IBADAH DOA PUASA (SESI I), 21 SEPTEMBER 2017
Subtema: PAKAIAN TIDAK BURUK,
KAKI TIDAK BENGKAK.
Shalom saudaraku...
Salam sejahtera bagi kita
semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan melangsungkan Ibadah
Doa Puasa. Saya berharap ibadah doa puasa ini tidak dijalankan secara
rutinitas, tetapi betul-betul kita boleh merasakan kuasa dalam ibadah doa puasa
ini, supaya ke depan hidup kita jauh lebih baik, lebih benar, lebih suci, indah
di hadapan Tuhan.
Kita akan perhatikan firman
untuk Ibadah Doa Puasa dari Injil Matius 6: 16-18.
Matius 6: 16-18
(6:16) "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah
muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang
melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka
sudah mendapat upahnya.
(6:17) Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah
kepalamu dan cucilah mukamu,
(6:18) supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau
sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.
Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Kita memperhatikan segala
sesuatu yang tertulis di ayat 16-18 ini, ibadah doa puasa ini juga harus
menjadi bagian di tengah-tengah kandang penggembalaan GPT “BETANIA” Serang & Cilegon.
Puasa, berarti tidak makan dan
tidak minum = lapar dan haus.
Ulangan 8: 2-3
(8:2) Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang
kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh
tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui
apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya
atau tidak.
(8:3) Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau
lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak
dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup
bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Tuhan membiarkan bangsa Israel
lapar dan haus selama 40 tahun di padang gurun.
Tujuannya: supaya mereka
merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Bukti seseorang merendahkan
diri: manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari firman
Allah, berarti segenap hati bergantung kepada firman Tuhan = hidup di dalam
firman Tuhan.
Itu sebabnya kita jalankan (kita
kerjakan) ibadah doa puasa sepanjang hari ini supaya betul kita bergantung
kepada firman, sebab manusia hidup bukan dari roti makanan tetapi dari firman.
Karena firman itu yang memberi
hidup, maka kita harus bergantung kepada firman, maka Tuhan punya cara unik,
tidak bisa diselami oleh akal pikiran manusia.
Itu sebabnya kita harus
kerjakan ibadah doa puasa sepanjang hari ini.
Matius 4: 1-4
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk
dicobai Iblis.
(4:2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat
puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata
kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini
menjadi roti."
(4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis:
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah."
Yesus berkata kepada ular: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”, menunjukkan bahwa Yesus hidup oleh firman. Yesus
bergantung kepada firman Allah.
Manusia hidup bukan dari roti
makanan tetapi hidup oleh firman, maka kita harus bergantung kepada firman,
seperti Yesus bergantung kepada firman Allah.
Di sini kita melihat, Yesus
berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun, dan Dia dibawa ke padang gurun
itu oleh karena Roh Kudus, bukan oleh karena kehendak sendiri.
Jadi persis seperti bangsa
Israel berada di padang gurun selama 40 tahun oleh karena kehendak Tuhan.
Jadi ibadah doa puasa yang kita
kerjakan ini bukan pekerjaan manusia, bukan pekerjaan saya sebagai gembala, ini
pekerjaan Tuhan, ini pekerjaan Roh Tuhan. Ayo, biarlah kita semua hidup oleh
firman, berarti mau tidak mau bergantung kepada firman Tuhan, di tengah-tengah
kegiatan Roh ini.
Memang waktu Yesus berpuasa
selama 40 hari 40 malam, Yesus lapar dan haus, dan situasi itu dimanfaatkan
oleh Iblis/Setan.
Tetapi sekalipun Setan
memanfaatkan situasi (keadaan) yang ada, di sini kita melihat, Yesus tetap
bergantung kepada firman, dan Dia hidup oleh firman.
Belajar bergantung kepada
firman, jangan hidup atau bergantung kepada pekerjaan, jangan bergantung kepada
uang, jangan bergantung kepada apapun dan siapapun.
Belajar bergantung kepada
firman. jangan bergantung kepada uang. Manusia hidup bukan karena makanan (yang
dibeli oleh uang), tetapi hidup oleh firman Allah, itulah sebabnya kita
jalankan ibadah doa puasa sepanjang hari ini.
Tanda bila seseorang bergantung kepada
firman.
Matius 4: 5-9
(4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan
Dia di bubungan Bait Allah,
(4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak
Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia
akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di
atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
(4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula
tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang
sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan
kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan
kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Tanda bergantung kepada firman
ada dua, yaitu:
YANG PERTAMA: Tidak mencobai Tuhan Allah.
Orang yang tidak mencobai Tuhan Allah tetap berada di bubungan Bait Suci
Allah, artinya tetap menjaga diri di dalam kesucian, tetap menjadi terang (menjadi
pelita), berarti menjadi kesaksian di tengah dunia ini.
Jangan mencobai Tuhan dengan cara menjatuhkan diri kepada berbagai-bagai
dosa. Di sini kita melihat, Setan mencobai Yesus dan berkata: “jatuhkanlah diri-Mu ke bawah”, dengan alasan: ada malaikat yang
menatang.
Saudaraku, kalau manusia jatuh dalam dosa, tidak ada yang dapat menolong
dia kecuali darah salib Kristus, sekalipun malaikat. Jadi jangan pernah
mencobai Tuhan. Biarlah kita tetap hidup dalam kekudusan.
Bukan saja malaikat, uang, harta, kedudukan, jabatan, kekuatan,
kemampuan, tidak mampu menolong kehidupan kita, oleh sebab itu, jangan cobai
Tuhan.
Dosa hanya bisa disucikan oleh darah salib Kristus, tidak ada yang bisa
menatang. Uang yang banyak tidak bisa menyucikan dosa, malaikat tidak bisa
menatang/tidak bisa menolong, kekuatan, kemampuan manusia tidak bisa menolong. Jangan
cobai Tuhan.
Banyak orang di luaran sana suka mencobai Tuhan karena dia berpikir, dia
akan tertolong dengan apa yang ia miliki. Oleh sebab itu, saya tidak berani
jauh dari Tuhan, sebab ketika saya jauh dari Tuhan, saya pasti jatuh dalam berbagai-bagai
dosa, dan ketika saya jatuh dalam dosa, tidak mungkin malaikat bisa menatang
saya.
Tanda bergantung kepada firman
ada dua, yaitu:
YANG KEDUA: Menyembah kepada Allah yang hidup.
Kita tidak menyembah
kepada yang lain-lain sekalipun Setan menyodorkan kerajaan dunia serta
kemegahan dunia ini. Kerajaan dan kemegahan dunia ini luar biasa, tetapi untuk
yang kesekian kali saya sampaikan kepada saudara: andaikata dunia ini
ditawarkan kepada saya, dengan syarat
meninggalkan ibadah dan pelayanan, saya dengan tegas katakan: tidak mau
dan tidak akan pernah. Saya tetap menyembah kepada Allah yang hidup, berbakti
hanya kepada Dia, ini bukan mencobai atau sok suci, tidak, karena saya sudah
tahu kerajaan dunia dan kemegahan dunia tidak akan menyelamatkan saya.
Pendeknya, dunia ini tidak menjamin hidup.
Saya akan tunjukkan ayatnya ...
Matius 16: 24-26
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku.
(16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku,
ia akan memperolehnya.
(16:26) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia
tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti
nyawanya?
Syarat mengikuti dan melayani
Tuhan: sangkal diri, pikul salib berarti rela kehilangan nyawanya. Kalau
kita kehilangan nyawa karena sangkal diri, pikul salib, maka kita hidup. Tetapi
barangsiapa menyelamatkan nyawa (tidak menyangkal diri dan tidak memikul
salibnya) akan binasa (kehilangan nyawanya).
Untuk apa seseorang memperoleh
kerajaan dunia serta kemegahannya kalau dia kehilangan nyawa. Itu alasan saya
mengapa saya mempertahankan ibadah yang disertai dengan sangkal diri, pikul
salib.
Kerajaan dunia dan kemegahannya
memang luar biasa memberi daya tarik.
Suatu benda kalau dilempar ke
atas, benda itu tetap jatuh ke bawah. Bumi ini punya daya tarik. Kerajaan
dunia, kemegahannya punya daya tarik. Tetapi kalau kita hidup di dalam
penyembahan yang benar, kerajaan dunia dan kemegahannya tidak mampu menarik
kehidupan kita semua. Kehidupan kita sudah dihisap, sudah diserap oleh Allah
lewat doa penyembahan kepada Dia.
Kita lihat gambarannya dari ...
Wahyu 8: 1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang
ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Saudaraku, perhatikan di sini, kita
sudah membaca bahwa “Sunyi senyaplah di
sorga, kira-kira setengah jam lamanya.”
Sunyi senyap di sini bukan
berarti kita tidak ada kegiatan kepada Tuhan. Sunyi senyap di sini menunjukkan
bahwa tidak ada lagi aktivitas lahiriah selain aktivitas kepada Tuhan, aktivitas
rohani kepada Tuhan.
Sehingga ketika sunyi senyaplah
di sorga, mari kita lihat apa yang dilakukan?
Wahyu 8: 2-4
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri
di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia
pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan
banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang
kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan
doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Kegiatan yang pertama; tujuh
sangkakala yang akan ditiup oleh para malaikat, itulah firman Allah yang
disampaikan.
Kegiatan yang kedua; doa
penyembahan, itu bagaikan asap dupa yang naik kepada Tuhan dari tangan
malaikat itu.
Doa penyembahan ini sama
seperti asap dupa kemenyan yang naik di hadirat Tuhan, terlepas dari daya tarik
bumi.
Jadi sekalipun bumi mempunyai
daya tarik, mempunyai magnet, tetapi asap dupa kemenyan tetap naik ke hadirat
Tuhan.
Oleh karena kuasa doa
penyembahan, bumi tidak mempunyai daya tarik untuk menarik kita semua.
Lihat, benda lain dilempar ke
atas tetap jatuh ke bawah, tetapi hidup dalam doa penyembahan persis seperti
asap kemenyan, dia naik di hadirat Tuhan (berjumpa dengan Allah di dalam kasih-Nya),
terlepas dari daya tarik bumi. Hiduplah dalam doa penyembahan. Oleh sebab itu
berkali-kali saya sampaikan; menyembah, menyembah dan menyembah.
Itu tanda yang kedua kalau
bergantung pada firman; hidup dalam doa penyembahan, tidak terpengaruh atau
terlepas dari daya tarik bumi, kerajaan dan kemegahan dunia tidak dapat menarik.
Jadi apa yang saya sampaikan di
atas tadi (ungkapan tadi) bukan suatu kesombongan, jangankan satu perusahaan bahkan
satu negara ditawarkan, saya tidak mau, melepaskan pelayanan. Bukan suatu
kesombongan, tetapi karena saya tahu bahwa yang menjamin hidup adalah ketika
saya sangkal diri dan pikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini.
Miliki pemahaman yang seperti
ini, lepaskan pemahaman yang bodoh. Ayo, imam-imam harus hidup dalam doa
penyembahan.
Saya sendiri harus takluk pada
aturan, disiplinkan diri. Kalau saya menyembah, saya berani kotbah penyembahan.
Kalau saya tidak menyembah, saya tidak berani kotbah menyembah. Saudaraku,
kalau saya kotbah tentang penyembahan tetapi saya sendiri tidak hidup di dalam
doa penyembahan, itu adalah kemunafikan.
Yang sudah melayani harus
banyak menyembah supaya terlepas dari daya tarik bumi. Masa depanmu bukan pada
pekerjaanmu, masa depan bukan pada harta, kekayaan, jabatan, tetapi dari sorga,
masa depan kita di tangan Tuhan.
Biarlah kita selalu berada
dalam dekapan kasih sayang dan kasih setia Tuhan (gendongan dua tangan Tuhan),
hidup kita indah. Kita mencari damai di sana sini, di lembah, gunung, di mana
saja tidak akan pernah menemukannya, karena segala sesuatu yang ada di dunia
ini tidak nyata (semu).
Selanjutnya kita kembali
memperhatikan ...
Matius 4: 10-11
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya:
"Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
(4:11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah,
malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Dua kali Setan mencobai Yesus
namun Yesus berkemenangan terhadap dua cobaan itu karena Yesus bergantung
kepada firman Allah.
Apa buktinya Yesus bergantung
kepada firman Allah? setiap kali dicobai, Yesus selalu berkata: “Ada
tertulis.”
Apa yang tertulis? Itulah
firman Allah yang dituliskan di dalam Alkitab.
Jadi setiap kali menghadapi
ujian, selalu andalkan firman (ada tertulis). Firman Allah yang dituliskan
dalam Alkitab itulah pedang Roh, itulah senjata kita untuk menghadapi musuh
abadi.
Selain daging, ada lagi musuh
abadi, itulah Setan. Hadapi dengan firman Allah yang tertulis di dalam Alkitab.
Cobaan pertama tadi: batu
diganti dengan roti, Yesus berkata: ada tertulis. Cobaan yang kedua; dibawa ke
bubungan Bait Allah lalu disuruh menjatuhkan diri, Yesus kembali berkata: ada
tertulis. Cobaan yang ketiga, Setan menawarkan kerajaan dunia kemegahannya,
Yesus kembali berkata: ada tertulis. Firman Allah yang tertulis di dalam
Alkitab, adalah pedang Roh.
Bergantung kepada firman Allah,
itu tanda orang yang merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Beda dengan orang sombong tidak
merendahkan diri; ia hanya bergantung kepada uang, kemampuan, padahal semuanya
itu tidak bisa menjamin hidup.
Ayo, kembali kepada firman,
bergantung kepada firman.
Yesaya 55: 6-9
(55:6) Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui;
berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!
(55:7) Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan
orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka
Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan
dengan limpahnya.
(55:8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan
jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
(55:9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Tinggalkan jalan yang lama,
carilah Tuhan, berseru kepada Dia, tinggalkan hal yang jahat, kembalilah kepada
Dia, Tuhan akan mengampuni dan mengasihi kita, sebab rancangan kita bukan
rancangan Tuhan, sebab rancangan Tuhan dengan rancangan manusia perbedaannya
setinggi langit dari bumi.
Yesaya 55: 10-11
(55:10) Sebab seperti hujan dan salju turun dari
langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada
orang yang mau makan,
(55:11) demikianlah firman-Ku yang keluar dari
mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan
melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan
kepadanya.
Firman itu akan berhasil, akan
terlaksana, kalau kita hidup oleh firman.
Firman Tuhan tidak akan pernah gagal. Firman Tuhan yang disampaikan kalau
kita lakukan, akan berhasil dan terlaksana, dia tidak akan kembali kepada mulut
Allah.
Maka perhatikan ayat 10:
seperti hujan dan salju turun dari langit
dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, tujuannya:
1.
“Membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.”
Kita butuh hal-hal
yang baik dari sorga tertanam dan tumbuh dalam hati kita masing-masing.
Ilalang, onak duri, tidak akan tumbuh dalam hati kita masing-masing.
2.
“Memberikan benih kepada penabur.”
Tuhan mempercayakan
saya untuk menaburkan, menyampaikan firman Allah itulah benih ilahi. Inilah
kemurahan hati Tuhan kalau kita bergantung pada firman.
3.
“Roti kepada orang yang mau makan.”
Kita mau, berarti
kita sangat membutuhkan firman Allah, roti yang turun dari sorga, itulah roti hidup.
Tiga hal ini akan menjadi
bagian kita semua. Itu adalah bagian orang -rang yang merendahkan diri,
bergantung pada firman.
Saat ini kita berpuasa supaya
kita merendahkan diri, tandanya: bergantung kepada firman, bukan kepada roti
makanan.
Ulangan 8: 3-4
(8:3) Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau
lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak
dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup
bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
(8:4) Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan
kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini.
Ada dua jaminan kalau kita
bergantung pada firman:
Yang Pertama: Pakaianmu tidaklah menjadi buruk -> pakaian pesta (hidup baru).
Hidup kita selalu baru dan baru
-> orang yang hidup dalam kesucian, berada dalam suasana kebangkitan (yang
lama sudah berlalu).
Sebaliknya, kalau seseorang
tidak bergantung pada firman, digambarkan seperti baju yang tua dan kantong
kulit yang tua...Matius 9:16-17.
Baju yang tua dan kantong kulit
yang tua -> orang yang masih mempertahankan hidup lama, dan tabiat lama.
Matius 9: 14-15
(9:14) Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada
Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi
murid-murid-Mu tidak?"
(9:15) Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah
sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama
mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada
waktu itulah mereka akan berpuasa.
Jadi kita harus berpuasa karena
Yesus telah naik ke Sorga.
Yesus Kristus sebagai Mempelai laki-laki
Sorga sudah diangkat, maka kita harus melaksanakan ibadah puasa.
Matius 9: 16-17
(9:16) Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang
belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan
mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
(9:17) Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke
dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak
sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang
baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian
terpeliharalah kedua-duanya.”
Jadi pakaian baru senantiasa
menikmati anggur baru. Biarlah terjadi pembaharuan kirbat, hati kita semua
dibaharui dari sehari ke sehari, di situ nanti Tuhan isi anggur baru, menikmati
sukacita sorga. Tinggal dalam kasih, dan kasih Allah itu sendiri yang akan
memelihara kehidupan kita semua.
Ada dua jaminan kalau kita
bergantung pada firman:
Yang Kedua: Kakimu tidak menjadi bengkak selama 40
tahun.
Kalau orang berjalan, jangankan
satu tahun, untuk beberapa hari saja, barangkali kakinya selain bengkak, pasti
lecet, luka dan sebagainya.
Tetapi di sini kita perhatikan,
jaminan kedua; kakimu tidaklah menjadi bengkak.
Kalau kita ikut Tuhan,
kesusahan kesulitan bukan semakin bertambah apalagi membengkak, justru hidup
kita tetap ringan, tidak susah, tidak sulit bahkan tidak membengkak, hidup kita
tetap ringan.
Mungkin hati terlukai tetapi
tidak tersimpan akar pahit, tidak membengkak kesusahan dalam kehidupan kita.
Memang syarat mengikuti Tuhan:
sangkal diri, pikul salib. Mungkin saja terlukai, tetapi luka itu tidak
membengkak, tidak ada akar pahit, tidak ada kebencian.
Mengapa ada akar pahit,
kebencian bertambah-tambah, dendam kesumat, permusuhan tidak berhenti, ini
orang yang belum mendapat bagian dari jaminan Tuhan.
Tetapi jaminan yang kedua;
kakimu tidak akan pernah bengkak.
Orang boleh saja melukai hati,
tetapi luka itu tidak akan pernah menjadi bengkak apalagi menimbulkan akar
pahit, benci, dendam, dan permusuhan. Tidak akan pernah.
Sewaktu masih hidup, bertahun-tahun
bapak
(orang tua laki-laki) saya meninggalkan kami, tetapi
setelah saya
di dalam Tuhan, sedikitpun tidak ada dendam. Berapa
banyak orang menyakiti saya, paling saya menghindar, tetapi saya tidak akan
membenci sedikitpun.
Kalau dulu, kaki tidak hanya
bengkak, semua bengkak, tetapi setelah saya dipanggil Tuhan, kaki saya tidak
akan bengkak.
Puji Tuhan, jaminan-Nya luar
biasa.
Siang ini kita akan menyembah
Dia; “Tuhan biarlah dua jaminan ini
menjadi bagian kami, Tuhan. Pakaian tidak buruk, Tuhan, supaya diisi anggur
baru, Tuhan. Kakiku dan kaki sidang jemaat Tuhan tidak pernah
bengkak Tuhan, tidak ada lagi permusuhan, benci dendam, tidak ada lagi akar
pahit dalam hati kami.”
Kita diajarkan doa puasa, untuk
merendahkan hati kita, apa tandanya? Bergantung pada firman, hidup oleh firman,
tidak bergantung pada kekuatan, uang, harta, kedudukan, ijazah.
Dua jaminan Tuhan berikan
kepada kita. Bukan kata orang, tetapi kata Tuhan, bukan kata saya, tetapi kata
firman.
Yang masih bengkak bengkak
hatinya, yang masih ada dendam karena hatinya dilukai, minta ampun siang ini.
Tersungkurlah, menangislah sejadi-jadinya. Minta ampun siang ini kepada Tuhan.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment