IBADAH RAYA MINGGU, 09 MARET 2014
Tema: JEMAAT DI SARDIS (dari Wahyu
3: 1-6)
(Seri 07)
Subtema: PAKAIAN PUTIH BERSIH ADALAH LENAN HALUS
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang Yesus Kristus, Tuhan kita.
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang Yesus Kristus, Tuhan kita.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita boleh berada di
dalam rumah Tuhan, beribadah melayani kepada Tuhan, sekaligus mempersembahkan
korban kepada Tuhan.
Kiranya di hari-hari terakhir ini saya dan saudara
dipakai Tuhan dengan luar biasa, membawa jiwa-jiwa untuk digembalakan,
selanjutnya dibawa masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna.
Tiba saatnya untuk memperhatikan sidang jemaat di Sardis
dari Wahyu 3: 1-6, namun kita hanya membaca ayat 4 saja.
Wahyu 3: 4
(3:4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak
mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan
dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Pada minggu yang lalu,
sebagian dari ayat 4 telah saya sampaikan, yaitu: “Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya”
Berarti, masih ada
beberapa orang di tengah-tengah sidang jemaat di Sardis yang memperhatikan
pakaian mereka, sehingga pakaian itu tetap putih, bersih, berkilau-kilauan.
Sesungguhnya, pakaian
itu menjadi cemar karena ada keinginan-keinginan untuk melakukan dosa kejahatan
dan dosa kenajisan, tetapi puji nama Tuhan, pada akhirnya pakaian kotor dapat
dibersihkan di dalam darah Anak Domba, asal kita tetap setia di dalam Tuhan.
Kemudian, kita fokus
memperhatikan bagian lain dari ayat 4, yaitu: “ ... mereka akan berjalan dengan Aku dalam PAKAIAN PUTIH ...”
Pakaian putih adalah PAKAIAN YESUS KRISTUS,
yang DIPAKAI DALAM DUA KESEMPATAN, yaitu;
YANG PERTAMA.
Matius 27: 59
(27:59) Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengapaninya
dengan kain lenan yang putih bersih,
Yesus mengenakan
pakaian putih saat Yesus mengalami
kematian.
Di sini kita melihat, Yusuf,
orang Arimatea, seorang yang kaya, menghadap kepada Pilatus, meminta mayat
Yesus, selanjutnya Yusuf mengapani Yesus dengan kain lenan
/ pakaian putih bersih berkilau-kilauan.
Pengalaman kematian
adalah cara untuk menanggalkan pakaian yang lama, pakaian yang telah dicemarkan
oleh karena dosa.
Ketika seseorang masuk
dalam pengalaman kematian itu adalah pengalaman yang luar biasa, sebab seseorang
yang masuk dalam pengalaman kematian tidak dapat dipengaruhi oleh segala
sesuatu perkara, terlebih dalam hal yang tidak benar, yang tidak baik dan yang
tidak suci.
Itu sebabnya, tidak
ada orang mati yang hidup kembali untuk melakukan dosa.
Kita sejenak melihat
...
2 Korintus 4: 10-11
(4:10) Kami senantiasa membawa
kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan
Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
(4:11) Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya
juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.
Kalau seseorang satu
di dalam kematian Yesus, maka kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam dirinya.
Dengan bukti; rela
menanggung penderitaan bahkan diserahkan ke dalam maut oleh karena Yesus
Kristus, inilah bukti bahwa pribadi Yesus nyata di dalam diri seseorang.
Roma 8: 35-36
(8:35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih
Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau
kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau
kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai
domba-domba sembelihan."
Di tengah-tengah
ibadah pelayanan, Rasul Paulus mengalami penindasan
atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau
bahaya, atau pedang, bahkan di sini dikatakan; oleh karena Yesus Kristus,
ia ada dalam bahaya maut sepanjang hari di tengah-tengah ibadah pelayanannya
kepada Tuhan.
Kesimpulannya; Rasul
Paulus tidak terpisah dari kasih Kristus, sehingga dengan demikian nyatalah
pribadi Yesus di dalam diri Rasul Paulus.
Keuntungan bila satu di dalam kematian
Yesus Kristus.
1)
Roma 8: 34, 37
(8:34) Kristus Yesus, yang telah
mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan
Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
(8:37) Tetapi dalam semuanya itu
kita lebih dari pada orang-orang yang menang,
oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Yesus menjadi Pembela bagi kita, sehingga dengan demikian dalam semuanya itu kita lebih dari
pada orang-orang yang menang oleh karena Dia telah mengasihi kita.
Kalau seseorang menang karena suatu kompetisi olahraga, itu adalah suatu
kebanggaan bagi seorang atlet, tetapi bagi Rasul Paulus, kemenangan karena Yesus
Kristus menjadi Pembela, menjadikan kita lebih dari pemenang.
Jadi, kemenangan oleh karena perkara lahiriah, bukan karena satu dalam
kematian Yesus Kristus, itu tidak ada artinya di hadapan Tuhan, bagi Rasul
Paulus itu semua adalah sampah.
SEDIKIT KESAKSIAN;
Seorang pemuda meminta untuk saya telepon. Dia berkata bahwa dia rindu untuk
tergembala dan melayani Tuhan di GPT “BETANIA”
Serang - Cilegon, dengan alasan; kalau
dia meninggalkan ibadah dan pelayanan, korban
penebus salah tidak lagi berkuasa / berlaku atas dia.
Jadi, bagi dia, gaji/pekerjaan bukan nomor satu, kerinduannya adalah supaya
dia tetap tergembala dengan baik dalam satu kandang penggembalaan, ini adalah
kesaksian yang luar biasa.
2)
2 Korintus 4: 7-10
(4:7) Tetapi harta ini kami punyai
dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan
yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
(4:8) Dalam segala hal kami
ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
(4:9) kami dianiaya, namun tidak
ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
(4:10) Kami senantiasa membawa
kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata
di dalam tubuh kami.
Kalau kita satu di dalam kematian Yesus Kristus, maka kita memperoleh
kekuatan yang berlimpah-limpah di mana kekuatan itu berasal dari Allah, bukan berasal
dari diri masing-masing, justru Alkitab mengatakan roh itu penurut tetapi daging lemah.
Adapun kekuatan yang melimpah-limpah itu antara
lain;
-
Ditindas dalam
segala hal, namun tidak terjepit
Biasanya orang yang ditindas pasti akan terjepit, tetapi karena Rasul
Paulus satu dalam kematian Yesus, sekalipun ia ditindas namun tidak terjepit.
-
Habis akal,
namun tidak putus asa
Biasanya orang yang di luar Tuhan, jika habis akal, ia akan putus asa
karena merasa tidak ada jalan keluar, kecewa dan akhirnya meninggalkan Tuhan.
Tetapi di sini kita melihat; Rasul Paulus tidak demikian,
sekalipun ia habis akal namun
tidak putus asa.
Saat tiada jalan, Tuhan pasti buka jalan, sebab itu, ayat firman
mengatakan: tidak ada yang mustahil bagi Dia.
Peristiwa / hal yang sama
pernah dialami oleh bangsa Israel; saat mereka berada di tepi laut Teberau,
orang Mesir berada di belakang mengejar mereka. Jika mereka berjalan ke sebelah
kanan, tidak ada artinya, demikian juga jika berjalan ke sebelah kiri, tidak
ada jalan keluar.
Akhirnya Tuhan berbicara langsung kepada Musa, sementara umat Israel gelisah
ketika melihat orang-orang Mesir mengejar mereka di belakang. Musa mendengar
apa yang diperintahkan oleh Tuhan, dia segera mengangkat tongkat lalu tangan yang satu diulur ke atas laut,
pada saat itulah Tuhan membuka jalan yang baru kepada bangsa Israel.
Kalau kita menggunakan logika, tidak akan ada jalan keluar dari setiap
masalah yang kita hadapi, tetapi kalau kita satu dalam kematian Yesus Kristus,
barangkali kita habis akal namun kita tidak putus asa.
Saudaraku, jangan segera putus asa dan kecewa, oleh sebab itu berusahalah
untuk masuk dalam pengalaman kematian.
-
Dianiaya, namun
tidak ditinggalkan sendirian.
Yesus telah menanggungnya di atas kayu salib, untuk sesaat Dia ditinggalkan,
dimulai dari di taman Getsemani, 12 murid meninggalkan Yesus Krsitus, sampai
akhirnya di atas kayu salib, untuk beberapa saat lamanya Yesus ditinggalkan
oleh Bapa, sesuai dengan seruan Yesus di atas kayu salib: “Eli, Eli lama sabhaktani”, artinya; Bapaku, Bapaku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?
Kalau kita satu dalam penderitaan Yesus, mengalami sengsara salib, Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendirian,
karena Dia telah menanggungnya di atas kayu salib.
Tuhan peduli dengan saya dan saudara, sebab kita adalah ciptaan-Nya yang
paling mulia, Tuhan ciptakan kita bukan untuk ditinggalkan, bukan untuk
dimain-mainkan-Nya, percayalah kepada firman Tuhan, dengarlah suara Tuhan.
-
Dihempaskan,
namun tidak binasa.
Dihempaskan = dibanting-banting.
Kalau raga ini dibanting satu kali, mungkin masih bisa bertahan, tetapi
jika raga ini berkali-kali dibanting, siapa pun tidak akan berdaya,
ujung-ujungnya akan binasa.
Tetapi kalau kita satu dalam kematian Yesus, sekalipun dihempaskan, namun
tidak binasa, inilah kekuatan yang berlimpah-limpah yang berasal dari Allah.
2 Korintus 4: 7
(4:7) Tetapi harta ini kami punyai
dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan
yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
Perlu untuk diketahui; sesungguhnya manusia itu sama seperti bejana tanah
liat.
Kalau bejana tanah liat terjatuh, maka bejana tanah liat itu akan pecah
bahkan hancur berkeping-keping tetapi karena di tengah-tengah pelayanannya
Rasul Paulus membawa kematian Yesus di dalam dirinya, ia memiliki kekuatan, bejana
tanah liat memiliki kekuatan yang luar biasa, kekuatan ekstra di luar nalar
manusia.
Bagi orang Yunani, pemberitaan firman tentang salib adalah suatu kebodohan,
tetapi sesungguhnya pemberitaan firman tentang salib, tentang kematian itu adalah
hikmat Allah dan kekuatan Allah.
Tetap pertahankan dan
perhatikanlah pakaian putih, waspadalah senantiasa dalam segala perkara di
manapun kita berada.
Ketika daging mulai
bersuara, ingat; pertahankanlah pakaian putih, sebab satu kali mendengar suara
daging, maka yang kedua kalinya; ditunggangi oleh roh jahat dan roh najis.
Pengalaman kematian
adalah pengalaman yang terindah bersama dengan Yesus Kristus, supaya kita layak
berjalan dengan Dia.
Pakaian putih adalah PAKAIAN YESUS KRISTUS,
yang DIPAKAI DALAM DUA KESEMPATAN, yaitu;
YANG KEDUA.
Imamat 16: 1-4
(16:1) Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada
waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa.
(16:2) Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada
Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di
belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia
mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.
(16:3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat
kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus
dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
(16:4) Ia harus mengenakan kemeja
lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat
pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan;
itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya
dengan air.
Untuk masuk ke dalam RUANGAN
MAHA SUCI, seorang imam besar harus mengenakan lenan
halus / pakaian putih bersih berkilau-kilauan.
Intinya; imam besar
memakai pakaian lenan halus saat memasuki ruangan maha suci untuk mengadakan
pendamaian dosa = pelayanan pendamaian.
Anak-anak Tuhan,
terlebih imam-imam harus memperhatikan pakaiaannya
supaya tetap putih bersih berkilau – kilauan dan pakaian itu tidak boleh ditanggalkan.
Ada kalanya saat kita
melayani, kita seolah-olah mengenakan pakaian putih, tetapi lepas dari
pelayanan pakaian putih di tanggalkan, sehingga perkataan yang terucap seringkali tidak
mencerminkan sebagai orang yang menyampaikan firman Tuhan
(dalam setiap perkataan) gerak-gerik,
sikap, tingkah lakunya juga sama seperti orang dunia, ini adalah kesalahan yang
harus kita perhatikan untuk malam ini dan seterusnya.
Imamat 16: 3, 14-16
(16:3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat
kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu
jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban
bakaran.
(16:14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu
jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia
harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali.
(16:15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan
menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke
belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang
diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas
tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.
(16:16) Dengan demikian ia
mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang
Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka.
Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara
mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka.
Imam besar membawa sebagian darah lembu jantan muda, maupun darah domba jantan,
kemudian darah itu dipercikkan dengan
ujung jarinya sebanyak tujuh kali di atas tabut pendamaian dan di depan tabut
pendamaian, untuk memperdamaikan dosa kenajisan dan kejahatan umat Israel.
Di manapun kita
berada, biarlah kita menjadi pendamaian, memperdamaikan dosa manusia kepada
Allah Bapa, jangan pernah menanggalkan pakaian putih.
Barangkali kita tidak
berhadap-hadapan langsung terhadap lawan jenis, tetapi suara daging, suara mulut
bisa membangkit-bangkitkan dosa kenajisan terhadap orang lain,
sekali lagi saya katakana jangan pernah menanggalkan lenan halus
/ pakaian putih
bersih berkliau - kilauan
Jadi, tugas seorang Imam
Besar adalah untuk mengadakan pendamaian dengan mempersembahkan lembu jantan muda untuk menghapus dosa
dan seekor domba jantan untuk korban
bakaran.
Kalau
potongan-potongan daging dari korban bakaran diletakkan di atas mezbah pada
waktu petang, itu dibiarkan sampai besok pagi, sampai hangus, sampai daging
tidak bersuara lagi, menunjukkan bahwa kita cinta rumah Tuhan, cinta pelayanan
dalam rumah Tuhan, sesuai dengan injil Yohanes 2: 17, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”
Ibrani 9: 12-14
(9:12) dan Ia telah masuk
satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan
membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia
telah mendapat kelepasan yang kekal.
(9:13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan
dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka
disucikan secara lahiriah,
(9:14) betapa lebihnya
darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah
mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada
Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang
hidup.
Yesus telah mengadakan
pendamaian terhadap dosa kita, satu kali di atas kayu salib untuk menyucikan
segala dosa kenajisan dan juga menyucikan hati nurani kita yang
jahat dan dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dengan satu tujuan; supaya kita dapat
beribadah kepada Allah yang hidup.
Seseorang yang masih
menikmati dosa kejahatan dan kenajisan, ia sangat sukar untuk beribadah kepada
Tuhan, sedangkan anak-anak Tuhan yang telah diperdamaikan, di mana hati nurani
yang jahat telah disucikan dan
dari perbuatan yang sia-sia, dengan demikian ia akan menghadap Allah
dengan tulus ikhlas, beribadah dan melayani kepada
Tuhan, tanpa ada maksud
– maksud yang lain.
Ibrani 9: 15
(9:15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu
perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab
Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama
perjanjian yang pertama.
Yesus Kristus adalah
pengantara dari suatu perjanjian baru, Dia telah mengadakan pendamaian di atas
kayu salib, menyucikan hati nurani yang jahat dan perbuatan kita yang sia-sia, sehingga
kita dapat beribadah kepada Tuhan, yaitu; mereka yang telah dipanggil akan menerima
bagian yang kekal yang dijanjikan-Nya, itulah Kerajaan Sorga.
Ibadah yang diberikan
oleh Tuhan kepada kita mengandung janji dan kuasa, baik di masa sekarang maupun
di masa yang akan datang.
-
Janji dan kuasa
Tuhan di masa sekarang; Tuhan pelihara dan cukupkan segala sesuatunya.
-
Janji dan kuasa
di masa yang akan datang; bahagia bersama dengan Dia di dalam Kerajaan yang
kekal.
Jadi, ibadah ini bukan
rutinitas, melainkan mengandung janji dan kuasa.
Ibrani 10: 19-24
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita
sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
(10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang
hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
(10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah
Allah.
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan
hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang
teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia,
yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita
saling mendorong dalam kasih dan dalam
pekerjaan baik.
Selain Imam Besar, Yesus
Kristus juga adalah Kepala rumah Allah / pemimpin di dalam rumah Allah.
Tugas Imam Besar:
berdoa dan memperdamaikan dosa manusia kepada Allah Bapa.
Tugas kepala rumah Allah / pemimpin
dalam rumah Allah;
·
Menyucikan sidang
jemaat dengan air firman Tuhan sampai tanpa cacat cela / kerut / yang serupa
itu = jemaat kudus tak bercela, menjadi cemerlang dihadapan Tuhan
·
Mengasuh, merawat
dan menyelamatkan tubuh.
Di sini kita lihat,
ada 3 hal; iman, harap, kasih.
Tiga hal di atas adalah
hasil dari ketekunan dalam 3 macam ibadah utama;
-
Iman adalah hasil dari ketekunan dalam IBADAH PENDALAMAN
ALKITAB, disertai dengan perjamuan suci.
Dalam pola Tabernakel terkena pada MEJA ROTI SAJIAN.
Ketika menghadap Allah lewat ibadah pelayanan dengan hati yang tulus ikhlas
dan keyakinan iman yang teguh,
menunjukkan bahwa hati nurani kita telah dibersihkan dari hati nurani yang
jahat dan tubuh kita dibasuh dengan air yang murni.
-
Pengharapan adalah hasil dari ketekunan dalam IBADAH RAYA MINGGU disertai
dengan kesaksian.
Dalam pola Tabernakel terkena pada PELITA EMAS.
Pengharapan kita kepada Tuhan tidak perlu diragukan, oleh sebab itu marilah
kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya setia.
-
Kasih adalah hasil dari ketekunan dalam IBADAH DOA PENYEMBAHAN.
Dalam pola Tabernakel terkena pada MEZBAH DUPA.
Oleh karena kasih inilah kita
saling mendorong satu dengan yang lain.
Jadi, oleh karena
pelayanan dari Imam Besar, Ia telah memberikan ibadah kepada kita, dalam ibadah
inilah kita tekun, sehingga disebutlah ketekunan dalam tiga macam ibadah utama.
Kalau kita tekun dalam
tiga macam ibadah utama, ini bukanlah suatu aturan manusia.
Ibrani 8: 5
(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari
apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia
hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa
engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang
telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
Ibadah dan pelayanan
kita di atas muka bumi ini adalah gambar dan bayangan dari apa yang ada di
dalam kerajaan Sorga.
Tiga macam ibadah utama itu adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada
di dalam Kerajaan Sorga, sesuai dengan contoh dari apa yang ada di dalam
Kerajaan Sorga, tidak boleh meleset.
Setelah kita tekun
dalam tiga macam ibadah utama, terserah mau beribadah dengan sebutan apa saja,
tetapi yang lebih utama adalah harus tekun dalam tiga macam ibadah utama.
Ibadah ini diberikan
karena pelayanan Imam Besar yang telah
mempertaruhkan nyawa-Nya di atas kayu salib, Ia telah melintas kemah yang
lebih besar yang bukan buatan tangan manusia, yaitu tubuh-Nya sendiri, kemah yang lebih sempurna, Dia
telah menaklukkan diri-Nya di atas kayu salib. Biarlah kita menaklukkan diri di
dalam salib Kristus / menyangkal
diri, memikul salibnya.
Ibrani 10: 25
(10:25) Janganlah kita
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan
oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Oleh sebab itu,
janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah = tekun dalam
tiga macam ibadah utama.
Sebutan
pertemuan-pertemuan ibadah = tekun dalam tiga macam ibadah utama, jadi bukan
hanya tekun dalam satu macam ibadah saja, misalnya; hanya tekun dalam Ibadah
Raya Minggu, seperti kebanyakan orang ketahui.
Saya tambahkan sedikit
lagi; memang kita harus tekun dalam tiga macam ibadah utama, jangan menjauhkan
diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dan kita harus semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat, kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Janganlah kita berkata
damai dan aman, sementara kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah.
Ibrani 10: 26
(10:26) Sebab jika kita sengaja
berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa
itu.
Kalau kita sudah
mengetahui tentang kebenaran, terlebih ketekunan dalam tiga macam ibadah utama,
namun dengan sengaja kita meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah dan pelayanan
yang dipercayakan oleh Tuhan = sengaja berbuat dosa, maka korban penghapus dosa tidak lagi berlaku atas seseorang.
Oleh sebab itu, kalau
saya dan saudara dipercayakan ibadah dan pelayanan, jangan merasa diri paling rohani,
janganlah kita merasa dibutuhkan, justru kita yang membutuhkan Tuhan.
Jadi, pakaian putih
itu dipakai oleh Tuhan ketika Ia memasuki tempat kudus, ruangan maha kudus,
untuk mengadakan pendamaian atas dosa kejahatan dan dosa kenajisan saya dan
saudara.
Tidak hanya sebatas
itu, Dia memberikan ibadah bagi kita, sehingga kita datang kepada-Nya dengan tulus
ikhlas, tanpa kepentingan-kepentingan, tanpa motivasi.
Puncak pakaian putih dikenakan.
Wahyu 19: 7-8
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan
memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan
yang benar dari orang-orang kudus.]
Tuhan memberikan
pakaian putih, itulah lenan halus yang berkilau-kilauan kepada pengantin
perempuan, inilah puncak di mana pakaian putih itu dipakai.
Yang memakai pakaian
putih itu adalah mempelai wanita Tuhan, dan Tuhan sendiri yang memberikannya.
Pakaian putih bersih =
lenan halus, arti rohaninya; perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang
kudus.
Wahyu 7: 9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu
kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari
segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di
hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan
mereka.
Mempelai wanita Tuhan memakai
jubah putih, berdiri di hadapan
takhta dan di hadapan Anak Domba, suatu kumpulan besar orang banyak, yang tidak
dapat terhitung banyaknya dari segala suku, kaum, bahasa dan bangsa.
Saya berharap, saya
merindukan dan saya berdoa kiranya saya dan saudara ada di antara kumpulan
besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya. Saya merindukan ibadah ini
betul-betul mengandung kuasa dan janji, tetapi kita juga harus sungguh-sungguh melayani.
Wahyu 7: 15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah
dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya.
Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas
mereka.
Akhirnya, mereka yang berdiri di hadapan takhta Allah melayani Dia siang dan
malam di Bait Suci-Nya.
Jadi, kalau kita
berjuang melayani Dia siang dan malam di atas muka bumi ini, tujuannya untuk mempersiapkan diri
melayani Tuhan siang dan malam di dalam Kerajaan Sorga,
maka dimulai dari sejak sekarang kita harus melayani
Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Jadi, jangan ada
pemikiran bahwa di sorga nanti kita akan hidup enak karena hanya makan dan
tidur.
Pelayanan tidak hanya
berdiri di mimbar, di mana saja, ingatlah Tuhan siang dan malam, supaya nanti
kita juga melayani Tuhan siang dan malam di dalam Kerajaan Sorga.
Wahyu 7: 14
(7:14) Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan
mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah
orang-orang yang keluar dari kesusahan yang
besar; dan mereka telah mencuci jubah
mereka dan membuatnya putih di dalam darah
Anak Domba.
Kumpulan besar orang
banyak yang tidak terhitung jumlahnya dari berbagai suku, kaum, bahasa dan
bangsa, telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dalam darah Anak Domba.
Di sini ada pernyataan
dari salah satu dari 24 tua-tua itu: “Mereka ini
adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar”
Berarti, sengsara
salib, penderitaan, itulah kesusahan yang besar dan itu adalah kesempatan yang
baik untuk mencuci jubah sampai putih bersih berkilau-kilauan.
Ketika kita satu dalam
penderitaan Kristus, di situlah kesempatan bagi kita untuk mencuci jubah.
Dalam 1 Petrus 4
dikatakan; barangsiapa menderita badani, ia berhenti berbuat dosa.
Memang secara logika,
sengsara salib, menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung adalah
sesuatu yang tidak enak, tetapi sesungguhnya itu merupakan kesempatan dan cara yang tepat untuk mencuci jubah
sampai putih.
Alkitab mengatakan;
berbahagialah ketika engkau dinista sebab Roh Kemuliaan turun atas mu.
Wahyu 19: 6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar
orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan
memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
Saat mempelai wanita
Tuhan mengenakan pakaian putih, saat itulah Yesus tampil sebagai Raja sekaligus
mempelai Pria Sorga.
Yesus tidak akan
pernah tampil sebagai Raja oleh karena perkara-perkara lahiriah. Yesus akan
tampil sebagai Raja di dalam kesempurnaan, tampil atas mempelai wanita Tuhan yang telah
disempurnakan.
Yesus tampil,
bertakhta, berhadirat di hati yang telah disucikan bahkan yang telah
disempurnakan.
Kita lihat sejenak;
KETIKA YESUS DIPAKSA MENJADI RAJA.
Yohanes 6: 1-2
(6:1) Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau
Galilea, yaitu danau Tiberias.
(6:2) Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia,
karena mereka melihat mujizat-mujizat
penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.
Di sini kita melihat,
orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia karena melihat mujizat
penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus terhadap orang –
orang sakit.
Sekarang, kita lihat;
SETELAH YESUS MENGADAKAN MUJIZAT YANG LAIN, yaitu memberi makan 5000 orang
dengan 5 roti dan 2 ikan.
Yohanes 6: 13-14
(6:13) Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua
belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih
setelah orang makan.
(6:14) Ketika orang-orang
itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini
adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."
Setelah mereka melihat
mujizat yang diadakan Yesus, yaitu memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2
ikan, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan
datang ke dalam dunia."
Intinya oleh karena
mujizat, mereka mengakui Yesus sebagai nabi yang akan datang.
Yohanes 6: 15
(6:15) Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan
hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan
Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung,
seorang diri.
Karena mujizat yang
diadakan oleh Yesus, orang banyak berusaha
menjadikan Yesus sebagai Raja dengan paksa, namun Yesus menyingkir, Yesus
tidak mau tampil sebagai Raja atas mereka yang hanya menghendaki mujizat, tanda
heran, perkara-perkara lahiriah, tetapi Yesus mau tampil sebagai Raja hanya
kepada mereka yang hatinya telah disucikan dari dosa kejahatan dan dosa
kenajisan, sampai sempurna, itulah mempelai wanita Tuhan. Inilah yang
membuat kita terdorong terus untuk maju melayani Tuhan. Tentu kita merindukan supaya Dia tampil menjadi Raja dan
mempelai laki-laki sorga bagi kita.
Dialah kepala dari
tiap-tiap gereja, Dialah suami kita yang akan memperhatikan seluruh anggota
tubuh.
Wahyu 7: 15-17
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah
dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta
itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
(7:16) Mereka tidak akan
menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari
atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.
(7:17) Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu,
akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata
mereka."
Selanjutnya Tuhan
membentangkan kemah-Nya di atas mereka, sebagai perlindungan dari Tuhan,
sehingga beberapa hal terjadi;
-
mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi,
-
dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka
lagi, sebagai ujian dan
cobaan.
-
Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, sebagai tanda bahwa Tuhan memberikan Roh Kudus sebagai
penghiburan.
Tanpa disadari, air mata seringkali mengalir karena banyaknya persoalan,
penderitaan dan pergumulan, tetapi Tuhan memberi janji, Ia akan menghapus air mata, dengan
bukti Tuhan telah membentangkah
kemah-Nya, menggembalakan umat-Nya.
Wahyu 3: 4
(3:4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak
mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan
dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Selanjutnya di sini
dikatakan: mereka akan berjalan dengan
Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Oleh karena pakaian
putih, kita menjadi layak di hadapan Anak Domba dan berjalan bersama dengan
Dia.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA,
MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U.
Sitohang
No comments:
Post a Comment