IBADAH RAYA MINGGU, 02 MARET 2014
Tema: JEMAAT DI SARDIS (dari Wahyu
3: 1-6)
(Seri 06)
Subtema: TIDAK MENCEMARKAN PAKAIAN ADALAH PERAWAN SUCI
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang Yesus Kristus, Tuhan kita.
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang Yesus Kristus, Tuhan kita.
Karena pada malam hari ini Tuhan masih memungkinkan kita
untuk beribadah melayani Tuhan, sekaligus mempersembahkan korban di tempat yang
Tuhan pilih, di rumah Allah Yakub, itulah gunung Sion, dari sana keluar
pengajaran.
Kiranya oleh karena belas kasihan Tuhan, kita diberkati
untuk pembukaan rahasia firman Tuhan. Kiranya juga saudara turut berdoa dalam
roh supaya terjadi pembukaan rahasia firman Tuhan.
Segera kita memperhatikan SIDANG JEMAAT DI SARDIS dari Wahyu
3: 1-6, namun malam hari ini kita akan memperhatikan ayat 3-4.
Wahyu 3: 3-4
(3:3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah
menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau
tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba
datang kepadamu.
(3:4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak
mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih,
karena mereka adalah layak untuk itu.
Sesungguhnya, untuk malam ini, yang harus kita terima adalah
secara khusus ayat 4, namun hati saya terdorong kembali untuk menyampaikan ayat
3.
Pada ayat 3 ini dikatakan: “Karena jikalau engkau
tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada
waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.”
Saudaraku, kedatangan Tuhan untuk kali yang kedua bagi
mereka yang tidak berjaga-jaga di dalam doa adalah SEPERTI PENCURI DI MALAM
HARI, di mana kedatangan-Nya itu tiba-tiba menimpa mereka.
Sekarang pertanyaannya; SIAPAKAH MEREKA YANG TIDAK
BERJAGA-JAGA DAN BERDOA ITU?
1 Tesalonika 5: 1-2
(5:1) Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu,
(5:2) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti
pencuri pada malam.
Hari kedatangan Tuhan pada kali yang kedua itu seperti
pencuri pada malam hari, sehingga bagi mereka yang tidak berjaga-jaga dan
berdoa, kedatangan Tuhan tiba-tiba bagi mereka.
Sedangkan mereka yang berjaga-jaga dan berdoa, tentang
zaman dan masa/waktu kedatangan Tuhan tidak perlu dituliskan, entah hari ini,
besok atau lusa, kedatangan Tuhan bagi mereka sama saja, karena mereka telah
siap sedia (berjaga-jaga dan berdoa).
Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita senantiasa berjaga-jaga
di dalam doa.
Jadi, kalau pengikutan kita hanya sebatas pengakuan sebatas
orang Kristen, namun tidak berjaga-jaga dalam doa, maka kedatangan Tuhan bagi
mereka seperti pencuri di malam hari.
Oleh sebab itu, saya selalu menghimbau supaya kita
sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan, sebab kekristenan tidak dapat
menyelamatkan jiwa seseorang, yang Tuhan mau adalah supaya tetap berjaga-jaga
dalam doa. Juga biarlah roh tetap bernyala-nyala, jangan biarkan kerajinan itu menjadi
kendor.
Saudaraku, pada akhirnya nanti, dalam Wahyu 6, Tuhan
membuka meterai pertama sampai dengan meterai keenam.
Pada saat Tuhan membuka meterai yang keenam itu sebagai
murka Tuhan atas seluruh bumi; besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, kaya
miskin, bahkan para pembesar, perwira, pejabat, penguasa yang berkuasa juga
ditimpa oleh hukuman yang akan datang nanti.
Jadi, jangan dikira karena kita semua bebas melakukan
dosa, lalu tidak ada konsekuensi hukuman yang kita terima.
Mungkin hari ini manusia bebas melakukan dosa, tetapi
konsekuensinya, hukuman yang akan diterima tidak dapat dielakkan.
Oleh sebab itu, dalam Wahyu 6: 15-16 dikatakan, mereka
meminta; supaya mereka ditimpa gunung batu itu lalu mati dan supaya mereka
dapat menyembunyikan diri dari murka-Nya yang hebat itu, dari murka Anak Domba
Allah.
Tetapi apakah
ada yang bisa menyembunyikan diri dari murka Allah yang hebat? Ditambah lagi kalau saudara malas beribadah, apakah kita akan selamat?
Tuhan telah memberi ibadah ini sebagaimana Tuhan
melepaskan bangsa Israel dari Mesir untuk dibawa ke tanah Kanaan, dengan satu
tujuan yaitu supaya beribadah dan diselamatkan.
Ibadah ini menyelamatkan, itu sebabnya ibadah itu mengandung
janji dan kuasa baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Di masa sekarang hidup kita dipelihara, di masa yang akan
datang bahagia bersama dengan Dia di dalam hidup yang kekal (Kerajaan Sorga).
Kalau saudara hanya memikiirkan hidup yang sementara,
tidak memikirkan hidup yang kekal, lalu apa artinya beribadah?
Kiranya pada saat kedatangan Tuhan pada kali yang kedua,
di mana Dia tampil sebagai Raja dan bersanding dengan mempelai perempuan yang
sempurna.
Yesus Kristus tidak akan menjadi Raja dan tidak akan
bertakhta di tempat yang belum sempurna.
Itu sebabnya, ketika orang banyak melihat Yesus melakukan
mujizat dan memberi kesembuhan kepada orang sakit, mereka memaksakan Yesus
menjadi raja atas mereka, tetapi Yesus menyingkir, Yesus tidak akan pernah mau
menjadi Raja, tidak mau bertakhta kepada jiwa-jiwa yang ibadahnya hanya sebatas
mujizat, mengusir setan.
Tuhan mau menjadi Raja dan bertakhta kepada mereka yang setia,
yaitu mereka yang taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib,
itulah mereka yang setia menerima pemberitaan firman tentang salib Kristus yang
menyucikan dosa manusia sampai sempurna dan sama mulia dengan Dia.
Setelah mengadakan penyucian atas dosa di atas kayu
salib, Dia naik dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
Apa yang telah dikerjakan oleh Yesus, biarlah itu juga
yang kita kerjakan, mengikuti contoh dan teladan-Nya.
1 Tesalonika 5: 3
(5:3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya
damai dan aman -- maka tiba-tiba mereka ditimpa
oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan
yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin -- mereka pasti tidak akan luput.
Mereka yang tidak berjaga-jaga dalam doa, berkata: “Semuanya damai dan aman”
Sama seperti orang luaran sana yang tidak mengenal Tuhan,
mereka merasa damai dan mereka merasa aman dengan uang, harta, kedudukan,
jabatan yang mereka miliki, tetapi mereka tidak tahu kalau pada akhirnya mereka
akan ditimpa oleh kebinasaan, seperti
seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin
Ditimpa oleh kebinasaan digambarkan seperti seorang
perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin.
Pada saat hamil/mengandung saja begitu menderita, dan
setelah itu ia akan ditimpa oleh sakit bersalin, sakit saat melahirkan.
Tidak ada perempuan yang berkata: “enak” saat bersalin/melahirkan, ia pasti akan merasakan kesakitan.
Demikian juga orang yang tidak berjaga-jaga dalam doa,
suatu saat nanti akan ditimpa oleh kebinasaan karena kedatangan Tuhan seperti
pencuri di malam hari, kedatangan-Nya tiba-tiba, dan mengejutkan mereka yang
tidak berjaga-jaga dan berdoa.
MENGAPA DITIMPA OLEH KEBINASAAN digambarkan seperti SEORANG
PEREMPUAN YANG HAMIL DITIMPA OLEH SAKIT BERSALIN?
Orang yang hamil ditimpa sakit bersalin dengan dua tanda;
1.
Tanda darah à pengorbanan, seperti Yesus
Kristus mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib, dari sanalah darah mengalir.
2.
Tanda air à baptisan Kristus, baptisan dalam
kematian Yesus Kristus untuk mengubur hidup yang lama.
Pengalaman kematian adalah pengalaman yang sangat
menyakitkan sekali.
Demikian halnya orang yang mati; ketika dipersalahkan,
dihakimi, dihina, dikecilkan, mulut tetap tidak bersuara, apalagi mau menendang
musuh, itu tidak mungkin terjadi.
Kalau seandainya kita mengalami tanda darah karena
menanggung penderitaan yang tidak harus kita tanggung dan satu dalam baptisan
Kristus, itu adalah kemurahan Tuhan.
1 Timotius 2: 15
(2:15) Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun
dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.
Seorang perempuan pada akhirnya akan diselamatkan karena
melahirkan anak, namun dengan syarat; ia BERTEKUN DALAM IMAN, KASIH dan
PENGUDUSAN dalam segala kesederhanaan.
Sekarang kita fokus memperhatikan ayat 4.
Wahyu 3: 4
(3:4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang
yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam
pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan
pakaiannya, berarti; masih ada di antara mereka yang memperhatikan pakaiannya
supaya tetap putih berkilau-kilauan.
Kalau pakaian dicemarkan, berarti keadaan pakaian sudah
ternodai/kotor, tetapi di sini kita perhatikan di Sardis masih ada beberapa
orang yang memperhatikan pakaiannya, di mana pakaian itu tetap terjaga, putih
berkilau-kilauan, tidak ternodai.
Yudas 1: 23
(1:23) selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi
tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain
juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.
Pakaian menjadi cemar, ternodai itu karena
KEINGINAN-KEINGINAN terhadap DOSA.
Anak yang terhilang karena dosa, ia menjadi telanjang dan
kalau dosa itu tidak segera diakui, ujung-ujungnya seseorang akan terhilang.
Saya ulangi kembali; kalau seseorang tidak segera
mengakui dosa, selain telanjang, ujung-ujungnya akan terhilang.
Demikian halnya dari sejak semula, begitu Hawa dan Adam
jatuh di dalam dosa, mereka menjadi TELANJANG. Sebelum mereka jatuh dalam dosa,
mereka tidak merasa telanjang, walaupun mereka tidak berpakaian.
Dosalah yang menyebabkan seseorang tidak berpakaian,
menjadi telanjang di hadapan Tuhan.
Jadi, yang mencemarkan pakaian itu adalah karena ada
keinginan-keinginan untuk melakukan dosa.
Terkadang kita mengetahui mana yang baik, mana yang tidak
baik, tetapi sekalipun kita mengetahui hal itu, kita justru sengaja melakukan
dosa dan akhirnya pakaian itu pun menjadi cemar.
Benar atau tidak, mau mengakui atau tidak, tetapi saya
katakan itu adalah kebenaran.
Coba kita kembali mengingat hari-hari yang kita lalui;
kita sudah mengetahui yang baik dan yang tidak baik, tetapi justru dengan
sengaja melakukan yang tidak baik, melakukan dosa, sehingga akhirnya pakaian
itu menjadi cemar.
Wahyu 14: 1, 4
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama
seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke
mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban
sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
144000 orang berdiri di bukit Sion, mereka tidak
mencemarkan dirinya, sehingga mereka sama seperti PERAWAN.
Perawan à pribadi-pribadi yang tidak terjamah, tidak tersentuh oleh dosa.
Itu sebabnya dalam kitab Korintus, Rasul Paulus dengan
jelas mengatakan kepada sidang jemaat di Korintus ...
2 Korintus 11: 2
(11: 2) “Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan
kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.”
Rasul Paulus berupaya mempertunangkan sidang jemaat di
Korintus kepada mempelai laki-laki sorga sebagai perawan suci.
Perawan suci, artinya; pribadi-pribadi/anak-anak Tuhan
yang tidak terjamah, tidak tersentuh oleh dosa, yang senantiasa mempertahankan
kesucian.
Jadi cukup beralasan sekali kalau Rasul Paulus cemburu
ilahi karena Rasul Paulus berusaha mempertunangkan sidang jemaat di Korintus
kepada satu laki-laki, yaitu Yesus Kristus, Dialah mempelai laki-laki sorga.
Di hari-hari terakhir ini adalah masa-masa di mana Tuhan berupaya
untuk mempertunangkan gereja/sidang jemaatnya kepada Kristus, sebab ini adalah
hari-hari terakhir dan hal ini harus diperhatikan sekali, oleh sebab itu, berusahalah
untuk memperhatikan pakaian (tidak mencemarkan pakaiannya), seperti PERAWAN
SUCI.
Mari kita memperhatikan ...
Kelebihan-kelebihan perawan suci.
YANG PERTAMA.
Wahyu 14: 1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Mereka yang tidak mencemarkan diri, di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Nama Yesus Kristus adalah nama yang besar, ditulis di
dahi mereka. Berarti, di dahi mereka ada hurut T.
-
Pengertian T adalah nama Tuhan = Theo.
-
Pengertian T adalah salib dari
Kristus, anak Allah.
Berarti di dahi, di dalam pikiran mereka hanya ingat nama
Tuhan, ingat salib Kristus, tidak ingat yang lain.
Tetapi bagi manusia duniawi, di dahi/pikiran mereka hanya
ada; bagaimana supaya memiliki harta dan uang, kekayaan, dan lain sebagainya.
Percaya dengan apa yang saya sampaikan; kalau di dahi
seseorang tidak tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya (tidak tertulis huruf T),
orang yang semacam ini pasti mudah putus asa, kecewa, dan orang itu pasti mudah
sekali stress, sebab apa yang ada, yang tertulis di dahi/dalam ingatannya tidak
terpenuhi.
Mengapa manusia duniawi (orang-orang yang di luar Tuhan)
mudah sekali goyah, mudah putus asa, kecewa, stress? itu karena ada huruf lain
tertulis di dahi mereka.
Wahyu 7: 1-3
(7:1) Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada
keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada
angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon.
(7:2) Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari
terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup;
dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan
untuk merusakkan bumi dan laut,
(7:3) katanya: "Janganlah merusakkan
bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah
kami pada dahi mereka!"
Bumi, laut, pohon-pohonan tidak akan dirusak sebelum
144000 orang yang berdiri di bukit Sion menerima meterai keselamatan di dahi mereka.
Berarti, jikalau di dahi seseorang tertulis nama lain, misalnya;
harta, kekayaan, uang, kedudukan, jabatan, semua itu tidak bisa menyelamatkan. Saudaraku,
hanya nama Yesus yang menyelamatkan.
Kemudian, setelah di dahi mereka dituliskan jaminan keselamatan,
barulah bumi, laut, pohon-pohonan segera dirusakkan, itu bisa kita lihat di
dalam Wahyu 6, Anak Domba itu membuka keenam metarai, dimulai dari meterai
pertama sampai meterai ketujuh, di situ terlihat penghukuman-penghukuman atas
bumi.
Perlahan-lahan Tuhan mencelikkan mata rohani kita
mengenai kedatangan Tuhan pada kali yang kedua.
Biarlah kita terus berdoa untuk pembukaan rahasia firman
Tuhan, secara khusus mengenai wahyu yang diterima oleh Rasul Yohanes di pulau Patmos
yang selanjutnya dituliskan kepada tujuh malaikat sidang jemaat di Asia kecil,
dan malam hari ini kita telah menerimanya.
Kelebihan-kelebihan perawan suci.
YANG KEDUA.
Wahyu 14: 4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni
sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang
yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari
antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
Selain di dahi 144000 orang tertulis nama-Nya dan nama
Bapa-Nya, juga MEREKA MURNI.
Dalam 1 Korintus 5: 7-8, murni berarti; tidak terkhamiri
dengan ragi, itulah dosa kejahatan dan keburukan, dengan kata lain tidak ada
campuran-campuran dosa yang mengotori.
SECARA KHUSUS ADA 3 JENIS RAGI;
-
Ragi orang Farisi, yaitu; kemunafikan.
Artinya; di luar
dan di dalam tidak sama. Di luar terlihat baik, sedangkan di dalam penuh
kejahatan.
-
Ragi orang Saduki, yaitu; tidak percaya
dengan kebangkitan Yesus Kristus.
Berarti, tetap
mempertahankan hidup yang lama, sebab kuasa kebangkitan Yesus Kristus adalah
hidup dalam hidup yang baru.
Sesungguhnya jikalau
seseorang hidup dalam hidup yang baru, maka yang lama pasti berlalu.
-
Ragi Herodes, yaitu; membunuh.
Artinya;
membenci sesama (1 Yohanes 3: 15).
Jikalau seseorang
membenci sesamanya itu menunjukkan bahwa ia tidak memiliki kasih Allah.
Perlu untuk diketahui; sedikit ragi mengkhamiri seluruh
adonan.
Berarti, kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan
seseorang akan mempengaruhi orang lain/orang-orang yang di sekitar, sehingga mengganggu
pertumbuhan rohani diri sendiri maupun orang lain, berdampak negatif terhadap
kemajuan ibadah pelayanan dalam kandang penggembalaan.
Kemurnian dan kebenaran, yaitu; roti yang tidak beragi, itulah Kristus Anak
Domba Paskah yang disembelih, tidak terdapat dosa kejahatan dan keburukan di
dalam diri-Nya, terbukti ketika Yesus diadili di hadapan Pilatus tidak satu pun
ditemukan kesalahan di dalam diri Yesus, dan di mulut Yesus tidak ada tipu
daya, tidak terdapat dusta seperti 144000 orang (Wahyu 14: 5).
Kelebihan-kelebihan perawan suci.
YANG KETIGA.
Wahyu 14: 4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah
orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke
mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai
korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
“Mereka adalah
orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi”
Pengikutan yang benar adalah seperti 144000 orang yang
berdiri di bukit Sion, mengikuti ke mana saja Anak Domba itu pergi.
Kalau mengikuti ke mana saja Anak Domba itu pergi,
berarti pengikutan tidak salah, tidak ke kiri, tidak ke kanan, tidak sesat.
Sementara jejak yang ditinggalkan oleh Anak Domba itu telah dilumuri oleh
darah, itu sebabnya kalau kita mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi,
pengikutan kita tidak akan salah dan tidak sesat.
Itulah kelebihan dari 144000 orang, sehingga di sini kita
melihat; mereka tidak mencemarkan pakaian mereka.
Yang membuat kita sesat dan menjadi salah, itu karena
kita tidak mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh Yesus.
Memang, kalau kita mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh
Yesus adalah BERAT, setiap langkah demi langkah ditandai dengan darah. Tetapi
sekalipun demikian, jika kita melihat 144000 orang itu mereka tetap setia
mengikuti.
Biarlah kita tetap setia mengikuti geraknya firman
pengajaran mempelai yang membawa kita pada pembentukan tubuh Kristus yang
sempurna, menjadi mempelai perempuan Tuhan.
Jangan ikuti jejak-jejak yang lain, apalagi kalau kita
melangkah di padang gurun yang tidak jelas arah tujuannya, itulah manusia
duniawi.
Kalau tergembala, senantiasa berada di bukit Sion, maka
ia akan selalu mengikuti gembala.
Saya mengingatkan kembali; jika seseorang melakukan
pekerjaannya tetapi tidak mengikuti cara gembala, berarti ia sedang sesat, sekalipun
pekerjaan yang dia kerjakan banyak.
Coba kita review; sebelum saya dan saudara tergembala, berarti
belum mengikuti Gembala Agung ke mana saja Ia pergi, begitu banyak kesalahan-kesalahan,
perbuatan-perbuatan yang bodoh, yaitu kejahatan dan kenajisan yang terjadi.
Kalau kita setia mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh
Gembala Agung, di mana jejak itu penuh dengan lumuran darah, berarti ditandai
dengan pengorbanan, saya berpesan; teruslah mengikuti firman penggembalaan
untuk membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, walaupun
susah, sakit dan berat, namun PAKAIAN TIDAK CEMAR.
Yohanes 10: 3-4
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba
mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut
namanya dan menuntunnya ke luar.
(10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan
mereka dan domba-domba itu mengikuti dia,
karena mereka mengenal suaranya.
Mengikuti Gembala ke mana saja Gembala itu pergi à kawanan domba yang tergembala
dengan baik dalam satu kandang penggembalaan, tidak liar.
Selain domba-domba mengikuti Gembala, selanjutnya
domba-domba mendengar suara gembala.
Dengar suara gembala = dengar-dengaran = patuh pada
ajaran yang benar.
Yohanes 10: 5
(10:5) Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari
dari padanya, karena suara orang-orang asing
tidak mereka kenal."
Kalau domba-domba tergembala dengan baik, maka
domba-domba tidak mengikuti gembala asing (orang-orang asing) karena tidak
mengenal suara asing.
Kesimpulannya; bagi 144000 orang yang berdiri di bukit Sion
bersama dengan Anak Domba:
-
di dahi mereka tertulis nama-Nya
dan nama Bapa-Nya, berarti; ada huruf T di dahi mereka,
-
mereka murni, seperti roti yang
tidak beragi = tidak khamir dengan dosa kejahatan dan keburukan,
-
mengikuti ke mana saja Gembala
pergi, dan sekaligus mendengar suara Gembala.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment