IBADAH
DOA PENYEMBAHAN, 28 SEPTEMBER 2021
KITAB KOLOSE
(Seri:162)
Subtema: PANGGILAN KHUSUS SETELAH PENYUCIAN.
Segala puji segala hormat hanya bagi Dia yang
sudah menarik kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan.
Biarlah kiranya oleh belas kasihan Tuhan yaitu Firman yang dibukakan membawa
kita rendah di kaki
salib tersungkur di hadapan Tuhan sujud menyembah Allah yang hidup, Allah
Abraham, Ishak, Yakub, Dia Allah yang layak untuk disembah.
Puji Tuhan, saya tidak lupa menyapa
sidang jemaat Tuhan yang ada di Bandung di Malaysia bahkan umat ketebusan Tuhan
yang senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT BETANIA Serang dan
Cilegon, Banten, Indonesia lewat live
streaming video internet Youtube Facebook baik di dalam negeri di tanah air
dari Sabang sampai Merauke maupun di luar negeri di mancanegara di tiap-tiap
negara dimanapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya. Kita berdoa supaya kemurahan Tuhan dinyatakan lewat
pembukaan rahasia firman Allah yang akan meneguhkan setiap kehidupan kita
masing-masing. Biarlah kiranya bahagia dalam menikmati sabda Allah di malam
ini.
Segera kita sambut Firman
penggembalaan untuk ibadah Doa penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul
Paulus kepada Jemaat di Kolose 3:19, perikop: Hubungan antara anggota-anggota rumah tangga. Dasar dari nikah dan
rumah tangga tentu saja kasih demikian juga dasar kita beribadah dan melayani
TUHAN tentu juga kasih.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah
berlaku kasar terhadap dia.
Pendeknya;
seorang suami harus tahu untuk mengasihi istrinya
dengan benar, kemudian seorang suami dilarang untuk berlaku kasar terhadap
isterinya.
Lebih rinci tentang suami didalam hal mengasihi istrinya di dalam 1 Petrus 3:7, perikop: Hidup bersama suami istri.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah
bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka
sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan
terhalang.
Didalam hal mengasihi istrinya
seorang suami dituntut untuk berlaku bijaksana
terhadap istrinya. Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan mempelai laki-laki surga berarti Dialah suami di dalam kebenaran dan suami di dalam keadilan =
suami yang bijaksana.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti
cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada
kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang yang bijaksana sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di Cakrawala berarti bersinar terang dalam kegelapan. Adapun tugas dari orang-orang bijaksana; menuntun banyak orang kepada kebenaran. Oleh sebab itu untuk hal ini diawali dengan sebuah kerinduan yang mendalam untuk menaikkan suatu permohonan supaya kiranya Tuhan mengirimkan akal budi dan kebijaksanaan dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita untuk selanjutnya menuntun hidup rohani kita sampai kepada kebenaran yang sejati yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah yang mahabesar di tempat yang Maha Tinggi.
Rasul Paulus merupakan
contoh orang bijaksana dimana ia
berusaha untuk menuntun sidang jemaat di Korintus
untuk sampai kepada Kebenaran yang sejati.
1 Korintus 10:14 -15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15). Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
Rasul Paulus adalah orang yang bijaksana, jadi semata-mata bukan hanya menerima dan memiliki jabatan Rasul tetapi dia juga merupakan seorang hamba Tuhan yang bijaksana. Saya rindu supaya kita betul-betul memiliki akal budi dan kebijaksanaan. Biarlah kiranya pikiran ini dipenuhi oleh hikmat akal budi dan kebijaksanaan secara khusus seorang Imam, karena seorang Imam disebut juga pemimpin, tugasnya adalah menuntun dan memimpin banyak orang kepada kebenaran yang sejati.
Pada ayat 14 sebagai orang yang bijaksana
Rasul Paulus berkata kepada Jemaat di Korintus; “Jauhilah penyembahan berhala”. Perkataan itu diharapkan untuk dipertimbangkan oleh sidang
jemaat di Korintus. Ayat 14
ini kita hubungkan dengan ayat 19-20 supaya kita
memahami maksud dari pernyataan Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus.
1 Korintus 10:19-20
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
Maksud perkataan Rasul Paulus pada ayat 14 dan ayat 15 adalah; persembahan bangsa Israel adalah persembahan kepada roh-roh jahat bukan kepada Allah. Itu sebabnya Rasul Paulus melarang sidang jemaat di Korintus untuk bersekutu dengan roh-roh jahat seperti bangsa Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun.
Pendeknya,
sekalipun bangsa Israel menjadi suatu barisan jemaat
yang dipimpin oleh Musa atau menjadi rombongan yang nampaknya beribadah kepada
Tuhan di padang gurun namun pada kenyataannya persembahan mereka adalah
persembahan kepada roh-roh jahat bukan kepada Allah. Jadi
segala kesibukan, kegiatan mereka di tengah
ibadah pelayanan selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun menjadi sia-sia. Bukti bahwa persembahan mereka menjadi sia-sia; mayat-mayat
mereka bergelimpangan di Padang gurun, tidak
ada seorangpun yang sampai ke tanah
perjanjian, tanah Kanaan kecuali Kaleb Bin Yefune dan Yosua bin Nun. Jangan
sampai persembahan dan korban yang kita persembahkan kepada Tuhan menjadi
sia-sia dengan lain kata jangan kita binasa sementara kita ada di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan, sementara kita sibuk di
tengah ibadah pelayanan. Ibadah dan pelayanan dalam
penggembalaan ini merupakan kesempatan besar untuk mendapatkan keselamatan kekal bagi kita semua.
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Inti dari ayat 21:
-
Pengorbanan
kepada Tuhan dan pengorbanan kepada setan tidak dapat dikerjakan secara
bersama-sama.
- Kehendak Allah dan kehendak dari roh-roh jahat tidak dapat dikerjakan secara bersamaan, tidak mungkin tinggal di dalam diri kita masing-masing.
Selanjutnya
mari kita melihat persekutuan Bangsa Israel dengan
roh-roh jahat selam 40 (empat puluh) tahun di Padang Gurun di dalam 1 Korintus
10:6-10.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Apa yang di alami bangsa Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun merupakan contoh bagi perjalanan rohani kita dan pengalaman bangsa Israel merupakan peringatan bagi kita di hari-hari terakhir ini supaya perjalanan Rohani kita sampai pada rencana Allah.
Adapun persekutuan bangsa Israel
dengan roh-roh jahat selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, antara
lain:
1.
Pada ayat 6: Bangsa Israel
menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada ayat 7: Bangsa Israel
menyembah berhala.
3.
Pada ayat 8: Bangsa Israel
melakukan percabulan.
4.
Pada ayat 9: Bangsa Israel
mencobai TUHAN.
5. Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
Kita masih mengikuti seri penjelasan
dari hal yang ke-dua, yakni; Bangsa
Israel Menyembah berhala.
Tentang penyembahan berhala tersebut ditulis dengan lengkap pada kitab Musa
yang ke-dua, yakni Keluaran 32:1-35.
Keluaran 32:1-35 menurut
pembagiannya antara lain:
-
Ayat 1-6 tentang lembu emas.
-
Ayat 7-14 tentang murka Allah kepada bangsa Israel.
-
Ayat 15-20 tentang 2 (dua) loh batu yang dipecahkan.
-
Ayat 21-29 tentang Musa marah kepada Harun, abangnya.
- Ayat 30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa Israel.
Malam ini kita kembali untuk memperhatikan Ayat 30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa Israel,
Namun kita hanya membaca Keluaran 32:34 saja.
Keluaran 32:34
(32:34) Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa
itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku
di depanmu, tetapi pada hari pembalasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka
kepada mereka."
Ayat 34 ini dibagi dalam tiga bagian kalimat:
Kalimat yang pertama; tuntunlah bangsa itu ke tempat yang
telah kusebutkan kepadamu.
Kalimat ini menunjukkan dua hal kepada kita :
a.
Musa tampil untuk
menjadi Gembala.
b.
Bangsa
Israel adalah kawanan domba Allah yang harus dituntun oleh Musa ke tempat yang
telah disebutkan.
Hal ini telah disampaikan minggu yang lalu, dua minggu secara berturut-turut. Kiranya apa yang sudah disampaikan betul-betul menjadi suatu berkat yang membaharui kehidupan kita masing-masing.
Kalimat yang kedua; akan berjalan malaikat ku di depanmu. Berarti Tuhan sendiri yang akan menyertai dan memimpin perjalanan bangsa Israel hingga sampai kepada tujuan itulah tanah Kanaan, tanah perjanjian, tanah yang dijanjikan oleh Tuhan Allah kepada nenek moyang bangsa Israel Abraham Ishak dan Yakub.
Musa untuk pertama kali
bertemu dengan malaikat Tuhan tepatnya pada saat ia diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari
perbudakan Mesir dan penindasan Firaun. Kisah
pengutusan itu ditulis dengan lengkap di dalam Keluaran
3:1-22.
Adapun pembagian Keluaran 3:1-22 antara lain:
-
Ayat 1-5 berbicara tentang pencucian yang dialami oleh Musa.
-
Ayat 4-9 Musa menerima panggilan Tuhan.
-
Ayat 10-17 Musa diutus
oleh Tuhan.
- Ayat 18-22 Tujuan panggilan dan utusan Musa.
Dalam
kesempatan di malam ini kita fokus memperhatikan
perkataan Tuhan kepada Musa yaitu “akan berjalan
Malaikat Ku di depan mu”. Kita awali pembacaan dari keluaran 3:1-2.
keluaran 3:1-2
(3:1.) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba
Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba
itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung
Horeb. (3:2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam
nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak
duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.
Untuk pertama kali Musa melihat
malaikat Tuhan tepatnya pada saat ia berada di Gunung Horeb di Gunung Tuhan (gunung Allah). Penggembalaan inilah yang akan menggiring kita,
menyeberangkan kita dari dunia ini untuk selanjutnya dibawa sampai ke gunung
Tuhan. Tiadalah mungkin kehidupan seseorang berada di gunung Tuhan, puncak
kekudusan kalau tidak berada di tengah ibadah dan pelayanan dalam
penggembalaan. Pengertian ini sudah harus tertanam di dalam hati dan pikiran kita
masing-masing.
Untuk pertama kali Musa bertemu
dengan malaikat Tuhan, ini momen-momen yang
terindah di dalam kehidupan seorang hamba Tuhan
sebetulnya, karena ini merupakan suatu jaminan yang luar biasa kepada seorang
hamba Tuhan untuk selanjutnya nanti ia yakin
bahwa ia dipakai oleh Tuhan secara khusus.
Malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Musa di dalam nyala api
yang keluar dari semak duri. Semak duri merupakan gambaran
dari kehidupan manusia tertulis di
dalam 1 Petrus
1:24 "Semua yang
hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput.
Jadi apabila semak duri menyala tetapi tidak dimakan api, tidak hangus, jelas
itu menunjuk suatu kehidupan yang dibakar oleh panasnya ajaran dan
didikan Tuhan untuk dibentuk menjadi sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi jangan sampai kita datang menghadap Tuhan, melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya dengan kehendak
sendiri, tidak boleh. Tetapi terlebih dahulu
kita harus dibentuk oleh Tuhan, dibentuk dengan panasnya didikan Tuhan supaya
kita melayani sesuai dengan kehendak Tuhan. Itu
sebabnya tadi saya katakan bahwa pertemuan Musa dengan malaikat Tuhan
merupakan suatu jaminan, suatu momen yang terindah
untuk membangkitkan kepercayaan diri dari seorang hamba Tuhan, imam-imam di dalam
hal beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan.
Beratnya suatu ujian, panasnya api
ujian jelas untuk memurnikan kita sehingga
yang tinggal di dalam diri kita hanyalah emas dan perak yang murni, yang
tinggal di dalam kehidupan kita adalah suatu kehidupan yang sudah dimurnikan, tidak ada lagi yang
lain-lain. Sedangkan tabiat-tabiat daging, emosi daging
sudah dibakar habis. Ambisi-ambisi di dalam
pelayanan yang membuat stress dan tertekan batin sudah dibakar habis sehingga kita tidak
mengalami derita yang hebat.
Ambisi pun harus dibakar habis karena itu yang membuat seseorang
stress dan menjadi lemah tak berdaya. Tabiat
daging harus dibakar habis supaya kita jangan menderita sakit, sehingga yang nampak adalah sebagai hamba Tuhan yang berhasil
seperti perak dan emas yang murni, berhasil.
Kalau sudah murni berarti sudah berhasil. Jadi ukuran keberhasilan bukan dilihat dari gedung gerejanya yang mewah, lantai lima, lebar, tinggi, panjang, hebat, tidak. Ukuran keberhasilan dari seorang hamba Tuhan bukan karena dia sudah terkenal, itu belum jaminan. Tapi ukuran dari keberhasilan dari seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan, imam-imam di tengah ibadah dan pelayanannya di hadapan Tuhan setiap kali menghadap Tuhan adalah; terlihat dan nyata kemurnian hati untuk mengerjakan semua kegiatan Roh. Ada kemurnian sesudah dibakar, dipanaskan oleh api ujian, yang tinggal adalah kemurnian. Emosi daging sudah dibakar habis, tabiat daging sudah dibakar habis, ambisi yang meresahkan melelahkan yang membuat stress, ambisi yang membuat kita sakit dan sakit-sakitan sudah dibakar habis, yang tinggal adalah kemurnian. Inilah ukuran dari seorang pelayan Tuhan seorang Imam, hamba Tuhan untuk disebut menjadi hamba Tuhan yang berhasil. Oleh sebab itu dalam keadaan apapun jua susah dan senang tetap melayani Tuhan, karena setiap hamba Tuhan memang harus mengalami penyucian semacam ini.
Setiap hamba-hamba Tuhan pasti mengalami penyucian, dibakar, dipanaskan oleh ajaran, didikan, ujian. Yang membedakan seorang hamba Tuhan yang satu dengan yang lain adalah; ada yang lulus ujian ada yang gugur karena ujian. Yang gugur pun tetap melayani Tuhan tapi sudah tidak dalam keadaan kemurnian. Itu sebabnya diatas tadi saya sampaikan ukuran keberhasilan itu bukan dari kuantitas, bukan diukur dari hal yang lahiriah, tetapi dari kemurnian supaya kita jangan menjadi minder, rendah diri dan putus asa.
Tetapi ingatlah; yang lulus terhadap ujian mendapat panggilan Kristus dari Tuhan dan kalau kita sampai pada panggilan khusus disitulah dipakai oleh Tuhan secara luar biasa. Yang lulus terhadap panasnya api, tidak terbakar, yang terbakar adalah daging dengan tabiatnya, ambisi-ambisi emosi daging dan lain sebagainya tinggallah kemurnian, akan mendapat panggilan khusus dari Tuhan dan kalau kita berada sampai pada panggilan khusus itu maka tentu saja disitulah kita dipakai oleh Tuhan secara heran secara ajaib dan luar biasa.
Hal yang senada dialami oleh Nabi Yesaya dalam panggilannya.
Yesaya 6:1-3
(6:1.) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan
duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya
memenuhi Bait Suci. (6:2) Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya,
masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi
muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan
dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (6:3) Dan mereka
berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah
TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" (6:4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu
disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.
Dalam tahun
matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan
menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.Yesus Kristus dia adalah Imam Besar Agung. Tugas dari imam besar adalah
melayani berdoa memperdamaikan dosa manusia. Dia
telah mengerjakan penebusan dan pendamaian itu 2000 (dua ribu) tahun yang lalu.
Kita bersyukur, semua oleh karena rahmat Tuhan.
Kita bernapas oleh rahmat Tuhan, apalagi kalau mendapat panggilan khusus
untuk melayani pekerjaan-Nya, itu
adalah rahmat Tuhan.
Para Serafim
berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap
dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki
mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Disini ada sayap, jelas ini menunjuk hamba Tuhan yang berada dalam pengurapan yang penuh. Dua sayap untuk melayang terbang itu pengurapan. Dua sayap untuk menutup muka gambaran hamba Tuhan yang merasa diri tidak layak. Jangan pernah kita merasa diri layak sekalipun pendidikan kita tinggi.
Dan dua
sayap lagi menutupi seluruh daging termasuk kaki. Ada dalam kegiatan roh,
merasa tidak layak, rendah hati, lemah lembut, kemudian tabiat daging tidak
nampak lagi, ini gambaran dari hamba Tuhan
yang berkenan di hadapan Tuhan.
Dan mereka
berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN
semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!". Serafim atau 4 (empat) makhluk itu menyerukan kekudusan
Allah tritunggal, menyerukan kekudusan Tuhan, menyerukan kekudusan Yesus,
menyerukan kekudusan Roh Kudus, dengan demikian seluruh bumi penuh kemuliaan
Tuhan.
Maka
bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan
rumah itupun penuhlah dengan asap. Serafim adalah hamba
Tuhan yang betul-betul dalam panggilannya, menyenangkan
hati Tuhan karena lewat pelayanan dari Serafim 4 (empat) makhluk ini; bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan
suara orang yang berseru itu. Bergoyang berarti ada suatu
kegiatan berarti tidak pasif tidak berdiam diri. Tetapi tidak hanya bergoyang, rumah itu pun penuh dengan
asap, berarti dibawa sampai pada puncaknya itulah Doa
penyembahan. Biarlah kehidupan kita penuh
dengan asap Doa
Penyembahan itu bagian dari serafim
atau 4 (empat) makhluk.
Sekarang kita lihat panggilan
Yesaya di dalam Yesaya 6:5-8.
Yesaya 6:5-8
(6:5.) Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab
aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah
bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni
TUHAN semesta alam." (6:6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang
mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan
sepit dari atas mezbah. (6:7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku
serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu
telah dihapus dan dosamu telah diampuni." (6:8) Lalu aku mendengar
suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang
mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"
(6:9.) Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini:
Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh,
tetapi menanggap: jangan! (6:10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah
telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan
mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti
dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh."
Sesudah Yesaya menerima pelayanan dari Serafim yang betul-betul melakukan penyucian dosa, Yesaya sendiri secara langsung mendengar suara Tuhan mengatakan; "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?". Jadi dipanggil untuk diutus tentu saja sesudah mengalami penyucian lewat ujian bara api Serafim. Ujian bara api sebagai ujian itu semata-mata untuk mendatangkan penyucian dalam hidup kita, memurnikan kehidupan kita, menghanguskan segala tabiat daging, menghanguskan segala dosa yang berada di dalam daging. Penyucian pada Yesaya ini tepat pada sasarannya karena bara api menyucikan bibir daripada Yesaya. Ini sasaran yang tepat, mengapa? kalau kita hubungkan dengan Yakobus 3:1-12 lidah digambarkan seperti api, bisa memegahkan sebuah perkara, membesarkan sebuah masalah dan menimbulkan dosa dalam diri ini. Maka penyucian oleh panasnya korban bakaran yang dialami Yesaya ini betul-betul sasarannya tepat. Perjumpaan Yesaya dengan malaikat Tuhan sungguh luar biasa.
Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." Dalam proses penyucian itu Yesaya memandang kepada Tuhan sehingga ia dapat melihat kekurangannya sendiri. Kalau kita sudah mengalami penyucian kita dapat melihat sang raja. Setelah dapat melihat sang raja kita juga dapat melihat kekurangan kita dalam penyucian firman Allah yang sedang berlangsung. Kita bisa melihat segala kekurangan kita kalau penyucian berlangsung dalam firman. Bukti kita dapat melihat Tuhan; ketika firman Allah disampaikan kita sadar atas segala kekurangan-kekurangan kita semua. Jadi api disini jelas berguna untuk penyucian. Api ujian = api untuk menyucikan.
Api yang diambil dari korban bakaran dengan sepit berguna untuk menyucikan. Api yang memanaskan itulah ujian berguna untuk menyucikan. Kalau kita menggunakan tolak ukur Yakobus 3:1-12; penyucian yang dialami oleh Yesaya tepat pada sasarannya karena api itu kena pada bibirnya. Lidah itu kecil tapi bisa memegahkan perkara. Api yang sedikit juga mampu membesarkan perkara. Penyucian Tuhan itu tepat pada kelemahan kita yaitu pada bibir.
Setiap orang apalagi hamba Tuhan memang harus mengalami penyucian semacam ini, dipanaskan oleh api ujian. Setiap orang memang harus mengalaminya yang membedakannya antara satu dengan yang lain; ada yang lulus ada yang gugur. Kalau lulus kita akan sampai kepada panggilan dan kalau kita sudah sampai pada panggilan khusus kita akan dipakai dengan heran, ajaib luar, biasa.
Sesudah
mengalami penyucian Tuhan berkata kepada Yesaya; "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk
Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!". Kalau kita ditandai dengan kelemahan sudah seharusnya kita
segera berkata “ini aku utuslah aku Tuhan”, menyerah saja. Kalau mau dipakai harus menyerah tidak boleh bertahan dengan pengertian sendiri. Waktu Musa menghadap Tuhan bertemu dengan malaikat Tuhan ia hendak
melihat perbuatan ajaib itu, Tuhan langsung mencegah Musa, Tuhan berkata
kepada Musa; hai
Musa berhenti tempat engkau berdiri itu Kudus sebab itu
tanggalkan kasutmu. Dua kaki Musa menggambarkan
dua pengalaman yang sudah dilalui oleh Musa 40 (empat
puluh) tahun di Mesir dalam didikan Istana Firaun oleh Putri Firaun. 40 (empat puluh) tahun
yang kedua Musa menggembalakan kambing domba Yitro
mertuanya di Median. Memang itu suatu pengalaman tetapi tidak bisa untuk
digunakan di dalam hal melayani Tuhan. Untuk
melayani Tuhan tidak cukup dengan pengetahuan
Mesir, tidak cukup dengan pengalaman sendiri tetapi harus dengan pengalaman bersama dengan Tuhan.
Kita lihat perbandingan antara
panggilan Musa dan panggilan Yesaya. Yesaya menerima panggilan ketika ia berada
ditengah-tengah orang berdosa, najis bibir.
Sedangkan Musa terpanggil ketika ia tinggal di dalam
penggembalaan. Ada kehidupan yang terpanggil
ketika ia tinggal di antara orang-orang yang najis bibir seperti saya ini,
bukan keturunan dari seorang hamba Tuhan.
Tetapi ada juga satu kehidupan yang terpanggil ketika di dalam penggembalaan, anak-anak
hamba Tuhan misalnya. Jadi panggilan itu berbeda-beda.
Keluaran 3:1.
(3:1.) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. (3:2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (3:3) Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" (3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah."(3:5) Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." (3:6) Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. (3:7.) Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. (3:8) Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
Adapun Musa,
ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali,
ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia
ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Untuk sampai kepada gunung Allah, puncak tertinggi dari ibadah dan pelayanan itulah doa penyembahan maka seminim-minimnya
harus tergembala. Tergembala berarti setia beribadah, setia
melayani serta mengikuti semua
peraturan-peraturan yang ada di dalam penggembalaan.
Lalu
Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari
semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi
tidak dimakan api. Selanjutnya
malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Musa. Inilah
yang kita harapkan dari Tuhan untuk menyertai dan memimpin perjalanan rohani
kita sampai kepada tujuan Yerusalem baru.
Itu sebabnya Tuhan berkata kepada Musa; “Aku akan
memerintahkan Malaikat ku berjalan di depanmu”. Inilah yang kita harapkan. Tanpa Tuhan di sisi kita kita tidak mampu berbuat apa-apa, kita
akan menjadi seorang pecundang yang selalu gagal dan gagal, jatuh dan tidak akan pernah bangkit-bangkit untuk selama-lamanya. Tetapi setelah Musa sampai di gunung Tuhan saat itu ia bertemu
dengan malaikat Tuhan. Gunung Tuhan disini
menunjuk puncak tertinggi dari ibadah doa
penyembahan, sejauh penyerahan diri,
saat itulah kita akan bertemu dengan malaikat Tuhan
yang akan memimpin menyertai perjalanan rohani kita semua.
Semak duri itu menyala tetapi
tidak dimakan api, tidak hangus terbakar,
itu merupakan penglihatan
yang hebat. Kalau pada akhirnya kita dalam keadaan murni melayani Tuhan itu adalah keberhasilan
yang hebat. Yang tinggal di dalam diri kita
ini tinggal kemurnian, tabiat-tabiat daging sudah habis, emosi, ambisi daging sudah habis, itu
merupakan penglihatan yang hebat. Itu sebabnya
tadi saya katakan keberhasilan itu tidak diukur dari hal yang lahiriah, bukan dilihat dari
kuantitas.
Kemurniannya itu adalah suatu penglihatan yang hebat, jadi jangan sampai salah mengerti soal penglihatan yang hebat ini. Kalau ada kemurnian di dalam diri seorang hamba Tuhan itu sebuah penglihatan yang hebat karena itu prosesnya di luar biasa. Untuk bisa tinggal kemurnian itu prosesnya luar biasa, harus dibakar dipanaskan oleh ujian dan pencobaan dan akhirnya menjadi suatu kehidupan yang murni, itulah penglihatan yang hebat.
Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk
memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya:
"Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." Seruan Tuhan memanggil nama Musa dua kali tanda bahwa Tuhan betul-betul mengenal pribadi Musa lahir
batin. Tuhan mengenal setiap hamba Tuhan yang
dipanggilnya. Jangan kita datang menghadap
Tuhan dengan keadaan tidak jelas, tujuannya tidak jelas, harapannya tidak jelas, maunya tidak
jelas, tetapi biar Tuhan betul-betul mengenal kita lahir batin.
Berserulah
Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan
ia menjawab: "Ya, Allah." Musa menjawab “Ya, Allah” atas panggilan Tuhan menunjukkan bahwa Musa adalah hamba
yang dengar-dengaran.
Lagi Ia
berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. Musa adalah hamba yang dengar-dengaran kepada Allah Abraham Ishak Yakub di dalam pribadi Tuhan Yesus
Kristus Dialah Allah yang hidup juruselamat
manusia, bukan Allah berhala.
Nama Allah itu berasal dari Alif dan ya; awal dan akhir. Ya dan amin untuk menggenapi segala sesuatunya, bukan berhala yang tidak bisa makan, bukan berhala yang tidak bisa melihat, bukan berhala yang tidak bisa mendengar, bukan allah yang punya kaki tapi tidak bisa berjalan, bukan allah yang punya tangan tapi tidak bisa meraba. Tetapi Allah itu awal dan akhir, ya dan amin yang dapat menggenapi. Dialah Allah yang kita sembah, kepada Dia lah kita berbakti, kepada Dialah kita menyatakan diri.
Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat:
tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
adalah tanah yang kudus." Apa bedanya tanah di Arab, padang gurun dengan tanah disini?
tidak ada bedanya, yang
membedakannya adalah hadirat Tuhan. Hadirat Tuhanlah yang membuat tanah itu menjadi Kudus.
Biar Tuhan berhadirat di tengah ibadah pelayanan kita semua, dalam kehidupan kita
masing-masing.
Lagi Ia
berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. Musa menutupi mukanya seperti serafim, 4 (empat) makhluk, dua sayap
menutupi muka ini penyucian panca indera
tetapi sekaligus merasa diri tidak layak. Kita
bukan siapa-siapa, jangan selalu merasa diri bisa mampu dan bermegah. Kalau melayani Tuhan harus dalam keadaan rendah
serendah-rendahnya.
Dan TUHAN
berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di
tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh
pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Jadi ternyata panggil itu adalah sebuah
kepercayaan dan kepercayaan itu ada di dalam diri seorang hamba Tuhan. Selama masih ada
penindasan, selama masih ada seruan di
bumi ini maka Tuhan
akan memanggil hamba-Nya dan percayakan hamba-Nya
untuk selanjutnya diutus karena masih ada penderitaan yang hebat di bumi ini.
Selama masih ada penderitaan yang
hebat di bumi ini Tuhan akan menyatakan sebuah panggilan khusus kepada seorang
hamba Tuhan. Kiranya
itu dinyatakan kepada keluarga besar GPT BETANIA Serang dan Cilegon,
Banten, Indonesia di dalam maupun di luar negeri, sehingga
kita semua tergembala di hadapan Tuhan,
menjadi satu kawanan domba Allah yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang
lain. Yang membedakan dalam dan luar negeri
adalah hadirat Tuhan. Kulit putih, kulit merah, sawo matang, hitam sama di hadapan
Tuhan.
Jadi selama masih ada derita,
sengsara, seruan dengan ratap tangis, panggilan Tuhan
secara khusus dinyatakan kepada seorang hamba Tuhan,
Itulah sebabnya pada ayat 8: Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan
mereka dari tangan orang Mesir. Jadi Tuhan sendiri
yang akan memimpin perjalanan bangsa Israel, bukan Musa. Kita ini hanya alat-Nya Tuhan.
Sebab itu
Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun
mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, Ayat ini sama dengan Keluaran 32:34.
Jadi Tuhan sendiri yang memimpin dan menuntun perjalanan bangsa Israel hingga sampai kepada tujuan tanah
Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh Tuhan Allah kepada nenek moyang bangsa
Israel Abraham, Ishak, Yakub, bukan Musa.
Musa hanyalah alat supaya nama Tuhan dipermuliakan.
Itu sebabnya saya katakan; selama masih ada derita, selama masih ada ratap tangis,
selama masih ada seruan, Tuhan akan menyatakan
panggilan-Nya kepada seorang hamba Tuhan
dalam panggilan khusus untuk selanjutnya dipakai dengan ajaib, dipakai dengan heran, luar biasa.
Biar kita dipakai Tuhan untuk memenangkan
keluarga kita masing-masing. Jangan bermasa bodoh,
masih banyak keluarga kita yang belum tergembala dengan baik. Sekalipun sudah jadi orang
Kristen belum tentu tergembala. Tuhan tuntut
supaya kita tergembala untuk selanjutnya
diseberangkan ke gunung Tuhan. Puncak tertinggi dari ibadah adalah doa penyembahan, sejauh penyerahan diri. Malaikat Tuhan itu yang akan menuntun, memimpin perjalanan
bangsa Israel, jadi bukan Musa.
Jadi kita ini hanyalah hamba
yang dipakai sesuai kehendak Tuhan tapi ada proses
panggilan itu, ada api yang menyala tapi semak
duri tidak terbakar tidak hangus itulah
suatu penglihatan yang hebat. Ini satu bukti bahwa
Tuhan sangat memperhatikan umat-Nya. Tuhan
sendiri yang memimpin dan yang akan menyertai perjalanan rohani kita sampai
kepada tujuan itulah tanah air surgawi yang dijanjikan oleh Tuhan kepada kita sekalian nya.
Kesimpulannya penyucian dengan api setelah kita digembalakan sampai ke gunung Allah
berarti sejauh penyerahan diri. Kekekalan “Penyembahan”. Penyembahan
“Penyerahan diri”.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment