seperti perawan.
Berarti murni di atas murni.
Keadaan 144.000 orang ketika berdiri di
atas bukit Sion.
YANG KEDUA: “Mereka
adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi.”
Sejauh ini kita telah
digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel
(Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel), lewat firman Pengajaran yang
rahasia-Nya dibukakan dalam terang-Nya Roh-EL Kudus. Ikuti saja gerak-Nya. Kita akan dibawa dalam suatu pembentukan tubuh
Kristus, itulah tubuh Kristus yang sempurna, menjadi pengantin perempuan,
mempelai Anak Domba. Tuhan tidak pernah menipu kita, ikuti saja gerak-Nya.
Orang yang mengikuti gerak-Nya firman Pengajaran
yang rahasia-Nya dibukakan, itu adalah orang-orang yang tergembala, bukan
orang-orang yang tidak tergembala (liar).
Sebagaimana kita lihat dalam Yohanes
10: 2-4, apabila domba-domba tergembala dengan baik, di situ terlihat
dengan jelas dua hal: (1) domba-domba itu mendengar suara gembala, berarti
tidak mendengar suara asing, (2) domba-domba itu mengikuti gembala.
Juga gembala itu membawa
domba-dombanya keluar. Pada tanggal 12 Juni kita keluar, mengikuti geraknya
firman Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, selama satu minggu penuh di
Sumatera. Tepatnya di Medan kunjungan pertama, kunjungan kedua di
Paropo, kunjungan ketiga di Sidikalang Parongil, kunjungan keempat
di Pakkat, kunjungan kelima kembali lagi di Sidikalang, Balna. Kita mengikuti gerak-Nya Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, kita dibawa keluar, tidak hanya
di dalam kandang penggembalaan ini.
Ketika kita mengikuti gerak-Nya Pengajaran Mempelai, berarti dibutuhkan segala pengorbanan, baik
tenaga, pikiran, waktu, bahkan uang sekalipun. Tetapi percayalah Tuhan tidak
menipu kita.
Keadaan 144.000 orang ketika berdiri di
atas bukit Sion.
YANG KETIGA: “Mereka
ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi
Anak Domba itu.”
Ditebus sebagai korban-korban
sulung. Mari kita lihat tentang anak sulung dalam kitab Keluaran.
Keluaran 4: 22-23
(4:22) Maka engkau harus berkata kepada Firaun:
Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung;
(4:23) sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah
anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak
membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung."
Menjadi korban sulung, berarti
beribadah dan melayani kepada Tuhan.
Itu sebabnya bangsa Israel
ditebus supaya mereka menjadi anak sulung. Ditebus berarti menjadi korban-korban
sulung, sehingga mereka dibawa masuk ke tanah Kanaan, tanah perjanjian yang
telah diwariskan kepada nenek moyang bangsa Israel; (Abraham, Ishak, Yakub), sebagai milik pusaka mereka, dengan satu tujuan supaya mereka dapat
beribadah dan melayani kepada Tuhan.
Berarti tanda bagi
orang-orang yang tidak mengalami penebusan oleh darah
Yesus
adalah; tidak menghargai ibadah dan pelayanan.
Jadi penebusan oleh darah Yesus
dan menjadi anak sulung, tandanya: beribadah dan melayani Tuhan.
Kalau orang meninggalkan tiga
macam ibadah pokok, jauh dari ibadah dan pelayanan (menjauhkan diri dari setiap
pertemuan ibadah) maka korban penghapus dosa tidak berlaku atas dia, itu yang
sangat disesalkan...Ibrani
10:26.
Untuk apa seseorang memperoleh
seisi dunia, kerajaan dunia dan kemegahannya, kalau dia kehilangan nyawa,
dengan apa dia menggantinya? Tetapi kalau kita kehilangan nyawa karena sangkal
diri dan pikul salib
di tengah-tengah pengikutan kepada Tuhan maka kita akan kembali memperoleh nyawa...Matius 16:24.
Korban sulung -> orang-orang
yang beribadah dan melayani kepada Tuhan, seperti bangsa Israel menjadi anak
sulung.
Secara lahiriah, anak sulung
itu adalah Israel, tetapi oleh
karena darah Kristus, Tuhan mengaruniakan ibadah dan
pelayanan ini kepada kita dan menjadi anak sulung, korban sulung secara rohani,
karena sesungguhnya kita adalah bangsa kafir.
YANG
KEEMPAT: “Di dalam mulut mereka tidak
terdapat dusta, mereka tidak bercela”, menunjukkan bahwa mereka hidup dalam
pimpinan dan kuasa Roh Kudus.
Salah satu tabiat Roh Kudus
adalah mengajar kita dalam seluruh kebenaran, dan ajaran-Nya itu benar, tidak
dusta. Berarti kalau di dalam mulut tidak ada dusta, itu menunjukkan bahwa
mereka hidup dalam pimpinan/kuasa Roh-El Kudus.
Jadi, sudah sangat jelas
terlihat di sini;
1.
Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan diri dengan
perempuan-perempuan.
2.
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu kemana saja Ia
pergi.
3.
Mereka yang ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung.
4. Dimulut
mereka tidak terdapat dusta.
Inilah keberadaan dari pada
144.000 yang ditebus dari antara manusia di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama
Bapa-Nya, sedangkan dalam kitab Yehezkiel 9:6 ditulis huruf “T” sebagai tanda meterai dari Allah, menjadi
korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba.
Tetaplah berada di atas gunung
Sion, beribadah melayani Tuhan. Kita mengadakan suatu persekutuan yang indah
dengan Tuhan, baik lewat nyanyian, baik lewat pelayanan, baik lewat kesempatan
demi kesempatan di dalam kegiatan Roh di tengah-tengah ibadah dan pelayanan
yang Tuhan percayakan kepada kita semua.
Efesus 1: 13
(1:13) Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah
mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu
juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya
itu.
Dengan firman Allah yang kita
terima, kita mau beribadah melayani disertai sangkal diri dan pikul salib (huruf “T”), sampai akhirnya dimeteraikan dengan Roh Kudus sebab Allah menjanjikan-Nya kepada kita semua.
Tetap bertahan di atas gunung
Sion.
Efesus 1: 14
(1:14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik
Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
Roh Kudus itu adalah jaminan atau meterai bagi kita sebagai milik kepunyaan Allah, bahwa kita sudah ditebus dan kita menjadi milik
Allah. Kiranya dapat dipahami dengan baik.
Efesus 4: 30
(4:30) Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,
yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
Oleh sebab itu, jangan
mendukakan Roh Kudus menjelang hari penyelamatan (hari-hari terakhir), di mana
kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Berarti, segala dusta, kelicikan,
kemunafikan, kefasikan, kenajisan serta kejahatan yang lain harus disucikan.
Saat kapan Roh Kudus berduka?
Saat seseorang mengalami kematian rohani. Saat mati rohani, Roh Kudus berduka.
Roh Kudus tidak akan berkarya bila seseorang masih mengalami kemantian rohani.
Biasakan bergaul dengan Roh Tuhan berarti; baik hati, pikiran, perasaan, maupun
tubuh, jiwa, dan roh, dipimpin oleh Roh Kudus menjelang kedatangan Tuhan yang sudah tidak lama
lagi.
Bukti bahwa kedatangan Tuhan
sudah tidak lama lagi? Terjadi
pembukaan rahasia firman, supaya Tuhan tidak berhutang pada saat
hari Tuhan menghukum bumi.
Efesus 4: 31
(4:31) Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan
Syaratnya: segala kepahitan,
kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah, itu hendaklah dibuang, termasuk
segala jenis kejahatan, itulah penyebab seseorang mengalami kematian rohani
sehingga Roh Kudus berduka.
Tetap bertahan di atas gunung
Sion,berlakulah
setia, sebab upah kita besar di
Sorga.
Tetap bertahan di atas gunung
Sion sampai nanti tiba hari pemeteraian dari seorang malaikat yang kuat.
Malaikat ini adalah gembala
sidang. Gembala sidang bisa menjadi malaikat yang kuat dengan seruan yang
begitu keras, kalau dia tetap mempertahankan (berpegang teguh) Pengajaran Mempelai, maka kita yang mendengar seruan
itu juga menjadi kuat.
Siapakah satu malaikat yang
kuat ini, yang bisa memerintahkan empat malaikat yang ditugaskan oleh Tuhan untuk
merusak pohon, laut dan bumi? Dia itu datang dari tempat matahari terbit, hamba
Tuhan dengan pengorbanan
di tengah-tengah pelayanannya kepada Tuhan. Matahari
-> kasih dari Allah Bapa. Tidak ada motif-motif lain dalam melayani Tuhan (tanpa kepentingan diri).
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment