IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 28 FEBRUARI 2014
“DARI KITAB MALEAKHI”
Subtema: PERAK YANG BERCAMPUR SANGA TIDAK SANGGUP MENGHADAP HARI
KEDATANGAN TUHAN
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih sayang
Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan hati-Nya, kita kembali dihimpunkan
untuk beribadah melayani Tuhan di rumah Tuhan, rumah Allah Yakub, di gunung
Sion.
Kita segera memeriksa kitab Maleakhi, tiba saatnya kita
memperhatikan Maleakhi 3: 2
Maleakhi 3: 2
(3:2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya?
Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia
seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.
Sebelum
menyampaikan ayat 2 ini, pada minggu-minggu yang lalu kita telah menerima
berkat firman Tuhan dari ayat pertama, di mana Tuhan menyuruh utusan-Nya untuk
mendahului Dia, untuk mempersiapkan jalan bagi Dia.
Pada saat
gereja hujan awal, Yohanes Pembaptis, diutus untuk mendahului Yesus Kristus,
menjelang kedatangan Tuhan pada kali yang kedua Yesus Kristus mengutus Musa dan
Elia untuk membuka jalan bagi Dia.
Tentu kita
patut bersyukur dengan utusan yang mendahului Dia, untuk membuka jalan bagi
Dia, sehingga;
-
jalan yang
berliku-liku (jalan ular) diluruskan.
Jalan yang berliku-liku terjadi karena menuruti hawa nafsu dan keinginan
daging.
-
Kemudian,
menimbum setiap lembah supaya tidak terlihat lagi masa-masa yang suram
-
Yang
berlekuk-lekuk diratakan supaya tidak ada gelomboang-gelombang yang
mengombang-ambingkan iman percaya kita.
-
Gunung-gunung dan
bukit-bukit yang tinggi (persoalan-persoalan yang tinggi) diratakan, sehingga
dengan demikian, siaplah jalan bagi Dia.
Sebagaimana
Yesus Kristus memasuki kota Yerusalem, dengan menunggangi keledai muda, semua
orang bersorak-sorai dan mereka berseru: “diberkatilah
Dia yang datang dalam nama Tuhan”, mereka menyambut Yesus sebagai Raja.
Kalau Yesus
menjadi raja, itu menunjukkan bahwa Yesus adalah mempelai pria Sorga yang akan bersanding
dengan mempelai perempuan yang disempurnakan, sebab Yesus sebagai Raja akan bertakhta
di dalam pribadi yang sempurna.
KEMBALI KITA
MEMPERHATIKAN ayat 2;
Di sini ada
pernyataan yang mengandung pertanyaan: “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan
siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?”
Artinya, tidak
ada seorangpun yang bertahan berdiri pada saat kedatangan Tuhan pada kali yang
kedua, sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Hal itu telah
dinyatakan oleh Rasul Yohanes sesuai dengan penglihatan-penglihatan yang Dia
terima di pulau Patmos.
Wahyu 6: 17
(6:17) Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?
Sesudah murka
Allah yang besar, siapakah yang dapat bertahan tegak berdiri saat menantikan
kedatangan Tuhan?
Sebab saat
menantikan kedatangan Tuhan itu diawali dengan hari besar, murka yang besar
dari Allah, sehingga dengan banyaknya murka/penghukuman-penghukuman yang akan
berlangsung menjelang kedatangan Tuhan untuk yang kedua kalinya, maka tidak ada
seorangpun yang dapat bertahan/tegak berdiri.
Tidak susah
untuk memahami hal ini; sebagai orang yang hidup dalam dosa kejahatan dan dosa
kenajisan, hidupnya tidak akan sanggup berdiri dan kepalanya tidak sanggup dibuat
tegak, selalu merasa tertuduh.
Adapun murka
Allah itu; pada saat Tuhan membuka meterai yang PERTAMA sampai meterai yang KEENAM.
Mari kita
lihat; TUHAN MEMBUKA METERAI YANG
PERTAMA.
Wahyu 6: 1-2
(6:1) Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang
pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat
makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!"
(6:2) Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya
dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan.
Meterai yang pertama
dibuka, maka; ada seekor KUDA PUTIH,
kemudian orang yang menungganginya
memegang sebuah panah, di mana anak-anak panahnya siap untuk ditancapkan.
Anak-anak panah
à ayat-ayat firman Allah yang siap untuk ditancapkan ke
dalam hati.
Kemudian, kepada
si penunggang kuda putih itu dikaruniakan
sebuah mahkota.
Ketika mahkota
ada di atas kepala menunjukkan bahwa ia adalah seorang raja yang berkuasa
sehingga ia sanggup merebut kemenangan demi kemenangan, sesuai dengan firman
Tuhan: “Lalu ia maju sebagai pemenang
untuk merebut kemenangan.”
Mari kita
lihat; TUHAN MEMBUKA METERAI YANG KEDUA.
Wahyu 6: 3-4
(6:3) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang
kedua, aku mendengar makhluk yang kedua berkata: "Mari!"
(6:4) Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah
padam dan orang yang menungganginya
dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga
mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar.
Meterai yang
kedua dibuka, maka selanjutnya majulah seekor
KUDA MERAH PADAM, yang menungganginya
dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga
satu dengan yang lain saling membunuh, saling menyakiti, menunjukkan bahwa damai
itu sejahtera tidak ada.
Dalam 1 Yohanes
3: 15 dikatakan; membenci sesama adalah pembunuh manusia.
Jadi, dengan
diangkatnya damai sejahtera dari bumi, maka satu dengan yang lain saling
membunuh, saling membenci, tidak ada lagi kasih di atas muka bumi ini.
Dan kepada yang
menunggangi kuda merah padam itu dikaruniakan
sebilah pedang yang besar, kegunaannya: untuk membunuh setiap musuh yang
menghadang, yaitu;
-
Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya
-
Iblis setan itulah roh jahat dan roh najis
Mari kita
lihat; TUHAN MEMBUKA METERAI YANG KETIGA.
Wahyu 6: 5-6
(6:5) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang
ketiga, aku mendengar makhluk yang ketiga berkata: "Mari!" Dan aku
melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam
dan orang yang menungganginya memegang sebuah
timbangan di tangannya.
(6:6) Dan aku mendengar seperti ada suara di
tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: "Secupak
gandum sedinar, dan tiga cupak jelai
sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak
dan anggur itu."
Meterai yang
ketiga dibuka, lalu majulah seekor KUDA HITAM, kemudian yang menungganginya
memegang sebuah timbangan di tangannya. Kegunaan dari timbangan adalah untuk
menimbang.
Pada zaman Belsyazar,
raja Babel, terlihat jelas timbangan itu, bahwa; ukuran dari kebenaran itu akan
ditimbang, sebab ukuran dari kebenaran yang dimiliki oleh Belsyazar, raja Babel
itu, akan ditimbang.
Daniel 5: 5
(5:5) Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan
manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja
melihat punggung tangan yang sedang menulis itu.
Karena
perbuatan jahat Belsyazar, maka Tuhan memperlihatkan jari-jari tangan menulis pada
dinding istana raja di depan kaki dian (pelita emas).
Segera kita
memperhatikan ...
Daniel 5: 24-28
(5:24) Sebab itu Ia menyuruh punggung tangan itu dan
dituliskanlah tulisan ini.
(5:25) Maka inilah tulisan yang tertulis itu: Mené, mené, tekél ufarsin.
(5:26) Dan inilah makna perkataan itu: Mené: masa pemerintahan tuanku dihitung oleh
Allah dan telah diakhiri;
(5:27) Tekél: tuanku
ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan;
(5:28) Peres:
kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia."
Adapun tulisan
jari-jari tangan di dinding adalah “Mené,
mené, tekél ufarsin”, yang memberi arti;
-
Mené, artinya; masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri
-
Tekél, artinya; tuanku ditimbang dengan
neraca dan didapati terlalu ringan
-
Peres, artinya; kerajaan tuanku dipecah
dan diberikan kepada orang Media dan Persia.
Pemerintahan
dari Belsyazar dihitung oleh Allah dan telah diakhiri karena setelah ditimbang
dengan neraca, kebenaran dari Belsyazar, anak Nebukadnezar, didapati terlalu
ringan dan akhirnya kerajaan Babelonia terpecah dan sebagian diberikan kepada
orang Media dan Persia.
Kembali kita
memperhatikan ...
Wahyu 6: 6
(6:6) Dan aku mendengar seperti ada suara di
tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: "Secupak
gandum sedinar, dan tiga cupak jelai
sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu."
Dan pada saat itu, harga dari pada secupak gandum
adalah sedinar, kemudian harga dari pada tiga cupak jelai juga sedinar.
Sedinar adalah upah
satu hari bagi seorang pekerja di Israel.
Berarti, secupak
gandum dan tiga cupak jelai seharga dengan upah sehari bagi pekerja.
-
Gandum dari
langit / Yesus Kristus yang turun dari sorga à pemberitaan firman tentang salib Kristus, yang sifatnya
memeriksa, menyelidiki dan menyucikan setiap dosa, di mana nanti harganya
secupak sedinar.
-
Kemudian, tiga cupak
jelai sedinar à pemberitaan firman dalam tiga macam ibadah utama, antara
lain;
·
pemberitaan
firman dalam Ibadah Pendalaman Alkitab,
·
pemberitaan
firman dalam Ibadah Raya Minggu,
·
pemberitaan
firman dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Cukup mahal
harga yang harus dibayar untuk secupak gandum dan untuk tiga cupak jelai, di
mana harganya sama-sama sedinar.
Rut 2: 15-17
(2:15) Setelah ia bangun untuk memungut pula, maka Boas
memerintahkan kepada pengerja-pengerjanya: "Dari antara berkas-berkas itu
pun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu;
(2:16) bahkan haruslah kamu dengan sengaja menarik
sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk
dia dan meninggalkannya, supaya dipungutnya;
janganlah berlaku kasar terhadap dia."
(2:17) Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia
mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya.
Rut adalah
pribadi yang mau menghargai kemurahan Tuhan, ia tekun untuk memungut jelai yang
ditinggalkan oleh para pengerja-pengerja Boas.
Di hari-hari
terakhir ini, gereja Tuhan harus tekun memungut jelai sebagai kemurahan dari
Tuhan selagi waktu masih tersisa.
Kemudian, pada
saat itu juga, Tuhan memerintahkan kepada penunggang kuda hitam supaya jangan
merusak; MINYAK dan ANGGUR.
-
Minyak à urapan Roh Kudus.
-
Anggur à sukacita dari sorga, itulah kasih.
Jikalau sampai
pada malam hari ini kita boleh beribadah dan melayani kepada Tuhan, berarti kita
masih diberi kesempatan untuk diselamatkan, walaupun harga dari secupak gandum sedinar,
dan harga tiga cupak jelai sedinar, karena minyak dan anggur tidak dirusak.
Kalau kita
perhatikan dalam Wahyu 7
Wahyu 7: 1-2
(7:1) Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat
berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya
jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon.
(7:2) Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari
tempat matahari terbit. Ia membawa meterai
Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat
malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut,
Jadi itu adalah
kesempatan bagi hamba-hamba Tuhan, anak-anak Tuhan untuk memperoleh keselamatan
karena meterai Allah yang hidup.
Kita harus
menerima meterai untuk mendapatkan keselamatan, dengan tanda huruf T di dahi,
di mana huruf itu dimeteraikan oleh Roh Kudus, bukan dengan tinta.
Bagaimana
dengan hidup kita, manakah yang lebih dominan; suara daging atau suara Roh
Kudus?
SEDIKIT
KESAKSIAN pada waktu sekolah Alkitab di Lempin-El;
Saya adalah
salah satu dari 66 siswa yang paling lama menerima meterai dari Roh Kudus,
karena pada waktu itu saya masuk sekolah Alkitab bukan dengan latar belakang orang
yang bertobat, sehingga banyak orang yang mengejek saya, tetapi saya berupaya
mengejar meterai dari Allah Roh Kudus.
Perlu untuk
diketahui, pada saat kita dihina/dikecilkan itu adalah suatu kemurahan karena
dengan jalan itulah kita dengan mudah memperoleh meterai dari Allah Roh Kudus.
Tetapi kalau seseorang
menolak untuk dikecilkan, bahkan cenderung bersungut-sungut ketika menerima
tegoran firman Tuhan, bagaimana mungkin ia dipenuhkan oleh Roh Kudus?
-
Andai saja kita
memiliki kesaksian Elia, akan menghanguskan daging dengan segala tabiat-tabiatnya.
-
Andai saja kita
memiliki kesaksian Musa, akan membaharui orang lain sampai menjadi manusia
baru.
Saya dan saudara
harus dengan rela hati siap dibentuk, sebab tidak mungkin Roh Kudus tercurah
begitu saja kalau tempatnya belum tersedia.
Ingat; Bapa
yang baik tidak akan memberikan ular kalau anaknya meminta ikan, sesuai dengan
bunyi ayat firman Tuhan dalam Matius 7: 7, yaitu: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu.”
Biarlah mulai
malam hari ini kita langsung mengerjakannya, jangan ditunda-tunda.
Semakin kita
hebat menanggung penderitaan, maka Roh Kudus itu akan semakin hebat menyambar.
Itu sebabnya,
ketika saya dikecilkan karena paling lama menerima meterai Roh Kudus sewaktu
sekolah Alkitab, sebetulnya itu tidak enak, tetapi itu adalah kesempatan yang
sangat baik untuk memperoleh urapan Roh Kudus.
Roh Kudus
melayang-layang di atas peermukaan air, sedangkan permukaan air adalah titik
nol/ukuran terendah.
Berarti, kalau
Roh Kudus melayang-layang di atas permukaan air, artinya; Roh Kudus hanya mencari
orang yang kecil dan rendah hati.
Inilah alasan
kita untuk melayani Tuhan, tidak ada yang lain. Percuma kita beribadah melayani
tetapi tanpa Roh Kudus, sebagai meterai keselamatan.
Mari kita
lihat; TUHAN MEMBUKA METERAI YANG KEEMPAT.
Wahyu 6: 7-8
(6:7) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang
keempat, aku mendengar suara makhluk yang keempat berkata: "Mari!"
(6:8) Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang
menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka
diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan
binatang-binatang buas yang di bumi.
Anak Domba itu
membuka meterai yang keempat, lalu majulah seekor
KUDA HIJAU KUNING, kemudian yang menungganginya bernama maut dan tentu
kerajaan maut mengikutinya;
-
kepada mereka
diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang.
Sebilah pedang yang keluar dari mulut Tuhan à firman Allah, sebagai kebenaran dan keadilan, sehingga
mereka yang terdapat kekurangan-kekurangan akan binasa, sesuai dengan kebenaran
dan keadilan dari pedang yang keluar dari mulut Tuhan.
-
Kemudian, membunuh
dengan kelaparan.
Saya teringat dalam kitab Amos 8: 11-13, di hari-hari terakhir nanti akan
terjadi kelaparan yang hebat, bukan lapar akan makanan dan bukan haus akan
minuman melainkan lapar dan haus akan firman Tuhan, dan pada saat itu, rebah
dan lesulah teruna-teruna dan anak-anak dara, gambaran dari kerohanian yang
masih kanak-kanak, yang belum dewasa rohani akan menuju kepada kebinasaan,
itulah maut.
-
Kemudian, membunuh
dengan sampar atau dengan sakit penyakit.
-
dan membunuh
dengan binatang-binatang buas di bumi.
Binatang-binatang buas adalah gambaran nabi-nabi palsu, maka orang-orang yang
mengikuti nabi-nabi palsu dan yang menerima ajaran-ajarannya palsu akan binasa.
Kalau ibadah pelayanan hanya sebatas mujizat-mujizat,
kesembuhan-kesembuhan, saya katakan; itu adalah pelayanan dari nabi-nabi palsu,
dan orang yang menerima pelayanan demikian akan binasa (Matius 7).
Jadi, yang menungganginya
bernama maut, kemudian kerajaan maut mengikutinya, itulah meterai yang keempat.
Mari kita
lihat; TUHAN MEMBUKA METERAI YANG KELIMA.
Wahyu 6: 9-11
(6:9) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh
karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki.
(6:10) Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya:
"Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak
menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di
bumi?"
(6:11) Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan,
bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah
kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti
mereka.
Meterai yang
kelima, di situ terjadi pembantaian terhadap jiwa-jiwa oleh karena mempertahankan
firman Allah sebagai kebenaran, dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki,
sehingga Rasul Yohanes melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka telah dibunuh.
Saudaraku,
mereka mati oleh karena mezbah Tuhan, mati terbunuh oleh karena pelayanan,
namun sangat disayangkan sekali hal ini terjadi karena puncak dari ibadah belum
terlihat. Mereka hanya baru sebatas memiliki firman Allah dan kesaksian.
Andaikata saja pada saat itu ibadah memuncak sampai kepada mezbah dupa, doa
penyembahan, barangkali jiwa mereka selamat.
Tetapi hal itu
tidak menjadi soal, Tuhan membiarkan mereka beristirahat hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka,
yang akan dibunuh sama seperti mereka dan Tuhan menyediakan jubah putih
bagi mereka.
Jadi, janganlah
kita terlalu sibuk dengan perkara lahiriah, tetapi pikirkanlah hidup yang
kekal. Carilah dahulu Kerajaan Allah, serta kebenaran yang ada di dalam
kerajaan Allah, maka semuanya akan ditambahkan.
Nyawa/jiwa saya
dan saudara jauh lebih berharga dari pada hidup sementara, sebab Tuhan memberi
perumpamaan tentang burung di udara yang dipelihara oleh Tuhan dan bunga bakung
di padang yang dihiasi oleh Tuhan. Lalu mengapa kita menggunakan logika untuk
mengikuti Tuhan.
Kalau bisa,
sedapat mungkin kita usahakan, jangan sampai kepala dipenggal. Kalau ibadah
hanya sebatas firman dan kesaksian, kepala akan dipenggal/leher digorok oleh
pedang dari antikris.
Yang penting;
milikilah pakaian putih itu/lenan halus, sebagai pakaian mempelai.
Mari kita
lihat; TUHAN MEMBUKA METERAI YANG KEENAM.
Wahyu 6: 12-13
(6:12) Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut
dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan
darah.
(6:13) Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas
bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia
digoncang angin yang kencang.
Anak domba itu
membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah;
-
Gempa bumi yang dahsyat
Gempa bumi yang dahsyat telah terjadi; lempengan-lempengan di bawah bumi
bergeser, sehingga terjadilah gempa bumi bahkan sampai terjadi tsunami.
-
Matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut
Matahari adalah gambaran dari kasih yang adalah tabiat dari Allah Bapa
Kalau matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut itu menunjukkan bahwa kasih
dari sorga itu tidak terlihat lagi, maka yang terlihat adalah
perbuatan-perbuatan jahat yang disebut juga perbuatan-perbuatan kegelapan.
-
Kemudian, bulan
menjadi merah seluruhnya bagaikan darah
Ketika Yesus menanggung penderitaan di atas kayu salib, maka yang terlihat
jelas di mata orang yang menyaksikan adalah sekujur tubuh Yesus dilumuri oleh
darah. Hal ini akan terjadi nanti, orang akan menderita bukan karena kebenaran,
tetapi karena pukulan. Di mana-mana terjadi pembunuhan, pada saat seseorang
menanggung penderitaan itu, seluruhnya terlihat bagaikan darah.
Wahyu 6: 14
(6:14) Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab
yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
Selanjutnya
menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung, dan pada saat itulah
gunung-gunung dan pulau-pulau bergeser dari tempatnya. Betapa dahsyatnya hari
itu menimpa bumi dan seisinya.
Jangankan
gunung bergeser, gunung meletus saja sangat menyusahi semua orang, apalagi jika
gunung bergeser.
Wahyu 6: 15-16
(6:15) Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta
perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua
budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu
karang di gunung.
(6:16) Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada
batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami
terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba
itu."
Pada saat itu,
seluruh manusia besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, kaya miskin
bersembunyi di celah-celah gua-gua batu.
Permintaan
mereka;
1.
Supaya mereka ditimpa gunung batu itu lalu mati.
Tetapi seandainya hal itu terjadi, itu tidak ada artinya, sebab ada
kebangkitan yang kedua, pada saat itulah terjadi penghakiman. Dan karena mereka
tidak takut kepada Tuhan, tetap saja kembali dilemparkan ke dalam lautan api,
itulah kematian yang kedua.
2.
Supaya mereka dapat menyembunyikan diri dari murka-Nya yang hebat itu, dari
murka Anak Domba Allah.
Tetapi apakah ada yang bisa menyembunyikan diri dari murka Allah yang
hebat?
Wahyui 6: 17
(6:17) Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?
Tidak ada yang
dapat bertahan, tidak ada yang dapat tegak berdiri terhadap murka Allah yang
akan datang, dan ini baru meterai yang pertama sampai keenam, meterai ketujuh
yang lebih hebat lagi belum dibuka.
Kiranya kita
termotivasi dengan pemberitaan firman malam ini, supaya selekasnya terjadi
pembaharuan demi pembaharuan, hingga akhirnya kita menerima meterai
keselamatan, itulah Roh Kudus, dan tandanya adalah huruf T di dahi.
Ternyata, kita
keliru selama ini; perbuatan daging tidak menyelamatkan, harta yang banyak
tidak menyelamatkan, pembesar-pembesar yang tinggi dengan pangkatnya juga tidak
menyelamatkan.
Saudaraku, seseorang
dapat bebas melakukan apa saja, tetapi jangan sampai berharap pada hal-hal yang
tidak menyelamatkan jiwa.
Sekarang
pertanyaannya; mau menyelamatkan hidup untuk memperoleh hidup yang kekal atau
menyelamatkan perut untuk masa sekarang? Saudara sendiri yang akan menentukan
itu, kita masing-masinglah yang menjalankan hidup.
Saya berharap
ibadah-ibadah yang kita jalankan ini mengandung janji dan kuasa; di masa
sekarang dan di masa yang akan datang. Di masa sekarang hidup kita dipelihara,
di masa yang akan datang bahagia bersama dengan Dia di dalam hidup yang kekal.
Kesimpulannya:
TERNYATA PADA
DASARNYA TIDAK ADA YANG DAPAT BERTAHAN KETIKA MURKA ALLAH DINYATAKAN.
Kembali kita
memperhatikan ...
Malekhi 3: 2
(3:2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya?
Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.
Apabila Ia datang
kelak, menampakkan diri, Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun
tukang penatu, berarti; memurnikan dan menyucikan.
Yesaya 1: 21-22
(1:21) Bagaimana ini, kota yang
dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya
penuh keadilan dan di situ selalu diam kebenaran, tetapi sekarang penuh
pembunuh.
(1:22) Perakmu tidak murni lagi dan arakmu bercampur air.
Tuhan melihat
keadaan Yerusalem;
-
YANG PERTAMA: yang
dahulu setia namun akhirnya menjadi sundal
Yeremia 3: 6-10
(3:6) TUHAN berfirman
kepadaku dalam zaman raja Yosia: "Sudahkah engkau melihat apa yang
dilakukan Israel, perempuan murtad itu,
bagaimana dia naik ke atas setiap bukit yang menjulang dan pergi ke bawah
setiap pohon yang rimbun untuk bersundal di sana?
(3:7) Pikir-Ku:
Sesudah melakukan semuanya ini, ia akan kembali kepada-Ku, tetapi ia tidak
kembali. Hal itu telah dilihat oleh Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak
setia.
(3:8) Dilihatnya,
bahwa oleh karena zinahnya Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu,
dan memberikan kepadanya surat cerai; namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu tidak takut,
melainkan ia juga pun pergi bersundal.
(3:9) Dengan sundalnya
yang sembrono itu maka ia mencemarkan negeri dan berzinah dengan menyembah batu dan kayu.
(3:10) Juga dengan
semuanya ini Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu, tidak kembali
kepada-Ku dengan tulus hatinya, tetapi dengan pura-pura, demikianlah firman
TUHAN."
·
ISRAEL bersundal
ke atas setiap bukit yang menjulang à dosa kesombongan, dosa keangkuhan.
Kemudian pergi ke bawah setiap pohon
yang rimbun, artinya; berlindung, bernaung / mencari jalan keluar dengan cara
menuruti perbuatan-perbuatan daging, sehingga Israel disebut “perempuan murtad”.
·
Kemudian, YEHUDA
juga turut bersundal, bahkan dengan sundalnya yang sembrono itu, ia mencemarkan
negeri dan berzinah dengan menyembah batu
dan kayu.
Batu à kekerasan hati. Kekerasan hati adalah penyembahan
berhala.
Kayu à manusia daging yang hanya memikirkan hal-hal dari daging
untuk memuaskan hawa nafsunya, sehingga Yehuda disebutlah “perempuan yang tidak setia.”
Pedeknya; akibat dari persundalan Israel menerima julukan sebagai perempuan
murtad, sedangkan untuk Yehuda, saudara dari Israel, menerima julukan perempuan
yang tidak setia.
Yeremia 3: 10
(3:10) Juga dengan
semuanya ini Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu, tidak kembali
kepada-Ku dengan tulus hatinya, tetapi dengan
pura-pura, demikianlah firman TUHAN.
Yehuda, perempuan yang tidak setia itu tidak mau kembali kepada Tuhan
dengan tulus hatinya, tetapi dengan pura-pura.
Saya menghimbau; kalau beribadah, beribadahlah dengan tulus, ikhlas, dengan
keyakinan iman yang teguh, jangan pura-pura.
Kalau melayani Tuhan, layanilah dengan tulus ikhlas, jangan pura-pura, sebab
perbuatan semacam ini adalah ciri dari orang yang suka bersundal. Dan sudah
dipastikan, orang semacam ini tidak akan dapat kembali kepada Tuhan.
-
YANG KEDUA: Tadinya
penuh keadilan dan di situ selalu diam kebenaran, tetapi sekarang penuh
pembunuh
Kembali saya mengatakan, dalam 1 Yohanes 3: 15 dikatakan membenci sesama
adalah pembunuh manusia. Di dalam diri seorang pembunuh, tidak memperoleh hidup
yang kekal, tidak memiliki kasih, sebab kasih adalah hidup yang kekal.
Karena
ketidaksetiaan dari Yerusalem dan oleh karena Yerusalem penuh dengan pembunuh, mereka
digambarkan dengan PERAK YANG TIDAK MURNI LAGI dan digambarkan dengan ARAK YANG
BERCAMPUR AIR, keduanya sama-sama tidak murni.
Kita lebih jauh
melihat; PERAK YANG TIDAK MURNI.
Yehezkiel 22:
18-20
(22:18) "Hai anak manusia, bagi-Ku kaum Israel sudah
menjadi sanga; mereka semuanya adalah ibarat tembaga,
timah putih, besi dan timah hitam di dalam peleburan; mereka seperti sanga perak.
(22:19) Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Oleh
karena kamu semuanya menjadi sanga, maka sungguh,
Aku akan mengumpulkan kamu di tengah-tengah Yerusalem.
(22:20) Seperti orang mengumpulkan perak, tembaga, besi,
timah hitam dan timah putih di dalam peleburan dan mengembus api di bawahnya
untuk meleburnya, demikianlah Aku akan mengumpulkan kamu dalam murka-Ku dan
amarah-Ku dan menaruh kamu di dalamnya dan melebur kamu.
Ketidakmurnian
Yerusalem digambarkan seperti perak yang bercampur sanga.
Sanga adalah
kotoran. Dan kotoran pada perak itu antara lain; tembaga, timah putih, besi,
timah hitam, dan karena ketidakmurnian Yerusalem ini (bagaikan perak bercampur
sanga) maka ia dileburkan ke dalam api peleburan.
Siapa yang
dapat bertahan dileburkan dalam peleburan api?
Sedikit
kesaksian;
Pada waktu saya
mengikuti PKL di Kerakatau Steel, ada peristiwa; pada peleburan api yang sangat
panas sekali (untuk meleburkan biji pelet bahan baku dari baja) ada seekor
kucing yang meloncat ke dalam peleburan api itu, belum hitungan 2 detik, kucing
itu habis.
Tubuh manusia
tanpa roh = binatang, sama seperti kucing tadi, tidak ada perbedaan.
Jadi, siapa
yang kuat bila berada di dalam peleburan api?
Ini adalah
akibat dari ketidakmurnian, akibat dari persundalan.
Yehezkiel 22:
21-22
(22:21) Aku akan mengumpulkan kamu dan menyemburkan api
kemurkaan-Ku kepadamu, sehingga kamu dilebur di dalamnya.
(22:22) Seperti perak dilebur dalam peleburan, begitulah
kamu dilebur di dalamnya. Dan kamu akan mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, yang
mencurahkan amarah-Ku atasmu."
Pada saat itu
Yerusalem dikumpulkan dan ditaruh dalam api peleburan itu, sehingga dengan
demikian Yerusalem melihat dan mengetahui amarah murka Allah.
Selagi Tuhan
masih memberi kesempatan, biarlah kita memperhatikan tiupan sangkakala itu, di
mana semakin hari tiupannya semakin keras gambaran dari firman pengajaran
mempelai, firman yang keras, sifatnya mengoreksi, menyelidiki sampai menyucikan
dosa-dosa.
Pada saat meterai
yang ketujuh dibuka; Tuhan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk meniup
sangkakala sebagai murka penghukuman (Wahyu 9: 1), berarti bukan untuk menyelamatkan,
bukan untuk menyucikan dosa melainkan sebagai penghukuman karena murka Allah.
Saudaraku,
tiupan sangkakala yang pertama (yaitu di hari-hari terakhir ini) untuk
menyucikan dosa manusia yang akhirnya menyelamatkan, sedangkan tiupan
sangkakala yang kedua menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kali merupakan
penghukuman sebagai tanda kebenaran dan keadilan Allah.
Hati-hati
dengan persundalan, supaya kita melihat bahwa Tuhanlah yang benar, bukan kita
yang benar.
Keadaan
persundalan (perak yang tidak murni)
Yesaya 1: 22-23
(1:22) Perakmu tidak murni lagi dan arakmu bercampur air.
(1:23) Para pemimpinmu adalah pemberontak dan
bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok.
Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai
kepada mereka.
-
Para pemimpin mereka adalah pemberontak.
Pemberontak adalah orang yang tidak mau menerima keputusan dari si penguasa,
tidak mau menerima kenyataan yang ada.
Pemberontakan semacam ini sama dengan anak yang sedang mendurhaka kepada
bapanya. Bukankah kita adalah anak-anak Tuhan?
Kalau kita berada dalam kandang penggembalaan, belajarlah untuk menerima
segala tatanan yang Tuhan tentukan dan mau menerima keputusan-keputusan dari
Tuhan sebagai otoritas dari Tuhan, tidak perlu bersungut-sungut.
-
Para pemimpin bersekongkol dengan pencuri.
Sebagai seorang gembala yang memimpin kawanan domba, tidak boleh
berkompromi dengan sidang jemaat apabila sidang jemaat mengambil miliknya Tuhan
(sepersepuluh).
Kalau gembala senantiasa menasihati sidang jemaat supaya jangan mengambil apa
yang menjadi milik Tuhan, jangan sakit hati, supaya selanjutnya, nanti kita
dapat memberikan persembahan khusus supaya terwujudnya pembangunan tubuh
Kristus, dan kita dapat mengkhususkan diri dan ibadah ini kita khususkan di
hadapan Tuhan.
-
Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok
Dalam perjanjian lama, suap tidak diijinkan oleh Tuhan karena suap membuat
mata orang buta.
Mata buta karena daging/kelopak mata menutupi bola mata, daging dengan
seluruh keinginannya menutupi mata sehingga tidak melihat kebenaran yang
sejati.
Suap menghalalkan yang tidak halal, sehingga menjadi tidak disiplin di
hadapan Tuhan, menginjinkan yang tidak baik, yang tidak benar, yang tidak suci
masuk ke dalam Bait Sucinya dan di tengah-tengah ibadah pelayanan dalam kandang
penggembalaan.
Kita tidak perlu menerima sogok karena kita kaya, sebab Tuhan yang
memperkayakan kita.
Tuhan pelihara kita, kita memiliki harta rohani dalam bejana tanah liat,
sampai kita dihempaskan tetapi tidak binasa. Bagi orang yang tidak memahami
kebenaran, dia miskin rohani, tidak memiliki harta rohani; sedikit penindasan
ia segera putus asa dan kecewa, dan akhirnya meninggalkan Tuhan.
Perhatikan kemiskinan-kemiskinan yang ada, supaya terjadi pembaharuan.
-
Mereka tidak membela hak anak-anak yatim dan perkara janda-janda
Yatim dan janda-janda itu sangat diperhatikan oleh Tuhan, sebagai bukti;
·
Dia harus pergi
kembali ke rumah Bapa, tetapi tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu, Ia
mengutus Roh Kebenaran untuk menyertai, memimpin kita dalam seluruh kebenaran,
untuk menghibur saya dan saudara.
·
Kemudian,
perhatian Tuhan kepada janda; dahulu bangsa Israel (yang adalah isteri masa
muda) sempat ditinggalkan di Mesir 430 tahun lamanya, tetapi Ia kembali kepada
isteri masa mudanya, ini menunjukkan bahwa Allah memperhatikan janda-janda, Dia
perhatikan kesengsaraan saya dan saudara.
Janda berarti tidak memiliki suami, tubuh tanpa kepala. Tubuh tanpa kepala
begitu menderita. Gereja Tuhan adalah tubuh, apabila tidak menempatkan Kristus
sebagai kepala, menjadi liangnya serigala, menjadi sarangnya burung, itulah
sebabnya perhatian Tuhan besar kepada seorang janda.
Tetapi di sini kita perhatikan; mereka tidak membela hak anak-anak yatim
dan perkara janda-janda?
Apa yang menyebabkan mereka seperti ini? Mereka tidak murni, tidak setia
karena persundalan.
Bagaimana dengan kita, bagaimana perhatian kita kepada ibadah pelayanan dan
tanggung jawab yang Tuhan percayakan dalam kandang penggembalaan?
Mari kita perhatikan; perhatian Tuhan kepada anak-anak yatim dan
janda-janda
Keluaran 22: 21-23
(22:21)
"Janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamu pun
dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.
(22:22) Seseorang
janda atau anak yatim janganlah kamu tindas.
(22:23) Jika engkau
memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan mendengarkan seruan mereka, jika
mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring.
Tuhan sangat memperhatikan janda dan yatim, seperti Tuhan memperhatikan
bangsa Israel selama di Mesir selama 430 tahun.
Demikian juga, kalau kita tidak sungguh-sungguh beribadah melayani Tuhan,
mereka akan berdoa dan Tuhan akan mendengar seruan mereka.
Yesaya 1: 24
(1:24) Sebab itu demikianlah firman Tuhan, TUHAN semesta
alam, Yang Mahakuat pelindung Israel; "Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku
kepada para lawan-Ku, dan melakukan pembalasan kepada para musuh-Ku.
(1:25) Aku akan bertindak terhadap engkau: Aku akan
memurnikan perakmu dengan garam soda, dan akan menyingkirkan segala timah dari
padanya.
Tuhan akan
melampiaskan dendam-Nya dan melakukan pembalasan kepada para musuh-Nya, yaitu
yang menimbulkan dosa kejahatan dan kenajisan, yang menimbulkan ketidaksetiaan,
itulah persundalan.
Setiap insan,
umat manusia, pribadi lepas pribadi bebas melakukan apa saja, tetapi konsekuensi
yaitu hukuman dari Tuhan tidak bisa dielakkan, dan ini harus dipahami; apa yang
kita tabur itulah yang kita tuai.
Dampak
negatifnya.
Matius 23: 37-39
(23:37) "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh
nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!
Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam
mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.
(23:38) Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan
menjadi sunyi.
(23:39) Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu
tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan!"
Di sini kita
melihat; Tuhan mengeluh terhadap perbuatan-perbuatan Yerusalem.
Tuhan mengeluh
karena persundalan Yerusalem sehingga mereka tidak murni seperti sanga yang
melekat pada perak, sehingga Tuhan sangat mengeluh.
Apakah kita
pernah memikirkan perasaan Tuhan ketika kita melayani dengan ketidakmurnian
oleh karena persundalan?
Dengan keluhan
Yesus terhadap Yerusalem ini, kiranya kita memiliki roh yang peka terhadap
perasaan dan keluhan Tuhan, jangan bawa ego masing-masing.
Di sini kita
melihat, sesungguhnya Tuhan berupaya mengumpulkan anak-anak dari pada orang-orang
di Yerusalem, seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah kepak
sayapnya, sehingga dengan demikian ada perlindungan, pembelaan, pemeliharaan
dari Tuhan.
Ketika Tuhan
Allah membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, bangsa Israel berada di bawah
perlindungan tiang awan dan tiang api, Tuhan berupaya mengumpulkan mereka di
bawah kepak sayap-Nya.
Allah mengajari
bangsa Israel untuk berjalan di padang gurun seperti burung rajawali yang
terbang tinggi untuk melepaskan anaknya, kemudian mendukung anaknya di atas
sayapnya.
Tuhan mengajari
kita untuk berjejak, menjalani kerasnya padang gurun, tetapi justru dua hal
yang mereka lakukan;
-
Membunuh nabi-nabi
Tugas nabi adalah bernubuat, membangun, menghibur, menasihati (1 Korintus
14: 4)
Kalau nabi dibunuh, berarti tidak masuk dalam pembangunan tubuh Kristus,
bosan terhadap nasihat firman Tuhan, sehingga membenci para nabi yang menyampaikan
firman Tuhan yang sifatnya mengoreksi dosa, itulah mereka yang membangun,
menghibur, menasihati.
-
Melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepada mereka.
Batu à kekerasan hati.
Terkadang karena kekerasan hati kita ini, kita lempari orang lain dengan
kata-kata, kita lempari dengan sikap yang tidak baik dan yang tidak sopan, kita
lempari dengan segala hal yang sifatnya menyakiti sesama, padahal mereka diutus
untuk membangun kita.
Kalau perempuan itu dibangun untuk Adam dari tulang rusuknya, itu supaya ia
menyatakan kasihnya. Kalau kita hanya menyatakan kasih kepada orang baik,
apakah upah kita? lalu mengapa ada pelemparan, ada lontaran sehingga orang lain
tersakiti?
Akhirnya
Yerusalem ditinggalkan dan menjadi sunyi, laksana jandalah ia.
Mereka tidak
melihat Yesus lagi, dan waktu mereka melihat Yesus kembali adalah pada saat
Yesus datang pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga,
sehingga pada saat Yesus datang menjadi Raja, mereka berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan!"
Matius 21: 4
(21:4) Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi:
(21:5) "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu
datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai
beban yang muda."
(21:6) Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti
yang ditugaskan Yesus kepada mereka.
(21:7) Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya,
lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesus pun naik ke atasnya.
(21:8) Orang banyak yang sangat besar jumlahnya
menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari
pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan.
(21:9) Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan
yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud,
diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,
hosana di tempat yang mahatinggi!"
Perkataan “diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan” menunjukkan bahwa; ketika Yesus datang pada kali yang kedua, Dia
tampil sebagai Raja.
Wahyu 19: 6-8
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar
orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan
memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain
lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu
adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus.]
Yesus yang
adalah Raja sekaligus menjadi mempelai laki-laki sorga bersanding dengan
mempelai perempuan Tuhan yang telah disempurnakan.
Yesus tampil sebagai
Raja hanya kepada mempelai wanita Tuhan yang telah disempurnakan, itulah mereka
yang mengenakan lenan halus, perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang kudus.
Yesus tidak
akan tampil/bertakhta sebagai raja selama sanga itu masih melekat pada perak.
Yesus tidak tampil sebagai Raja atas orang sundal, atas orang yang tidak setia,
atas orang yang tidak tulus hatinya ketika menghadap Allah di tengah-tengah ibadah pelayanan. Pendeknya; Yesus tidak akan menjadi raja atas orang-orang
berdosa.
Kejarlah kekudusan, jangan mengejar apa yang tidak
mendatangkan keselamatan.
Tariklah suatu perumpamaan dari pohon ara; kalau
rantingnya sudah melembut dan muncul tunas-tunas, berarti musim panas sudah
tiba. Jadilah pribadi yang lemah lembut, nanti diikuti dengan kerendahan hati,
menandakan bahwa kerajaan sorga dekat dengan seseorang, sedangkan orang yang
keras hati tidak pantas menerima kerajaan sorga!
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment