IBADAH RAYA MINGGU, 08 DESEMBER 2019
WAHYU PASAL 11
(Seri: 15)
Subtema: BERKUASA
MENUTUP DAN MEMBUKA LANGIT (KESAKSIAN ELIA)
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan. Oleh karena kasih dan kemurahan-Nya
kita diijinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan, yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan, lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di manapun anda berada. Mari kita berdoa dengan rendah hati
memohon kepada Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sore
ini, sehingga kehadiran kita tidak menjadi sia-sia, melainkan ibadah ini
mengandung janji maupun kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang
akan datang. Hidup, ibadah, nikah dan rumah tangga kita dipulihkan.
Pendeknya;
ibadah ini menjadi dupa yang berbau harum, menyenangkan hati Tuhan, karena kita
pun datang di hadirat Tuhan, menghampiri takhta kudus-Nya, lewat ketulusan dan
rendah hati untuk terus beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan. Apa yang kita
kerjakan sekarang ini bukan merupakan rutinitas, bukan hanya untuk pelengkap
begitu saja. Tetapi kita betul-betul datang menyerahkan diri sepenuhnya; tubuh,
jiwa, roh, lahir batin kita kepada Tuhan, untuk dipakai dibentuk, masuk dalam
pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh mempelai. Itulah sasaran
akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, bukan yang lain-lain.
Soal berkat
akan menyusul, asal sungguh-sungguh. Kalau matinya benar, bangkitnya benar. Itu
saya alami sendiri.
Segera kita
sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 11, dan kita kembali membaca ayat 6.
Wahyu 11:6
(11:6) Mereka mempunyai kuasa menutup
langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka
mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk
memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.
“Mereka -- maksudnya kedua saksi itu -- mempunyai kuasa.”
Kalimat ini
ditulis sebanyak dua kali, maka ayat 6 ini akan dibagi menjadi dua
bagian sebagai kesaksian dari dua pribadi yang luar biasa, itulah Musa dan
Elia.
KALIMAT YANG
PERTAMA: “Mereka mempunyai kuasa menutup langit,
supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat.” Ini
merupakan kesaksian dari nabi Elia.
1 Raja-Raja
17:1
(17:1) Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari
Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang
kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada
tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan."
Elia berkata
kepada raja Ahab: “Sesungguhnya
tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.”
Berarti, Elia berkuasa untuk menutup langit, sehingga hujan tidak turun.
Ini
merupakan suatu kesaksian yang sangat kuat dan luar biasa, sehingga dia bisa
menentukan, di dalam hal menutup
langit, sehingga hujan tidak turun.
Kita simak
dan perhatikan firman ini baik-baik, supaya Tuhan pelihara hidup, ibadah,
pelayanan serta nikah dan rumah tangga kita, anak-anak, cucu, semua dipelihara
oleh Tuhan.
Yakobus 5:17
(5:17) Elia adalah manusia biasa sama
seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan
jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam
bulan.
Elia menutup
langit supaya hujan jangan turun sehingga bumi mengalami kekeringan selama 3.5
(tiga setengah) tahun, tepatnya pada zaman raja Ahab memerintah atas Israel.
Sebetulnya,
kalau kita perhatikan di sini: “Elia adalah manusia biasa”, berarti
keberadaannya sama dengan kita. Pendeknya, walaupun Elia adalah seorang nabi
tetapi ia adalah manusia biasa. Baik nabi, baik rasul, tidak ada yang sempurna,
hanya Tuhan yang sempurna.
Tetapi yang
menjadi perbedaan antara kita dengan nabi Elia adalah dia sungguh-sungguh
berdoa. Kelebihan yang menonjol dari Elia ialah terletak pada
kesungguh-sungguhannya.
Kata
sungguh, sama dengan; benar. Berarti, sungguh-sungguh, sama dengan; serius
dalam kebenaran, dengan lain kata; tidak bermain-main dalam kebenaran, tidak bermain-main
dalam kesucian.
Saya
tandaskan sore ini: Anak-anak Tuhan, teramat lebih imam-imam, pelayan-pelayan
Tuhan, harus serius di dalam melayani Tuhan, serius untuk hidup dalam
kebenaran, serius untuk hidup dalam kesucian. Tidak boleh bermain-main dalam
kesucian, tidak boleh bermain-main dalam kebenaran.
Karena kita
tampilkan kebenaran dan kesucian ini bukan di depan mata manusia, tetapi kita
tampilkan kebenaran dan kesucian di hadapan Tuhan. Mata manusia hanya melihat
apa yang ada di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.
Tidak boleh
bermain-main lagi. Sekali lagi, serius dalam kebenaran. Serius dalam kesucian.
Serius dalam melayani Tuhan. Serius dalam beribadah. Serius dalam nikah. Serius
dalam memperhatikan rumah tangga. Serius juga nanti akhirnya dalam hal
menunaikan tugas masing-masing di manapun anda bekerja.
Sebab
kedatangan Tuhan sudah dekat. Jangan sampai suami, isteri, anak-anak, orang tua
kita binasa.
Sebelum
terjadi kebinasaan, Musa dan Elia bersaksi pada masa aniaya antikris selama
1.260 (seribu dua ratus enam puluh) hari atau sama dengan 42 (empat puluh dua)
bulan atau sama dengan 3.5 (tiga setengah) tahun. Andaikata pada masa aniaya
antikris itu, salah satu dari anggota keluarga kita, misalnya anak, lehernya
digorok oleh pedang antikris di depan mata, bagaimanakah perasaan hati kita
sebagai orang tua? Sebab itu, ayo, sungguh-sungguh. Serius dalam kebenaran.
Serius dalam kesucian. Serius beribadah. Serius melayani Tuhan. Tidak boleh
lagi bermain-main di hari-hari terakhir ini. Dalam nikah dan rumah tangga juga
tidak boleh bermain-main.
Hubungan
kita dengan Tuhan adalah hubungan nikah. Kristus adalah Kepala. Gereja Tuhan
(sidang jemaat) adalah tubuh-Nya.
Bukti Elia sungguh-sungguh.
1 Raja-Raja
17:2-3
(17:2) Kemudian datanglah firman TUHAN
kepadanya: (17:3) "Pergilah
dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit
di sebelah timur sungai Yordan.
“Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya.”
Berarti; Firman itu gamblang, tidak disembunyikan.
Gereja Tuhan
harus mengerti firman. Imam yang menyampaikan firman dan sidang jemaat harus
mengerti. Tulisan ini (Firman Tuhan yang tertulis dalam kitab suci) harus
dimengerti, tidak boleh ditutup-tutupi satu kata pun. Maka, hamba Tuhan juga
harus sungguh-sungguh di dalam melayani untuk bisa menyampaikan isi hati Tuhan
dengan gamblang.
Firman Tuhan
kepada Elia: “Pergilah dari sini,
berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit ...”
Tuhan
memerintahkan Elia supaya bersembunyi di tepi sungai Kerit. Bersembunyi, artinya;
menyingkir.
Kita perlu
menyingkir dari tiga hal:
1.
Dunia.
2. Daging.
3.
Setan.
Kita perlu
menyingkir dari dunia, daging, dan Setan, supaya kita lepas dari
pengaruh-pengaruh dunia ini, pengaruh dari daging ini, pengaruh dari Setan.
Inilah bukti
bahwa Elia sungguh-sungguh berdoa, sungguh-sungguh beribadah, sungguh-sungguh
dalam melayani Tuhan. Sungguh-sungguh, berarti; serius dalam kebenaran, serius
dalam kesucian, serius dalam tahbisan yang baik, benar dan murni di hadapan
Tuhan. Serius dalam nikah suci dan rumah tangga.
Marilah kita
ikuti pemberitaan firman sore hari ini dengan sunguh-sungguh. Sebab kita ini
beribadah ibarat belajar juga. Hidup ini belajar, maka kita harus belajar dari
Tuhan soal kebenaran yang sejati, tidak dari manusia.
Jangan kita
datang beribadah hanya mencari berkat lahiriah semata, tetapi carilah Tuhan,
cari Kerajaan Sorga didalamnya ada kebenaran.
Kita lihat
tiga perkara itu (daging, dunia dan Setan).
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran
dan dosa-dosamu.
Perikop atau
judul dari ayat ini adalah “Semua adalah
kasih karunia.”
Semua adalah
kasih karunia, semua adalah kemurahan. Kemurahan itu artinya; yang tidak layak
menjadi layak. Kita adalah bangsa kafir -- bukan bangsa Yahudi -- yang tidak
layak, namun menjadi layak, sebab semua karena kasih karunia, kemurahan.
Orang yang
hidup di luar Tuhan (di luar Israel), itulah bangsa kafir, pasti binasa karena
dosa dan pelanggaran-pelanggarannya, itu pasti, tidak bisa tidak.
Yang dahulu
hidup jauh dari Tuhan itu adalah bangsa kafir, tidak mengenal Tuhan Yesus
Kristus, sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Bangsa kafir pasti binasa oleh
karena dosa. Bangsa kafir pasti binasa oleh karena banyaknya
pelanggaran-pelanggarannya. Kalau bicara pelanggaran, berarti tidak mengerti
peraturan, tidak mengerti hukum-hukum dari sorga turun ke bumi.
Mari kita
lihat pelanggaran yang terjadi.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga
terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging
dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami
adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Ada tiga hal
penyebab terjadinya dosa dan pelanggaran-pelanggaran:
1.
Dunia.
2. Iblis atau
Setan.
3.
Daging.
Pertanyaan
pertama: Mengapa dunia dapat menimbulkan
dosa?
Jawabnya: Karena
dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk menghanyutkan kerohanian dari
pada anak-anak Tuhan sampai binasa.
Dunia ini punya arus
yang sangat kuat, tujuannya adalah tidak lain tidak bukan untuk menghanyutkan
kerohanian anak-anak Tuhan. Kalau kerohanian anak-anak Tuhan sudah hanyut, maka
anak-anak Tuhan pasti binasa.
Lihat saja
kecanggihan teknologi sekarang, termasuk salah satunya adalah HP (handphone)
atau gadget (android). Baru buka gadget (android) saja, di situ Setan
sudah menyodorkan banyak hal-hal yang tak suci di dalamnya. Belum membuka
konten yang tak suci saja (baru membukanya
gadget (android) itu), Setan sudah menyediakan hal yang tak suci. Itu
sebabnya saya katakan: Dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat, tujuannya
untuk menghanyutkan kerohanian anak-anak Tuhan. Kalau sudah hanyut; tenggelam,
akhirnya binasa.
Dalam ayat 2
dikatakan: “Kamu hidup di dalamnya,
karena kamu mengikuti jalan dunia ini ...”
Walaupun kita ada di
dunia ini, jangan kita mengikuti jalan dunia. Walaupun kita ada di dunia ini,
jangan terlena dengan kesibukan-kesibukan dunia. Walaupun kita ada di dunia
ini, jangan terpengaruh dengan kerajaan dan kemegahan dunia ini, apapun yang disuguhkan
oleh dunia.
Asal kita ada dalam
tanda penyerahan dengan sungguh-sungguh, maka kerajaan dunia dengan
kemegahannya tidak akan dapat menghanyutkan kehidupan rohani kita
masing-masing.
Pertanyaan
kedua: Mengapa Iblis atau Setan dapat
menimbulkan dosa?
Jawabnya: Karena
Iblis atau Setan telah mendirikan kerajaan sendiri, sebagai tandingan dari
Kerajaan Sorga, dan Setan adalah penguasa kerajaan angkasa, sedang bekerja di
antara orang-orang durhaka. Durhaka berarti; memberontak.
Setan
sekarang sedang bekerja. Kepada siapa dia bekerja? Kepada orang-orang yang
durhaka.
Perbedaan
antara “kerajaan angkasa” dan “Kerajaan Sorga”:
-
Kerajaan angkasa, di dalamnya
terdapat pemberontakan atau pendurhakaan, sama dengan; tidak abadi, sama dengan
binasa.
-
Kerajaan Sorga, di dalamnya
terdapat kebenaran, sama dengan; abadi, sama dengan; hidup untuk selama-lamanya
bersama dengan Dia di dalam Kerajaan Sorga.
Kembali saya
tandaskan: Perhatikanlah firman yang kita terima sore hari ini. Kita belajar
dari Tuhan Yesus, bukan dari manusia, bukan dari orang pintar, bukan dari
dukun, supaya tidak terjadi pemberhalaan.
Dengan
berkata: “Kami tidak mendirikan patung di
rumah. Kami tidak mendirikan berhala”, tetapi kalau kita belajar dari orang
lain soal kebenaran, bukan dari Tuhan Yesus, itu berhala, itu perzinahan
rohani, menduakan hati Tuhan.
Pertanyaan
ketiga: Mengapa daging dapat menimbulkan
dosa?
Jawabnya: Karena
daging mempunyai keinginan yang bertolak belakang dengan keinginan Roh.
Maka mereka
yang hidup menurut daging pastilah hidup menurut daging, yakni memikirkan
perkara-perkara di bawah, perkara-perkara lahiriah, bukan perkara-perkara di
atas (perkara rohani).
Sebaliknya,
hidup menurut Roh Allah, memikirkan hal-hal yang dari Roh, yakni
perkara-perkara di atas atau perkara-perkara rohani, itulah ibadah dan
pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
Jadi, dari
sini kita mengerti; kita ini hidup menurut daging atau menurut Roh Allah?
Supaya kalau kita mengerti ini, kita pasti rendah hati, tidak merasa diri
benar, tidak merasa suci sendiri, tidak memberontak, tidak mendurhaka.
Tetapi Elia
telah menyingkir dari dosa yang ditimbulkan oleh;
-
Dunia dengan arusnya yang
menghanyutkan.
- Setan, yakni roh
jahat dan roh najis.
- Daging dengan
segala hawa nafsunya.
Elia telah
bersembunyi di tepi sungai Kerit, menyingkir. Mari kita menyingkir dengan
sungguh-sungguh, dengan serius. Ikut Tuhan harus serius, supaya dalam
menjalankan hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga juga serius ke
depan.
Hubungan
kita dengan Tuhan adalah hubungan nikah suci, maka harus serius juga. Kita
harus membangun nikah yang suci di atas dasar yang benar.
Jadi, kalau
seorang hamba Tuhan menyingkir dari dosa yang ditimbulkan oleh tiga perkara di
atas, maka akan nyata di dalam pribadinya:
1.
Tahbisan
yang benar dan suci, sama dengan; tidak bermain-main dalam dosa.
2. Di tangannya ada roti tidak beragi, sama
dengan; menyampaikan berita Firman yang suci, yakni kebenaran dan kemurnian
dari sorga.
3.
Menjadi
suatu pribadi yang indah, berarti; membawa damai dan membawa
kesatuan di dalam nikah, tidak merusak nikah dengan kenajisan, tidak merusak
hubungan antara satu dengan yang lain dengan kejahatan. Jadilah hidup yang
indah.
Kiranya
Tuhan memberkati kita sore ini, sehingga ibadah ini tidak sia-sia. Ibadah,
pelayanan, nikah dan rumah tangga kita dipulihkan oleh Tuhan, juga pekerjaan,
semuanya akan ditambahkan.
Dampak positif pelayanan Elia.
1 Raja-Raja
17:4-6
(17:4) Engkau dapat minum dari sungai itu,
dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau
di sana." (17:5) Lalu ia pergi
dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai
Kerit di sebelah timur sungai Yordan. (17:6)
Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging
kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.
“Engkau dapat minum dari sungai itu, dan
burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.”
Dari mana
saja, Tuhan bisa kirimkan berkat, sehingga kita tidak susah-susah mencari
berkat. Tetapi cari dahulu Kerajaan Sorga, maka berkat Tuhan perintahkan datang
dari mana saja. Yang penting hati dan pikiran kita mencari Kerajaan Sorga, di
mana kebenaran ada di dalamnya. Hidup suci, hidup benar, serius di situ. Jangan
bermain-main.
“Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti
firman TUHAN.”
Jangan
melakukan hanya menurut kehendak sendiri. Suami jangan melenceng sendiri,
isteri jangan melenceng sendiri. Pikirkan Kerajaan Sorga. Berarti; menuruti
firman.
Kesimpulan
dari ayat 4-6 adalah Elia melakukan tepat seperti yang diperintahkan
oleh Tuhan Allah kepadanya, menunjukkan bahwa Elia adalah pribadi yang taat,
setia, dengar-dengaran.
Dampak
positif taat, setia, dengar-dengaran: Dipelihara oleh Tuhan. Asal kita menuruti
firman Tuhan, maka dipelihara oleh Tuhan. Cara Tuhan untuk memelihara dan
memberkati hamba Tuhan dan sidang jemaat adalah dengan cara yang ajaib, tidak
bisa kita pikirkan (tak terselami) dengan cara manusiawi.
Asal kita
turuti firman Tuhan, Tuhan pasti pelihara, Tuhan pasti berkati, Tuhan pasti
bela. Hamba Tuhan juga sidang jemaat yang dilayani diberkati dengan ajaib.
Tidak bisa kita pikirkan secara pikiran manusiawi.
Jangan kita
berpikir dan berkata: “Dari mana saya
diberkati? Dari mana pekerjaan saya?” Tidak usah. Ikuti firman Tuhan.
Turuti firman Tuhan. Jangan turuti kata hati, apalagi melihat kekurangan dan
kelemahan orang lain.
Turuti
firman Tuhan, pasti dipelihara, dibela, dilindungi oleh Tuhan, dicukupkan
secara ajaib, baik hamba Tuhan, baik sidang jemaat yang dilayani.
Maka, sidang
jemaat juga berdoa untuk saya supaya hidup saya menuruti firman Tuhan, sehingga
hidup dalam kesucian, kebenaran, dan
dalam tahbisan yang benar di dalam melayani pekerjaan Tuhan, dengan demikian
sidang jemaat juga akan merasakan berkatnya. Pengaruh gembala kepada jemaat itu
besar. Sebaliknya, jemaat jangan merasa diri bisa. Kuncinya; masing-masing kita
harus turuti firman Tuhan.
Burung gagak, menunjuk;
bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Tuhan.
Tetapi kalau
seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan (imam) taat, setia, dengar-dengaran,
maka ia dapat menolong bangsa yang tidak mengenal Tuhan, itulah burung gagak.
Itulah hubungan timbal baliknya.
Pendeknya;
bangsa kafir tertolong, Elia pun minum dari sungai Kerit. Tetapi kemudian, pada
ayat 7-24, setelah sungai Kerit itu kering, Elia pergi ke Sarfat.
1 Raja-Raja
17:7
(17:7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu
menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
“... Sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada
turun di negeri itu.”
Hal ini
terjadi sesuai dengan ketentuan firman yang diucapkan Elia kepada Ahab tadi.
Sungai Kerit
kering, Elia tidak bisa lagi minum air dari sungai Kerit, Elia pun pergi ke
daerah Sarfat untuk menolong kehidupan dari pada janda Sarfat dan satu anaknya.
Dan itu pun sesuai dengan ketentuan firman Tuhan kepada Elia.
Elia pergi
ke Sarfat bukan karena kehendak sendiri, bukan karena keinginan sendiri, tetapi
ketentuan dari pada firman. Semua harus ditentukan oleh firman.
Saya
melayani, di dalam hal memberitakan firman Tuhan, harus ditentukan oleh Tuhan,
oleh firman itu sendiri. Seorang imam, baik itu pemimpin pujian, pembaca
firman, singer, kolektan, pemain
musik, semuanya melayani atas dasar ketentuan firman. Jangan kita melakukan
untuk melangkah seterusnya dengan ketentuan sendiri, itu salah. Setiap tindak
tanduk atau langkah-langkah untuk dilangkahkan selanjutnya harus menurut
ketentuan dari firman Tuhan. Baik juga yang berbisnis harus sesuai ketentuan
firman. Yang kuliah juga bertanya, “Om,
doakan.” Saya tidak berkuasa, tetapi kerinduan dari sidang jemaat pasti
didengar Tuhan.
Kalau
melangkah karena keinginan sendiri, engkau berhasil menurut keinginan sendiri,
bukan menurut keinginan Tuhan, kelak engkau akan menuai apa yang engkau
perbuat. Tetapi kalau itu ketentuan firman, Tuhan yang tanggung, bahkan sehelai
rambut pun diperhatikan dalam dirimu. Perkara kecil sekalipun diperhatikan oleh
Tuhan. Biarlah kiranya kita melangkah sesuai ketentuan firman, Elia pun seperti
itu; dia pergi ke Sarfat karena ketentuan firman. Yang berada di jenjang SMA
(Sekolah Menengah Atas) mau melanjutkan jenjang berikutnya, yaitu perkuliahan
(Perguruan Tinggi), ayo tanya Tuhan. Harus sesuai ketentuan firman. Yang mau
bekerja atau mau berbisnis, mau langkah apapun, melebarkan sayap, harus sesuai
ketentuan firman, tanya Tuhan.
Kalau engkau
berhasil tanpa tanya Tuhan, ke depan resikonya besar yang tidak bisa engkau
tanggung sendiri, membuat engkau pusing sendiri. Tanpa kita sadari, kita sering
bersungut-sungut kepada Tuhan, padahal kita yang salah; melangkah tanpa
ketentuan firman.
Jadi, Elia
pergi ke Sarfat sesuai ketentuan firman untuk menolong seorang janda di Sarfat
dan satu orang anaknya.
Yakobus 1:26
(1:26) Jikalau ada seorang menganggap dirinya
beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya
sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
Kalau
seseorang menganggap dirinya beribadah dan melayani di tengah ibadah, tetapi
tidak mengekang lidah, atau daging masih
bersuara, tidak bisa menahan (mematikan) suara (perkataan) daging, sebaliknya
hidup menurut hawa nafsu daging, maka sia-sialah ibadahnya.
Banyak orang
Kristen merasa diri beribadah, merasa diri melayani Tuhan, dengan lain kata
merasa diri sudah suci, tetapi tidak mengekang lidah, hidup menurut hawa nafsu
daging (suara daging), maka ibadahnya, pelayanannya sia-sia. Percayalah.
Yang benar
adalah caranya Elia, yaitu menurut firman Tuhan, seperti apa?
Yakobus 1:27
(1:27) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di
hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak
dicemarkan oleh dunia.
Mari kita
semakin dewasa di dalam mengikuti Tuhan, sebab kita harus mengerti tentang
ibadah yang murni dan ibadah yang tak bercacat di hadapan Allah Bapa kita,
ialah;
1.
Mengunjungi janda-janda dan yatim piatu.
2.
Hamba Tuhan itu mejaga dirinya agar tidak
dicemarkan oleh dunia.
Inilah
ibadah yang murni, yang tidak bercacat di hadapan Tuhan.
Keterangan: MENGUNJUNGI
JANDA-JANDA DAN YATIM PIATU.
Terlebih
dahulu kita perhatikan tentang MENGUNJUNGI JANDA.
Janda, sama
dengan; tidak bersuami, menunjuk; gereja Tuhan yang tidak mempunyai kepala,
karena tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala. Kristus adalah kepala gereja,
sedangkan Gereja Tuhan (sidang jemaat) adalah tubuh-Nya.
Mari kita
lihat kalau gereja Tuhan tidak mempunyai kepala.
Matius
8:18-19
(8:18) Ketika Yesus melihat orang banyak
mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. (8:19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya:
"Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
Ahli Taurat
ini serasa paling benar karena dia mengerti firman, tetapi tidak mau memikul
salib dan tidak mau menderita karena kebenaran. Ahli Taurat ini berkata: “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja
Engkau pergi”, dia berkata begitu tetapi dengan caranya dia. Mengerti
firman tetapi tidak mau menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, ini
kebenaran diri sendiri, mengikuti Tuhan dengan caranya sendiri. Banyak orang
Kristen hidup seperti ini, tetapi Tuhan luruskan pengertian yang salah dari
ahli Taurat ini.
Matius 8:20
(8:20) Yesus berkata kepadanya: "Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Tubuh tanpa
kepala (gereja tanpa Kristus) sama dengan;
1.
Liangnya
serigala.
Pekerjaan dari
serigala: Merusak kandang penggembalaan, sesuai Injil Yohanes 10:12, sehingga kawanan domba dalam penggembalaan itu
tercerai-berai. Domba-domba menjadi liar, beredar-edar, tidak tergembala di
luar penggembalaan. Tidak sedikit orang Kristen seperti ini beredar-edar, tidak
tergembala, tidak tekun dalam tiga macam ibadah pokok, berarti tanpa sadar dia
sudah menjadi liangnya serigala. Kalau tidak tekun dalam tiga macam ibadah,
itulah yang disebut tubuh tanpa kepala.
Serigala, menunjuk;
roh-roh jahat. Pekerjaan dari roh jahat itu memang merusak penggembalaan supaya
domba-domba itu liar. Jadilah suatu kehidupan domba yang tergembala, jangan
liar. Kalau liar, biasanya begitu; beredar-edar sesuka hati, liar; mau memberi
korban terserah, mau tidak memberi korban terserah, mau memberikan persepuluhan
atau tidak, mau memberikan persembahan khusus atau tidak, namanya sudah liar,
tidak terkendali, dia sudah menjadi liangnya serigala, roh jahat sudah
menguasai hatinya, seperti Yudas. Tetapi akhir hidup dari pada Yudas adalah
perutnya pecah, semua yang di dalam perut keluar (pecah), artinya; tidak ada
lagi persekutuan dengan Tuhan.
2. Sarangnya burung.
Pekerjaan dari
burung: Menghambat pembangunan tubuh Kristus, sama dengan; merusak nikah suci.
Akibatnya: akan
menyangkali Tuhan dan berulang-ulang kali menyangkali Tuhan tanpa merasa diri
bersalah.
Sudah menyangkali
Tuhan, tetapi tidak merasa diri bersalah, itu yang terjadi kalau nikah sucinya
sudah rusak. Kalau dia sudah menjadi sarangnya burung, berarti hubungannya
dengan Tuhan, antara tubuh dan kepala sudah rusak, nikah sucinya sudah rusak.
Kalau nikah sucinya sudah rusak, maka di situlah terjadi penyangkalan demi
penyangkalan, berulang-ulang menyangkali Tuhan, seperti Petrus menyangkali
salib Kristus, menyangkali Tuhan, menyangkali kebenaran, menyangkali kesucian,
menyangkali yang sifatnya dari sorga, tanpa merasa bersalah sedikit pun.
Hati-hati kalau sudah seperti itu.
Untung Petrus
setelah penyangkalannya yang ketiga, dia mendengar ayam berkokok. Setelah
mendengar ayam berkokok, ada penyesalan. Pada saat terjadi penyesalan, tandanya
ada dua;
- Hati hancur.
- Air mata
tidak bisa lagi dibendung. Air mata itu tanda kerendahan hati, karena air
selalu mengalir ke bawah.
Saya,
sebagai gembala, selalu memperhatikan gerak-gerik sidang jemaat, sekecil
apapun, bukan hanya lahir, tetapi juga batinnya. Kalau suami berani menyangkali
nikahnya, dia tidak pantas menjadi imam, dan nikahnya pasti hancur, anaknya
(buah nikah) pasti hancur. Tidak boleh merusak nikah suci, supaya tidak ada
penyangkalan. Penyangkalan tidak boleh terjadi baik lahir maupun batin, tetapi
itu yang masih terjadi saya lihat di depan mata saya. Jangan saudara pikir saya
tidak bisa melihat. Berkali-kali saya katakan: Biar dibalik tembok, tetap saya tahu, karena saya mempunyai mata
batin, tanda bahwa hubungan itu erat dengan Tuhan, mengetahui semuanya.
Bukankah
Tuhan itu baik, mengajari supaya kita baik, suci, benar, nikah rumah tangga
diberkati, anak cucu diberkati. Teguran salib itu untuk membenarkan kita.
Burung,
menunjuk; roh najis, yang adalah dosa yang paling dibenci oleh Tuhan, sesuai
dengan Wahyu 18.
Tetapi, Elia
sangat memperhatikan kehidupan janda di Sarfat dan satu anaknya, itulah yatim.
Betul-betul ibadah dan pelayanan nabi Elia ini tidak bercacat dan murni di
hadapan Allah Bapa.
Sekarang
kita perhatikan tentang mengunjungi yatim
piatu.
Yatim,
berarti; tidak mempunyai bapa. Gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat
(pemimpin di dalam rumah Tuhan) disebut juga dengan bapa rohani. Tetapi kalau
sidang jemaat tidak sungguh-sungguh beribadah dan tidak mengakui pemimpin
sidang jemaat sebagai bapa rohani, ini sama dengan anak yatim.
Tetapi kita
perhatikan tadi; nabi Elia dari tepi sungai Kerit melangkah ke Sarfat untuk
memperhatikan janda dan anak yatim, itulah ibadah yang tak bercacat dan murni
di hadapan Tuhan.
Keterangan: HAMBA
TUHAN MENJAGA SUPAYA DIRINYA SENDIRI TIDAK DICEMARI OLEH DUNIA.
Inilah tugas
yang kedua dari seorang hamba Tuhan, apalagi dia sudah menerima jabatan gembala
sebagai pemimpin rumah Tuhan. Harus menjaga diri agar tidak dicemari oleh dunia
ini.
1 Timotius
4:14-15
(4:14) Jangan lalai dalam mempergunakan
karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan
dengan penumpangan tangan sidang penatua. (4:15)
Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata
kepada semua orang.
Jangan lalai
dalam mempergunakan sembilan karunia-karunia; karunia menyembuhkan, mengajar,
dan lain sebagainya. Dan jangan melalaikan sembilan jabatan, termasuk jabatan
gembala.
Sidang
jemaat harus melihat dan mengerti tentang kemajuan rohani dari pemimpin rumah
Tuhan (pemimpin sidang jemaat), gembala sidang. Sidang jemaat harus tahu, tidak
boleh tidak mau tahu. Juga hamba Tuhan tidak boleh main akal-akalan kepada
sidang jemaat; pura-pura benar, pura-pura suci, tetapi pikirannya hanya cari
uang saja, hal itu tidak boleh terjadi.
1 Timotius
4:16
(4:16) Awasilah dirimu sendiri dan awasilah
ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian
engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar
engkau.
“Awasilah dirimu sendiri”, berarti; jaga
diri agar tidak dicemari oleh dunia ini. Kemudian “Awasilah ajaranmu”, berarti; jaga roti tanpa ragi di tanganmu
supaya jangan dicemari, jangan khamir dengan ragi.
“Bertekunlah dalam semuanya itu”,
berarti; bertekun menjaga diri, bertekun menjaga firman yang murni di tangan,
dengan demikian hamba Tuhan itu selamat dan jemaat yang dilayaninya juga
selamat.
Jadi,
seorang hamba Tuhan harus bertekun mengawasi diri dan mengawasi ajarannya,
jangan sampai khamir dengan ragi dosa kejahatan, dosa kenajisan dan dosa yang
ditimbulkan oleh dunia ini.
Apabila
seorang hamba Tuhan memperhatikan dua perkara ini, dengan demikian dia
beribadah dan melayani Tuhan, dengan ibadah yang tidak bercacat dan murni di
hadapan Tuhan.
Saudara
tidak boleh mencari hamba Tuhan yang sesuka hati melayani Tuhan. Saudara harus
melihat kebenarannya, kesucian yang dia terima dari Tuhan, dan saudara harus
melihat tahbisannya; jika masih bermain-main dalam kesucian, tinggalkan. Saya
juga berani mengambil resiko ini. Tinggalkan, jangan bertahan di situ. Jangan
karena melihat gereja mewah. Jangan karena melihat gereja luxe. Jangan lihat karena embel-embel
perkara lahiriah yang dimiliki oleh hamba Tuhan itu, tetapi lihat kemajuan
rohaninya; apakah dia menjaga diri, mengawasi ajarannya, tidak ada ragi,
ajarannya tidak khamir dengan dosa dunia, tidak khamir dengan dosa karena
daging, tidak khamir karena dosa Iblis atau Setan (roh jahat dan roh najis).
Kalau hamba
Tuhan itu bertekun di dalamnya, ia menyelamatkan dirinya sendiri dan
menyelamatkan sidang jemaat yang dilayani.
Jadi,
saudara tidak boleh bermain-main dalam beribadah, tidak boleh asal ikut-ikutan
begitu saja. Yang kita cari adalah Sorga, bukan neraka. Selamanya di sorga,
selamanya di neraka.
Saya sudah
beri contoh tadi: Bagaimana orang tua pada masa aniaya antikris nanti, jika
nanti di depan matanya pedang antikris menggorok leher anaknya, bagaimana
rasanya? Atau sebaliknya, anak melihat orang tua digorok lehernya karena orang
tua belum mengerti kebenaran. Jadi, tidak boleh bermain-main. Ini adalah
perhatian Tuhan bagi kita, jangan disia-siakan.
Sebetulnya,
kalau Tuhan mau gereja yang tertinggal itu binasa pada masa aniaya antikris
berlangsung, bisa saja, tetapi kenyataannya, faktanya, Tuhan masih utus dua
saksi Allah, dan yang kita lihat petang sore ini adalah Elia. Kesaksian ini
yang harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh.
Kalau Tuhan
mau, bisa saja Tuhan biarkan gereja yang tertinggal itu binasa, dan Tuhan tidak
bersalah atas itu, karena Tuhan juga sudah menyatakan kebenaran-Nya di atas
kayu salib.
Tetapi Tuhan
masih menunjukkan panjang sabar-Nya, penuh dengan kasih karunia, kemurahan,
supaya yang tidak layak menjadi layak. Supaya pada akhirnya bangsa kafir
bersatu dengan Israel, terwujudnya kesatuan tubuh, yakni; nikah yang suci.
Kita harus
bijaksana mengerti, menyikapi rencana Tuhan ini. Jangan sesuka hati di dalam
beribadah dan melayani Tuhan.
1 Raja-Raja
17:9
(17:9) "Bersiaplah, pergi ke Sarfat
yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah
memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
Dari ayat
ini kita perhatikan, bahwa; kalau hamba Tuhan, pelayan Tuhan melangkah sesuai
ketentuan firman Tuhan, maka dia akan menghadapi segala sesuatu sesuai dengan
apa yang direncanakan Tuhan.
Di sini
sudah Tuhan rencanakan, bahwa nanti apabila sampai di Sarfat, Elia bertemu
dengan seorang janda dan anaknya. Jadi, kalau kita melangkah sesuai dengan
firman, kita ada dalam rencana Allah yang besar.
1 Raja-Raja
17:10
(17:10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi
ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana
seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan
itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku
minum."
Saudara
jangan heran dan berkata: Kok, hamba
Tuhan itu tahu ya tentang saya?
Tuhan sudah
terlebih dahulu memberi tahukan perkara itu kepada Elia. Itulah yang sedang
terjadi di ayat 10.
Maka, Elia
tidak heran ketika dia melihat dan bertemu dengan janda Sarfat. Saudara juga
jangan heran kalau saya mengetahui tindak tanduk saudara.
Dari sinilah
kita baru mengerti: Ibadah ini bukan ibadah ecek-ecek,
bukan ibadah main-main. Kita sedang serius melayani pekerjaan Tuhan. Kebaktian
Natal Persekutuan: Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) sudah di depan mata,
tanggal 27-28 Desember 2019. Ayo, kita serius mulai dari sekarang, bersatu hati
saling melengkapi. Tempatkan Kristus sebagai Kepala supaya jangan menjadi
liangnya serigala dan sarangnya burung. Hormati nikah suci supaya Tuhan
percayakan pekerjaan yang lebih besar ke depan.
1 Raja-Raja
17:10-12
(17:10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke
Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang
janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya:
"Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." (17:11) Ketika perempuan itu pergi
mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong
roti." (17:12) Perempuan itu
menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti
padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit
minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong
kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan
setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
Bayangkan,
kalau andaikata Elia tidak diutus ke Sarfat, berarti pengharapan janda dan anak
yatim ini hanya bergantung pada segenggam tepung, setelah itu diolah dan mereka
makan, habis dan tamatlah riwayat mereka (mati). Tetapi Tuhan mempunyai rencana
yang besar.
Kehidupan
kita ini persis seperti janda Sarfat; tinggal menungggu waktu, maka kita akan
habis, binasa, seperti kayu kering yang dikumpulkan orang sudah dekat dengan
kutuk pembakaran. Hanya segenggam tepung, itulah kebenaran diri sendiri.
Harta yang
saudara miliki, apapun yang saudara miliki hanya segenggam. Apa kekuatan
segenggam, kalau bukan kekuatan genggaman tangan Tuhan. Tetapi banyak orang
Kristen, banyak orang yang memiliki harta, merasa diri bisa hidup hanya karena
hartanya, padahal semuanya itu hanya segenggam. Hidup nyawa manusia hanya
segenggam tangannya saja. Apapun kedudukan saudara, apapun jabatan saudara,
seberapa banyak harta saudara, hanya segenggam tangan saja. Setelah itu, mati,
persis seperti kayu kering, dekat dengan kutuk pembakaran.
Luar biasa
rencana Allah. Kesaksian Elia di masa 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari
luar biasa. Kalau sampai kita tidak menghargai kesaksian semacam ini di petang
sore ini, sungguh kita adalah orang yang paling bodoh, sungguh kita adalah
orang yang tidak berakal budi, persis seperti binatang. Binatang sangat sukar
untuk diubahkan, mau seperti apapun kita berbuat, binatang sangat sukar
diubahkan. Maka binatang hidup untuk dimusnahkan, bukan diselamatkan masuk
dalam Kerajaan Sorga.
Kiranya
saudara, kita semua mengerti segala sesuatu apa yang direncanakan oleh Tuhan.
Hidup ini, harta yang kita punya, hanya segenggam tangan, setelah itu binasa,
seperti kayu kering, sudah dekat dengan kutuk pembakaran.
1 Raja-Raja
17:13-14
(17:13) Tetapi Elia berkata kepadanya:
"Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi
buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan
bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (17:14) Sebab beginilah firman TUHAN,
Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam
buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke
atas muka bumi."
Janda di
Sarfat mengatakan: “... Aku mau
pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya,
maka kami akan mati.” Lalu Elia berkata: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan”,
tetapi ada yang harus diperhatikan.
Elia
memerintahkan untuk membuat sepotong roti bundar kecil, tetapi harus dibuat
lebih dahulu kepada Elia, barulah kepada dia dan anaknya.
Kita belajar
untuk menampilkan kebenaran itu pertama-tama kepada Tuhan, bukan kepada
manusia. Kalau kebenaran dinyatakan pertama-tama kepada manusia, itu adalah
orang munafik, penjilat; di depan mata baik, di belakang tidak.
“... Buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti
bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat
bagimu dan bagi anakmu.” Mulai sore ini, kebenaran itu pertama-tama harus
ditampilkan kepada Tuhan.
Roti bundar
kecil,
menunjuk; kebenaran yang disertai dengan kasih dan rendah hati.
-
Roti itu berbicara
tentang kebenaran. Yesus adalah roti hidup, roti yang turun dari sorga, dari
Allah, untuk memberi hidup manusia. Ia telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya
di atas kayu salib untuk kita nikmati sebab tubuh dan darah-Nya memberi kita
hidup.
- Bundar, menunjuk;
kasih Allah yang tidak berkesudahan.
-
Kecil, itu artinya;
rendah hati.
Berarti,
kita hidup benar di dalam kasih disertai dengan kerendahan hati, pertama-tama
kita tampilkan kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Baru sesudah itu, “...
Barulah kaubuat bagimu dan bagi
anakmu.”
Mari kita
mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi, dan mengasihi
sesama seperti diri sendiri. Mengasihi sesama itu harus seperti mengasihi diri
sendiri.
Kebenaran
itu harus ditunjukkan pertama-tama kepada Tuhan, barulah kepada diri sendiri,
kepada sesama.
1 Raja-Raja
17:15-16
(17:15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat
seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan
itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. (17:16)
Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam
buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang
diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Kalau kita
melakukan tepat seperti yang Tuhan mau, maka;
1.
Tepung dalam
tempayan tidak akan habis. Artinya, kebenaran itu akan bertahan dan
tetap menjadi bagian kita. Kebenaran salib yang menghantar kita dari bumi
sampai ke sorga tidak berkesudahan.
2. Minyak dalam buli-buli tidak berkurang. Artinya,
pengurapan itu yang mengawetkan hidup suci, minyak urapan itu mengawetkan hidup
kebenaran, minyak urapan itu mengawetkan kita sehingga kita tidak terkikis oleh
situasi, oleh pengaruh yang tak suci. Minyak urapan itu mengawetkan kehidupan
kita sampai Tuhan datang.
Pertahankan minyak
urapan di atas kepala. Jangan keluar dari tempat kudus dengan tekun dalam tiga
macam ibadah pokok. Tujuannya, supaya jangan melanggar kekudusan tempat kudus
Allah.
Yakobus 5:18
(5:18) Lalu ia berdoa pula dan langit
menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.
Tadi nabi
Elia berkata: “Tepung dalam tempayan itu
tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas
muka bumi.”
Mari kita
lakukan tepat dan benar seperti firman yang kita dengar sore hari ini. Kalau
Tuhan mau, supaya kita binasa pada masa 1260 (seribu dua ratus enam puluh)
hari, itu bisa Tuhan lakukan, dan Tuhan tidak bersalah atas itu. Tetapi Tuhan
masih dan sangat memperhatikan kita sore hari ini.
“Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan
hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.”
Oleh karena
doa nabi Elia ini, maka langit terbuka, turunlah hujan membasahi bumi, sehingga
bumi mengeluarkan buahnya.
Biarlah
kiranya buah yang manis itu dapat dicicipi dan dinikmati oleh Tuhan lewat
ibadah dan pelayanan kita di hari-hari terakhir ini.
Hamba Tuhan
sangat berpengaruh besar untuk membasahi setiap hati dari sidang jemaat (umat
Tuhan). Kalau tanah hati itu sudah dibasahi, berarti tanah itu menjadi tanah
yang baik, tanah yang lembut, manakala benih firman itu disampaikan, ia akan
bertumbuh, berakar dan berbuah.
Yakobus
5:19-20
(5:19) Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu
yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia
berbalik, (5:20) ketahuilah,
bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia
akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.
Inilah
kesaksian dari pada Elia selama aniaya antikris berlangsung 1260 (seribu dua
ratus enam puluh) hari. Jadi, selama aniaya antikris belum berlangsung, kita
harus memperhatikan kesaksian Elia ini. Kesaksian Elia ini sedang berusaha,
berjuang untuk menyelamatkan jiwa kita dan menutupi dosa kita dan Tuhan tidak
melihat dosa dan pelanggaran kita.
Seperti
pujian mengatakan: “... Dia tak ingat
dosaku dan segala cacat celaku. Dia lupakan betapa hinaku dulu ...” Dia
lupakan, Dia tidak ingat kita ini adalah debu tanah.
Intinya:
Elia dapat menutup langit sehingga hujan tidak turun dan Elia juga dapat
menentukan sehingga langit terbuka (hujan turun).
Tetapi
berbicara tentang LANGIT TERBUKA, itu terjadi sesudah pembasuhan oleh air dan
firman (baptisan air).
Sesudah
Yesus dibaptis, terbukalah langit. Biarlah sore ini kita memberi diri
disucikan, dibasuh oleh air dan firman dari segala cacat cela kita semua, nanti
langit terbuka, berkat-Nya dicurahkan kepada kita.
Ikut Tuhan
tidak seperti apa yang kita pikirkan. Ikut Tuhan harus seperti pikiran Tuhan.
1 Raja-Raja
18:41
(18:41) Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab:
"Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah
kedengaran."
“...Bunyi
derau hujan sudah kedengaran.”
Bukan hanya dapat menutup langit karena ia sungguh-sungguh berdoa, tetapi hujan
juga turun atas ketentuan dari nabi Elia.
1 Raja-Raja
18:42-45
(18:42) Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum.
Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah,
dengan mukanya di antara kedua lututnya. (18:43)
Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: "Naiklah ke atas, lihatlah ke
arah laut." Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak
ada apa-apa." Kata Elia: "Pergilah sekali lagi." Demikianlah
sampai tujuh kali. (18:44) Pada
ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: "Wah, awan kecil sebesar telapak
tangan timbul dari laut." Lalu kata Elia: "Pergilah, katakan
kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh
hujan." (18:45) Maka dalam
sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang
lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel.
“ ... Ia
membungkuk ke tanah, dengan mukanya
di antara kedua lututnya ...” Elia sungguh-sungguh merendahkan dirinya di
hadapan Tuhan. Lalu Elia berkata kepada bujangnya (pengerjanya): “Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut.”
Enam kali bujangnya melihat ke atas, tetapi tidak ada apa-apa.
Namun
sebenarnya, Elia sudah tahu bahwa hujan akan turun karena dia sudah merendahkan
diri dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dengan muka sampai ke tanah,
memohon kembali kemurahan Tuhan karena dia sangat memperhatikan kekeringan
dunia, termasuk janda Sarfat. Tuhan memperhatikan kerohanian yang kering-kering
tidak menghasilkan buah. Dia sedang menyelamatkan jiwa dunia, sedang menutupi dosa
dunia, supaya Tuhan tidak melihat dosa itu, sama artinya; Tuhan telah
mengadakan pelayanan pendamaian di tengah ibadah pelayanan sore hari ini.
Oleh
kerendahan hati dari nabi Elia, hujan turun, sebab dia telah merendahkan diri,
berlutut di kaki salib Tuhan, dengan muka sampai ke tanah, di dalam doa memohon
supaya hujan turun, karena dia memikirkan jiwa-jiwa dunia dan sedang menutupi
dosa dunia, seperti Yesus telah menutupi dosa dunia di atas kayu salib. Dia
yang benar dijadikan berdosa, darah-Nya tercurah untuk menutupi dosa manusia.
Dosa diampuni tidak dengan amal soleh.
Selanjutnya,
PERHATIKAN HAL INI dan JANGAN DILUPAKAN.
Pengerja
dari nabi Elia itu berkata: “Wah, awan
kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.”
Setelah saya
renungkan, apa ini Tuhan? Berikan
hikmat-Mu, Tuhan. Dengan rendah hati, saya memohon dalam penyembahan. Lalu
Tuhan berikan hikmat-Nya bagi kita sore hari ini.
“Awan kecil sebesar telapak tangan timbul
dari laut”, tanda bahwa langit terbuka dan hujan turun. “Awan kecil sebesar telapak”, kalau
sumbernya dari telapak tangan Tuhan, tangan yang tersalib akan membasahi dunia.
Kalau tepung
segenggam tangan manusia, itu tidak ada artinya. Tetapi awan kecil sebesar
telapak tangan, kalau itu sumbernya dari tangan yang terpaku di atas kayu salib
akan membasahi jiwa-jiwa, menyelamatkan jiwa-jiwa dan menutupi banyak dosa manusia...Yakobus
5:19-20.
Sekarang
ini, perhatian Tuhan tertuju kepada kita tanpa terkecuali, siapapun yang hadir
saat ini. Jangan beribadah hanya karena melihat gereja mewah. Yang muda-muda
beribadah, jangan hanya karena melihat lawan jenis, hanya karena melihat yang
cantik-cantik, jangan. Jangan lihat serba lux
nya. Lihat pemberitaan firman, itu yang menyelamatkan jiwamu.
Nanti
lihatlah, awan kecil sebesar telapak tangan, kalau itu sumbernya dari tangan
yang terpaku, Yesus yang disalibkan, maka tanda bahwa langit terbuka, hujan pun
dicurahkan membasahi bumi, supaya menghasilkan buah kebenaran, kesucian, dan
kemurnian. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
"awan kecil sebesar telapak tangan"
jika bersumber dari tangan yang terpaku di atas kayu salib,
maka LANGIT TERBUKA, hujan dicurahkan membasahi bumi;
- menyelamatkan jiwa-jiwa
- menutupi banyak dosa
supaya menghasilkan buah kebenaran, kesucian dan kemurnian
jika bersumber dari tangan yang terpaku di atas kayu salib,
maka LANGIT TERBUKA, hujan dicurahkan membasahi bumi;
- menyelamatkan jiwa-jiwa
- menutupi banyak dosa
supaya menghasilkan buah kebenaran, kesucian dan kemurnian
No comments:
Post a Comment