IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 11 MEI 2018
KITAB RUT
(Seri: 13)
Subtema: PENGALAMAN PAHIT TOLAK UKUR YANG SALAH.
Shalom
saudaraku...
Selamat
malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita
diperkenankan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan
Perjamuan Suci. Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak-anak Tuhan,
hamba-hamba Tuhan di dalam maupun di luar negeri yang juga mengikuti
pemberitaan firman lewat live streaming
atau video internet, kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya. Segera kita memperhatikan firman
penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari kitab Rut.
Rut 1:8-12
(1:8) berkatalah
Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke
rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu
tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;
(1:9) kiranya
atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah
suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara
keras
(1:10) dan
berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada
bangsamu."
(1:11)
Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut
dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk
dijadikan suamimu nanti?
(1:12)
Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami.
Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami,
bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,
Naomi
berkata: “Pulanglah” kepada kedua menantunya yaitu Orpa dan Rut
sebanyak tiga kali, yaitu;
1. Rut 1:8
2. Rut 1:11
3. Rut 1:12
Perkataan
pulanglah menunjukkan bahwa Naomi berusaha menghentikan keinginan kedua
menantunya untuk mengikuti dia. Pendeknya, Naomi adalah gambaran dari seorang
gembala yang tidak mau direpotkan.
Yohanes
10:1-2
(10:1) "Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan
tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri
dan seorang perampok;
(10:2) tetapi
siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
Seorang
hamba Tuhan yang sudah menerima jabatan gembala atau menjadi gembala dari
sekawanan domba, terlebih dahulu ia
harus melalui pintu. Maka, menjadi gembala tapi melepaskan diri dari
tanggung jawab itu tidak benar seperti
Naomi tadi. Maka untuk menjadi seorang gembala tetapi tidak mau direpotkan,
tidak mau dilibatkan dalam segala perkara, melepaskan diri dari tanggung jawab,
itu tidak benar, itu bukan gembala yang melalui pintu.
Yohanes 10:9
(10:9) Akulah
pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
Yesus adalah
pintu untuk masuk ke dalam kandang
penggembalaan. Maka barangsiapa melalui pintu itu:
- Ia akan selamat.
- Ia akan masuk dan keluar.
- Ia akan menemukan padang rumput.
Padang
rumput menunjuk kepada firman penggembalaan. Jadi untuk mengenal pintu mari
kita perhatikan pengajaran
Tabernakel.
Lebih jauh
kita melihat tentang pintu sesuai dengan pengajaran Tabernakel.
Pintu di dalam Tabernakel terdiri
dari:
Yang
pertama: PINTU GERBANG.
Arti
rohaninya menerima atau percaya bahwa Yesus adalah kepala yang menyelamatkan
tubuh. Setelah melalui pintu gerbang, maka akan menjumpai dua alat di
pelataran, yaitu:
1. Mezbah
Korban Bakaran.
Arti rohaninya ialah salib, dimana Kristus
yang menjadi korbannya. Berarti bersekutu dengan
penderitaan-Nya = meninggikan
korban Kristus.
2. Bejana
Pembasuhan Tembaga.
Ini berbicara soal;
(a) Babtisan Air adalah tanda kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus.
(b)
Pembaharuan.
(c) Penyucian oleh mandi air dan firman.
Yang
kedua: PINTU KEMAH
Arti
rohaninya kepenuhan atau baptisan Roh kudus. Setelah
melewati pintu kemah selanjutnya berada di Ruangan
Suci. Ruangan Suci itu menunjuk kepada kandang penggembalaan. Kemudian, di
dalam ruangan suci terdapat tiga macam alat yaitu:
1.
Meja Roti Sajian.
Menunjuk
pada ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan Perjamuan Suci =
domba-domba diberi makan.
2.
Pelita Emas.
Menunjuk
pada ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian = domba-domba diberi
minum.
3.
Mezbah Dupa.
Menunjuk pada
ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = domba-domba diberi nafas hidup.
Yang ketiga:
TIRAI/TABIR BAIT SUCI.
Arti
rohaninya perobekan atau penyaliban terhadap daging sepenuhnya. Selanjutnya,
berada di dalam Ruangan Maha Suci. Ruangan Maha Suci berbicara tentang
kesempurnaan gereja Tuhan.
Kesimpulannya,
apabila seorang gembala melalui PINTU GERBANG, ia akan menunjukkan pengalaman
kematian dan pengalaman kebangkitan Yesus Kristus, yang diawali dengan persekutuan di dalam penderitan Yesus Kristus.
Itulah Mezbah Korban Bakaran.
Sebaliknya,
kalau seorang gembala tidak terlebih dahulu melalui pintu gerbang, tidak akan
bisa menunjukkan pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kemudian,
apabila seorang gembala melalui PINTU KEMAH, maka dia akan menunjukkan tiga hal
yaitu:
- Bersekutu
dengan firman Allah (Meja Roti Sajian).
- Bersekutu
dengan Roh Allah (Pelita Emas).
- Bersekutu
dengan kasih Allah (Mezbah Dupa).
Maka,
seorang gembala harus terlebih dahulu melalui pintu kemah supaya dia
menunjukkan tiga perkara itu kepada kawanan domba.
Kemudian
apabila seorang gembala telah melaui TIRAI yaitu:
mangalami perobekan terhadap daging sepenuh, maka ia akan menunjukkan suatu
persekuan yang indah dengan Tuhan. Seperti tubuh dengan kepala. Disebut juga
dengan hubungan intim yang menghasilkan nyanyian baru yaitu bahasa lidah,
kata-kata yang tak terkatakan, yang tak boleh diucapkan oleh siapapun. Itulah
Tabut Perjanjian yang ada di dalam Ruangan Maha Suci.
Tabut Perjanjian berbicara
soal hubungan nikah, (hubungan intim) seperti tubuh dengan kepala menyatu. Ada
suatu persekutuan yang indah dengan Tuhan. Maka seorang hamba Tuhan atau
seorang gembala kalau dia tidak melalui tirai (tidak
mengalami perobekan terhadap daging), dia tidak
akan bisa menunjukkan hubungan nikah. Sebab itu
seorang hamba Tuhan yang sudah menerima jabatan gembala, terlebih dahulu
mengalami perobekan daging sepenuh. Pada saat itulah dia bisa menunjukkan
hubungan niikah atau persekutuan yang indah dengan Tuhan, seperti tubuh dan
kepala menyatu, bagaikan Tabut Perjanjian yang ada di dalam Ruangan
Maha Suci.
Kemudian kita kembali simak perkataan Naomi kepada
kedua menantunya…
Rut 1:12-13
(1:12) Pulanglah,
anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya
pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan
sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,
(1:13)
masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus
menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku,
bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN
teracung terhadap aku?"
Ucapan Naomi
berikutnya kepada kedua menantunya; “Bahkan
sekalipun aku masih
melahirkan anak laki-laki, masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan
karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami?”
Saudaraku
kita perhatikan kalimat; Manahan diri dan tidak bersuami.
1 Korintus
7:6-7
(1:6) Hal
ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.
(1:7)
Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap
orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang
lain karunia itu.
Rasul Paulus
berkata; “Alangkah baiknya semua orang seperti
aku menahan diri dan tidak kawin.” Sementara tadi Naomi mempersalahkan
kedua manantunya Orpa dan Rut menahan diri dan tidak bersuami. Jadi perkataan Rasul Paulus bertolak belakang
dengan perkataan Naomi kepada kedua menantunya.
1 Korintus
7:8
(7:8) Tetapi
kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya
baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.
Rasul Paulus
justru menganjurkan kepada orang-orang yang belum kawin dan kepada janda-janda
supaya mereka menahan diri dan tidak kawin. Dengan kata lain mengkhususkan diri
untuk Tuhan. Anjuran Rasul Paulus menahan
diri dan tidak kawin bertolak belakang dengan anjuran Naomi kepada kedua
menantunya. Sebetulnya ketika Orpa dan Rut ikut Naomi
pulang kepada bangsanya itu adalah keputusan yang bagus sekali.
Rut 1:10
(1:10) dan
berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada
bangsamu."
Orpa dan Rut berkata kepada Naomi; “Kami ikut dengan
engkau pulang kepada bangsamu.” Perkataan
ini menunjukkan bahwa mereka siap dan rela menahan diri
dan tidak kawin, untuk mengkhususkan diri kepada Tuhan.
Tetapi bagi Naomi itu salah (bertentangan). Anjuran Rasul Paulus,
kepada janda-janda, untuk tidak kawin, tujuannya supaya
dia fokus melayani Tuhan (mengkhususkan
diri untuk Tuhan).
1 Petrus 2:9
(2:9) Tetapi
kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan
Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang
ajaib.
Bangsa
Israel di mata Tuhan:
a. Bangsa yang terpilih = imamat rajani.
b. Bangsa yang kudus = milik kepunyaan
Allah sendiri.
Tugas bangsa
yang terpilih dan bangsa yang kudus; supaya “memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia”.
Saudaraku, karya Allah atau perbuatan Allah yang terbesar adalah salib di
Golgota. Inilah yang harus diberitakan oleh bangsa yang terpilih yaitu imamat
rajani, bangsa yang kudus yaitu milik kepunyaan
Allah sendiri. Kristus Yesus yang telah disalibkan, itulah yang harus
diberitakan.
Jadi ketika
Orpa dan Rut berniat untuk tidak kawin, tujuannya untuk mengkhususkan diri bagi Tuhan sebagai bangsa yang terpilih berarti
imamat rajani, bangsa yang kudus berarti milik kepunyaan Allah, seperti anjuran Rasul Paulus kepada yang
belum kawin, kepada janda-janda supaya menahan diri untuk tidak kawin, supaya
dia bisa memfokuskan diri kepada Tuhan. Orpa dan Rut seorang janda. Seharusnya
ketika mereka menahan diri (tidak kawin), Naomi harus memberi motivasi
supaya mereka mengkhususkan diri kepada Tuhan. Bukan
berarti harus menyuruh mereka pulang.
Tadi karya
Allah yang terbesar adalah salib di Golgota inilah yang
harus diberitakan. Bukan soal perkara lahiriah bukan soal berkat dan lain
sebagainya. Bukan kerajaan dunia dan kemegahannya tapi salib di Golgota ini
yang harus diberitakan, sebab salib yang menyelamatkan. Yesus adalah Imam Besar
Agung,
Dia adalah seorang pengantara yang ditetapkan untuk
memperdamaikan dosa dunia kepada Allah. Jadi tidak ada orang yang dapat
diselamatkan kalau tidak melalui salib.
Maka saliblah yang harus diberitakan, tidak yang lain-lain.
Kemudian,
kita lihat dulu
1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab
ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion
sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang
percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
Saudaraku,
batu penjuru yang mahal itu menunjuk kepada pribadi Yesus Kristus yang
disalibkan. Inilah yang harus diberitakan. Dan barangsiapa yang percaya
kepadanya (meninggikan korban Kristus), dia tidak akan dipermalukan. Tuhan tidak
akan mempermalukan anak-anak Tuhan sebab jaminannya adalah korban Kristus. Asal
saja kita meninggikan salib Kristus kita tidak akan dipermalukan.
1 Petrus 2:7
(2:7) Karena
itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya:
"Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu
penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
Saudaraku,
Yesus yang disalibkan itu telah menjadi :
a. Batu
penjuru.
b. Batu
sentuhan.
c. Batu
sandungan.
Keterangan;
BATU PENJURU
Batu penjuru
-> kepada dasar
bangunan.
Matius
7:24-25
(7:24) "Setiap
orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang
yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
(7:25)
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin
melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas
batu.
Saudaraku,
ketika rumah dibangun di atas batu penjuru, rumah itu kuat terhadap tiga jenis
ujian, yaitu; turunlah hujan dan
datanglah banjir, lalu angin melanda
rumah itu.
Tentang: TURUNLAH HUJAN, itu menunjuk kepada ujian yang datang dari
atas.
Kita lihat
ujian yang datang dari atas…
Efesus 6:12
(6:12) karena
perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
Perjuangan
kita bukanlah melawan darah dan daging, bukan melawan sesama, tetapi melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap
itulah roh-roh jahat di udara dengan segala tipu muslihatnya.
Jadi kalau
ada anak-anak Tuhan berusaha atau berjuang untuk melawan sesamanya itu adalah
perjuangan yang keliru. Ketika Yesus dicaci maki,
tidak membalas dengan caci maki, tetapi menyerahkan segala perkara kepada Dia
yang layak menghakimi. Pendeknya, Yesus
disalibkan.
Penyaliban
itu dimulai dari taman getsemani. Pada saat hamba-hamba imam besar itu hendak menangkap Yesus, Petrus
mengambil pedang lalu memutuskan telinga dari salah seorang hamba dari Imam Besar
itu. Tetapi Yesus mengambil telinga yang diputus
lalu disambungkan kembali. Bahkan Yesus berkata; “Kalau seseorang mengandalkan pedang maka ia
akan binasa dengan pedang.” Sebab itu
Yesus berkata kepada Petrus; “Sarungkan
pedangmu.”
Bahkan
sampai berada di hadapan tiga pengadilan. Pengadilan
yang pertama di hadapan Imam
Besar Kayafas, kemudian pengadilan yang kedua Pilatus, pengadilan
yang ketiga Herodes, kemudian kembali kepada Pilatus. Disitu Dia
diolok-olok, Dia dihina, Dia diejek, Dia dipermalukan, Dia diludahi, juga ada
saksi-saksi dusta, menuduh Dia dengan yang tidak-tidak. Tetapi Yesus tetap berdiam
diri, mulut tidak terbuka, Dia tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan, Dia tidak terperangkap dengan tipu
muslihat dari Iblis Setan.
Kalau seandainya Yesus terperangkap dengan tipu muslihat dari roh-roh jahat di
udara, maka rencana Allah yang besar gagal, rencana penyelamatan gagal. Tetapi
puji Tuhan rencana Allah berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan sejak
semula. Kehendak Allah terlaksana oleh Anak tunggal Bapa. Rencana penyelamatan
terlaksana, hukum Taurat tergenapi.
Tentang: DATANGLAH BANJIR.
Itu menunjuk
kepada dosa kenajisan. Saat ini dosa kenajisan sedang melanda dunia, seperti zamannya
Nuh, mereka makan dan minum, kawin dan
mengawinkan.
Dosa makan minum itu dosa karena daging, sedangkan dosa kawin dan mengawinkan itu dosa
kenajisan. Kalau tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan, maka daging ini adalah
ladang yang subur bagi roh najis, ditunggangi
oleh roh najis, dan itulah yang terjadi pada jaman Nuh, melanda
semua orang. Akhirnya, semua yang bernafas
binasa.
Saat ini
juga dunia sedang dilanda air bah, dunia sedang dilanda dosa kenajisan. Bukan
saja di kota tetapi juga di desa sampai ke pelosok-pelosok penjuru tanah air.
Bukan saja melanda orang kaya, orang yang punya kedudukan tinggi, tetapi juga
orang yang tidak berpendidikan dan orang miskin. Bukan
saja orang yang memiliki wajah yang cakep,
tetapi juga melanda wajah yang pas-pasan. Jadi roh najis itu tidak memandang
bulu, tidak memandang muka, semuanya dilanda.
Tetapi kalau
bangunan rohani itu didirikan di atas batu
penjuru dia kuat. Dia terlepas dari banjir, itulah dosa kenajisan. Ayo pandang
saja salib-Nya supaya kita kuat.
Tentang: ANGIN MELANDA, ini menunjuk
kepada angin-angin pengajaran palsu.
Kita baca
dalam;
Efesus 4:14-15
(4:14) sehingga
kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambikngkan oleh rupa-rupa angin
pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan,
(4:15) tetapi
dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam
segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Jadi kalau
bangunan rohani atau rumah Tuhan didirikan diatas batu penjuru, dia kuat tidak
mudah diombang-ambingkan oleh angin-angin pengajaran
palsu. Ajaran palsu, itulah firman yang ditambahkan
dan dikurangkan.
Ditambahkan artinya; menyampaikan satu dua ayat lalu ditambahkan dengan
cerita-cerita isapan jempol, dongeng
nenek–nenek tua, takhayul-takhayul, dan sebagainya.
Dikurangkan artinya pengajaran
salib diganti dengan dua hal;
1. Teologi kemakmuran, artinya orang kristen
tidak boleh miskin harus kaya, kemudian
2. Tanda-tanda heran ataupun mujizat-mujizat dan
lain sebagainya.
Tetapi kalau
bangunan rohani itu didirikan di atas batu penjuru dia kuat, tidak mudah diombang-ambingkan
oleh angin-angin pengajaran
palsu.
Mazmur
118:22-23
(118:22) Batu
yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
(118:23)
Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Jadi kalau
bangunan rohani itu didirikan di atas batu penjuru, kita akan kuat terhadap
tiga jenis ujian tadi. Dan itu adalah suatu perbuatan ajaib di mata
kita. Jadi kalau kita kuat bukan karena kita kuat tetapi oleh karena kasih
karunia, oleh karena kemurahan Tuhan sebagai perbuatan yang ajaib di mata
manusia.
Keterangan; BATU
SENTUHAN.
Batu
sentuhan = hasil menyentuh atau singgungan.
Lukas
20:17-18
(20:17) Tetapi
Yesus memandang mereka dan berkata: "Jika demikian apakah arti nas ini:
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru?
(20:18) Barangsiapa
jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia
akan remuk."
Barangsiapa:
- Jatuh ke atas batu itu ia akan hancur.
- Ditimpa batu itu ia akan remuk.
Pendeknya,
sentuhan dari batu penjuru adalah hancur dan remuk. Beda dengan orang yang
keras hati atau bertahan di dalam kekerasan hatinya, jiwanya
tidak akan pernah hancur dan hatinya tidak akan
pernah remuk.
Jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk redam,
itulah sentuhan dari batu penjuru. Malam ini ketika kita dengar berita salib
yang disampaikan itu menjadi batu sentuhan. Menyentuh seluruh sendi-sendi
kehidupan kita supaya hati yang keras dihancurkan, bahkan sampai remuk redam.
Itu yang Tuhan mau. Maka pengajaran salib ini harus disampaikan, jangan menyampaikan berita yang lain.
Maka, kalau
kita amati apa yang disampaikan Naomi tadi kepada kedua menantunya (Orpa dan Rut),
itu tidak benar. Justru Rasul Paulus menganjurkan kepada yang belum kawin, bahkan
kepada janda-janda supaya menahan diri untuk tidak kawin, mengkhususkan dirinya
untuk Tuhan saja tidak yang lain, sehingga dia
mengerti tentang batu penjuru, dia
mengerti tentang batu sentuhan.
Maka, ketika
kita mengikuti Tuhan dengan berita salib yang disampaikan bersyukur dengan
ucapan syukur yang dalam, jangan
ditolak. Malam ini, mari berikan diri untuk mengalami sentuhan dari salib yang
diberitakan.
Barangsiapa
jatuh ke atas batu penjuru, dia hancur dan
barangsiapa ditimpa oleh batu penjuru, dia remuk redam.
Mazmur 51:19
(51:19) Korban
sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak
akan Kaupandang hina, ya Allah.
Saudaraku,
tadi hasil dari sentuhan adalah hancur dan remuk, itulah korban sembelihan kepada Tuhan. Tuhan
tidak menyukai korban bakaran, Tuhan tidak menyukai
korban sembelihan, yang Tuhan mau kita boleh merasakan hasil dari batu
sentuhan. Hancur dan remuk itulah korban sembelihan yang berkenan kepada Tuhan.
Korban sembelihan yang benar adalah kita boleh mengalami hasil dari batu
sentuhan, yaitu hancur dan remuk. Maka, banyak pelayan-pelayan Tuhan di
gereja-gereja, ketika kurang dihargai dia bersungut-sungut, karena dia tidak
mengerti korban sembelihan yang sesungguhnya. Kesimpulannya: yang Tuhan
mau hasil dari batu sentuhan, bukan
pengorbanan. Kalau berita salib ini menjadi batu sentuhan, bersyukur saja kalaupun jiwa hancur dan hati
remuk redam.
Coba kita
lihat kebalikan dari batu sentuhan ini;
Yeremia
44:10
(44:10) Mereka
tidak remuk hati sampai kepada hari ini, mereka tidak takut dan tidak mengikuti
Taurat-Ku dan ketetapan-Ku yang telah Kuberikan
kepadamu dan kepada nenek moyangmu.
Jadi seperti
apapun mereka membawa korban dan persembahan, sekalipun mereka lelah-lelah
berjuang menurut aturan-aturan hukum Taurat, kalau
hati tidak hancur, tidak berkenan kepada Tuhan. Tuhan tidak mau persembahan
dalam bentuk jasmani atau lahiriah, tetapi Tuhan mau
lihat, jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk itu yang Tuhan pandang. Bukan pengorbanan yang banyak. Kita
bersyukur, Tuhan dengan segala kesabaran menuntun kita terus ke jalan
kebenaran. Dengan segala kesabaran dan pengajaran dinyatakan kepada kita sampai
hari ini. Kita merasa kita sudah banyak berkorban, kemudian ketika kita ditegur
kita salahkan teguran salib, itu salah,
yang benar bukan perjuangan dan pengorbanan yang banyak, tetapi hasil dari batu
sentuhan. Maka setiap kali kita beribadah
harus merasakan pengajaran salib sebagai batu sentuhan.
Keterangan; BATU SANDUNGAN.
1 Korintus
1:22-23
(1:22) Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
(1:23) tetapi
kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
Rasul Paulus memiliki pendirian yang kuat, dia
tetap memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah, dia tetap memberitakan salib Kristus.
Pendiriannya tidak berubah, pandangan terhadap salib tidak berubah sekalipun
dia ketahui kondisi rohani orang-orang Yahudi, kondisi rohani orang-orang
Yunani atau bangsa kafir. Dia tetap memberitakan salib Kristus, dia tetap
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah. Dia tidak mengabarkan
dan tidak memberitakan yang lain-lain. Dia tetap memiliki pendirian yang teguh.
Sebetulnya, berita salib untuk orang-orang Yahudi itu suatu batu sandungan.
Mengapa?
Karena orang-orang Yahudi hanya menghendaki tanda-tanda heran, mujizat-mujizat,
bukan salib yang diberitakan. Sementara
pemberitaan salib bagi orang-orang Yunani itu adalah suatu kebodohan, sebab
orang-orang Yunani menghendaki hikmat bukan salib. Sehingga, orang-orang dunia
apabila melihat anak-anak Tuhan dengan sungguh-sungguh di dalam penyerahan
mengikuti Tuhan, dengan sangkal diri dan pikul salib mereka akan mengatakan buang-buang
waktu alias bodoh. Tetapi sampai sejauh ini kita berjuang di tengah ibadah dan
pelayanan, sangkal diri dan pikul salib itu bukan merupakan suatu kebodohan.
1 Korintus
1:24
(1:24) tetapi
untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi,
Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Tetapi bagi
mereka yang dipanggil baik Yahudi maupun kafir, Kristus adalah kekuatan Allah
dan hikmat Allah. Salib Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Jadi kekuatan itu datang dari
salib. Siapapun tidak akan memiliki kekuatan kalau tidak mau memikul salib. Dan
hikmat juga datang dari salib, asal saja sungguh-sungguh
memikul salib. Dia dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang jahat. Asal
dia sungguh sungguh pikul salib. Dia tahu
keadaan, situasi, kondisi yang ada sekalipun mata tidak melihat. Jadi jangan
heran melihat orang yang berhikmat.
Matius
16:21-22
(16:21) Sejak
waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke
Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
(16:22) Tetapi
Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Ketika Yesus
memberitahukan penderitaan-Nya. Petrus
menarik Dia dan berkata; “Tuhan kiranya Allah menjauhkan hal
itu! Hal itu tidak sekali-kali menimpa Engkau.” Pendeknya, Petrus
menolak ajaran salib. Bayangkan Petrus adalah murid Yesus yang pertama dan yang
tertua, tapi justru dia yang menolak ajaran salib.
Jangan sampai kita yang sudah terdahulu akhirnya menjadi terkemudian karena
menolak salib.
Matius 16:23
(16:23) Maka
Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu
batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Petrus menjadi batu sandungan di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan, sebab ia menolak pengajaran
salib.
Dia tidak memikirkan apa yang tidak
dipikirkan oleh Allah, karena dia tidak merasakan apa yang dirasakan oleh
Allah. Sebetulnya, sasaran akhir dari ibadah dan
pelayanan di atas muka bumi ini adalah pembangunan tubuh Kristus yang sempurna,
menjadi mempelai wanita Tuhan. Karena dasarnya adalah salib yang diberitakan.
Kalau dasar bangunan itu adalah batu penjuru, maka batu di atas batu atau
bangunan itu akan berdiri dengan bagus. Itulah yang disebut pembangunan tubuh
Kristus yang sempurna (mempelai
wanita Tuhan).
Petrus tidak
memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, Petrus tidak merasakan
apa yang dirasakan oleh Allah.
1 Petrus 2:7
(2:7) Karena itu
bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu
yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru,
juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”
Salib Kristus, telah menjadi batu PENJURU, juga telah
menjadi batu SENTUHAN dan suatu batu SANDUNGAN, tergantung dari sudut mana kita
memandang salib Kristus yang disampaikan. Demikianlah tentang: Batu penjuru,
batu sentuhan dan batu sandungan, dengan penjelasan yang singkat.
Kemudian
kita kembali memperhatikan…
Rut 1:10
(1:10) dan
berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada
bangsamu."
Kedua menantunya
berkata kepada Naomi; ”Tidak, kami ikut
dengan engkau pulang kepada bangsamu”.
Bangsa
Israel disebut dengan bangsa yang terpilih berarti imamat rajani, kemudian
bangsa yang kudus berarti umat kepunyaan Allah sendiri. Itulah orang-orang yang
melayani Tuhan, yang memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Tuhan.
Tetapi syarat untuk melayani Tuhan menjadi bangsa yang terpilih dan bangsa yang
kudus, harus ikut, seperti keinginan
Orpa dan Rut.
Matius
16:24-25
(16:24) Lalu
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
(16:25)
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya;
tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Syarat
mengikuti Tuhan atau syarat melayani Tuhan dan mengikuti Dia:
1.
Menyangkal dirinya.
2. Memikul
salibnya.
3. Mengikuti
Yesus.
keterangan;
Tentang: MENYANGKAL DIRINYA berarti tidak
bermegah.
Tidak
mengakui kelebihan-kelebihan yang ada pada diri sendiri. Tidak sombong walaupun memiliki kelebihan-kelebihan
atau potensi dan tidak
bermegah terhadap apa yang sudah ia perbuat.
Tentang: MEMIKUL SALIBNYA berarti memikul tanggung jawab
di atas pundak.
Hati-hati
yang sudah melayani sesuai dengan karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan yang Tuhan percayakan, jangan
lepaskan apa yang dipercayakan Tuhan, itu suatu kerugian bagimu. Kesempatan
tidak datang berkali-kali, hanya satu
kali. Jangan bermain-main, karena syarat
ikut Tuhan sangkal diri, yang kedua pikul
salibnya.
Tentang: MENGIKUT YESUS.
Dalam injil Yohanes
12, Yesus berkata kepada murid-murid: “Dimana Aku berada disitupun kamu berada”. Sekarang Yesus berada duduk di sebelah
kanan Allah Bapa. Berarti yang kita pikirkan sekarang ini adalah kerajaan
sorga. Sebab dimana Dia berada disitu
kita berada. Itu arti mengikut Aku. Kalau melayani tetapi pikirannya
macam-macam, pikirannya tidak fokus untuk kerajaan Sorga (sibuk dengan yang lain-lain), tidak memenuhi syarat untuk mengikut atau
melayani Tuhan. Tidak salah dengan kegiatan yang sedang dikerjakan seperti
menuntut ilmu, kuliah , tidak salah juga bekerja, tetapi
pengertian mengikut Aku, dimana Yesus
berada di situ kita berada. Berarti yang kita pikirkan adalah sorga, itu yang
nomor satu. Tidak salah menuntut ilmu, tidak salah bekerja, tidak salah
berbisnis dengan kesibukan yang lain tapi bukan itu yang nomor satu. Sebab
dengan jelas disini dikatakan siapa yang memelihara nyawanya ia akan kehilangan nyawanya. Jadi,
rela kehilangan nyawa karena sangkal diri dan pikul salib, berarti dia sedang
memelihara nyawanya (memperoleh hidup
yang kekal). Ketika Orpa dan
Rut berkata: “Kami
ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu”, itu betul, sebab itu syarat untuk menjadi
bangsa yang terpilih yaitu imamat rajani, dan bangsa yang kudus yaitu milik
kesayangan Allah, syarat untuk
melayani Tuhan. Tapi kita melihat tadi Naomi menyuruh pulang, dia tidak mau direpotkan
dengan janda-janda. Padahal ibadah yang murni itu mengunjungi janda-janda dan
yatim piatu. Dia tidak mau direpotkan oleh janda-janda.
Ada
hamba-hamba Tuhan di pengajaran sangat
memperhatikan janda-janda, baik janda
jasmani maupun janda rohani. Janda jasmani tidak memiliki suami, janda rohani
tubuh tanpa kepala, belum menempatkan Kristus sebagai kepala. Ini harus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Memperhatikan janda jasmani dan janda
rohani itu ibadah yang murni. Karena apa yang bisa kita terima dari seorang
janda, tidak ada. Maka kita memperhatikan seorang janda, itu ibadah yang murni.
Tetapi Naomi
tidak, dia tidak mau direpotkan oleh janda-janda. Ini suatu kekeliruan, namun
malam ini kita diluruskan oleh Tuhan.
Pertanyaannya;
Mengapa Naomi mempersalahkan
pengikutan kedua
menantunya?
Rut 1:13
(1:13) masakan
kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri
dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh
lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap
aku?"
Disini kita
melihat Naomi menggunakan pengalaman pahit yang dialaminya menjadi tolak ukur.
Kerugiannya
bila kepahitan menjadi tolak ukur dalam mengikuti
Tuhan, yaitu;
1. Naomi
melemahkan kedua menantunya itu.
Karena Naomi
menjadikan pengalaman pahit sebagai tolak ukur maka akhirnya Naomi menyuruh kedua menantunya untuk pulang, bahkan mempersalahkan kedua menantunya karena menahan diri untuk tidak kawin. Kalau
seorang gembala karena kepahitan lalu menyuruh orang pulang tidak beribadah,
itu salah. Maka resiko untuk menjadi seorang gembala memang harus melewati pintu.
Saya tahu banyak kesalahan, tapi tidak semudah itu
kesalahan itu ditunjuk. Sebab itu seorang gembala harus siap hancur hati. Kalau
dosa seseorang ditunjuk lalu segera mengakuinya, gembala enak.
Diantara kita masih banyak yang sukar untuk ditunjuk-tunjuk (tidak rela dikoreksi).
2. Mempersalahkan
rencana Tuhan.
Sesuai dengan
perkataan Naomi; “…,sebab tangan
Tuhan teracung kepada aku”. Perkataan ini
menunjukkan bahwa Naomi mempersalahkan rencana Tuhan. Itulah kalau pengalaman
pahit menjadi tolak ukur di tengah
ibadah dan pelayanan. Apalagi kepahitan itu sudah berakar salib
yang salah, Tuhan yang salah, si pemberita firman yang salah, pekerjaan yang banyak salah, tidak ada waktu
untuk istirahat salah, semua dipersalahkan. Itu kerugiannya.
Dampak negatif ucapan Naomi;
Rut 1:14
(1:14) Menangis
pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri,
tetapi Rut tetap berpaut padanya.
“Lalu Orpa
mencium mertuanya (Naomi) itu minta diri”. Sangat disayangkan mereka sudah berkemas,
sudah berjalan untuk pulang ke Yehuda, Betlehem-Efrata, tapi
karena kata-kata yang sifatnya melemahkan ini, akhirnya Orpa undur diri di
tengah jalan. Sangat disayangkan.
Saudaraku,
saya tidak pernah menyuruh orang pulang ke rumahnya masing-masing, hanya kalau saya lihat tidak benar saya
tegasin. Kalau memang sudah tidak mau digembalakan, ya sudah terserah. Tapi kalau untuk suruh pulang,
tidak.
Saudaraku,
ini adalah kemurahan kalau kita memperoleh suatu pengertian yang baik dari
Tuhan. Kita banyak belajar, saya juga banyak belajar, kita semua belajar.
Jangan sampai ada lagi diantara kita sibuk memikirkan apa yang dipikiran
oleh manusia. Tuhan yang benar, firman salib yang
benar, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan, dan suatu batu
sandungan.
Tergantung dari sudut mana kita memandang. Jangan undur di tengah jalan, sampai finish di kota Yerusalem yang baru. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment