IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 30 OKTOBER 2018
KITAB KOLOSE
Subtema: “HARI RAYA, BULAN BARU, HARI SABAT”
Shalom
saudaraku.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia dari sorga turun atas kita sekaliannya di
tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan. Dan sebentar kita akan berada di
kaki salib Tuhan, namun terlebih dahulu kita perhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan
dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 2:16-17.
Namun saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, dan hamba-hamba Tuhan yang
sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video
internet, youtube, facebook, di manapun anda berada, di dalam maupun di luar
negeri, kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya, dengan rendah hati kita
memohon kemurahan Tuhan dan lewat doa memohon kepada Tuhan supaya kiranya Tuhan
memberkati kita malam ini dan membawa kehidupan kita masing-masing rendah di
kaki salib Tuhan.
Kolose
2:16-17
(2:16) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan
dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;
(2:17) semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang
wujudnya ialah Kristus.
Jangan
sampai dianggap bersalah hanya karena:
a. Mengenai
makanan dan minuman.
b. Mengenai
hari raya, bulan baru, ataupun hari sabat.
Yang
berkaitan dengan itu segera kita perhatikan..
Roma 14:1-2
(14:1) Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan
pendapatnya. (14:2) Yang
seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang
yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja.
Pendapat seseorang tentang makanan:
- Yang
seorang yakin boleh makan segala jenis makanan.
- Orang
lain hanya boleh makan sayur saja.
Roma 14:3
(14:3) Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak
makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang
makan, sebab Allah telah menerima orang itu.
Baik yang
makan maupun yang tidak makan jangan saling mempersalahkan, saling menghakimi. Biasanya
orang yang merasa dirinya benar, merasa diri lebih baik suka menghakimi dan
suka mempersalahkan orang lain.
Roma 14:4
(14:4) Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya
sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus
berdiri.
Perlu untuk
diketahui; kita tidak perlu saling menghakimi/saling mempercakapkan
kekurangan orang lain apalagi dalam hal sepele, yaitu; ada yang berpendapat
hanya boleh makan sayur saja, namun orang lain berpendapat segala jenis makanan
boleh dimakan.
Masalah
besar seharusnya diperkecil, masalah kecil ditiadakan (dihapuskan).
Kiranya
pengertian yang sudah kita dengar ini mendarah daging dalam kehidupan kita
masing-masing.
Roma 14:5
(14:5) Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada
hari yang lain,
tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang
benar-benar yakin dalam hatinya sendiri.
Kemudian,
ada juga orang yang menganggap hari yang satu lebih penting dari hari yang
lain. Maksudnya; ada satu hari tertentu yang dianggap penting. Sedangkan ada
juga kelompuk lain yang menganggap semua hari sama saja. Ada tujuh hari dalam
seminggu, jadi baik hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, sampai
minggu semua hari sama saja bagi dia.
Roma 14:6
(14:6) Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia
melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab
ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya
untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah.
Jadi
kelompok yang berpegang terhadap suatu hari tertentu, biarlah ia melakukannya
untuk Tuhan, kemudian siapa yang makan dan siapa yang tidak makan biarlah dia
melakukannya untuk Tuhan sebagai tanda ucapan syukurnya kepada Tuhan.
Jadi
pendeknya; apapun yang kita kerjakan, baik itu tentang hari raya, bulan baru,
dan hari sabat, maupun tentang makan dan minum, biarlah kita lakukan semua itu
untuk Tuhan saja, bukan untuk manusia. Itu kita lakukan sebagai tanda ucapan syukur kita kepada Tuhan yang
sudah memelihara, menyertai, dan membela kehidupan kita sampai pada detik ini.
Dan oleh karena-Nya juga kita boleh mengenal kasih karunia
itu, dan oleh karena kasih karunia ini kita bisa berdiri dihadapan takhta kasih
karunia; beribadah dan melayani Tuhan, bahkan di tengah-tengah ibadah itu kita
mengerjakan pekerjaan Tuhan sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan yang
Tuhan percayakan.
Roma
14:10,12
(14:10) Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau
mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta
pengadilan Allah.
(14:12) Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi
pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
Setiap orang
tidak perlu saling mempersalahkan, saling menghakimi. Alasannya; karena
masing-masing orang akan memberikan pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri
dan segala sesuatu yang dia perbuat kepada Allah.
Yakobus 4:12
(4:12) Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa
menyelamatkan dan membinasakan.
Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia
Saudaraku,
perlu untuk diketahui, hanya ada satu pembuat hukum dan hakim yaitu: Dia yang
berkuasa menyelamatkan dan membinasakan manusia. Kalau seseorang sadar akan hal
itu, tentu dia tidak akan berani menghakimi dan mempersalahkan orang lain.
Kemudian di ayat
11; setiap orang yang menghakimi atau memfitnah orang itu sama dengan
menghakimi firman Tuhan.
Yakobus 1:26
(1:26) Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak
mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
Jikalau ada
orang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang
lidahnya, suka mempersalahkan orang lain, suka menghakimi orang lain, suka
mempercakapkan kekurangan orang lain, ia sedang menipu dirinya sendiri.
Tidak hanya menipu dirinya sendiri
bahkan sia-sialah ibadahnya.
Dalam nats
yang lain dikatakan; biarlah kita cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk
berkata-kata, lambat untuk menghakimi dan mempersalahkan orang lain supaya
ibadah kita ini tidak menjadi sia-sia.
Kita kembali
membaca..
Kolose 2:17
(2:17) semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya
ialah Kristus.
Mengenai
makanan dan minuman, mengenai hari raya, bulan baru, serta hari sabat adalah
bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya adalah Kristus.
Beberapa
minggu-minggu yang lalu kita sudah memperhatikan tentang makanan.
Maka
sekarang kita kan memperhatikan;
Tentang: HARI RAYA, BULAN BARU, DAN HARI SABAT.
Bagian yang
kedua ini berbicara tentang tiga perkara, yaitu:
1. Hari
raya.
2. Bulan
baru.
3. Hari
sabat.
Hosea
2:10
(2:10)
Aku akan menghentikan segala
kegirangannya, hari rayanya, bulan barunya dan hari Sabatnya dan segala
perayaannya.
Jadi
berbicara tentang tiga perkara, yaitu; Hari raya, bulan baru, serta hari sabat,
itu memang harus dirayakan dihadapan Tuhan.
Keterangan:
HARI RAYA.
Ada
tujuh hari raya bagi bangsa Israel,semuanya itu ditulis dengan jelas di dalam Imamat
23:1-44.
Imamat
23:4
(23:4)
Inilah hari-hari raya yang
ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan kudus, yang harus kamu maklumkan
masing-masing pada waktunya yang tetap.
Ada
tujuh hari raya yang ditetapkan Tuhan sebagai pertemuan kudus, dilaksanakan
pada waktu yang tetap, tidak berubah-berubah. Adapun ketujuh hari raya bangsa
Israel antara lain:
1. Hari Raya Paskah (Imamat 23:5)
2. Hari Raya Roti Tidak Beragi (Imamat
23:6)
3. Hari Raya Buah Bungaran (Imamat
23:10)
4. Hari Raya Tujuh Minggu/Hari Raya
Pentakosta (Imamat 23:16)
5. Hari Raya Meniup Serunai (Imamat
23:24)
6. Hari Raya Pendamaian (Imamat 23:27)
7. Hari Raya Pondok daun (Imamat 23:34)
Adapun
arti dari ketujuh hari raya bangsa Israel;
1. HARI RAYA PASKAH.
Berbicara tentang keselamatan(kelepasan).
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada Mezbah Korban Bakaran
karena Yesus Kristus disebut juga Anak Domba Paskah.
Kalau perjalanan rohani kita ditandai dengan
darah salib maka pada saat itu semua dosa akan rontok ditengah jalan, mengalami
kelepasan, bebas dari perhambaan dosa. Jadi dalam mengikuti Tuhan dan mengiringi
Tuhan tidak perlu terlalu banyak bersungut-sungut, pandang saja salib-Nya.
2. HARI RAYA ROTI TIDAK BERAGI.
Berbicara tentang sangat perlunya untuk
mengikuti firman Allah setiap hari secara terus-menerus sepanjang hidup untuk
neteralisir semua ragi di dalam diri seseorang, baik ragi kejahatan, baik ragi
keburukan. Berarti; menikmati tubuh dan darah Yesus, kehidupan yang tidak
beragi, tanpa dosa.
3. HARI RAYA BUAH BUNGARAN/BUAH SULUNG.
Berbicara tentang babtisan air. Kalau
dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada Bejana Kolam Pembasuhan
Tembaga. Babtisan air -> tanda dalam pengalaman kematian dan kebangkitan
Tuhan Yesus Kristus.
Kuasa kematian Tuhan Yesus; mengubur hidup
lama, daging tidak bersuara, kemudian
Kuasa kebangkitan Yesus; hidup dalam hidup
baru, yang lama berlalu, kehidupannya terus menerus dibaharui.
4. HARI RAYA PENTAKOSTA.
Berbicara tentang babtisan Roh
Kudus/dipenuhkan dengan Roh Kudus. Dalam Pola Tabernakel terkena kepada Pintu
Kemah, pemisah antara Ruangan Suci dengan Halaman. Jadi kehidupan yang
sudah mengalami babtisan Roh Kudus bebas dari ibadah taurat yang masih berbau
daging itulah Halaman.
5. HARI
RAYA PENIUPAN SERUNAI.
Berbicara tentang pentingnya mendengar
firman Tuhan dan melakukannya sesuai dengan ketetapan, peraturan, dan perintah
dari Tuhan. Demikianlah bangsa Israel di padang gurun, mereka berhenti dan maju
berjalan itu sesuai dengan perintah dari Tuhan yaitu kaitannya adalah
dengar-dengaran kepada Tuhan. Kalau tidak dengar-dengaran kepada Tuhan maka sering
sekali mendahului kehendak Tuhan sehingga banyak melakukan kesalahan. Jadi
orang yang tidak dengar-dengaran banyak melakukan kesalahan. Sementara
keberhasilan seorang imam dihadapan Tuhan dalam pelayanannya adalah saat dia
dengar-dengaran kepada Tuhan.
6. HARI
RAYA PENDAMAIAN.
Berbicara tentang kekudusan dan merendahkan
diri dihadapan Tuhan. Kalau kita berdamai dengan Tuhan otomatis kita berdamai
dengan sesama. Maka kekudusan itu disertai dengan kerendahan hari. Maka baiklah
kita dengan sesama saling merendahkan diri baik dalam perkataan selalu di
bawah, baik dalam sikap dan perbuatan selalu di bawah, jangan selalu meninggi
apalagi ingin menggurui.
Itu sebabnya dalam Yakobus 1
dikatakan; “Janganlah ada orang yang mengingini menjadi guru.”
Bersekongkol
di dalam dosa, itu, itu bermusuhan dengan Tuhan. Jadi nyanyian berbalas-balasan
di dalam kenajisan itu bukan sedang berdamai, namun sedang bersekongkol dalam
dosa dan oleh persekongkolannya inilah dia menjadi musuhnya Tuhan, menentang
Tuhan.
Karena harus
berdamai dengan sesama, maka terlebih
dahulu berdamai dengan Tuhan dengan jalan menghargai korban pendamaian.
7. HARI
RAYA PONDOK DAUN.
Berbicara
tentang tuaian terakhir/perhetian kekal. Pondok Daun = Rumah Tuhan, kata
lainnya; Tabernakel: tempat Allah bertahkta,
berkuasa, dan memerintah atas Israel. Jadi di luar Tabernakel Allah
tidak memerintah. Sebab itu bangsa Israel harus berada di dalam pondok-pondok
daun dalam setiap merayakan Hari Raya Pondok Daun tujuh
hari lamanya.
Keluaran 25:22
(25:22)
Dan di sanalah Aku akan bertemu
dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub
yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala
sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang
Israel."
Jadi
dapat kita mengambil suatu kesimpulan: di luar Tabernakel Allah tidak
memerintah. Jadilah rumah Tuhan,
kehidupan yang sudah mengalami tuaian.
Demikianlah
tujuh hari raya bangsa Israel yang harus dilaksanakan setiap tahunnya.
Keterangan: BULAN
BARU.
Wahyu 22:2
(22:2) Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang
sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap
bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan
bangsa-bangsa.
Pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali dalam setahun, tiap-tiap bulan sekali. Berarti; bulan
ini merupakan penentu dari hari untuk sampai kepada tahun, bulan menjadi
pengantara hari ke tahun. Kalau kita hanya berbicara tentang hari, tanpa adanya bulan maka tentu tidak ada tahun. Melewati hari-hari tanpa ada sebutan
bulan maka kita tidak tahu berapa tahun umur kehidupan kita ini dihadapan
Tuhan.
Jadi hari-hari yang kita lalui, ditentukan oleh bulan baru
sehingga kita tahu berapa tahun kita berdiri dihadapan Tuhan.
Matius
7:24-25
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan
melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya
di atas batu.
(7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin
melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Daud berkata
kepada Johanthan; “Daud harus duduk makan pada saat bulan baru bersama-sama
dengan raja.”…1 Samuel 20:2
Hari demi
hari sudah kita lalui dan sampai saat ini kita terus berdiri dihadapan Tuhan,
demikian juga tahun demi tahun sudah
kita lalui itu semua karena kita senantiasa menjunjung tinggi korban Kristus.
Kalau seseorang sudah tidak lagi menjunjung tinggi korban Kristus maka orang seperti
ini tidak akan mampu bertahan untuk berdiri dihadapan Tuhan. Jangankan satu
tahun, satu hari saja seseorang tidak akan bertahan dihadapan Tuhan kalau
seseorang itu tidak menjunjung tinggi korban Kristus. Jadi salib yang
menentukan sehingga hari ke hari bahkan sampai tahun ke tahun kita bisa berdiri
dihadapan Tuhan. Bagaikan rumah yang didirikan
di atas batu, mampu menghadapi 3 jenis ujian:
1.
Turunlah hujan.
2.
Datanglah banjir.
3.
Angin melanda rumah
itu.
Tetapi rumah itu tidak rubuh, sebab didirikan di atas batu.
Mari kita melihat 3 jenis ujian tersebut.
Tentang: “Turunlah hujan” -> Ujian yang dari
atas, yaitu penghulu penghulu dunia yang gelap, itulah roh-roh jahat di udara, dengan segala tipu
muslihatnya.
Yesus tidak
terperangkap dengan tipu daya dari roh-roh jahat di udara, sebab Ia tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan,
sesuai dengan Firman Allah.
Perjuangan kita
bukanlah melawan darah dan daging (sesama) melainkan penghulu-penghulu dunia
yang gelap, yaitu roh-roh jahat di
udara…Efesus 6:12.
Tentang: “Datanglah banjir” ->
Dosa kenajisan.
Dunia ini sedang di
landa oleh dosa kenajisan, di desa dan di kota telah dilanda oleh dosa
kenajisan, laki-laki perempuan,
tua muda, kaya dan miskin, semuanya telah dilanda oleh kenajisan tanpa
memandang bulu.
Seperti zaman Nuh,
sehingga binasalah segala yang bernyawa bahkan bumipun dirusak.
Tetapi orang-orang yang
berdiri di atas korban Kristus, tetap bertahan, berdiri teguh, tidak goyah...Haleluya.
Tentang:”Angin melanda” ->
Angin-angin ajaran palsu.
Pengajaran palsu itulah
Firman Allah yang ditambahkan dan dikurangkan.
Ditambahkan, artinya: dua tiga ayat disampaikan lalu ditambahkan
dengan dongeng nenek-nenek tua, cerita
isapan jempol, takhayul-takhayul dan sebagainya.
Dikurangkan, artinya: pengajaran salib diganti dengan dua hal,
yaitu:
a.
Tanda-tanda heran/
mujizat-mujizat.
b.
Teori kemakmuran,
artinya: orang kristen tidak boleh miskin harus kaya.
Tetapi bagi orang-orang yang menghargai pengajaran salib tidak mudah
diombang-ambingkan oleh angin-angin pengajaran palsu seperti Rasul Paulus.
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari
hikmat tetapi Rasul Paulus tetap memberitakan Kristus yang disalibkan…1 Korintus 1:22-23.
Keterangan: HARI
SABAT.
Imamat 23:3
(23:3) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang
ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan
kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN
di segala tempat kediamanmu.
Jadi hari sabat
adalah hari perhentian penuh bagi Tuhan. Lewat Ibadah Doa Penyembahan ini, kita masuk pada hari perhentian penuh dihadapan
Tuhan. Kita lepaskan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalam dunia ini,
lepas dari pekerjaan, lepas dari perkuliahan, lepas dari segala sesuatu, untuk menguduskan hari sabat. Oleh sebab itu
sangat pentingnya hari sabat untuk
dikuduskan supaya kehidupan kita menjadi kudus dihadapan Tuhan.
Ada enam
hari waktu untuk bekerja, enam itu untuk manusia daging, tetapi hari ke tujuh
itu adalah hari perhentian penuh bagi Tuhan, dengan hari perhentian ini
kehidupan kita bisa menjadi kudus dihadapan Tuhan. Tanpa ibadah seseorang tidak
akan bisa hidup suci, siapapun dia. Sekalipun dia orang pandai, cendekiawan,
orang yang briliant, tidak akan bisa menjadi suci kalau dia tidak menguduskan
hari sabat, kalau dia hanya sibuk enam hari untuk daging,
lewat hari sabat inilah kehidupan kita menajdi kudus dihadapan Tuhan. Jadi
jangan ada orang yang melalaikan hari sabat, mengecilkan hari sabat.
Itulah
tentang hari raya, itu dirayakan dan ditetapkan setiap tahun, bulan baru,
dan hari sabat.
Kiranya
Tuhan memberkati kita. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment