IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 02 DESEMBER 2021
KITAB RUT
(Seri: 15)
Subtema: MENANGGALKAN KASUT MENJADIKAN KITA PEMIMPIN SEJATI
Selamat
malam, salam sejahtera bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing.
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk
berada di tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Saya
juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, dan umat
ketebusan TUHAN yang senantiasa dengan tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia.
Selanjutnya,
kita berdoa dan kita mohon kemurahan TUHAN supaya kiranya firman yang dibukakan
itu betul-betul memberkati kehidupan kita pribadi lepas pribadi, karena dua
tangan TUHAN dari Sorga menjangkau setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Kita
sambut STUDY RUT sebagai firman
penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Kita baca Rut 4, dengan perikop: “Rut
menjadi isteri Boas.”
Rut
4:1
(4:1)
Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus
yang disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: "Hai saudara, datanglah
dahulu ke mari, duduklah di sini." Maka datanglah ia, lalu duduk. (4:2) Kemudian dipilihnyalah sepuluh
orang dari para tua-tua kota itu, dan berkata: "Duduklah kamu di
sini." Maka duduklah mereka. (4:3)
Lalu berkatalah ia kepada penebus itu: "Tanah milik kepunyaan saudara kita
Elimelekh hendak dijual oleh Naomi, yang telah pulang dari daerah Moab. (4:4) Jadi pikirku: baik juga hal itu
kusampaikan kepadamu sebagai berikut: Belilah tanah itu di depan orang-orang
yang duduk di sini dan di depan para tua-tua bangsa kita. Jika engkau mau
menebusnya, tebuslah; tetapi jika engkau tidak mau menebusnya, beritahukanlah
kepadaku, supaya aku tahu, sebab tidak ada orang yang dapat menebusnya kecuali
engkau, dan sesudah engkau: aku." Lalu berkatalah ia: "Aku akan
menebusnya." (4:5) Tetapi kata
Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi,
engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati
itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya." (4:6) Lalu berkatalah penebus itu:
"Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan
milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku
tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
Boaslah
yang menjadi penebus yang sesungguhnya atau penebus sejati. Sebab, penebusan
atas tanah Elimelekh pada akhirnya jatuh ke tangan Boas. Kemudian, di dalam hal
penebusan tanah tersebut Boas juga turut memperoleh Rut, menantu Naomi yang
sudah menjadi janda.
Pertanyaannya:
MENGAPA RUT TURUT DITEBUS?
Rut
4:5
(4:5)
Tetapi kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi,
engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu,
untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya."
Rut
turut ditebus oleh Boas tujuannya adalah untuk menegakkan nama Mahlon di atas tanah milik pusakanya. Mahlon adalah
suami Rut, anak sulung Elimelekh yang dilahirkan oleh Naomi. Berarti, oleh
penebusan yang dikerjakan Boas silsilah Mahlon tidak akan terputus walaupun dia
sudah mati atau sudah tiada.
Dengan
demikian, janji Firman Allah tergenapi yakni suatu kehidupan yang hina, dina,
papah, serta kehidupan yang masih ditandai dengan kelemahan-kelemahan mendapat
kesempatan untuk beroleh tanah air Sorgawi sebagai milik pusakanya untuk
selama-lamanya.
Kita
ini adalah bangsa kafir bukan bangsa Yahudi, kita ini adalah kehidupan yang
hina, dina, papah dan masih banyak ditandai dengan kelemahan, kenajisan dan
berhala-berhala yang lain, tetapi oleh karena kemurahan TUHAN itulah penebusan
yang dikerjakan oleh Boas rohani kehidupan yang hina, dina dan papah mendapat
kesempatan untuk memperoleh tanah air Sorgawi sebagai milik pusaka kita untuk
selama-lamanya.
Demikian
juga penebusan yang telah dikerjakan oleh TUHAN Yesus Kristus di bukit Golgota,
tujuannya terang saja supaya kita mendapat bagian dalam tanah air Sorgawi
sebagai milik pusaka kita untuk selama-lamanya.
Dalam
hal ini Yesus Kristus telah menggenapi firman para nabi dan hukum Taurat
seperti juga tertulis dalam Ulangan 25, dengan perikop: “Tentang kawin dengan isteri saudara yang telah mati.”
Ulangan
25:5-6
(25:5)
"Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari
pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah
isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya;
saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya
dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. (25:6) Maka anak sulung yang nanti
dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati
itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel.
Apabila
seseorang mati tanpa meninggalkan anak laki-laki maka salah seorang dari
saudara-saudaranya yang masih hidup harus melakukan kewajiban PERKAWINAN IPAR,
itulah saudara dari seorang yang sudah mati itu harus mengambil isterinya.
Kemudian, anak laki-laki yang sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu
haruslah dianggap dari anak orang yang mati itu, tujuannya adalah supaya
silsilah orang yang mati itu tidak terputus, tidak terhapus dari antara orang
israel. Demikianlah Boas mengambil Rut menjadi isterinya supaya silsilah Mahlon
tidak terputus dari antara orang israel.
Kita
kembali untuk membaca Rut 4.
Rut
4:6
(4:6) Lalu
berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya,
sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau
menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
Penebus
pertama tidak siap menebus tanah Elimelekh dan tidak siap menebus Rut,
perempuan Moab itu. Alasannya adalah dia tidak mau merusakkan tanah milik
pusakanya sendiri. Sama dengan Nabot; dia tetap mempertahankan tanah yang
diwariskan nenek moyangnya sebagai milik pusakanya, sekalipun harus kehilangan
nyawanya, sekalipun hayat lepas dari kandung badan tetap dia pertahankan.
Kita
bandingkan dengan hukum yang berlaku, dalam Ulangan 25.
Ulangan
25:7
(25:7)
Tetapi jika orang itu tidak suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah
isteri saudaranya itu pergi ke pintu gerbang menghadap para tua-tua
serta berkata: Iparku menolak menegakkan nama saudaranya di antara orang
Israel, ia tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar dengan aku.
Jika
saudara dari orang yang mati itu menolak melakukan kewajiban perkawinan ipar,
maka isteri dari orang yang mati itu harus pergi ke pintu gerbang untuk memberitahukan
perkara-perkara itu kepada tua-tua kota itu.
Ulangan
25:8-9
(25:8)
Kemudian para tua-tua kotanya haruslah memanggil orang itu dan berbicara dengan
dia. Jika ia tetap berpendirian dengan mengatakan: Aku tidak suka mengambil dia
sebagai isteri -- (25:9) maka
haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para tua-tua, menanggalkan
kasut orang itu dari kakinya, meludahi mukanya sambil menyatakan:
Beginilah harus dilakukan kepada orang yang tidak mau membangun keturunan
saudaranya.
Setelah
perempuan itu datang kepada para tua-tua kota itu, maka para tua-tua kota itu
yang bertindak dan meyakinkan saudaranya itu. Namun, apabila orang itu tetap
bertahan dan menolak untuk melakukan kewajiban perkawinan ipar, maka tua-tua di
kota itu mengizinkan perempuan yang menjadi janda itu untuk melakukan dua hal:
Yang pertama: Perempuan itu
harus MELUDAHI muka orang itu.
Ketika
Yesus disalibkan orang Yahudi juga pernah meludahi wajah Yesus, dalam Matius
26:67.
Model
atau bau ludah dari orang Yahudi adalah …
1.
Hukum
Taurat.
2.
Keras
hati dan tegar tengkuk.
Ini
bau ludah yang sangat luar biasa dan membuat hati TUHAN pilu.
Kemudian,
bangsa kafir yang diwakili oleh tentara romawi juga meludahi wajah Yesus, dalam
Matius 27:30.
Model
atau bau ludah dari bangsa kafir adalah kenajisan dan berhala.
Yang kedua: MENANGGALKAN
KASUT dari orang itu.
Malam
ini kita kembali memperhatikan penjelasan tentang “Menanggalkan Kasut.”
Rut
4:7-8
(4:7)
Beginilah kebiasaan dahulu di Israel dalam hal menebus dan menukar: setiap kali
orang hendak menguatkan sesuatu perkara, maka yang seorang menanggalkan
kasutnya sebelah dan memberikannya kepada yang lain. Demikianlah caranya orang
mensahkan perkara di Israel. (4:8)
Lalu penebus itu berkata kepada Boas: "Engkau saja yang membelinya."
Dan ditanggalkannyalah kasutnya.
Penebus
pertama menyerahkan hak penuh kepada
Boas untuk menebus tanah milik Elimelekh dan Rut menjadi isterinya.
Kemudian, supaya perkara itu dianggap sah maka penebus pertama harus menanggalkan kasut dari kakinya. Dengan
demikian, penebusan yang akan dikerjakan oleh Boas atas tanah milik Elimelekh
serta Rut perempuan Moab yang menjadi janda itu, dianggap sah dan diakui oleh
para saksi.
Mari
kita simak suatu peristiwa tentang kasut yang ditanggalkan, di dalam Keluaran
3.
Keluaran
3:1
(3:1)
Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya,
imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang
padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
Kalimat
“biasa menggembalakan kambing domba” artinya:
Tergembala dengan sungguh-sungguh sampai mendarah daging.
Dampak
positif tergembala dengan sungguh-sungguh adalah domba-domba yang digembalakan
atau kehidupan rohani yang tergembalan akan dituntun atau digiring dan diseberangkan
dari padang gurun dunia untuk selanjutnya dibawa sampai ke gunung TUHAN, gunung
Horeb. Berarti, berada pada tingkat ibadah yang tertinggi itulah doa
penyembahan.
Tiadalah
mungkin kita berada sampai puncak ibadah itulah doa penyembahan kalau kita tidak
tergembala dengan sungguh-sungguh. Tergembala berarti setia beribadah sampai
nanti digiring kepada tingkat ibadah yang tertinggi itulah doa penyembahan.
Keluaran
3:2-3
(3:2)
Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang
keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu
menyala, tetapi tidak dimakan api. (3:3) Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk
memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri
itu?"
Di
atas puncak gunung Horeb malaikat TUHAN menampakkan diri kepada Musa di dalam
nyala api yang ke luar dari semak duri. Bagi Musa fenomena ini menjadi suatu
penglihatan yang besar dan hebat, sebab semak duri itu menyala-nyala tetapi
tidak terbakar dan tidak hangus.
Keluaran
3:4-5
(3:4)
Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah
Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan
ia menjawab: "Ya, Allah." (3:5)
Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu
dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang
kudus."
Karena
Musa berusaha untuk mendekat untuk melihat penglihatan yang hebat itu, maka
secepatnya TUHAN memerintahkan untuk menanggalkan
kasut dari Musa, sebab tempat di mana Musa berdiri itu adalah tanah yang
kudus.
Kasut
pada kedua telapak kaki Musa, itu menunjuk kepada:
A.
40
(empat puluh) tahun di Mesir =
Berdiri di atas pengetahuan yang berasal dari Mesir atau dunia.
B.
40
(empat puluh) tahun di Midian =
Berdiri di atas pengalaman yang berasal dari manusiawi.
Pendeknya:
Pengetahuan dan pengalaman yang berasal dari dunia ini tidak dapat dijadikan
sebagai dasar pijakan bagi seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani TUHAN dan
melayani pekerjaan TUHAN.
Biarpun
seseorang mempunyai pengetahuan bahkan sederet gelar di pundaknya itu tidak
bisa dijiadikan oleh seorang hamba TUHAN sebagai dasar pijakannya untuk
melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN. Demikian juga, sekalipun seseorang
mempunyai pengalaman yang hebat di dunianya dan dibidangnya tidak akan bisa
dijadikan sebagai dasar pijakan bagi seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani
TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Pengetahuan
dan pengalaman dari dunia belum dapat mencapai kemuliaan dan ketinggian dari
Kerjaan Sorga.
Sejenak
kita kembali memperhatikan penjelasan tentang: PENGETAHUAN MUSA YANG DIPEROLEH
DARI MESIR.
Kisah
Para Rasul 7:21-22
(7:21)
Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya
seperti anaknya sendiri. (7:22) Dan Musa
dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan
dan perbuatannya.
Musa
dididik dengan segala hikmat orang Mesir selama 40 (empat puluh) tahun.
Intinya:
Musa memperoleh pengetahuan yang berasal dari Mesir atau dunia.
Inilah
kasut yang pertama yaitu 40 (empat puluh) tahun yang pertama, berbicara soal
pengetahuan yang berasal dari Mesir.
Kisah
Para Rasul 7:23-24
(7:23)
Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya
untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel. (7:24) Ketika itu ia melihat seorang
dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela orang itu
dengan membunuh orang Mesir itu.
Pada
waktu berumur 40 (empat puluh) tahun Musa mengunjungi bangsanya atau
saudara-saudaranya yang sedang diperbudak dan ditindas di Mesir. Pada saat ia
ke luar, ia melihat salah seorang bangsanya itu ditindas oleh orang Mesir, lalu
secepatnya Musa datang untuk menolong dan membela dengan cara membunuh orang
Mesir itu.
Kisah
Para Rasul 7:25
(7:25)
Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk
menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
Dengan
perbuatannya itu Musa menyangka bahwa saudara-saudaranya akan tahu bahwa dia
dipakai oleh TUHAN untuk menyelamatkan bangsanya itu, namun pada kenyataannya
mereka tidak mengerti.
Mengapa
mereka tidak mengerti? Jawabnya; sebab kepemimpinan yang berasal dari tempat
yang Maha Tinggi itulah yang berasal dari Allah dari Sorga bertolakbelakang
dengan kepemimpinan yang ditampilkan oleh Musa.
Jadi,
ukuran seorang pemimpin yang dipakai oleh TUHAN adalah dari Sorga, dari Allah.
Banyak
pelayan-pelayan TUHAN sampai kepada hamba-hamba TUHAN bahkan gembala sidang
menyangka bahwa dia dipakai TUHAN, tetapi pemakaian TUHAN kepada seorang hamba
TUHAN harus diukur dengan Firman Allah bukan diukur dengan hal lahiriah, bukan
diukur dengan mata manusia.
Jadi,
di sini Musa tampil sebagai pemimpin menurut pengetahuan yang berasal dari
Mesir yang dia miliki.
Matius
20:25
(20:25)
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa
pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi
dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Kepemimpinan
menurut ukuran duniawi:
-
Pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan
besi.
-
Pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya dengan keras
atas rakyatnya.
Sama
halnya dengan Musa; dia datang untuk membela dan menolong bangsanya dengan cara
tangan besi dan kekerasan sampai akhirnya MEMBUNUH orang Mesir.
Hal
ini juga akan terjadi di masa-masa terakhir ini, yaitu pada saat antikris
berkuasa atas bumi ini selama 3,5 tahun, begitu banyak yang menjadi korban,
begitu banyak anak-anak TUHAN yang akan mati terbunuh di tangan besi dan
kekuasaan yang dijalankan dengan kekerasan, dengan otoriter. Bertolak belakang
dengan kepemimpinan yang berasal dari tempat yang Maha Tinggi.
Maka,
ketika Musa tampil sebagai pemimpin dia menyangka bahwa saudara-saudaranya akan
mengerti bahwa TUHAN akan memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi
sebaliknya saudara-saudaranya tidak mengerti. Sebab, bangsa Israel ini adalah
bangsa pilihan, dimulai dari Abraham Ishak dan Yakub, sehingga benih iman dari
pada Abraham itu sudah ada artinya iman tentang Sorga mereka sudah mengerti
walaupun dalam keadaan tertindas di Mesir.
Matius
20:26-27
(20:26)
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (20:27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara
kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
Kepemimpinan
yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi (dari Sorga):
-
Yang terbesar
hendaklah menjadi pelayan.
Jika rindu menjadi yang terbesar, maka
layanilah TUHAN dengan sungguh-sungguh, tidak usah bersungut-sungut. Kalau bersungut-sungut
dengar firman bagaimana seseorang dapat melayani TUHAN dengan hati besar dan
jiwa besar serta lapang dada. Oleh sebab itu, milikilah jiwa besar, sebab jiwa
besar harus dimiliki oleh seorang pelayan.
-
Yang terkemuka
hendaklah menjadi hamba.
Hamba dalam bahasa Yunani berarti doulos, artinya: Tidak ada hak untuk
dirinya sendiri selain tuannya.
Imam-imam
belajar untuk menjadi leadership yang
handal; pemimpin yang terkemuka, pemimpin yang terbesar, memiliki jiwa besar
dan memiliki hati doulos, berarti tidak memiliki hak atas dirinya sendiri
selain tuannya sendiri. Yesus Kristus adalah tuan dari dari segala hamba-hamba
di atas muka bumi ini.
Contoh
yang konkrit pemimpin yang datang dari tempat Yang Maha Tinggi.
Matius
20:28
(20:28)
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang."
Yesus
datang ke dalam dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk dua hal:
1.
Melayani. Berarti,
Dialah yang terbesar, Dialah yang terkemuka.
2.
Menyerahkan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Pendeknya:
Kepemimpinan yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi berbeda dengan
kepemimpinan yang berasal dari dunia yang menjalankan kuasanya dengan tangan
besi dan dengan kekerasan, seperti Musa membunuh orang Mesir.
Yesus
adalah pemimpin sejati sepanjang masa, sebab Yesus datang ke dunia ini untuk
melayani dan menyerahkan nyawanya. Dialah yang terbesar, Dialah yang terkemuka,
Dialah pemimpin sejati sepanjang masa dan tidak ada yang seperti Dia. Dia
sangat peduli dengan saya dan saudara. Oleh sebab itu, kita harus tetap belajar
untuk menjadi leadership yang handal
dan meneladani teladan Yesus di atas muka bumi ini.
Kalau
pemimpin hanya peduli dengan pikirannya dan perasaannya, dia bukanlah pemimpin
sejati walaupun dia melayani di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Sebab,
seorang pemimpin sejati datang untuk melayani dan menyerahkan nyawa.
Kita
ikuti teladan Yesus, sebab Dia pemimpin sejati. Mungkin kita belum sempurna
tetapi paling tidak kita terus belajar. Jangan sibuk dengan perasaan, jangan
sibuk memikirkan untuk mencari kesenangan sendiri, tetapi belajar untuk
mengerti segala sesuatu.
Inilah
perbedaan kepemimpinan yang berasal dari tempat yang maha tinggi dan
kepemimpinan yang berasal dari dunia.
Yohanes
18:33
(18:33)
Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan
bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" (18:34) Jawab Yesus: "Apakah
engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang
mengatakannya kepadamu tentang Aku?" (18:35)
Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam
kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau
perbuat?" (18:36) Jawab Yesus:
"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini,
pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang
Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
"Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku
telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi
Kerajaan-Ku bukan dari sini." Dari jawaban Yesus sudah jelas bahwa
Yesus adalah seorang pemimpin sejati yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi;
Dia raja orang Yahudi, pemimpin orang Yahudi, pemimpin sejati di sepanjang masa
dari masa ke masa.
Pemimpin
yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi Dia tidak peduli dengan perasaannya, Dia
tidak peduli dengan pikirannya, Dia tidak peduli dengan kesenangannya. Namun,
kalau pemimpin yang berasal dari dunia Dia akan mencari hamba-hamba-Nya supaya Dia
tidak mati disalibkan. Tetapi, karena Dia pemimpin sejati yang berasal dari
tempat Yang Maha Tinggi maka Dia harus rela menyerahkan nyawa-Nya; Dia datang
untuk melayani, Dia datang untuk menyerahkan nyawa-Nya dan mati di atas kayu
salib, berart tidak pusing dengan diri-Nya sendiri.
Oleh
sebab itu, pusinglah dengan tanggung jawab yang dipercayakan kepada setiap
imam, jangan pusing dengan perasaanmu.
Jangan
terlihat seperti membela dan menolong, tetapi membunuh; itulah menjalankan
kuasa dengan tangan besi dan menjalankan kuasa dengan kekerasan di hati. Orang
yang semacam ini tidak pantas untuk menjadi seorang pelayan.
Untuk
menjadi seorang pemimpin belajar dari firman TUHAN, jangan selalu bertahan
dengan pengertian sendiri, jangan mempertahankan pengertian yang berasal dari
dunia, sehingga akhirnya menjadi salah (keliru). Kalau melayani dan menjadi
pemimpin dengan pengetahuan yang kita miliki maka di situ banyak kekeliruan.
Kita
bersyukur kita diajar supaya kita memperoleh pengetahuan yang berasal dari
tempat Yang Maha Tinggi, karena TUHAN rindu supaya kita mau menjadi imam-imam,
pelayan-pelayan atau pemimpin-pemimpin atau disebut juga leadership yang handal, yang mau bertanggung jawab untuk pekerjaan
yang dipercayakan TUHAN bahkan sampai mati di situ. Oleh sebab itu, jangan
terlalu sibuk dengan perasaan dan berkata; “aduh
aku capek,” kalau “aduh” tiap hari sampai di neraka nanti “aduh.” Sebab,
kalau banyak mengeluh maka tempatnya di neraka, di alam maut.
Yohanes
18:37
(18:37)
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus:
"Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku
lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi
kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran
mendengarkan suara-Ku."
Kata
Pilatus: "Jadi Engkau adalah
raja?" Jawab Yesus: "Engkau
mengatakan, bahwa Aku adalah raja.”
Pemimpin
sejati tidak merasa bahwa dia adalah seorang pemimpin. Biarlah kita semua di
dalam hal melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, dengan kata lain menjadi
pemimpin, bukan karena pengakuan diri sendiri tetapi TUHAN yang mengakui,
karena TUHAN yang membuka mulut Pilatus untuk mengakui bahwa Yesus raja, Yesus
pemimpin sejati. Sebab, Yesus sendiri berkata “Engkat mengatakan, bahwa Aku adalah raja.”
Pemimpin
sejati, pemimpin yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi tidak pernah
membesar-besarkan diri, tidak pernah mengakui keberadaannya, tetapi pemimpin
sejati diakui oleh TUHAN.
Pendeknya:
Yesus datang ke dunia ini untuk menampilkan model kepemimpinan yang benar
kepada seantero dunia ini. Itu sebabnya, Yesus berkata: “untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini.”
Dengan
penampilan seorang pemimpin yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi maka
dunia dibenarkan.
Matius
18:38A
(18:38)
Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"
Pilatus
adalah pemimpin wilayah, namun dia bertanya kepada Yesus: "Apakah kebenaran itu?" Dalam hal ini Pilatus tidak
memahami tentang kepemimpinan yang benar, yang sejati.
Kita
lihat PRAKTEK kepemimpinan yang benar atau kepemimpinan yang sejati, di dalam
Ibrani 3 dengan perikop: “Yesus lebih
tinggi dari Musa.”
Ibrani
3:1-6
(3:1)
Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan
sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui,
yaitu Yesus, (3:2) yang setia kepada
Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap
rumah-Nya. (3:3) Sebab Ia dipandang
layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan
lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. (3:4) Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan,
tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. (3:5) Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai
pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, (3:6) tetapi Kristus setia sebagai Anak
yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada
akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.
Yesus
Kristus adalah Kepala rumah TUHAN yang setia, pemimpin yang setia.
Bukti
bahwa Yesus tampil sebagai pemimpin yang setia, pemimpin yang sejati itulah
pemimpin yang berasal dari tempat Yang Maha Tinggi:
1.
Yesus
tampil sebagai Rasul.
2.
Yesus
tampil sebagai Imam Besar Agung.
Berarti,
dalam hal ini; Yesus sebagai rasul dan Yesus sebagai Imam Besar Agung, yang
kita akui.
Pertanyaan
PERTAMA: Apa tugas dari seorang Rasul?
Jawabnya
dapat kita temukan dalam Wahyu 1.
Wahyu
1:1-2
(1:1)
Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya
ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh
malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. (1:2) Yohanes telah bersaksi tentang
firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu
segala sesuatu yang telah dilihatnya.
Rasul
Yohanes menerima wahyu dari Allah. Jadi, prosesnya;
-
wahyu
itu dari Allah lalu turun kepada Yesus Kristus,
-
kemudian,
dari Yesus Kristus turun kepada para malaikat,
-
dari
para malaikat turun kepada hamba-hamba-Nya,
-
dari
hamba-hamba-Nya sampai kepada tujuh sidang jemaat di Asia kecil.
Jadi,
tugas dari seorang hamba TUHAN yang menerima jabatan rasul adalah untuk
menyampaikan wahyu kepada sidang jemaat, berarti mengajarkan tentang hal-hal
yang akan datang. Di sini Rasul Yohanes memberitakan wahyu kepada tujuh sidang
jemaat yang ada di Asia kecil.
Kita
belum berada pada masa yang akan datang, dan kita masih berada pada masa yang
sekarang. Jadi, kita belum melihat tentang apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang secara jasmani atau secara kasat mata. Tetapi oleh karena wahyu
kita akan memiliki pengertian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang = Mata batin ini sudah melihat apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang.
Maka,
roh rasuli ini juga harus dimiliki oleh pemimpin rohani yaitu gembala sidang
supaya bisa memberitahukan masa-masa yang akan datang yaitu apa yang akan
terjadi, supaya sidang jemaat terbuka pikirannya; jangan terus pemikirannya
soal berkat, jangan terus pemikirannya hanya bicara soal keberhasilan, sebab
itu adalah ibadah fasik sesuai dengan kitab Daniel.
Sikap
pemimpin yang benar adalah memiliki roh rasuli supaya dia bisa mengajarkan
kepada sidang jemaat tentang masa-masa yang akan datang, supaya dengan demikian
sidang jemaat bisa juga dengan aktif dapat mengatasi segala persoalan yang akan
terjadi. Kalau wahyu itu diterima oleh sidang jemaat, maka otomatis sidang
jemaat dapat mengerti apa yang akan terjadi, maka dari sejak sekarang sidang
jemaat dapat mempersiapkan diri untuk masa yang akan terjadi. Oleh sebab itu,
saudara harus bersyukur kepada TUHAN Yesus kalau wahyu itu dinyatakan oleh
seorang pemimpin secara khusus gembala sidang yang memiliki roh rasuli.
Wahyu
1:9
(1:9)
Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam
ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena
firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.
Untuk
mendapatkan wahyu tersebut Rasul Yohanes rela dibuang dan diasingkan ke pulau
Patmos.
Jadi,
mulai dari sekarang harus belajar untuk membawa hidup rendah
serendah-rendahnya. Kalau memang rasa-rasanya kita seperti dibuang di dunia ini
tidak perlu harus mengeluh, justru pada saat kita mau merendahkan diri karena
terbuang dan tersisih dari dunia ini maka TUHAN menerima kita dan pada saat
TUHAN menerima kita di situ TUHAN menyatakan wahyu dan memperlihatkan segala
sesuatu yang akan terjadi. Itulah keuntungan dari orang yang rela turun serendah-rendahnya
karena memang rela disingkirkan dari dunia ini. Oleh sebab itu, tidak perlu
mengeluh.
Kalau
saudara juga tidak mau menerima pengertian sangat keterlaluan. Hanya karena
sesuap nasi, hanya karena gelar di pundak ini dan saudara mengabaikan wahyu
maka sama dengan bunuh diri.
Si
pendurhaka sudah di depan mata dan sesudah itu TUHAN datang, berarti kedatangan
TUHAN sudah tidak lama lagi, lalu masih sibuk dengan dunia ini. Kalau kita
sibuk oleh dunia dan oleh karena itu kita diterima dunia, maka tidak akan
mungkin kita mendapat wahyu. Oleh sebab itu, mulailah dewasa sekarang, mulailah
bijaksana sekarang, sekalipun usia muda harus dewasa dan bijaksana oleh firman
yang mendewasakan.
Wahyu
1:10-13
(1:10)
Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu
suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (1:11) katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam
sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna,
ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." (1:12) Lalu aku berpaling untuk melihat
suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku
tujuh kaki dian dari emas. (1:13)
Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian
jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang
dari emas.
Rasul
Yohanes memperlihatkan apa yang terjadi di depan, yakni: Tujuh sidang jemaat
Asia kecil pada akhirnya tampil sebagai kaki dian, tampil menjadi terang yang
besar, di mana di tengah-tengahnya Kristus tampil sebagai Kepala.
Ini
loh ke depan yang TUHAN mau nyatakan
kepada kita, sehingga pada saat kita berada pada puncak kegelapan yaitu pada
masa kesesakan yang sangat luar biasa tepatnya pada masa antikris berkuasa
selama 3,5 tahun, kita bisa melewati, karena oleh wahyu ini ke depan kita
menjadi kaki dian dengan tujuh pelita menyala-nyala di atasnya. Itulah akhirnya
kondisi dari tujuh sidang jemaat di Asia kecil ini, di mana Yesus Kristu jadi
Kepala.
Memang
tujuh sidang jemaat ini belum sempurna, tetapi oleh wahyu yang diterima oleh
Rasul Yohanes maka tujuh sidang jemaat mengalami penyucian demi penyucian,
sampai akhirnya oleh wahyu itu ke depan mereka ditampilkan sebagai kaki dian
dengan tujuh pelita menyala-nyala di atasnya = Terang dunia dan Yesus Kristus
Kepala atas mereka.
Kalau
berada dalam terang sanggup melewati kegelapan malam yang memuncak sampai
antikris berkuasa atas seantero dunia selama 3,5 tahun, mereka itu adalah
pemerintah yang menjalankan kekuasaan dengan tangan besi dan kekerasan atau
otoriter, menjalankan kekerasan sampai pembunuhan. Banyak nanti anak-anak TUHAN
akan mati terbunuh, tetapi TUHAN mau supaya wahyu ini disampaikan dan kita ke
depan tampil menjadi kaki dian dengan tujuh pelita menayala-nyala di atasnya.
TUHAN
tidak mau kita semua binasa, tetapi TUHAN mau kita dapat melewati puncak
gelapnya malam yang memuncak pada saat antikris berkuasa selama 3,5 tahun.
Itulah pemimpin sejati; Dia terlalu peduli kepada tujuh sidang jemaat. Oleh
sebab itu, sebagai rasul Dia harus menyatakan apa yang akan terjadi ke depan.
Soal
terang kita akan pelajari sedikit di dalam Injil Matius.
Matius
5:14
(5:14) Kamu
adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi.
Kamu adalah
terang dunia. Itulah
kerinduan TUHAN kepada tujuh sidang jemaat di Asia kecil; ditampilkan sebagai
kaki dian dengan tujuh pelita yang menyala di atasnya = Menjadi terang dunia.
Kota yang
terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Kota yang
berkedudukan di atas gunung yang tinggi tidak mungkin tersembunyi, pasti
terlihat dengan jelas, tidak ada lagi yang disembunyikan segala sesuatu yang
tidak beres.
Ukuran
untuk menjadi terang.
Matius
5:15
(5:15)
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang,
melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Untuk
menjadi pelita, syaratnya adalah tidak boleh meletakkan di bawah gantang,
artinya: Tidak boleh melatakkannya berdasarkan pikiran manusiawi.
Oleh
sebab itu, untuk menjadi terang tidak bisa menggunakan ukuran diri sendiri
sebab nyalanya tidak akan terang, sama seperti pelita menyala namun ditutupi
oleh gantang.
Matius
5:16
(5:16)
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Yang terlihat
adalah perbuatan baik,
tidak ada lagi perbuatan yang jahat; yang najis, yang kotor, yang tersembunyi.
Sehingga terang itu bercahaya di depan orang dan mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga.
Inilah
asal muasal dari pada terang, digambarkan seperti kota yang berkedudukan di
atas gunung, dan nanti memuncak sampai kepada kota Yerusalem baru. Kota di sini
tidak disebut, tetapi nanti dia akan disebut dalam Wahyu 21.
Wahyu
212
(21:2)
Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari
sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.
Dalam
Matius 5 dikatakan kota yang berkedudukan di tempat yang tinggi, tetapi dia
akan memuncak sehingga disebut kota kudus, Yerusalem yang baru, yang turun dari
sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.
Inilah
terang yang mau TUHAN tampilkan, inilah Kaki Dian yang memuncak sampai
Yerusalem yang baru.
Wahyu
21:9-11
(21:9)
Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang
penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku,
katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10)
Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi
dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun
dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota
itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata
yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Terangnya
akan memuncak sampai menjadi Yerusalem baru, pengantin perempuan mempelai Anak
Domba. Dan akhirnya bercahaya kemuliaan
Allah, shekinah glory, berarti
kualitas rohaninya sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Mempelai
perempuan bercahaya kemuliaan Allah; cahayanya seperti permata yang paling
indah itulah permata yaspis, jernih seperti kristal, berarti transparan; luar
dan dalam sama, tidak ada lagi yang tersembunyi. Jelas, ini menunjuk kepada
orang yang jujur, tulus, polos, tampil apa adanya, tidak ada yang dibuat-buat
lagi. Ini puncak dari pada Kaki Dian dengan tujuh pelita di atasnya.
Maka,
dari hal ini kita dapat memahami TUHAN itu betul-betul pemimpin sejati, Dia
merindukan gereja-Nya menjadi terang yang memuncak menjadi mempelai TUHAN,
milik kepunyaan-Nya. Maka, jelas Yesus adalah pemimpin sejati sepanjang masa. Sedangkan,
manusia yang ada hanyalah iri, dengki, benci, tidak suka melihat orang maju, dan
kalau pelayan TUHAN seperti ini berarti orang semacam ini sibuk dengan hatinya,
pemikirannya, perasaannya.
TUHAN
tidak sibuk dengan kesusahan-Nya, tidak sibuk dengan pikiran dan perasaan-Nya,
tetapi Dia sibuk untuk menjadikan kita menjadi Kaki Dian dengan tujuh pelita
menyala-nyala di atasnya. Berarti, tidak ada yang tersembunyi sampai nanti
memuncak sampai kepada pengantin perempuan, mempelai Anak Domba berarti
kualitas rohaninya sederajat dengan Mempelai Laki-Laki. Kalau pada akhirnya
seseorang dipakai dan diberkati, biarkan saja, jangan iri hati. Sebab, itu
adalah pemimpin sejati.
Yesus
setia untuk mengepalai rumah-Nya, itulah kehidupan saya dan saudara, Dia
pemimpin sejati, dengan bukti:
Yang
pertama: Dia tampil sebagai Rasul. Tugas rasul adalah menyatakan wahyu untuk memberitakan
apa yang akan terjadi ke depan.
Tentang
wahyu muaranya adalah dalam Wahyu 4, dengan perikop: “Kedua puluh empat tua-tua dan keempat binatang.”
Wahyu
4:1-2
(4:1)
Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga
dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi
sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang
harus terjadi sesudah ini. (4:2)
Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga,
dan di takhta itu duduk Seorang.
Oleh
karena wahyu yang dinyatakan kepada tujuh sidang jemaat akhirnya tujuh sidang
jemaat dibawa tampil menjadi kaki dian yang menyala yang memuncak sampai kepada
menjadi pengantin perempuan mempelai Anak Domba, milik kepunyaan Allah, permata
yaspis, permata yang paling indah. Sesudah penampilan pengantin perempuan
mempelai Anak Domba, TUHAN menunjukkan kerajaan Sorga kepada Yohanes, di
dalamnya sebuah takhta terdiri di Sorga dan di takhta itu duduk Seorang.
Perlu
untuk diketahui: Seindah-indahnya Sorga tidak ada artinya kalau sebuah takhta
tidak terdiri di Sorga dan di takhta itu duduk Seorang. Demikian juga, seindah-indahnya manusia oleh
karena kelebihan yang dia miliki; mungkin harta kekayaan, uang yang banyak, batangan
emas dan perak, termasuk gelar yang tinggi di pundaknya, tidak akan indah kalau
kerajaan Sorga atau Allah tidak bertakhta di hatinya.
Siapakah
Seorang yang duduk di atas takhta itu?
Jawabnya;
Dialah Yesus Raja di atas segala raja, Pemimpin di atas segala pemimpin, Dialah
pemimpin sejati dari sepanjang masa. Yesus sebagai pemimpin sejati, Dia tampil
sebagai seorang Rasul, tugas dari seorang Rasul adalah menyatakan wahyu kepada
sidang jemaat. Wahyu berarti menceritakan hal-hal yang akan datang.
Jadi,
tidak berhenti dijadikan sebagai pengantin perempuan mempelai Anak Domba,
tetapi juga dibawa masuk ke dalam kerajaan Sorga.
Demikian
juga halnya dengan Rasul Paulus dalam 2
Korintus 12:1-4, kepada jemaat di Korintus ia menceritakan tentang
pribadinya yang diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga disebut juga
Firdaus. Pada saat itu Rasul Paulus menerima penglihatan-penglihatan yang hebat
dan penyataan-penyataan yang hebat dari TUHAN.
-
Penyataan-penyataan
itu berbicara tentang persekutuan yang indah dengan TUHAN atau hubungan yang
intim dengan TUHAN lewat doa penyembahan, itulah perkataan-perkataan yang tidak
boleh diucapkan dan tidak boleh diketahui oleh siapapun.
-
Penglihatan-penglihatan
yang dimaksud Rasul Paulus itu dituliskan kembali dalam Ibrani 9:1-4, di mana pembakaran ukupan emas itu sudah berada di
dalam Ruangan Maha Suci bersama dengan Tabut Perjanjian, artinya: Doa
penyembahan itulah yang membawa kehidupan dari gereja TUHAN sampai ke hadirat
Allah menembusi takhta Allah.
Jadi,
sudah sangat jelas; tugas dari seorang Rasul adalah menyatakan wahyu, berarti
menceritakan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dimulai
dari pada hubungan nikah yang suci, sebagaimana juga yang dikaitkan dengan
Rasul Yohanes di mulai dari Matius 4 memuncak sampai Wahyu 21.
Demikian
juga, penyataan-penyataan yang diterima oleh Rasul Paulus itu juga berbicara
tentang hubungan intim, hubungan nikah yang suci. Kemudian, penglihatan-penglihatan
itu berbicara tentang doa penyembahan yang membawa kita sampai naik ke hadirat
Allah, menembusi takhta Allah.
Inilah
yang akan terjadi dan yang akan dialami bilamana wahyu itu dinyatakan oleh
seorang Rasul, bukan hanya Rasul Yohanes tetapi Rasul Paulus juga kepada sidang
jemaat di Korintus dan kepada orang Ibrani. Dari hal ini kita mengetahui bahwa
betul-betul Yesus adalah pemimpin sejati. Inilah rencana yang besar yang TUHAN
mau yang akan TUHAN perlihatkan lewat wahyu. Oleh sebab itu, bersyukurlah kepada
TUHAN.
Pertanyaan
PERTAMA: Apa tugas dari seorang Imam Besar Agung?
Jawabnya;
melayani, berdoa dan memperdamaikan dosa umat-Nya.
Yang
pertama.
Lukas
22:24-27
(22:24)
Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang
dapat dianggap terbesar di antara mereka. (22:25)
Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat
mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut
pelindung-pelindung. (22:26) Tetapi
kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah
menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. (22:27) Sebab siapakah yang lebih
besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan?
Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Murid-murid
bertengkar sebab mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar.
Banyak
orang ingin menjadi yang terbesar dengan cara yang manusiawi seperti Musa
dengan mengandalkan pengetahuannya, tetapi justru dalam pemerintahan itu
terjadi banyak kekeliruan. Persis seperti ayat 25; "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang
yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Jadi,
ukuran menjadi seorang pemimpin di dunia itu adalah karena hal yang lahiriah;
kemewahan dan kelebihan secara duniawi, hal itu adalah salah.
Oleh
sebab itu, TUHAN juga tunjukkan kepemimpinan dari tempat yang Mahatinggi,
yaitu:
-
Terbesar di
antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda. Berarti, tidak
mau belajar dan tidak merasa senior.
-
Pemimpin sebagai
pelayan.
Maka,
jangan kita berlomba-lomba menjadi yang terbesar tetapi dengan cara yang
manusiawi seperti Musa yaitu tampil menjadi pemimpin tetapi menggunakan
pengetahuan yang berasal dari Mesir.
Tetapi Aku ada
di tengah-tengah kamu sebagai pelayan, mengapa? Karena Dia adalah seorang Imam
Besar; berusaha melayani murid-murid-Nya supaya jangan terjadi pertengkaran,
perselisihan, kegaduhan satu dengan yang lain.
Yesus
tampil diantara murid-murid sebagai pelayan, sebab Dia ingin memberikan contoh
teladan sebagai pelayan yang baik kepada murid-murid, menunjukkan bahwa Yesus
adalah Imam Besar Agung.
Lukas
22:28-30
(22:28)
Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang
Aku alami. (22:29) Dan Aku
menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya
bagi-Ku, (22:30) bahwa kamu akan
makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di
atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Pelayanan
TUHAN Yesus sebagai Imam Besar; pada akhirnya membawa murid-murid sampai ke
dalam kerajaan Sorga untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Inilah
contoh teladan dari pelayanan Yesus sebagai Imam Besar untuk menjadikan kita
sebagai dua belas rasul hujan akhir untuk memimpin gereja TUHAN ke luar dari
masa kesesakan. Itu sebabnya, Yesus tampil sebagai Imam Besar Agung untuk
melayani murid-murid karena murid-murid pada akhirnya setelah kualitas
rohaninya meningkat akan berubah menjadi dua belas rasul, sesuai dengan 1
Korintus 15. Dan akhirnya dua belas rasul hujan akhir akan membawa gereja TUHAN
ke luar dari kesesakan yang besar.
Yang
kedua.
Lukas
22:31-32
(22:31)
Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum,
(22:32) tetapi Aku telah berdoa
untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau
sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Tugas
Yesus sebagai Imam Besar yang kedua adalah berdoa
untuk murid-murid, termasuk kepada Simon Petrus.
Simon
Petrus ini merasa diri hebat, merasa mampu untuk melewati kesesakan yang besar,
itu sebabnya Yesus berkata; Simon, Simon,
lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. Tetapi Yesus
berdoa supaya iman dari Simon Petrus tidak gugur. Itu sebabnya, Yesus tampil
sebagai Imam Besar dengan tugasnya adalah berdoa supaya iman dari gereja TUHAN
di hari-hari terakhir ini manakala harus menghadapi ujian yang berat tidak
menyangkali Yesus Kristus.
Oleh
sebab itu, jangan menyangkali Yesus Kristus supaya iman kita jangan gugur.
Itulah yang TUHAN mau dan sebab itu Yesus tampil sebagai Imam Besar diantara
dua belas murid.
Kalau
kita harus menghadapi masa kesesakan yang berat, jangan kita menyangkali salib
Kristus. Kalau mati untuk TUHAN biarlah mati untuk TUHAN. Itu adalah kuasa doa
Imam Besar bagi kita semua.
Kita
sudah melihat Wahyu 13:15, nabi-nabi palsu dengan kuasa penuh yang diterima
dari antikris memberikan nyawa kepada patung binatang itu sehingga patung
binatang itu berbicara begitu rupa dan bertindak begitu rupa, dengan demikian
nabi-nabi palsu berhasil membuat patung tiruan atau ilah tiruan untuk disembah
dan orang yang tidak menyembah akan dibunuh. Berarti, bila tetap berpihak
kepada TUHAN akan dibunuh, tetapi apabila menyangkali TUHAN akan menyembah
patung binatang itu. Tetapi di sini kita sudah melihat, Yesus tampil sebagai
Imam Besar diantara dua belas murid supaya jangan sampai iman mereka gugur.
Saat
kapan iblis menuntut untuk menampi? Pada saat antikris berkuasa selama 3,5
tahun di atas muka bumi ini.
Saya
percaya TUHAN Yesus tampil dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan
perjamun suci sebagai Imam Besar, melayani kita semua supaya kita kelak menjadi
pelayan-pelayan TUHAN bagaikan dua belas rasul yang memimpin gereja TUHAN ke luar
dari masa kesesakan. Kemudian, Yesus tampil sebagai Imam Besar supaya jangan
iman kita gugur dan jangan kita menyangkali Yesus Kristus seperti Simon Petrus.
Lukas
22: 33-36
(22:33)
Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama
dengan Engkau!" (22:34) Tetapi
Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan
berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku."
(22:35) Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal
dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?" (22:36) Jawab mereka: "Suatu pun tidak." Kata-Nya kepada
mereka: "Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah
ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak
mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang.
Simon
Petrus tidak mempunyai kekuatan yang berasal dari diri sendiri untuk menghadapi
masa kesesakan, oleh sebab itu Yesus harus tampil sebagai Imam Besar dan berdoa
untuk murid-murid termasuk Simon Petrus supaya imannya jangan gugur. Dan pada akhirnya
TUHAN mengutus dua belas rasul.
Yang
ketiga.
Lukas
22:37-38
(22:37)
Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku:
Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis
tentang Aku sedang digenapi." (22:38)
Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."
Yesus
harus mati di atas kayu salib supaya firman para nabi tergenapi, dan hal itu
diceritakan kepada murid-murid. Sesudah murid-murid mendengarkan tentang
sengsara salib, murid-murid berkata: "Tuhan,
ini dua pedang." Artinya: Murid-murid berharap supaya Yesus
membinasakan mereka dengan dua pedang yang ada di tangan mereka. Tanpa sadar
mereka menolak salib.
Namun,
jawab Yesus: "Sudah cukup." Berarti,
Yesus tampil sebagai Imam Besar; dengan kematian-Nya di atas kayu salib Dia
sudah memperdamaikan dosa manusia dan itu sudah cukup, tidak perlu dengan
membawa dua pedang di tangan.
Yesus
sudah mengerjakan penebusan pendamaian di atas kayu salib sehingga kita
diperdamaikan kepada Allah bukan dengan kekuatan. Manusia tidak bisa berdamai
kepada Allah dengan pengetahuannya, dengan kemampuannya, dengan kekuatannya,
dengan kepandaiannya. Oleh sebab itu, tugas dari Imam Besar ada di
tengah-tengah peribadatan ini untuk memperdamaikan dosa kita.
Salib
memperdamaikan dosa kita dan memberi damai sejahtera, itu sudah cukup. Tidak
perlu kita mengandalkan pengetahuan Mesir.
Kisah
Para Rasul 7:26
(7:26)
Pada keesokan harinya ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang
berkelahi, lalu ia berusaha mendamaikan mereka, katanya:
Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling
menganiaya?
Keesokan
harinya dia muncul ketika dua orang Israel berkelahi lalu berusaha mendamaikan
mereka, katanya; “Saudara-saudara!
Bukankah kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya?”
Pada
ayat 26, Musa menampilkan diri sebagai seorang pemimpin untuk berusaha
memperdamaikan bangsa Israel kepada TUHAN.
Kisah
Para Rasul 7:27-28
(7:27)
Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa dan
berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? (7:28) Apakah engkau bermaksud
membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?
Dia
berusaha memperdamaikan bangsa Israel kepada TUHAN, berarti dia tampil sebagai
seorang pemimpin. Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi
pemimpin dan hakim atas kami? Berarti, Musa tidak diakui sebagai pemimpin,
tidak diakui sebagai hakim.
Lalu
orang itu kembali berkata: Apakah engkau
bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?
Kalau seseorang berusaha tampil sebagai seorang pemimpin dengan pengetahuannya
namun pada akhirnya terdapat banyak kekeliruan terjadi maka kekeliruan itu akan
selalu diingat oleh orang lain.
Pengetahuan
kita tidak bisa dijadikan dasar pijakan untuk melayani TUHAN, melayani
pekerjaan TUHAN, apalagi menjadi pendamaian. Justru oleh pengetahuan itu
terjadi banyak kekeliruan dan apabila terjadi kekeliruan itu akan selalu
diingat oleh orang lain. Sekalipun saya katakan tidak boleh lihat kesalahan, tetapi
tidak bisa dipungkiri kekeliruan pasti diingat orang lain, buktinya orang yang
bersalah itu ingat kekeliruan dari pada Musa.
Kisah
Para Rasul 7:27-28
(7:29)
Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah
Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-laki.
Mendengar
perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah Midian = Menjadi
pelarian, berarti dikejar-kejar musuh dan masalahnya tidak pernah selesai = Menjadi
penakut, berarti tidak memiliki kasih.
Membenci
sesama setara dengan membunuh, dan orang yang membenci adalah orang yang tidak
memiliki kasih. Sebab di dalam kasih tidak ada ketakutan.
Begitu
besar kasih Allah kepada kita, Dia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, itulah
Yesus; Dia pemimpin sejati sepanjang masa. Dia sangat dan terlalu mengasihi
kita;
-
Dia
sampai tidak mempedulikan diri-Nya tetapi peduli dengan hati kita,
-
Dia
tidak peduli dengan perasaan-Nya tetapi peduli dengan pikiran dan perasaan
kita,
-
Dia
tidak peduli dengan kesulitan tetapi peduli kesulitan kita,
-
Dia
tidak peduli dengan persoalan yang dihadapi tetapi Dia peduli dengan kesulitan
dan persoalan yang kita hadapi di bumi,
-
Dia
tidak peduli dengan kesusahan-Nya tetapi Dia peduli dengan banyak kesusahan
yang ada di dalam pemikiran ini.
Itulah
pemimpin sejati.
Oleh
sebab itu, jadilah pemimpin-pemimpin sejati. Tanggalkanlah kasut 40 (empat
puluh) tahun di Mesir, sebab tidak bisa dijadikan dasar pijakan, sehingga supaya
kita akui bahwa Allah itu kudus di tempat kudus-Nya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
Amin….Renungan yang menarik, mengingatkan saya akan Yesus dan Musa. Saya mencoba membuat renungan tentang ini di https://youtu.be/P94DbuJXO0c semoga anda juga suka.
ReplyDelete