IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 12 FEBRUARI 2014
Tema: DARI KITAB KOLOSE
(Seri 01)
Subtema: HARUS MENJADI KEHIDUPAN DOA
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus
Kristus.
Oleh karena kebaikan dan kemurahan hati Tuhan, kita boleh
berada di rumah Tuhan, beribadah melayani kepada Tuhan, sekaligus
mempersembahkan segala korban di tempat yang Tuhan pilih, itulah gunung Sion,
rumah Allah Yakub.
Di hari-hari terakhir ini, di mana kedatangan Tuhan sudah
tidak lama lagi, mari kita pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya,
karena kesempatan yang Tuhan berikan ini adalah perpanjangan sabar Tuhan.
Biarlah kita tulus, polos, seperti anak kecil, maka Tuhan
akan memakai saya dan saudara.
Kita telah menikmati firman penggembalaan untuk Doa
Penyembahan dari Matius 6: 5-13, selama lebih dari 1,5 tahun. Dengan
berakhirnya Matius 6: 5-13, maka sekarang kita Pberalih ke suratan
Paulus kepada sidang jemaat di Kolose.
Secara keseluruhan dalam susunan Tabernakel, suratan
Kolose terkena pada mezbah dupa / mezbah pembakaran ukupan.
Sedangkan MEZBAH DUPA berada di Ruangan Suci dan lebih
dekat dengan pintu TIRAI. Tirai à daging manusia.
Sebagai pendahuluan, terlebih dahulu kita melihat
mengenai kehidupan doa, seperti apa yang diperintahkan Tuhan kepada Musa
mengenai Kemah Suci dengan segala peralatan-peralatan yang ada di dalamnya,
salah satunya adalah Mezbah Dupa.
Keluaran 30: 1
(30:1)
"Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu
dari kayu penaga;
Haruslah
kaubuat mezbah yaitu tempat pembakaran ukupan. Selanjutnya dikatakan kembali: “haruslah kaubuat itu dari kayu penaga”,
artinya: menjadi kehidupan doa.
Berarti, seseorang harus hidup di dalam doa.
Kayu penaga à manusia daging. Mezbah dupa à kehidupan doa.
Sekali lagi saya katakan; doa penyembahan adalah suatu
keharusan, sebab Tuhan berfirman kepada Musa supaya bangsa Israel membuat
mezbah, yaitu tempat pembakaran ukupan.
Jadilah rumah doa = kehidupan doa.
Matius 21: 12-13
(21:12)
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia
membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati
(21:13)
dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa.
Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."
Kalau rumah Tuhan bukan rumah doa, maka akan beralih
fungsi menjadi sarang penyamun (tempat kumpulan dosa), disebut juga tempat
berjual beli = pasar.
Lebih jauh kita melihat kisah yang sama.
Yohanes 2: 13-16
(2:13)
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.
(2:14)
Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu,
kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar
uang duduk di situ.
(2:15) Ia
membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua
kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah
dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
(2:16)
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari
sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat
berjualan."
Di sini kita melihat, Bait Allah menjadi tempat
berjualan, menjadi sarang penyamun; tempat berkumpulnya semua dosa.
Ada 3 hal yang didapati di dalam Bait Allah.
YANG PERTAMA: LEMBU, KAMBING DOMBA dan MERPATI
Tiga jenis binatang ini à korban Kristus.
Sebab dalam perjanjian Lama, tiga jenis binatang ini
digunakan sebagai korban penghapus dosa.
Untuk sekarang, yang menjadi korban di atas kayu salib
untuk menghapus dosa manusia adalah pribadi Yesus Kristus.
Jadi, menjual lembu,
kambing domba dan merpati sama artinya TIDAK MENGHARGAI KORBAN KRISTUS,
dengan kata lain tidak memiliki kasih Allah.
Sementara kalau kita perhatikan injil Yohanes 3: 16,
dikatakan: “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.”
Andaikata dunia ini tidak memiliki kasih, maka satu
dengan yang lain melakukan segala sesuatu yang tidak berkenan, yang tidak
sopan, yang jahat, yang menyakiti sesamanya satu dengan yang lain. maka
otomatis, keadaan dunia kacau balau, carut marut, sama dengan orang-orang
dunia, mereka semua kacau karena tidak memiliki kasih.
Ada 3 hal yang didapati di dalam Bait Allah.
YANG KEDUA: di dalam Bait Suci terdapat PENUKAR-PENUKAR
UANG
Artinya; hati cinta akan uang. Lebih mencintai uang dari
pada cinta kepada Tuhan.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, yang benar adalah
di atas meja itu terletak dua/susun
roti, masing-masing terdiri 6 ketul
roti. Kalau disatukan menjadi = 66, itulah jumlah seluruh alkitab, Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru.
Di atas meja terletak dua susun roti, ini menggambarkan
bahwa Firman Tuhan mendapat tempat di dalam hati = hati telah disucikan dari
hati nurani yang jahat.
Tetapi di sini kita lihat, di dalam Bait Suci, Yesus
mendapati meja-meja penukar uang, artinya; hati lebih cinta kepada uang
sehingga firman Allah tidak mendapat tempat di dalam hati = belum disucikan
dari hati nurani yang jahat.
1 Timotius 6: 10
(6:10)
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah
beberapa orang telah menyimpang dari iman
dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Cinta akan uang adalah AKAR SEGALA KEJAHATAN, sehingga
oleh memburu uang beberapa orang;
-
Menyimpang
dari iman, menyimpang dari kebenaran
Bandingkan
dengan...
Ibrani
10:22
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang
jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
Setelah
hati dibersihkan dari hati nurani yang jahat, menghadap Allah dengan keyakinan
iman yang teguh, berarti; tidak
menyimpang dari iman.
-
Menyiksa
dirinya dalam berbagai-bagai duka.
Lihat
saja, orang yang cinta akan uang menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Dapat kita
perhatikan; seorang artis menjual Yesus karena hatinya cinta akan uang, dan
pada akhirnya hidupnya tersiksa dalam berbagai-bagai duka.
1 Timotius 6: 8-9
(6:8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
(6:9)
Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan
ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan
manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Sesungguhnya yang benar adalah asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
-
Makanan rohani, itulah
firman Allah sebagai kebenaran yang menguduskan.
-
Pakaian à kasih Allah untuk menutupi dosa ketelanjangan.
Kita dibenarkan (makanan) dan dosa diampuni/ditutupi
(pakaian) oleh Tuhan, itu lebih dari pada cukup.
Sebab kalau kita perhatikan di sini, mereka yang ingin
kaya justru terjatuh dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam
berbagai-bagai nafsu yang hampa.
Cinta akan uang adalah nafsu yang hampa, sebab uang tidak
menyelamatkan seseorang.
Jadilah hamba Tuhan, hamba dalam kebenaran, bukan hamba
uang, berarti melayani bukan didasari karena uang.
Pendeknya, kalau di dalam Bait Suci terdapat meja-meja
penukar uang, berarti; firman Allah tidak mendapat tempat di dalam hati.
Ada 3 hal yang didapati di dalam Bait Allah.
YANG KETIGA: BANGKU-BANGKU / tempat duduk à kedudukan.
Berarti; mengakui keberadaan diri = mempertahankan harga
diri.
Sebetulnya, sebagai pengikut Kristus, seseorang harus
menyangkal dirinya dan memikul salibnya, itulah yang benar.
Tetapi karena Bait Suci telah beralih fungsi dari rumah
doa menjadi sarang penyamun, tempat berjualan, maka otomatis di dalamnya ada
kedudukan, mengakui keberadaan = mempertahankan harga diri.
Ciri-ciri mempertahankan harga diri;
-
Mencari posisi
enak/zona kenyamanan
-
Dikuasai oleh roh
egosentris/kepentingan diri sendiri
-
Tidak mau diusik
Persis seperti raja Herodes; ia terkejut ketika Yesus,
raja orang Yahudi lahir. Terkejut menunjukkan posisinya sebagai raja terusik,
sesungguhnya ia tidak mau melepaskan kedudukannya, takhtanya.
Oleh sebab itu, dia berusaha mencari jalan untuk membunuh
Yesus Kristus, dan akhirnya terjadi pembantaian terhadap anak-anak umur 2 tahun
ke bawah di Betlehem, di sana penuh dengan ratap tangis.
Memang, kalau seseorang masih mempertahankan harga diri,
ujung-ujungnya akan menimbulkan tangisan, kepedihan hati yang amat dalam.
Saya mengingatkan sidang jemaat; sebagai wanita hormati
wanita, sebagai laki-laki hormati laki-laki, supaya tidak terjadi kepedihan
hati. Kalau saya dan saudara memperhatikan firman ini, maka akan timbul
penyesalan yang paling dalam, karena kita merindukan menjadi kehidupan doa.
Camkan dan perhatikanlah apa yang Tuhan sampaikan pada
malam hari ini, supaya kita menjadi kehidupan doa, sebab mezbah dupa itu harus
dibuat dari kayu penaga di hadapan Tuhan, tidak bisa tidak.
Tuhan merindukan kita semua menjadi kehidupan doa/rumah
doa bagi seluruh bangsa.
Kerugiannya kalau kita masih mempertahankan harga diri,
orang lain tidak mungkin mengenal firman pengajaran mempelai.
Kita kembali memperhatikan ...
Keluaran 30: 2-3
(30:2)
sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, sehingga menjadi empat persegi, tetapi
haruslah dua hasta tingginya; tanduk-tanduknya haruslah seiras dengan mezbah
itu.
(30:3)
Haruslah kausalut itu dengan emas murni,
bidang atasnya dan bidang-bidang sisinya sekelilingnya, serta tanduk-tanduknya.
Haruslah kaubuat bingkai emas sekelilingnya.
Seluruh mezbah dupa disalut dengan emas murni, baik
bidang atasnya, baik sisi sekelilingnya disalut dengan emas murni.
Artinya; untuk menjadi kehidupan doa, terlebih dahulu
PENUH DENGAN ROH ALLAH, hidup dalam Roh Kudus.
Berarti, tidak hidup menurut daging dengan segala hawa
nafsu dan keinginannya.
Jadi, untuk menjadi rumah doa bagi seluruh bangsa,
terlebih dahulu hidup oleh Roh, penuh dengan Roh, memberi diri dipimpin oleh
Roh Kudus, supaya tidak terlihat tabiat-tabiat daging, seperti mezbah dupa yang
disalut dengan emas.
Orang yang hidup menurut daging dan tabiatnya, ia pasti
hanya memikirkan hal-hal yang dari daging, tidak akan pernah memikirkan hal-hal
yang rohani/hal-hal sorgawi, itulah kemajuan ibadah pelayanan dalam kandang
penggembalaan.
Kalau seseorang masih bisa beribadah tanpa memberi diri
dipimpin oleh Roh, itu sama dengan memaksakan diri, itu hanya sebatas luapan
hati.
Apabila luapan hati habis, besok tidak lagi
berkobar-kobar melayani Tuhan, kembali melakukan tabiat daging. Oleh sebab itu,
seluruh mezbah itu harus disalut dengan emas murni, mulai dari
bingkai-bingkainya disalut dengan emas, juga tanduk-tanduknya disalut dengan
emas murni, kayu pengusung juga disalut dengan emas murni, seluruhnya disalut
dengan emas murni, pendeknya; sifat ilahi menutupi sifat daging.
Kayu pengusung adalah gambaran dari imam-imam memikul tanggung
jawab yang dipercayakan oleh Tuhan di atas pundak sebagai kebenaran yang
sejati.
Roma 8: 26-27
(8:26)
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan
kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
(8:27) Dan
Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia,
sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
Roh Kudus itu membantu
kita dalam kelemahan kita, sehingga Roh Kudus itu menyampaikan seluruh
keluhan-keluhan kepada Allah, dan Tuhan menguji setiap hati nurani, mengetahui
maksud Roh itu.
Sesungguhnya kita adalah orang bodoh yang tidak tahu
berdoa, tetapi Roh Tuhan membantu kita dalam segala kelemahan kita, menaikkan
doa-doa kepada Tuhan, menaikkan keluhan-keluhan kepada Tuhan dari hati yang
paling dalam.
Kalau tidak, seseorang berdoa hanya hafalan saja,
kalaupun disertai dengan tangisan sifatnya hanya luapan hati saja, namun roh
tidak turut berdoa.
Ayo, biarlah kita hidup dalam Roh, memikirkan hal-hal
yang dari Roh, itu terlihat dengan jelas karena ia hanya memikirkan ibadah
pelayanan.
Saya bersedih hati, jika sidang jemaat berfoya-foya
menggunakan uangnya untuk hal-hal yang dari daging, tetapi tidak memikirkan
ibadah pelayanan.
Zakharia 12: 10
(12:10)
"Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan
roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka
akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia
seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih
seperti orang menangisi anak sulung.
Janji Allah kepada anak-anak Tuhan, gereja Tuhan di
hari-hari terakhir ini, yaitu: “Aku akan
mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem”
-
Keluarga Daud à raja-raja.
-
Yerusalem à imam-imam
yang melayani Tuhan.
Mereka inilah yang akan menerima janji Allah, di mana
Allah mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan, sehingga dengan demikian
kita mampu menaikkan doa-doa kepada Tuhan, memandang pribadi Yesus Kristus yang
disalibkan, memandang korban Kristus, dan meneteskan air mata.
Bagaimana dengan saya dan saudara, sebagai raja-raja dan
imam-imam di tengah-tengah ibadah pelayanan di dalam kandang penggembalaan yang
Tuhan percayakan?
Apakah janji ini milik saya dan saudara atau bukan,
karena telah menjual korban Kristus, dan firman tidak mendapat tempat di dalam
hati, dan memiliki kedudukan terhadap diri sendiri?
Tuhan berusaha mengumpulkan anak-anak Tuhan di Yerusalem sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi mereka
tidak mau, mereka justru membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu
orang-orang yang diutus kepada mereka, di situlah keluhan Yesus terjadi (Matius
23: 37).
Wahyu 8: 3-4
(8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu.
(8:4) Maka
naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa
orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Doa penyembahan adalah sarana untuk kita bertemu dengan
Allah, berada di hadapan Allah, sebab asap dupa yang menggumpal-gumpal,
membumbung tinggi naik ke atas, itu merupakan doa orang-orang kudus.
Pendeknya; doa penyembahan membawa kita naik dan bertemu
dalam kasih-Nya.
Wahyu 5: 8
(5:8)
Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua
puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu
kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang
kudus.
Sekali lagi saya katakan; kemenyan yang dibakar dengan
asap yang menggumpal-gumpal membumbung tinggi naik ke atas, itulah doa
orang-orang kudus, seperti 4 makhluk dan 24 tua-tua tersungkur di hadapan Anak
Domba yang duduk di atas takhta-Nya sampai selama-lamanya.
Kalau kita betul-betul tersungkur/mengambil tempat di
bawah kaki Tuhan, menyembah kepada Tuhan, hanyut dan tenggelam di dalam
kasih-Nya, maka tanpa disadari doa penyembahan itu sudah berjalan lewat dari
satu jam.
Kalau kita
mengasihi yang patut kita kasihi dengan sungguh-sungguh, maka hubungan intim
dengan Tuhan (doa penyembahan) tidak terasa, bahkan kita tidak mau melewatkan
doa-doa itu.
Lukas 1: 10
(1:10)
Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan.
Ketika Zakharia ditunjuk untuk membakar ukupan, maka
seluruh bangsa/umat Israel berkumpul di luar dan sembahyang, sebab waktu itu
adalah waktu pembakaran ukupan = jam-jam doa.
Menjadi kehidupan doa, di mulai dari diri kita
masing-masing, di dalam kandang penggembalaan ini dimulai dari diri saya, maka
nanti seluruh sidang jemaat akan mengikuti.
Imam Zakharia penuh
dengan Roh dan dia hidup dalam
kebenaran bersama dengan isterinya, Elisabeth.
Jadi, mereka yang hidup dalam Roh, hidup dalam kebenaran,
hidup setia dengan isteri. Hidup dalam kesucian, tanda orang yang setia
terhadap pasangannya.
Mazmur 141: 2
(141:2)
Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan
korban pada waktu petang.
-
Ketika dalam
pencobaan, raja Daud berdoa kepada Tuhan dan dia memohon supaya doa yang dia naikkan kepada Tuhan,
seperti persembahan ukupan yang
baunya menyenangkan hati Tuhan,
-
dan pada saat itu
juga, raja Daud mengangkat dua tangan, sebagai persembahan korban pada waktu petang.
·
Dua tangan yang
terangkat merupakan tanda penyerahan hidup sepenuhnya kepada Tuhan.
Seorang
hamba Tuhan harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, supaya nyata
pemakaian Tuhan.
·
Persembahan korban
pada waktu petang itu menandakan bahwa daging telah hangus, tidak bersuara
lagi.
Sebab pada
waktu petang, korban itu dipersembahkan dan potongan-potongan daging itu
dibiarkan di atas mezbah korban bakaran, sampai pagi, berarti; sampai hangus,
artinya; daging tidak lagi bersuara.
Biarlah doa permohonan kita malam ini bagaikan pembakaran
ukupan, dua tangan yang diangkat bagaikan korban pada waktu petang. Penyerahan
hidup sepenuhnya yang sifatnya menghanguskan tabiat daging. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment