IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 04 DESEMBER
2021
STUDY YUSUF
Kejadian 13:11-18
(Seri 18)
Subtema:
ORANG BIJAKSANA MENUNTUN BANYAK ORANG KEPADA KEBENARAN
Selamat malam, salam sejahtera dan
bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing.
Segera kita sambut studi Yusuf
sebagai firman penggembalaan untuk ibadah kaum muda remaja dari…
Kejadian 41:56a
(41:56a) Kelaparan
itu merajalela di seluruh bumi.
Apa yang terjadi pada masa Yusuf di
Mesir, juga telah dinubuatkan oleh Nabi Amos
8:11, bahwasanya TUHAN akan
mengirimkan kelaparan yang hebat atas negeri ini, bukan kelaparan akan makanan,
bukan haus karena minuman, melainkan lapar dan haus akan mendengarkan firman TUHAN. Itu akan terjadi dihari-hari yang
terakhir ini sebagai penghukuman dari meterai yang ketiga.
Wahyu 6:5
(6:5) Dan ketika
Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku mendengar makhluk yang
ketiga berkata: "Mari!" Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor
kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di
tangannya.
Di sini kita melihat, Anak Domba
membuka meterai yang ketiga, disertai dengan tampilnya makhluk yang ketiga,
yang mukanya seperti manusia. Dan penampilan dari makhluk yang ketiga ini
adalah saksi atas meterai yang ketiga, yang dibuka oleh Anak Domba itu sendiri.
Artinya: penghukuman yang ketiga dari Allah Roh Kudus menyangkut dengan
kebutuhan manusia sehari-hari, dan penghukuman itu nanti menimpa orang-orang
yang melupakan TUHAN, yakni
orang-orang yang mengabaikan ibadah dan pelayanan.
Kemudian, pada saat pembukaan
materai yang ketiga, majulah seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya
memegang sebuah timbangan ditangannya.
Wahyu 6:6
(6:6) Dan aku
mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata:
"Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi
janganlah rusakkan minyak dan anggur itu."
"Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar.”
Hal ini berbicara tentang masa
kelaparan yang hebat, sehingga harga makanan menjadi sangat mahal sebagai penghukuman
yang akan terjadi menimpa atas dunia ini. Pendeknya, kudah hitam pada ayat 5 berbicara tentang kematian oleh
karena kelaparan hebat yang akan terjadi.
Di hari-hari terakhir ini, sudah seharusnya kehidupan muda remaja
bersikap bijaksana, mengumpulkan gandum yakni firman Allah sebanyak-banyaknya,
selagi masih ada kesempatan, seperti Yusuf di Mesir mengumpulkan gandum pada
masa tujuh tahun kelimpahan.
Yusuf dan seluruh rakyat di Mesir,
taat, dengar-dengaran untuk mengumpulkan gandum, sebelum tiba pada masa
kelaparan yang hebat itu. Berarti; pada masa kelimpahan ini, hati kita sudah
harus menjadi lumbung yang besar, harus berlapang hati terhadap pembukaan
rahasia firman, untuk mengumpulkan gandum sebanyak-banyaknya, sebagaimana rasul
Paulus di hadapan Allah.
2 Korintus 6:11-12
(6:11) Hai orang
Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka
lebar-lebar bagi kamu. (6:12)
Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya
tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu.
Rasul Paulus berlapang hati atau
membuka hati lebar-lebar kepada sidang jemaat di Korintus, sehingga dengan
demikian dia layak untuk menjadi contoh dan teladan.
2 Korintus 6:13
(6:13) Maka
sekarang, supaya timbal balik -- aku berkata seperti kepada anak-anakku --: Bukalah
hati kamu selebar-lebarnya!
Rasul Paulus di hadapan Allah
berkata kepada Jemaat di Korintus: “Bukalah
hati kamu selebar-lebarnya!”, karena Rasul Paulus sudah terlebih dahulu
membuka hati selebar-lebarnya untuk TUHAN,
termasuk untuk pemberitaan firman TUHAN
kepada sidang jemaat di Korintus.
Biarlah kiranya hati kita ini
menjadi lumbung, menjadi tempatnya firman TUHAN / menyimpan firman TUHAN sebanyak-banyaknya seperti Rasul
Paulus di hadapan TUHAN.
Kita kembali membaca…
Wahyu 6:6
(6:6) Dan aku
mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata:
"Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah
rusakkan minyak dan anggur
itu."
Nanti harga dari firman TUHAN sangat mahal ketika terjadi
kelaparan yang begitu hebat, dan itu merupakan penghukuman dari materai yang
ketiga, dari Allah Roh Kudus.
Pada masa-masa kelaparan nanti ada
dua hal yang harus kita perhatikan…
YANG PERTAMA: “Janganlah rusakkan
minyak.”
Minyak 🡪 urapan Roh Kudus.
Dalam menantikan
kedatangan TUHAN untuk yang kedua
kalinya, sebagai Raja dan Mempelai Laki-Laki Surga, kita sangatlah membutuhkan
minyak urapan, untuk menolong kehidupan kita.
Kita tidak bisa
menantikan atau menyongsong kedatangan Mempelai Laki-Laki Surga dengan
mengandalkan pengetahuan dari dunia, dan dengan mengandalkan pengalaman yang
berasal dari dunia, serta mengandalkan kekuatan manusia itu sendiri, karena
kekuatan yang dimiliki oleh manusia terbatas.
Mari kita belajar dari
sepuluh gadis dalam menyongsong Mempelai Laki-Laki Surga…
Matius 25:1-4
(25:1)
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang
mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. (25:2) Lima di antaranya bodoh dan
lima bijaksana. (25:3) Gadis-gadis
yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, (25:4) sedangkan gadis-gadis yang
bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
Hal kerajaan sorga di
sini dikatakan; seumpama sepuluh gadis mengambil pelitanya dan pergi
menyongsong Mempelai Laki-Laki Surga. Gadis itu berbicara tentang kehidupan
gereja yang suci, namun masih ditandai dengan kelemahan, artinya; belum
sempurna (suci tetapi belum sempurna).
Lima diantara sepuluh
gadis itu bodoh, mengapa? Karena mereka membawa pelitanya tetapi tidak membawa
minyak persediaan.
Membawa pelita tetapi
tidak membawa minyak persediaan adalah tanda kebodohan. Sedangkan lima
diantaraya gadis yang bijaksana; mereka membawa pelita serta minyak dalam
buli-buli, sehingga, pelita mereka tetap menyala sampai TUHAN datang pada kali kedua.
Itu sebabnya di atas
saya katakan, dalam hal menantikan atau menyongsong kedatangan Yesus Kristus
yang kedua kalinya, sebagai Raja dan Mempelai Laki-Laki Surga, kita sangat
membutuhkan pertolongan dari minyak urapan Roh Kudus, itu yang memberi
pertolongan dan kemampuan supaya pelita kita tetap menyala. Adakalanya, karena
sandungan kita tidak mampu mengikuti TUHAN, karena banyaknya pergumulan, kita
tidak mampu mengikuti TUHAN, sebab
itu, supaya pelita itu tetap menyala, maka sama seperti lima gadis yang
bijaksana, selain membawa pelita tetapi juga membawa minyak dalam buli-buli
sebagai persediaan, sehingga pelita itu tetap menyala, itu yang TUHAN harapkan.
Matius 25:5
(25:5)
Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah
mereka semua lalu tertidur.
Mempelai Laki-Laki Surga
lama tidak datang-datang juga, sehingga mengantuklah mereka, baik sepuluh gadis
yang bodoh, maupun sepuluh gadis yang bijaksana, berarti; masih ditandai dengan
kelemahan.
Matius 25:6
(25:6)
Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang!
Songsonglah dia!
“Mempelai
datang! Songsonglah dia!”
Jadi, yang membangunkan
kehidupan rohani yang tertidur adalah pengajaran mempelai dalam terangnya
Tabernakel.
Waktu tengah malam 🡪 waktu kegelapan dosa terjadi.
Inilah yang patut kita
syukuri kepada TUHAN, karena
sampai pada saat ini, kita dituntun, digembalakan oleh pengajaran mempelai
dalam terangnya Tabernakel, supaya kehidupan rohani yang tertidur ini terus
dibangunkan dan berada dalam suasana kebangkitan, di dalam hal mengikuti TUHAN.
Matius 25:7
(25:7)
Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
Lima gadis yang bijaksana dan lima
gadis yang bodoh akhirnya terbangun oleh karena kuasa dari pengajaran firman
pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Apa tanda kehidupan yang dibangunkan
dari kerohanian yang tertidur? Yaitu; membereskan pelita mereka. Yang belum
beres, bereskanlah, yang belum lunas, lunaskanlah.
Saya juga masih banyak hutang kepada
TUHAN, harus dilunaskan. Hutang
dosa apa saja harus dibereskan, baik hutang dosa kejahatan, kenajisan, dosa
karena tipu daya, kelicikan, dusta, kemunafikan, akar pahit, itu harus
dibereskan.
Itulah kuasa dari pengajaran
mempelai.
Matius 25:8
(25:8)
Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah
kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.
Gadis yang bodoh berkata: “pelita kami hampir padam”, sebab pada ayat 5 Mempelai itu lama tidak ada
datang-datang juga, sehingga pelita mereka hampir padam / tidak cukup untuk
membawa mereka sampai menyongsong kedatangan Mempelai Laki-Laki Surga.
Lalu gadis-gadis yang bodoh itu
berkata kepada lima gadis bijaksana: “Berikanlah
kami sedikit dari minyakmu itu.” Minyak itu tidak diperoleh dari cara
manusiawi.
Sebab itu lihatlah jawaban dari lima
gadis yang bijaksana….
Matius 25:9
(25:9) Tetapi
jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk
kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli
di situ.
Jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: “tidak” alasannya; “nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu” (nanti semuanya
tidak masuk dalam kerajaan surga). Selanjutnya lima gadis yang bijaksana
berkata: “Lebih baik kamu pergi kepada
penjual minyak dan beli di situ.”
Selama kita mengikuti TUHAN, kita tidak boleh menjual minyak,
tetapi harus membeli minyak selagi masih ada kesempatan. Sebab itu, minyak
tidak boleh dirusakkan di dalam hal kita menantikan / menyongsong Mempelai
Laki-Laki Surga.
Matius 25:10
(25:10) Akan
tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu
dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang
perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
Waktu lima gadis yang bodoh itu
pergi untuk membeli minyak, Mempelai Laki-Laki Surga datang, dan mereka yang
telah siap sedia masuk. Jadi, yang masuk dalam pesta nikah Anak Domba adalah
lima gadis yang bijaksana. Mengapa? Karena selain membereskan pelita, mereka
juga membawa minyak dalam buli-buli sebagai persediaan. Minyak itu jangan
dirusakkan, harga diri harus dijual, supaya kita membeli minyak dari si penjual
minyak, selagi ada kesempatan.
Perbedaan antara lima gadis yang
bodoh dan lima gadis yang bijaksana terletak pada; minyak dalam buli-buli
sebagai persediaan.
Orang Kristen yang mengikuti TUHAN jumlahnya begitu banyak di atas
muka bumi ini, tetapi kita harus beda dengan cara orang Kristen di dalam hal
mengikuti TUHAN, kita harus
membereskan pelita dan kita juga harus membawa minyak dalam buli-buli sebagai
persediaan.
Matius 25:11-13
(25:11) Kemudian
datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami
pintu! (25:12) Tetapi ia menjawab:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. (25:13) Karena itu, berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Di dalam hal menantikan kedatangan TUHAN Yesus untuk yang kedua kalinya,
sebagai Raja di atas segala raja, dan Mempelai Laki-Laki Surga, harus ditandai
dengan berjaga-jaga, jangan kita
bermasa bodoh, tidak mau tahu di dalam hal melaksanakan ibadah dan pelayanan
ini di hadapan TUHAN.
Saya akan membawa saudara untuk
melihat tentang berjaga-jaga….
Mazmur 45:7
(45:7) Takhtamu
kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.
Tongkat kerajaan adalah tongkat
kebenaran, itulah yang menuntun kita sampai ke dalam kerajaan kekal.
Mazmur 45:8
(45:8) Engkau
mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah
mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman
sekutumu.
Mencintai keadilan adalah sebuah
tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang hamba TUHAN, juga harus dipikul oleh sidang jemaat. Oleh sebab
itu, seorang hamba TUHAN harus
bertanggungjawab, sehingga di dalam hal itulah Allah mengurapi dengan minyak
sebagai tanda kesukaan.
Maka, kalau kita datang menghadap TUHAN, harus dengan sungguh-sungguh,
cintailah keadilan, itu adalah sebuah tanggung jawab yang masing-masing harus
kita pikul, itu sarana yang paling efektif untuk mendapatkan atau menerima
minyak urapan di atas kepala dan itu yang membuat kita lebih dari teman-teman
sekutu di hadapan TUHAN.
Yesaya 61:1-3
(61:1) Roh Tuhan
ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat
orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, (61:2) untuk memberitakan tahun rahmat
TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, (61:3) untuk mengaruniakan kepada
mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung,
nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka
"pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN"
untuk memperlihatkan keagungan-Nya.
Kalau seorang hamba TUHAN betul-betul mencintai keadilan,
berarti; memikul sebuah tanggung jawab, jelas minyak urapan ada di atas kepala
dan layak untuk diutus di dalam pengutusan itu.
Kehidupan yang dilayani oleh hamba
TUHAN yang diurapi itu akhirnya disebut; “pohon
tarbatin kebenaran”, kemudian menjadi “tanaman
TUHAN”, untuk memperlihatkan
keagungan-Nya.
Yohanes 3:34
(3:34) Sebab
siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah
mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.
Siapa yang diutus Allah, dialah yang
menyampaikan firman Allah. Mengapa? Karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan
tidak terbatas.
Jadi, sekali lagi, jangan rusakkan
minyak, kita butuh minyak urapan Roh Kudus di atas kepala, di dalam menantikan
kedatangan TUHAN Yesus Kristus
kembali untuk yang kedua kalinya, dan pada saat itu Dia akan tampil sebagai
Raja dan Mempelai Laki-Laki Surga.
Pada masa-masa kelaparan nanti ada
dua hal yang harus kita perhatikan…
YANG KEDUA: “Janganlah
merusakkan anggur.”
Anggur 🡪 darah salib Kristus.
Setiap kali kita minum anggur dari
cawan lewat perjamuan suci, itu mengingatkan kita akan korban Kristus.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia
pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau
cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!"
Meminum anggur dalam cawan =
menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, itulah cawan Allah, dengan
demikian kehendak Allah terlaksana.
1 Korintus 11: 25
(11:25) Demikian
juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah
perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali
kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
Meterai dari perjanjian baru ialah;
darah salib Kristus, sedangkan meterai dari perjanjian lama (hukum Taurat)
adalah; darah lembu jantan dan darah domba jantan.
Berarti, kita semua harus menjunjung
tinggi korban Kristus / menghargai darah salib Kristus, hasilnya nanti, hidup
di dalam kelimpahan kasih karunia, oleh sebab itu, jangan rusakkan anggur.
Banyak pelayanan yang sifatnya
merusak anggur, memang dalam ibadah ada perjamuan suci, tetapi kalau di tengah
ibadah itu hanya bicara soal berkat dan keberkatan, berhasil dan keberhasilan,
namun salib Kristus tidak ditegakkan, ajaran semacam ini merusakkan anggur.
Jangan merusakkan anggur supaya kita hidup di dalam kelimpahan kasih karunia.
1 Petrus 2:19-20 dengan perikop: “Penderitaan Kristus sebagai teladan.”
Kalau kita mau menanggung banyak
penderitaan itu adalah suatu teladan.
Jadi, bagi imam-imam / pelayan TUHAN, penderitaan ini tidak boleh
asing, karena dengan menanggung penderitaan kita layak menjadi contoh /
teladan. Jangan lagi kita bersungut-sungut seperti anak kecil, itu tanda belum
mengenal TUHAN Yesus.
Banyak orang Kristen mengaku; “yang saya sembah adalah TUHAN, tetapi tidak kenal TUHAN Yesus, apa buktinya? Manakala
dihadapkan dengan penderitaan, banyak ngomel sampai bersungut-sungut, saking
dalamnya penderitaan tidak bisa menahan air mata, itu tanda bahwa dia masih
kanak-kanak.
(2:18) Hai kamu,
hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja
kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. (2:19) Sebab adalah kasih karunia,
jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak
harus ia tanggung. (2:20) Sebab
dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa?
Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu
adalah kasih karunia pada Allah.
Dalam menanggung penderitaan, harus
ditandai dengan ketundukan yang penuh dengan ketakutan. Menanggung penderitaan
yang tidak harus ditanggung, itulah kasih karunia pada Allah.
Jadi, jangan rusakkan anggur supaya
kita limpah di dalam kasih karunia; yang tidak layak menjadi layak.
Dahulu kita tidak layak, akhirnya
oleh kasih karunia kita menjadi layak untuk datang menghadap TUHAN, layak untuk melayani TUHAN sesuai karunia-karunia dan
jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh TUHAN.
Oleh sebab itu, jangan rusakkan anggur apalagi di dalam tujuh tahun
kelaparan yang akan terjadi, yang memuncak pada tiga tahun setengah, dimana
antikris berkuasa dan memerintah atas seantero dunia ini.
Selain Kita limpah kasih karunia,
itu juga merupakan kekuatan dan hikmat Allah…
1 Korintus 1:18
(1:18) Sebab
pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa,
tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
Salib yang diberitakan itu adalah
kekuatan Allah, tetapi bagi mereka yang akan binasa itu adalah kebodohan.
Memang bagi orang-orang dunia
(hikmat dunia), pemberitaan salib itu adalah kebodohan, tetapi bagi mereka yang
akan diselamatkan itu adalah kekuatan.
1 Korintus 1:19-20
(1:19) Karena
ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan
kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." (1:20) Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di
manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia
ini menjadi kebodohan?
Hikmat dunia ini tidak mampu
menjangkau kuasa dari salib, karena bagi orang dunia, salib itu kebodohan.
Lihatlah orang-orang yang berhikmat
dari dunia ini, sangat sukar sekali untuk menerima pengajaran salib.
1 Korintus 1:21
(1:21) Oleh
karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka
Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan
Injil.
Semakin manusia memiliki hikmat dari
dunia, semakin dia tidak akan mengenal Allah, itu sudah pasti.
Kalau yang dikejar adalah hikmat
yang berasal dari dunia, dan dia memilikinya, itu akan membuat dia semakin tidak
mengenal Allah.
1 Korintus 1:22-24
(1:22) Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (1:23) tetapi kami memberitakan Kristus
yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk
orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (1:24)
tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan
Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Ada dua contoh pengikutan kepada TUHAN.
1.
Orang-orang Yahudi,
menghendaki tanda-tanda heran ataupun mujizat.
2.
Orang-orang Yunani di
dalam mengikuti TUHAN hanya
mencari hikmat saja.
Tetapi lihatlah sikap dari pada
Rasul Paulus: tetap memberitakan Kristus yang disalibkan, dia memiliki
pendirian yang kuat, ia tidak terpengaruh dengan selera pasar. Rasul Paulus
tidak mengikuti selera orang-orang Yahudi dan selera orang-orang Yunani di
dalam mengikuti TUHAN. Hamba TUHAN tidak boleh mengikuti selera
sidang jemaat, tetapi hamba TUHAN
harus memiliki prinsip, sikap yang tegas, harus tetap memberitakan salib di
tengah-tengah sidang jemaat yang dilayani di hadapan TUHAN.
Sekali lagi; pengajaran salib adalah
hikmat Allah dan kekuatan Allah, jadi jangan rusakkan anggur, supaya kita
mendapatkan kasih karunia.
Bandingkan dengan orang-orang yang merusakkan anggur.
2 Tesalonika 2:9-10
(2:9)
Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai
rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (2:10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat
terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan
mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
Orang-orang yang akan binasa itu
adalah orang-orang yang tidak menerima dan orang-orang yang tidak mengasihi
kebenaran yang dapat menyelamatkan yang berasal dari salib = merusakkan anggur.
Pendeknya, menolak salib Kristus =
merusakkan anggur.
Akibatnya; jauh dari kasih karunia
Allah = binasa.
Setelah kita menerima berkat dari Kejadian 41:56a, maka sekarang
kita akan menerima berkat berikutnya dari….
Kejadian 41:56b-57
(41:56b) Maka Yusuf
membuka segala lumbung dan menjual gandum kepada orang Mesir, sebab makin
hebat kelaparan itu di tanah Mesir. (41:57)
Juga dari seluruh bumi datanglah orang ke Mesir untuk membeli gandum dari
Yusuf, sebab hebat kelaparan itu di seluruh bumi.
Kedua ayat ini menunjukkan kepada
kita bahwasanya, Yusuf adalah:
Yang pertama:
Orang yang bijaksana.
Kejadian 41:39
(41:39) Kata Firaun
kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini
kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana
seperti engkau.
Yusuf adalah orang yang bijaksana
sesuai dengan pengakuan dari Firaun itu sendiri.
Orang yang bijaksana berarti;
berakal budi, berakal sehat.
Kejadian 41:33-36
(41:33) Oleh
sebab itu, baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan
bijaksana, dan mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir. (41:34) Baiklah juga tuanku Firaun
berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam
ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. (41:35) Mereka harus mengumpulkan
segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di
bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan,
serta menyimpannya. (41:36) Demikianlah
segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh
tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan
binasa karena kelaparan itu."
Kelebihan dari orang yang bijaksana
/ memiliki akal sehat / berakal budi ialah; mengumpulkan gandum yakni firman
Allah, pada masa kelimpahan, sebagai persediaan pada masa kelaparan yang akan
terjadi, sebagai penghukuman dari meterai yang ketiga, sehingga tidak binasa
sesuai dengan nubuat Amos 8:11.
Oleh sebab itu, berlakulah
bijaksana, kumpulkanlah gandum yakni firman Allah sebanyak-banyaknya dalam
tahun-tahun kelimpahan. Jadikanlah hati kita masing-masing sebagai lumbung yang
besar, untuk menyimpan gandum yakni firman Allah sebanyak-banyaknya, dan itu
merupakan persediaan nanti bilamana tujuh tahun kelaparan yang hebat itu
menimpa seantero dunia.
Pada saat mereka mengumpulkan gandum
dalam lumbung-lumbung yang besar, baik Yusuf sebagai orang yang bijaksana, baik
rakyat Mesir, mereka taat, setia, dengar-dengaran. Memang pada saat mereka
mengumpulkan gandum, mereka belum membutuhkan gandum itu pada saat itu, tetapi
pada saat kelaparan yang hebat nanti tiba, itu sangat kita butuhkan. Tetapi
anehnya, banyak anak TUHAN datang
beribadah tetapi merasa tidak butuh firman, ini nanti yang akan mencelakakan
dia sendiri. Banyak anak TUHAN
bermasa bodoh terhadap pemberitaan firman TUHAN,
acuh tak acuh terhadap firman TUHAN, mereka
merasa bahwa hari ini mereka belum membutuhkan firman, tetapi ingat, satu kali
kelak, bila TUHAN mengirimkan
kelaparan atas negeri ini, kita sangat membutuhkan gandum yang dari langit,
itulah firman Allah. Berlakulah
bijaksana, sekalipun itu belum kita butuhkan, mari jadikan hati ini lumbung
yang besar, sebagai persediaan.
Tugas dari orang bijaksana.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang
bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun
banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk
selama-lamanya.
“Orang-orang
bijaksana sama seperti bintang-bintang yang bercahaya,” berarti; bersinar
dan menjadi terang dalam kegelapan.
Adapun tugas dari orang-orang
bijaksana adalah: menuntun banyak orang kepada kebenaran.
Berlakulah bijaksana, jangan karena
saat ini kita merasa tidak butuh firman, kita hanya mencari perkara-perkara
lahiriah saja, itu adalah perbuatan bodoh. Tetapi kalau kita berlaku bijaksana,
kita pasti sangat membutuhkan firman Allah, bahkan hati ini kita jadikan
lumbung / tempat yang luas bagi firman Allah, sehingga dengan demikian kita
dipakai TUHAN untuk menuntun
banyak orang, paling tidak menuntun diri sendiri dan menuntun keluarga sendiri.
Matius 2:1-2
(2:1) Sesudah
Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah
orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (2:2)
dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru
dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang
untuk menyembah Dia."
Bintang Timur menuntun orang majus
sampai ke Yerusalem.
Adapun misi dan visi mereka untuk
berada di Yerusalem adalah; untuk menyembah Allah yang hidup.
Jadi, tujuan kita untuk datang ke
Yerusalem / di tengah-tengah keramaian kota adalah untuk menyembah Allah yang
hidup.
Matius 2:10-11
(2:10) Ketika
mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. (2:11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu
bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat
harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan
dan mur.
Puncak / tingkat atau tertinggi dari
ibadah adalah doa penyembahan.
Jadi kehadiran kita ini belum
sempurna dalam ibadah, kalau ibadah itu tidak sampai ke tingkat tertinggi /
puncak ibadah, itulah doa penyembahan. Kita tidak bisa hanya sekedar datang
beribadah, sekedar melayani sesuai karunia-karunia yang dipercayakan, tidak
bisa, tetapi ibadah itu harus sampai kepada tingkat yang tertinggi, itulah doa
penyembahan, sebagaimana orang-orang majus pada akhirnya mempersembahkan harta
mereka, antara lain; emas, kemenyan, dan mur.
-
Emas 🡪
kemurniaan dan kebenaran yang berasal dari firman Allah, ini diwakili
oleh Musa.
-
Kemenyan 🡪 kasih dari Allah Bapa yang datangnya dari doa
penyembahan, ini diwakili oleh Henokh.
-
Mur 🡪 minyak urapan dari kuat kuasa Roh Kudus, ini
diwakili oleh Elia.
Inilah puncak tertinggi dari ibadah
doa penyembahan, dan pada saat mereka di dalam penyembahan itu, mereka
mempersembahkan barang-barang yang berharga dan mulia (emas, kemenyan dan mur),
dan inilah tiga pribadi yang disebut manusia
Ilahi, karena ketiga-tiganya diangkat sampai ke hadirat Allah, menembusi
tahkta Allah. Itu bagaikan asap dupa kemenyan naik di hadirat Allah. Inilah
tiga manusia yang diangkat hidup-hidup dari bumi.
Kelebihan dari pada manusia Ilahi.
Matius 2:12
(2:12) Dan
karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes,
maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
Diperingatkan dalam mimpi = selalu
mendapatkan pembukaan-pembukaan rahasia firman Allah.
Pembukaan rahasia firman sangat
mendukung kita untuk sampai kepada puncak ibadah; doa penyembahan. Oleh karena
pembukaan rahasia firman, penyembahan kita tertuju dan terarah kepada Raja di
atas segala raja, tidak mengarah kepada yang lain-lain.
Kemudian dalam mimpi itu juga, “pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan
lain”, tidak sama dengan jalan yang biasa ditempuh oleh manusia di dunia
ini, yang nantinya arah penyembahannya kepada antikris.
Orang-orang dunia penyembahan mereka
nanti arahnya kepada antikris / Setan, sesuai dengan Wahyu 12-13.
Kehidupan yang tingkat ibadahnya
sudah memuncak sampai doa penyembahan.
Daniel 6:8
(6:8) Semua
pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan
bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan
ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari
menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada
tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa. (6:9) Oleh sebab itu, ya raja, keluarkanlah larangan itu dan buatlah
suatu surat perintah yang tidak dapat diubah, menurut undang-undang orang Media
dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali." (6:10) Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan
larangan itu. (6:11) Demi didengar
Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam
kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali
sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa
dilakukannya.
Dalam kamar atas Daniel ada
tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem, tiga kali sehari ia berlutut,
berdoa, serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya, ia tidak takut
dengan peraturan yang dikeluarkan oleh kerajaan Media dan Persia, dia tetap
menyembah Allah yang hidup. “Seperti yang
biasa dilakukannya” berarti; dia tidak terpengaruh dengan larangan itu.
Jadi, ayat 11 menunjukkan bahwa ibadah dari pada Daniel ini sudah berada
pada tingkat yang tertinggi, itulah doa penyembahan, penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah, dia tidak takut dengan larangan.
Kalau hari ini saja kita takut tidak
makan, takut tidak minum, takut kehilangan pekerjaan, takut tidak kuliah,
takut, takut, takut, bagaimana kalau kehilangan nyawa? Itu lebih berat. Satu
kali peraturan itu akan keluar, bilamana antikris berkuasa di atas muka bumi
ini selama 3,5 tahun. Maka, kelebihan daripada orang bijaksana adalah kehidupan
rohaninya dituntut sampai kepada kebenaran, ibadahnya berada pada tingkat
tertinggi / puncak ibadah disebut juga doa penyembahan.
Dalam Wahyu 13:15; nabi palsu memberikan nyawa kepada patung berhala,
sehingga patung itu dapat berbicara dan bertindak begitu rupa, sehingga setiap
orang yang tidak menyembah akan dibunuh (kalau ia berpihak kepada TUHAN),
tetapi kalau ia menyembah patung itu, maka lepas dari pembunuhan, berarti;
takut kehilangan nyawa.
Oleh sebab itu, tidak boleh lagi
datang beribadah dengan kebiasaan, ibadah tradisi, ibadah Taurat, ibadah
lahiriah, mulut memuji TUHAN
tetapi hatinya jauh dari TUHAN =
tubuh dipersembahkan di tengah ibadah, tetapi hatinya merantau ke mana-mana /
menolak firman. Hidup semacam ini sangat diragukan.
Siapa yang mau memperhatikan nyawa
saudara, siapa yang mau mengasih saudara di dunia ini, jangankan nyawa, tentang
hati ini, belum tentu ada yang mengerti sedikitpun. Tetapi TUHAN kita sampai hari ini setia untuk
menuntun kita sampai kepada puncak ibadah. Kita harus memiliki akal sehat,
berakal budi, itulah orang bijaksana. Apa kita tidak hancur hati melihat
kesetiaan TUHAN menuntun kita
sampai kepada kebenaran?
Daniel 6:17
(6:17) Sesudah
itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam
gua singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: "Allahmu yang kausembah
dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!"
Karena Daniel melanggar peraturan
yang ditetapkan, yang tidak boleh diubah oleh siapapun, pada akhirnya ia
dilemparkan ke dalam gua singa, walaupun pada saat itu raja Darius sangat
mengasihi Daniel, tetapi Darius tidak bisa berbuat apa-apa.
Bapak Jokowidodo adalah pemimpin
nomor satu di Indonesia ini, ia sangat mengasihi rakyatnya, tetapi soal
keselamatan, bapak Jokowidodo tidak bisa. Jangan takut dengan larangan, kita
tunduk kepada pemerintah, tetapi soal keselamatan kekal; ibadah kita harus
sampai kepada tingkat yang tertinggi / puncak ibadah, itulah doa penyembahan,
sejauh penyerahan diri.
Untuk yang lahiriah kita bisa mengalah
dan menyerah, tetapi untuk TUHAN
tidak mau mengalah dan menyerah, apa itu namanya kalau bukan egois dan sombong,
angkuh, fasik.
Daniel 6:18
(6:18) Maka dibawalah
sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu, lalu raja mencap itu dengan
cincin meterainya dan dengan cincin meterai para pembesarnya, supaya dalam hal
Daniel tidak dibuat perubahan apa-apa.
“Dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu.”
Kita teringat dengan pada zaman
Taurat, hukum-hukum itu ditulis pada loh-loh batu. Jadi, hukum Taurat ini tidak
menolong kita kelak, tetap justru menutup jalan kita, ingatlah itu. Hukum
Taurat itu nanti, akan juga bersama-sama dengan meterai dari pada
penguasa-penguasa di bumi ini. Jadi, nabi-nabi palsu akan bekerjasama dengan
penguasa-penguasa di bumi ini untuk menghambat kehidupan rohani dari anak-anak TUHAN sampai binasa.
Daniel 6:19
(6:19) Lalu pergilah
raja ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malaman itu; ia tidak menyuruh
datang penghibur-penghibur, dan ia tidak dapat tidur.
Apa yang dilakukan oleh raja Darius
ini adalah bukti bahwa dia sangat peduli dan sangat mengasihi dengan Daniel,
tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali hanya berdoa dan berpuasa.
Daniel 6:20
(6:20) Pagi-pagi
sekali ketika fajar menyingsing, bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke
gua singa; (6:21) dan ketika ia
sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu.
Berkatalah ia kepada Daniel: "Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang
kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa
itu?" (6:22) Lalu kata Daniel
kepada raja: "Ya raja, kekallah hidupmu!
“Lalu kata Daniel kepada raja: "Ya raja, kekallah
hidupmu!”, berarti ada tanda kehidupan di dalam
doa penyembahan, kalau Daniel tidak menyahut, berarti tidak ada tanda
kehidupan.
Yesus Anak Allah mengadakan doa
penyahutan di atas kayu salib, supaya ada kehidupan bagi anak-anak TUHAN. Doa penyahutan itu sebetulnya isi
hati manusia di dalam kesusahannya, itu yang disampaikan kepada Allah Bapa.
Sebagai Imam Besar Agung, Ia membawa jeritan hati kita sampai ke Surga, Dia
sangat mengasihi saya dan saudara, bagaikan tapal dada imam besar ada di
jantung hati. Di tapal dada itu terdapat dua belas batu permata, yang disebut
batu permata tatahan, ada empat baris, tiga batu disetiap barisnya, dan di atas
batu permata itu terukir nama dari kedua belas suku Israel.
Setiap pergumulan yang dialami oleh
anak-anak TUHAN disampaikan Yesus
kepada Allah Bapa, karena kita adalah jantung hati-Nya.
Daniel 6:23
(6:23) Allahku
telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu,
sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak
bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak
melakukan kejahatan."
Pada saat antikris berkuasa selama
3,5 tahun di atas muka bumi ini, TUHAN
memerintahkan malaikat-malaikat Surgawi untuk mengatupkan mulut-mulut Singa.
Jadi, kita sangat butuh malaikat TUHAN / malaikat sidang jemaat / gembala
sidang, hanya orang bodoh yang tidak butuh gembala sidang, hanya orang bodoh
yang mengecilkan gembala sidang, hanya orang yang dungu, bebal, yang tidak mau
menghormati gembalanya masing-masing. Sehingga, di sini kita melihat, nyata
pembelaan TUHAN kepada Daniel,
singa-singa itu tidak dapat mengganggu keberadaan dari pada Daniel, karena
ternyata tidak terdapat kesalahannya di hadapan TUHAN
dan juga tidak bersalah kepada raja Darius.
Hati-hati, kebanyakan orang Kristen
di hari-hari ini gagal paham soal “hal
tertentu”, bukan berarti kalau kita bertahan dengan iman / kalau kita
mengimani bahwa kita akan dibela, dilindungi, ditolong oleh darah salib, lalu
dikatakan; kita tidak tunduk kepada pemerintah, itu kesalahan yang fatal
sekali, pengertian yang sangat dangkal di dalam hal kebenaran firman. Daniel
tetap tunduk kepada raja Darius, dia tidak bersalah kepada raja Darius, apalagi
kepada Allah yang hidup. Saya ini tetap tunduk kepada pemerintah, karena itu
Alkitab, tetapi ingat kita harus satu DNA dengan TUHAN Yesus Kristus, biarlah darah salib mengalir dalam
sel-sel darah kita masing-masing. Hal yang rohani tidak ada kaitannya dengan
yang lahiriah, dalam hal lahiriah: 1+1=2, tetapi kalau yang rohani (nikah
rohani), 1+1=1, karena sudah dipersatukan oleh salib di Golgota.
Jadi Daniel tidak berdosa kepada TUHAN dan tidak berdosa terhadap
pemerintah, hanya karena tidak tunduk dengan aturan yang ada. Para pemirsa,
anak TUHAN yang setia untuk tekun
digembalakan oleh GPT “Betania”, harus
paham tentang hal ini.
Daniel 6:24
(6:24) Lalu sangat
sukacitalah raja dan ia memberi perintah, supaya Daniel ditarik dari dalam
gua itu. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka
apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya.
Tidak terdapat luka apa-apa, tidak
akan ada penyakit sampar corona, termasuk varian yang baru itulah omicrom, itu
tidak dapat melukai anggota-anggota dalam tubuh ini, merusak sel-sel dalam
tubuh ini, jikalau kita tetap beriman kepada TUHAN
Yesus Kristus di dalam darah-Nya, itu sukacita kita.
Daniel 6:5
(6:5) Kemudian
para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel
dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apa pun atau
sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian
atau sesuatu kesalahan padanya.
Tidak terdapat kesalahan apapun
dalam diri Daniel, sebab ia setia. Maka, kita perlu untuk setia di hadapan TUHAN, jangan sedikit persoalan, hati,
pikiran, perasaan terguncang, lalu itu kita jadikan alasan untuk tinggalkan TUHAN.
Jangan sibuk hanya memikirkan yang
sesaat, tetapi pikirkan masa yang akan datang. Hanya karena diancam keluarga
sedarah, sedaging, langsung ketakutan. Kemudian, Daniel itu bukan orang yang
lalai, sebab itu kalau kita beribadah, beribadah sungguh-sungguh, jangan
lalaikan itu, melayani TUHAN
dengan karunia jabatan juga harus dengan sungguh-sungguh, jangan lalaikan itu.
Daniel 6:6
(6:6) Maka
berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan
dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!"
Mereka mencari alasan untuk dapat
mempersalahkan Daniel di dalam hal pemerintahan, tetapi tidak menemukannya,
sehingga beralih kepada hal ibadah.
Nanti antikris juga ujung-ujungnya
akan berkuasa sampai ibadah-ibadah, akan membuat suatu aturan-aturan yang
dibawa masuk sampai ke dalam ibadah-ibadah, itu harus dicamkan oleh umat TUHAN di hari-hari terakhir ini.
Jadi, ini sudah seharusnya menjadi berkat
besar bagi kita, karena TUHAN
sangatlah memperhatikan kita pada saat ini.
Kita lihat kehidupan yang bijaksana,
yaitu; Rasul Paulus…
1 Korintus 10:15
(10:15) Aku
berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Sebagai orang yang bijaksana, Rasul
Paulus menghimbau supaya sidang jemaat di Korintus ini menjauhkan diri mereka
dari penyembahan berhala. Dan apa yang disampaikan oleh Rasul Paulus harus
dipertimbangkan oleh sidang jemaat di Korintus, artinya; setiap nasihat-nasihat
yang disampaikan oleh orang yang bijaksana, harus dipertimbangkan, tidak boleh
diabaikan begitu saja, apalagi imam-imam .
1 Korintus 10:19-20
(10:19) Apakah
yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah
sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan
mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku
tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
Singkat kata, Rasul Paulus tidak mau
dan tidak rela jika Jemaat di Korintus harus bersekutu dengan roh-roh jahat
seperti bangsa Israel selama empat puluh tahun di padang gurun.
Rasul Paulus adalah seorang yang
bijaksana, yang sedang berjuang untuk menuntun sidang jemaat di Korintus sampai
kepada kebenaran sejati.
Maka yang menjadi perhatian kita
juga di dalam mengikuti TUHAN….
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak
dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak
dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh
jahat.
-
Kita tidak dapat
berkorban kepada TUHAN tetapi
dalam kesempatan yang lain berkorban kepada roh-roh jahat.
-
Kita tidak melakukan
kehendak Allah dan melakukan kehendak roh-roh jahat secara bersama-sama.
Pilih salah satu dari keduanya. Maka
sangatlah hebat Rasul Paulus ini berjuang sebagai orang bijaksana untuk
menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran.
Sebagai orang bijaksana, siapakah
Rasul Paulus?
2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus
bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku
hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang
kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu
tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam
tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari
sorga. (12:3) Aku juga tahu
tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu,
Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia
tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan,
yang tidak boleh diucapkan manusia.
Pendeknya, Rasul Paulus hidup di
dalam penyucian yang begitu hebat hingga membawa ia sampai kepada tingkat yang
ketiga dari Surga, di situlah ia menerima penglihatan-penglihatan dan
penyataan-penyataan dari TUHAN.
Penyucian yang kita terima adalah
penyucian yang membawa kita sampai kepada kesempurnaan, seperti Rasul Paulus
diangkat ke tingkat yang ketiga dari Surga disebut juga Firdaus. Memang ketika
kita menerima penyucian oleh firman, itu sakit bagi daging, tetapi manakala
kita dengan rendah hati mau menerima penyucian yang hebat itu, maka itu akan
membawa kita sampai kepada kesempurnaan. Ketika kita dibawa sampai kepada
kesempurnaan, maka terang saja, pada saat itu kita akan menerima
perkara-perkara yang heran dari TUHAN,
yakni; penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang heran dari TUHAN.
Jadi kita perlu untuk mengalami
penyucian, Musa juga mengalami penyucian, dia melihat suatu penglihatan yang
hebat dalam Keluaran 3.
Intinya Rasul Paulus adalah seorang
hamba TUHAN yang visioner, dapat
melihat atau memandang jauh ke depan, yang tidak bisa dijangkau oleh akal
pikiran manusia, sebab akal dan pikiran manusia terbatas. Dan hal itu juga
dinyatakan di dalam 2 Korintus 4:16-18;
Rasul Paulus mengalami pembaharuan manusia batiniah, sehingga pada saat pembaharuan
manusia batiniah dialami, ia tidak tawar hati, sekalipun manusia lahiriah
merosot. Ketika manusia batiniah naik, manusia lahiriah pasti merosot, tetapi
kalau manusia lahiriah yang ditonjolkan, maka manusia rohaninya merosot, pilih
mana? Tetapi Rasul Paulus memilih supaya tetap mengalami pembaharuan manusia
batiniah.
2 Korintus 4:17
(4:17) Sebab penderitaan
ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi
segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
Ayat ini menunjukkan bahwa Rasul
Paulus seorang visioner, dia tidak tidak peduli dengan penderitaan, demi
kemuliaan kekal.
Apa misi dan visi kita? Jawablah
kedepan, buktikan lewat ibadah dan pelayanan.
2 korintus 4:18
(4:18) Sebab kami
tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena
yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Rasul Paulus tidak ipeduli dengan
yang kelihatan. Alasannya: karena yang kelihatan sifatnya sementara (tidak
kekal), sedangkan yang tak kelihatan itulah kerajaan Surga, sifatnya kekal, dan
kelak kita akan bahagia dalam kekekalan, kalau kita ada di dalamnya.
Supaya semakin jelas, kita lihat…
Ibrani 9:1-4
(9:1) Memang
perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan
untuk tempat kudus buatan tangan manusia. (9:2)
Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ
terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang
kudus. (9:3) Di belakang tirai yang
kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah
pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut
dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi
manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan
perjanjian,
Cawan emas itu sudah ada di dalam
ruangan mahasuci, itulah doa penyembahan, dan Rasul Paulus melihat itu.
Jadi, singkat kata, jikalau hidup
rohani kita berada pada tingkat ibadah yang tertinggi, dengan kata lain hidup
di dalam doa penyembahan = visioner. Kalau ibadahnya belum sampai kepada doa
penyembahan, berarti dia belum melihat Surga-Nya.
Jadi jangan anggap enteng ibadah
ini, kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, sampai mati di situ.
Sampai sejauh ini kita sudah melihat bahwasanya; Yusuf nabi
yang bijaksana, Daniel nabi yang bijaksana, Paulus rasul yang bijaksana,
memiliki akal sehat, ibadahnya memuncak sampai doa menyembah. Tugas dari orang
bijaksana: menuntun banyak orang kepada kebenaran. Yusuf menuntut banyak orang
kepada kebenaran, Daniel menuntun banyak orang kepada kebenaran, juga Rasul
Paulus sebagai orang bijaksana, juga menuntun banyak orang kepada kebenaran.
Bersyukurlah kepada TUHAN, bahwasanya, kasih setia-Nya kekal
sampai selama-lamanya, dari sekarang sampai selamat.
Kalau kita mau menghargai firman
yang dibukakan malam ini, tentu hati kita hancur, dan TUHAN sangat memperhatikan kita, TUHAN tidak mau kita
binasa, TUHAN mau kita selamat, Dia suami dalam keadilan, suami dalam
kebenaran, suami yang bijaksana, Dia mau supaya kita menjadi milik
kepunyaan-Nya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA
SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment