IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 23 MARET 2018
"KITAB RUT"
(Seri: 7)
Subtema: ROH TUHAN MEMBERI KEKUATAN
UNTUK TERLEPAS DARI MASA LALU YANG KELAM.
Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera
bagi kita. Salam di dalam kasih-Nya Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan
hati Tuhan, kita dimungkinkan kembali untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman
Alkitab disertai perjamuan suci.
Saya juga menyapa anak-anak
Tuhan atau hamba-hamba Tuhan yang senantiasa mengikuti live streaming atau
video internet, baik dalam negeri maupun di luar negeri, Tuhan Yesus Kristus
memberkati kita semuanya.
Segera kita memperhatikan
firman Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci dari kitab Rut.
Rut 1: 6
(1:6) Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya
dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN
telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka.
Setelah melewati sebuah
pengalaman yang sangat berharga dan sebuah pengalaman yang tak terlupakan di
mana Naomi telah ditinggal mati oleh orang-orang yang dicintainya, yaitu
Elimelekh, suaminya, serta kedua anaknya, Mahlon dan Kilyon. Kemudian
berkemaslah Naomi dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab
di daerah Moab ia mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umat-Nya dan
memberikan makanan kepada mereka.
Berkenaan dengan pemulihan ini,
kita perhatikan ...
Mazmur 65: 10
(65:10) Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya
kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau
menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya:
Tuhan mengindahkan tanah
Israel, mengaruniainya kelimpahan, sebab Tuhan menyediakan gandum bagi mereka.
Ya, demikianlah Tuhan menyediakannya.
Yohanes 12: 23-24
(12:23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya:
"Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji
gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Yesus berkata: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.”
Tanda dimuliakan: bagaikan biji gandum Yesus telah jatuh ke dalam tanah
dan mati.
Ini adalah sebuah pengalaman
yang sangat berharga dan mulia, persis seperti apa yang dialami oleh Naomi.
Setelah dia melewati suatu fase, yaitu suatu pengalaman yang sangat berharga, suatu
pengalaman yang begitu luar biasa yang tidak bisa dilupakan, di mana ia telah
ditinggal mati oleh orang-orang yang dicintainya, yaitu Elimelekh, suaminya,
serta kedua anaknya, Mahlon dan Kilyon.
Yesus berkata kepada
murid-murid: “Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan.”
Tanda dimuliakan itu, Yesus
berkata: sebagai biji gandum, Yesus telah jatuh ke dalam tanah dan mati. Ini
adalah suatu pengalaman yang sangat berharga dan mulia.
Kalimat; “ Jikalau
biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati...”
BAGIAN PERTAMA: JATUH KE DALAM TANAH.
Jadi kemuliaan itu dimulai
dengan jatuh ke dalam tanah -> kerendahan hati = berada di tempat
yang rendah.
Kita lihat TEMPAT YANG RENDAH.
Filipi 2: 6-8
(2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Dalam keadaan sebagai manusia,
Yesus telah merendahkan diri-Nya.
Tanda berada di tempat yang
rendah:
YANG PERTAMA: mengosongkan
diri-Nya, berarti; melepaskan segala sesuatu yang ada di dalam
diri-Nya, tidak bermegah, tidak berbangga terhadap segala sesuatu yang ia
miliki. Pendeknya; tidak ada sesuatu yang patut dibanggakan, dan tidak ada
sesuatu yang patut diandalkan dalam diri ini, itulah orang yang mengosongkan
diri.
Tanda berada di tempat yang
rendah:
YANG KEDUA: mengambil
rupa seorang hamba, berarti; taat kepada tuannya.
Kalau seseorang mengambil rupa
sebagai hamba (melayani Tuhan), maka dia harus taat kepada tuannya. Tuan dari
segala hamba-hamba Tuhan adalah Yesus Kristus, kepada Dialah kita memberi
pertanggungan jawab, taat kepada Dia.
Titus 2: 9-10
(2:9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam
segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah,
(2:10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu
tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan
ajaran Allah, Juruselamat kita.
Taat dan berkenan kepada
tuannya, berarti seorang hamba menunjukkan sikap:
-
Jangan membantah.
Kalau seorang hamba
membantah kepada tuannya, berarti dia menolak untuk dipakai oleh Tuhan.
Kemudian, membantah,
berarti; tidak memiliki kuasa dari Tuhan di dalam dirinya.
Oleh sebab itu,
anak-anak Tuhan terkhusus imam-imam yang melayani Tuhan, barangkali pernah
membantah, sekarang jangan keliru lagi, sebagai seorang hamba; jangan membantah,
karena ada kerugian-kerugian yang besar kalau membantah. Maka kalau seorang hamba
Tuhan, seorang pelayan Tuhan membantah tuannya, itu merugikan diri sendiri.
Seringkali kita membantah hanya untuk supaya keinginan diri terwujud, akhirnya
tidak terlihat kuasa Tuhan, tidak terlihat pemakaian Tuhan di dalam dirinya,
itu adalah suatu kerugian. Oleh sebab itu jangan lagi bertindak bodoh seperti
perbuatan bodoh di masa yang lalu.
-
Jangan curang.
Kalau seorang hamba
Tuhan tidak curang, berarti tulus dan setia di hadapan tuannya.
Tulus, berarti
jujur di dalam melayani Tuhan, sebab orang jujur dan polos dipimpin oleh
ketulusan hatinya.
Kemudian, kesetiaan
seorang hamba tidak hanya dilihat dari perbuatan yang baik tetapi ia belajar dan
berjuang untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang dipercayakan oleh tuannya
= bertanggung jawab. Itu yang disebut setia.
Kalau seorang hamba
tidak bertanggung jawab, pasti dia tidak setia dalam segala perkara, termasuk
apa yang dipercayakan oleh tuannya.
Kiranya dipahami dengan baik
dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh, supaya kita tidak mengalami
kegagalan-kegagalan. Anggap saja kegagalan yang pernah terjadi hanya sebuah
lembaran dalam satu episode saja.
Pengalaman yang berharga dan mulia ini dibagi menjadi
dua bagian.
BAGIAN KEDUA: MATI.
Biji gandum itu harus mati. Mati,
berarti; daging tidak bersuara lagi.
Pengalaman kematian memang
harus dialami oleh setiap anak-anak Tuhan, teramat lebih imam-imam atau
orang-orang yang sudah melayani Tuhan supaya ia layak untuk mempersembahkan
korban di hadapan Tuhan.
Semua korban yang
dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran itu telah melewati pengalaman
kematian.
Jadi pengalaman kematian itu
perlu, dan tidak boleh dihindari supaya seorang hamba, pelayan Tuhan layak
untuk mempersembahkan korban, dan apa yang dipersembahkan itu berkenan di
hadapan Tuhan.
Ada beberapa contoh korban.
Yang Pertama: KORBAN SEMBELIHAN.
Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri
ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting
bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Dia dianiaya tetapi dia membiarkan
diri ditindas dan tidak membuka mulutnya.
Tidak membuka mulutnya, artinya;
daging tidak bersuara lagi = mati.
Dua hal terlihat ketika daging
tidak bersuara (mati).
1. Seperti anak domba dibawa ke pembantaian.
Dibantai atau
disembelih, berarti; potongan-potongan daging dapat dinikmati, itulah tubuh
darah Yesus, Dia Anak Domba Allah yang disembelih -> roti hidup, roti yang
turun dari sorga = kebenaran dari Allah, kebenaran dari sorga.
Kalau Anak Domba
tidak dibantai, kita tidak akan mungkin menikmati tubuh dan darah Yesus, kita
tidak mungkin hidup di dalam kebenaran.
Bangsa kafir (orang
yang berdosa) dibenarkan oleh darah Yesus Kristus. Dialah roti yang
dipecah-pecahkan, sebab Dia telah menyerahkan segenap hidup-Nya di atas kayu
salib.
2. Induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya.
Bulu yang digunting
-> kasih Allah. Kegunaan kasih:
-
Menutupi banyak sekali dosa = mengampuni orang yang bersalah.
-
Sebagai pengikat yang mempersatukan dan yang menyempurnakan.
Jadi proses pengguntingan bulu
karena induk domba mulutnya kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya.
Proses pembantaian seperti Anak Domba yang memberi diri dibantai, juga terdiam,
mulutnya tidak terbuka. Kalau mulut terbuka, tidak mungkin terjadi pembantaian.
Kalau mulut terbuka, tidak mungkin terjadi pengguntingan terhadap bulu induk
domba.
Ketika seorang hamba di
tengah-tengah pelayanannya mengalami kematian, daging tidak bersuara
lagi, tidak hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging, di situlah
terjadi pembantaian sehingga kita boleh menikmati tubuh dan darah Yesus,
dibenarkan oleh darah salib.
Kemudian terjadi pengguntingan
bulu terhadap induk domba, itulah kasih dan kemurahan Allah bagi kita, di mana
kasih itu menutupi banyak sekali dosa dan sebagai pengikat yang mempersatukan
dan menyempurnakan.
Anggota tubuh itu banyak dan
juga tentu fungsi dari anggota tubuh itu berbeda-beda, tetapi oleh karena kasih
yang sempurna, anggota tubuh yang berbeda-beda menjadi satu, itu yang disebut
tubuh Kristus.
Kalau kita sudah menjadi satu
tubuh; maka akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Yang satu
menderita, yang lain merasakannya. Yang satu bersukacita, yang lain juga
merasakannya, sampai nanti kasih itu juga menyempurnakan kita sekaliannya.
Itu contoh korban persembahan
menjadi layak dari domba sembelihan, setelah melewati proses kematian.
Ada beberapa contoh korban.
Yang Kedua: KORBAN BAKARAN.
Imamat 6: 8-9
(6:8) TUHAN berfirman kepada Musa:
(6:9) "Perintahkanlah kepada Harun dan
anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah
tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan
api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya.
Korban bakaran haruslah tinggal
di atas perapian, di atas mezbah korban bakaran semalam-malaman sampai pagi,
artinya; sampai daging itu hangus.
Hangus, berarti wujud daging
dan tabiatnya tidak terlihat lagi.
Jadi potongan-potongan daging
yang dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran, itu telah terlebih dahulu
melewati pengalaman kematian sehingga layak dan berkenan untuk dipersembahkan
sebagai korban bakaran. Inilah korban yang sifatnya menyukakan hati Tuhan.
Maka di atas tadi sudah saya
katakan; kalau anak Tuhan, teramat lebih imam-imam yang melayani Tuhan di
tengah-tengah ibadah pelayanannya tidak mengalami kematian, maka korban dan
persembahannya tidak akan berkenan kepada Tuhan. Apa arti kita melayani Tuhan
sementara segala sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan, tidak menyukakan,
tidak berkenan kepada Tuhan, semuanya sia-sia.
Maka seorang hamba Tuhan,
seorang anak Tuhan, seorang yang sudah melayani Tuhan, harus betul-betul di
dalam pengalaman kematian-Nya, supaya segala sesuatu yang dipersembahkannya menjadi
berkenan, menyukakan hati Tuhan, baik itu domba sembelihan, maupun itu korban
bakaran.
Kalau tidak mengalami kematian,
segala sesuatu yang dipersembahkan tidak berkenan kepada Tuhan. Sia-sialah
waktu kita beribadah, sia-sia tenaga, pikiran, uang yang kita persembahkan, semuanya
menjadi sia-sia, apa artinya. Kalau itu semua menjadi sia-sia, lebih baik
duduk, tidur di rumah, jadilah orang yang profesional di dunia sana, cari uang,
tidak perlu memikirkan pelayanan.
Kalau begini cara ibadah,
daging tidak mengalami kematian, tidak mendapat tujuan yang mulia, di dunia
juga tidak didapat, lebih baik pilih satu. Mau di dunia, silahkan, engkau bisa
berhasil namun resiko tanggung sendiri, atau ikut Tuhan, silahkan, tetapi
sungguh-sungguh.
Jadi, sebagai biji gandum,
Yesus telah jatuh ke dalam tanah dan mati, untuk menuju kemuliaan.
-
Jatuh ke tanah = merendahkan diri.
-
Mati = daging tidak bersuara lagi.
Filipi 2: 8
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Yesus telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Ini suatu pengalaman yang
berharga untuk menuju kemuliaan.
Yohanes 4: 34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Yesus berkata kepada
murid-murid: “Makanan-Ku ialah melakukan
kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”
Jadi, merendahkan diri sampai
berada dalam pengalaman kematian, itu adalah makanan yang lezat, makanan yang
sangat dinikmati oleh anak-anak Tuhan teramat lebih seorang pelayan Tuhan,
hamba Tuhan. Itu sudah menjadi makanan pokok dari seorang hamba Tuhan, itu
sudah menjadi makanan pokok yang harus dinikmati oleh seorang imam.
Kalau makanan itu dinikmati,
makanan itu menjadi kegemaran. Makanan itu tidak akan pernah disia-siakan.
Makanan Yesus; melakukan
kehendak Allah Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Pengalaman dalam
merendahkan diri, jatuh ke tanah, kemudian pengalaman dalam kematian, daging
tidak bersuara, itu harus menjadi makanan kesukaan, yang harus dinikmati,
supaya pekerjaan Allah selesai.
Itulah gandum, Tuhan telah
menyediakan makanan dengan limpah, yaitu gandum di tanah Israel.
Kita kembali memperhatikan ...
Mazmur 65: 10
(65:10) Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya
kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau
menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya:
“Mengaruniainya kelimpahan” di mana Tuhan menyediakan gandum bagi
mereka. Ya demikianlah Tuhan menyediakan gandum kepada mereka yaitu bangsa
Israel yang berada di tanah Israel. Tetapi tentu tidak hanya menyediakan
makanan, selain makanan ada lagi yang lain.
Kalau Allah menyediakan gandum
bagi mereka, tentu akan terlihat di situ batang air Allah penuh air. Tidak
mungkin ada makanan tanpa ada air. Di situ juga akan terlihat batang air Allah
penuh air.
Kita lihat dulu sejenak mengenai
BATANG AIR ALLAH.
Wahyu 22: 1
(22:1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air
kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta
Allah dan takhta Anak Domba itu.
Sungai air kehidupan mengalir
keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Itulah batang air Allah.
Jadi batang air Allah ->
sungai air kehidupan yang mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak
Domba.
Kita lihat sejenak ...
Keterangan: SUNGAI AIR KEHIDUPAN YANG MENGALIR KELUAR
DARI TAKHTA ALLAH -> pengajaran salib = makanan keras.
Kegunaan makanan keras : untuk
mendewasakan kerohanian anak-anak Tuhan.
Tanda-tanda dewasa rohani: memiliki
panca indra yang terlatih, antara lain; mata yang terlatih, telinga
yang terlatih, mulut yang terlatih, hidung yang terlatih, dan kulit
pipi yang terlatih untuk membedakan mana yang baik, mana yang tidak baik.
Jadi lima indra atau panca
indra adalah pintu untuk menuju sampai kepada kedalaman hati. Inilah kegunaan
makanan keras untuk mendewasakan anak-anak Tuhan.
Maka perlu untuk memiliki panca
indra yang terlatih untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik. Dengan
panca indera yang terlatih, maka segala yang jahat tidak masuk ke dalam hati.
Keterangan: SUNGAI AIR KEHIDUPAN YANG MENGALIR KELUAR
DARI TAKHTA ANAK DOMBA -> cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus.
2 Korintus 4: 3-4
(4:3) Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup
juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
(4:4) yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang
pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya
Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus itulah firman Pengajaran yang rahasia-Nya dibukakan dalam terang-Nya Roh-El
Kudus.
Kegunaan atau kuasa dari firman
yang rahasia-Nya dibukakan: dapat menyingkapkan segala rahasia yang terkandung
dalam hati.
Berarti menyingkapkan segala yang
terselubung = dosa dibongkar dengan tuntas.
Kita kembali memperhatikan ...
Rut 1: 6-7
(1:6) Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya
dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN
telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka.
(1:7) Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya
itu, bersama-sama dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan
untuk pulang ke tanah Yehuda,
Setelah mendengar bahwa Tuhan
telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka (tanah Israel
dipulihkan), selanjutnya tindakan Naomi kita lihat di sini: “Berangkatlah
Naomi dari tempat tinggalnya bersama-sama kedua menantunya.”
Pendeknya; Naomi meninggalkan
Moab = meninggalkan masa lalu dengan segudang pengalaman yang berharga untuk
menuju kemuliaan itu.
Jangan larut dalam kesedihan,
tetapi pengalaman yang pahit jadilah guru untuk menuju kepada kemuliaan itu.
Jangan stuck atau terjebak dalam
kondisi atau situasi yang ada. Kemudian, jangan putus asa dalam setiap didikan
Tuhan.
Kita memang patut mencontoh
pribadi Naomi. Ini tindakan yang baik untuk menuju pada kemuliaan, dia tidak
larut dalam kesedihan, dia tidak terjebak dalam situasi kondisi yang ada. Ini
tindakan yang harus kita ikuti. Apa yang baik kita ikuti.
Filipi 3: 7
(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan
bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Apa yang dahulu merupakan
keuntungan bagi Rasul Paulus, sekarang dianggap rugi karena Kristus.
Filipi 3: 8
(3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh
karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus,
Oleh karena Kristus, Rasul
Paulus telah melepaskan segala sesuatu dan menganggapnya sampah supaya Rasul
Paulus memperoleh Kristus.
Jadi, apa yang dahulu merupakan
keuntungan bagi dia, dianggap menjadi suatu kerugian bahkan menjadi sampah
supaya dengan demikian ia memiliki Kristus di dalam dirinya.
Kalau seseorang memiliki
Kristus di dalam dirinya, maka ia pantas berkata: “Hidupku bukannya aku lagi tetapi Kristuslah di dalam aku”, sebab
apa yang dahulu dianggap keuntungan termasuk perkara-perkara lahiriah, kalau
menurut manusia daging, manusia duniawi itu sesuatu yang pantas untuk ditonjolkan
tetapi semuanya itu dianggap menjadi suatu kerugian, bahkan dianggap menjadi
sampah, dengan demikian Rasul Paulus memiliki Kristus di dalam dirinya.
Perlu untuk diketahui: kalau
perkara lahiriah ini menjadi suatu keuntungan bagi dia, sampai kapanpun seorang
hamba Tuhan tidak akan memiliki Kristus di dalam dirinya sekalipun dia terlihat
hebat dan luar biasa menurut pemandangan mata manusia.
Naomi setelah mendengar berita
itu, tindakannya; dia langsung berkemas, dia berangkat bersama dengan kedua
menantunya, dia tidak larut dalam kesedihan untuk menuju kepada kemuliaan.
Kalau dia melepaskan segala sesuatu berarti dia memiliki Kristus di dalam
dirinya, bukan saja Moab dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya bahkan
Elimelekh, suaminya, serta kedua anaknya, Mahlon dan Kilyon, semuanya orang
yang dicintainya telah mati.
Sekarang dia kembali ke Yehuda,
berarti semuanya hal yang lahiriah dianggap sampah, sehingga dengan demikian ia
memiliki Kristus di dalam dirinya. Jadi kita tidak perlu larut dalam kesedihan
kalaupun memang harus mengalami didikan salib. Jadikan itu suatu pengalaman
yang berharga untuk menuju kepada kemuliaan.
Rut 1: 7-8
(1:7) Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu,
bersama-sama dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk
pulang ke tanah Yehuda,
(1:8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu:
"Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya
menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang
yang telah mati itu dan kepadaku;
Ketika mereka sedang di jalan
untuk pulang ke tanah Yehuda, berkatalah Naomi kepada kedua menantunya, yaitu Orpa dan Rut: “Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya
menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang
yang telah mati itu dan kepadaku”
Arti dari perkataan ini adalah
Naomi tidak melupakan kebaikan yang telah ditunjukkan oleh kedua menantunya,
yaitu Orpa dan Rut.
Jadi bukan berarti Naomi
bertindak bodoh dengan begitu saja melupakan kedua menantunya, yaitu Orpa dan
Rut, tetapi betul-betul dia menghargai kebaikan dan perbuatan baik dari kedua
menantunya Orpa dan Rut. Bukan berarti ia ingin memisahkan dirinya dari kedua
menantunya, tetapi justru ia ingat kebaikan-kebaikan yang diperbuat oleh kedua
menantunya kepada Mahlon dan Kilyon, kedua anaknya.
Supaya kita lebih rinci
mengerti pernyataan dari Naomi ini, maka kita lihat apa yang dinyatakan oleh
raja Daud dalam 2 Samuel 2.
2 Samuel 2: 4-5
(2:4) Kemudian datanglah orang-orang Yehuda, lalu
mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum Yehuda. Ketika kepada Daud
diberitahukan bahwa orang-orang Yabesh-Gilead menguburkan Saul,
(2:5) maka Daud mengirim orang kepada orang-orang
Yabesh-Gilead dengan pesan: "Diberkatilah kamu oleh TUHAN, karena kamu
telah menunjukkan kasihmu kepada tuanmu, Saul, dengan menguburkannya.
Pada saat Daud diurapi oleh
orang-orang Yehuda untuk menjadi raja di atas orang Yehuda di Hebron, kemudian, dalam kesempatan yang lain kepada Daud diberitahukan bahwa
orang-orang Yabesh-Gilead telah menguburkan Saul.
Setelah mendengar berita itu,
maka pesan Daud kepada orang-orang yang menguburkan Saul, yaitu orang-orang
Yabesh-Gilead: “Diberkatilah kamu oleh
TUHAN, karena kamu telah menunjukkan kasihmu kepada tuanmu, Saul, dengan
menguburkannya.”
2 Samuel 2: 6-7
(2:6) Oleh sebab itu, TUHAN kiranya menunjukkan kasih
dan setia-Nya kepadamu. Aku pun akan berbuat kebaikan yang sama kepadamu,
karena kamu telah melakukan hal yang demikian.
(2:7) Kuatkanlah hatimu sekarang dan jadilah
orang-orang yang gagah perkasa, sekalipun tuanmu Saul sudah mati; dan aku
telah diurapi oleh kaum Yehuda menjadi raja atas mereka."
Pendeknya; setelah melewati
pengalaman kematian, selanjutnya ada pengalaman kebangkitan.
Setelah Yesus mati di
atas kayu salib, hari ketiga Yesus bangkit. Suasana kebangkitan di
tengah-tengah ibadah pelayanan: kuat dan teguh hati, itu menunjuk
kepada orang-orang yang gagah perkasa, itu menunjuk kepada tentara Tuhan, itu
menunjuk kepada orang-orang pilihan, itu menunjuk kepada orang-orang yang
melayani Tuhan.
Perhatikan saudaraku; Yesus
telah mati di atas kayu salib, kemudian hari ketiga ia bangkit, lalu setelah
empat puluh hari di bumi, Ia naik dipermuliakan, selanjutnya sepuluh hari
kemudian Roh Kudus turun untuk memberi kekuatan kepada orang-orang yang
gagah perkasa.
Itu maksud dari perkataan dari Naomi,
dia telah melewati pengalaman kematian, lalu dia dengar tanah Israel
dipulihkan, dia tinggalkan Moab bersama dengan kedua menantunya, tetapi sementara
di tengah jalan, dia berkata seperti apa yang telah dikatakannya tadi.
Berarti Naomi itu adalah orang
yang kuat dan teguh hati. Orang yang kuat dan teguh hati -> orang-orang yang
gagah perkasa, yaitu orang-orang melayani Tuhan, orang-orang pilihan.
Ini pengalaman berharga yang
kita peroleh dari pribadi Naomi. Pengalaman semacam ini sebetulnya tidak boleh
terlupakan dari pemikiran kita dan itu harus menjadi pengalaman juga dalam
kehidupan kita.
Jadilah pribadi orang-orang
yang gagah perkasa, kuat dan teguh hati. Ada pengalaman kematian, ada
kebangkitan. Yesus naik, Roh Kudus turun memberi kekuatan.
Jadi ketika dia menyatakan hal
itu kepada kedua menantunya menunjukkan bahwa Naomi adalah orang yang kuat dan teguh hati, gagah perkasa, sebab Roh Tuhan yang memberi kekuatan.
Kita lihat ...
Amsal 30: 27
(30:27) belalang yang tidak mempunyai raja,
namun semuanya berbaris dengan teratur,
Belalang yang tidak mempunyai
raja namun semuanya berbaris dengan teratur -> orang-orang yang hidup
dalam pimpinan Roh-EL Kudus.
Jadi kalau kita hidup dalam
pimpinan Roh-EL Kudus, sekalipun kita tidak mempunyai raja, tetapi Roh itu yang
akan mengajari kita dalam segala sesuatu dan ajaran-Nya benar, tidak salah,
tidak dusta, sekaligus tabiat dari Roh-EL Kudus adalah menolong dan memberi
kekuatan.
Saudaraku, kalau tidak ada
raja, runtuhlah bangsa-bangsa.
Amsal 14: 28, “Dalam
besarnya jumlah rakyat terletak kemegahan raja, tetapi tanpa rakyat runtuhlah
pemerintah.”
Kalau tidak ada raja, runtuhlah
bangsa-bangsa, tetapi kalau kita hidup di dalam Roh, maka Roh itulah yang
memberi kekuatan kepada kita semua.
Dengan catatan: tidak perlu
terjebak dengan situasi kondisi keadaan, tidak usah larut dalam kesedihan.
Pengalaman kematian, kebangkitan, dan dipermuliakan, itu harus terjadi, Roh
Tuhan yang akan memberi kekuatan kepada kita semua.
Belalang yang tidak memiliki
raja, tetap berbaris dengan teratur.
Kehidupan yang diurapi Roh
Kudus, dia akan tetap terpimpin, hidupnya tetap terpimpin, dia tidak perlu
diajar oleh orang lain sebab Roh Kudus itu mengajari dia dalam segala sesuatu.
Itulah pengalaman Naomi yang
sudah kita terima oleh karena kemurahan Tuhan, itu juga merupakan pengalaman
kita sehingga firman itu tidak berlalu begitu saja. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment