IBADAH NATAL PEMUDA REMAJA, 19 DESEMBER 2019
SILSILAH LAHIRNYA YESUS KRISTUS
(Matius
1:1-5)
Subtema:
BANGSA KAFIR HIDUP DALAM PENYEMBAHAN BERHALA
Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya
memenuhi kehidupan kita, terkhusus kehidupan muda remaja di malam ini. Juga
para undangan kaum muda remaja atau pun simpatisan yang hadir bersama-sama
dengan kita malam ini berkumpul berhimpun di tengah Ibadah Natal Pemuda Remaja.
Biarlah kiranya Tuhan memberkati kita lewat pembukaan firman Tuhan. Tuhan
melawat setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak Tuhan, umat
Tuhan, kaum muda remaja, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming video internet di manapun anda berada.
Mari kita bersama-sama berdoa dan menaikkan
permohonan kepada Tuhan supaya firman-Nya keluar, supaya Tuhan bukakan rahasia firman bagi kita, bagaikan
Daniel menaikkan permohonan kepada Tuhan, sehingga keluarlah firman Tuhan.
Tuhan nyatakan rahasia firman Tuhan, tanda bahwa Tuhan mengasihi kehidupan kita
masing-masing dan tanda bahwa Tuhan mengampuni dosa kita dengan pengampunan
tujuh puluh kali tujuh. Tuhan Yesus akan memulihkan kehidupan pemuda remaja
sekarang ini.
Segera kita memperhatikan tema yang ada yang sudah
tertulis di depan, yaitu SILSILAH LAHIRNYA YESUS KRISTUS, yang diawali dari
Injil Matius 1.
Matius 1:1-6
(1:1) Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud,
anak Abraham. (1:2) Abraham
memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan
saudara-saudaranya, (1:3) Yehuda
memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron,
Hezron memperanakkan Ram, (1:4) Ram
memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan
Salmon, (1:5) Salmon memperanakkan
Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed
memperanakkan Isai,(1:6) Isai
memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,
Inilah silsilah tentang lahirnya Yesus Kristus,
Dialah anak Daud, anak Abraham; dari Abraham sampai Daud ada empat belas
keturunan.
Matius 1:17
(1:17) Jadi seluruhnya ada: empat belas
keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan
dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas
keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.
Secara keseluruhan ada:
-
Empat
belas keturunan dari Abraham sampai ke Daud.
- Empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan
ke Babel.
-
Empat
belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus lahir.
Inilah silsilah lahirnya Yesus Kristus. Dia adalah
anak Daud, anak Abraham.
Matius 1:3-6
(1:3) Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar,
Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, (1:4) Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason,
Nahason memperanakkan Salmon, (1:5)
Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut,
Obed memperanakkan Isai,(1:6) Isai
memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,
Silsilah Yesus Kristus terkait dengan empat rahim
perempuan bangsa kafir, yakni:
1.
Tamar.
2. Rahab.
3. Rut.
4.
Isteri
Uria atau Betsyeba.
Namun pada empat belas keturunan yang pertama,
yakni dari Abraham sampai Daud, hanya ada tiga perempuan bangsa kafir yang
tercatat, yaitu:
1.
Tamar.
2. Rahab.
3.
Rut.
Saya berharap pemuda remaja mau mengikuti
pemberitaan firman Tuhan sampai nanti rahasianya terbuka. Jadi, pemberitaan
firman ini bukan cerita-cerita ataupun dongeng, tetapi pemberitaan firman ini
ayat menjelaskan ayat sampai nanti terbuka rahasianya, supaya kita mengerti
tentang silsilah lahirnya Yesus Kristus.
Dalam kesempatan Kebaktian Natal Pemuda Remaja
tahun ini, secara khusus kita akan melihat pribadi Rut.
Pertanyaannya: SIAPAKAH RUT INI?
Rut ialah:
1. Satu dari empat perempuan
bangsa kafir yang terkait dengan silsilah lahirnya Yesus Kristus.
2. Rut adalah menantu Naomi yang
ditinggal mati oleh Mahlon, suaminya, anak pertama Naomi.
Pendeknya; Rut adalah seorang
janda.
3. Rut adalah bangsa Moab atau
bangsa Kafir.
Rut adalah bangsa Moab disebut juga bangsa kafir,
sebab di luar dari bangsa Israel disebutlah bangsa kafir.
Ciri yang paling mendasar dari pada bangsa kafir
adalah HIDUP DALAM PENYEMBAHAN BERHALA.
Mari kita lihat penyembahan berhala.
Rut 1:15
(1:15) Berkatalah Naomi: "Telah pulang
iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti
iparmu itu."
Naomi berkata kepada Rut: “Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan
kepada para allahnya.”
Kalimat “para
allahnya” menunjukkan bahwa bangsa
Moab atau bangsa kafir hidup di dalam penyembahan berhala. Kemudian, berhala
dari bangsa kafir itu banyak.
Mari kita lihat 1 Korintus 12:2.
1 Korintus 12:2
(12:2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum
mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala
yang bisu.
“Waktu
kamu masih belum mengenal Allah”, berarti; hidup jauh dari Allah, itulah bangsa kafir.
Bangsa kafir tanpa berpikir ditarik kepada
berhala-berhala yang bisu, tanpa sadar ditarik kepada berhala-berhala yang
bisu.
Bangsa kafir, sebelum mengenal Tuhan Yesus, tanpa
berpikir, tanpa sadar, dia langsung digiring, langsung ditarik kepada
berhala-berhala yang bisu. Sebab itu, kita perlu untuk memperoleh pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah.
Tidak salah menempuh pendidikan yang tinggi,
tetapi kita harus memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
sehingga seberapa besar kemewahan-kemewahan dan keindahan-keindahan dari pada
berhala, tidak akan mungkin bisa menarik
kita, karena kita sudah memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah.
Berbeda dengan bangsa kafir; tanpa berpikir
ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, karena tidak memperoleh pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah.
Ikuti terus pemberitaan firman ini, maka nanti
kita semua akan diberkati. Kalau dahulu mungkin biasa mendengar satu ayat lalu
ditambahkan dengan cerita panjang-panjang, tetapi sekarang belajar untuk
mengikuti firman dengan bijaksana
(berlaku dewasa). Jangan lagi seperti kanak-kanak yang hanya suka dengan
dongeng-dongeng.
1 Tawarikh 16:25-26
(16:25) Sebab besar TUHAN dan
terpuji sangat, dan lebih dahsyat Ia dari pada segala allah.
(16:26) Sebab segala allah
bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit.
Tuhan itu
besar. Tuhan itu terpuji dan sangat terpuji. Lebih dahsyat dari segala berhala.
Perhatikan kalimat: “Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah berhala.” Berarti, segala
sesuatu yang melebihi dari Tuhan itu adalah berhala.
Definisi berhala adalah segala sesuatu yang
melebihi dari Tuhan. Misalnya:
1.
Meninggalkan
ibadah, meninggalkan pelayanan karena pekerjaan, karena usaha, karena bisnis,
karena kuliah, karena kesibukan-kesibukan yang lain di dunia ini, semuanya itu
merupakan berhala. Itulah allahnya bangsa kafir, tetapi Allah kita jauh lebih
besar dari berhala itu semua.
2. Keras hati juga berhala.
3.
Hidup
dalam kebenaran diri sendiri, itu juga berhala.
Jadi sekalipun tidak mendirikan patung, arca atau
sejenisnya di rumah masing-masing, tetapi kalau saudara keras hati, itu adalah
penyembahan berhala, dan kalau hidup dalam kebenaran diri sendiri, itu juga
berhala.
Awalnya salib memang terasa asing bagi kita.
Kemudian apabila kita pikul dan ditaruh di atas pundak, agak terasa berat dan
semakin asing, tetapi kalau kita semakin menyelami isi hati Tuhan akan semakin
nikmat dan indah. Itu adalah pengalaman saya awal pertama dipanggil oleh Tuhan.
Awalnya saya menolak panggilan Tuhan selama tiga
tahun, tetapi setelah ikut Tuhan dan hidup di dalam Tuhan, ternyata sungguh
indah. Andaikata saya ditawarkan untuk kembali ke dunia, saya akan tolak, sebab
di luar Tuhan sangat menderita sekali.
Ayo, marilah kita belajar menyelami isi hati
Tuhan. Belajar menyentuh salib, sampai akhirnya nanti salib itu ditaruh di atas
pundak. Sebab itu simak terus pemberitaan firman. Jangan biasakan mendengar
dongeng-dongeng.
Mari kita lihat contoh pribadi Saul.
1 Samuel 15:7-9
(15:7) Lalu Saul memukul kalah
orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. (15:8) Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya
hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata
pedang. (15:9) Tetapi Saul dan
rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu
yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang
berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak
berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.
Saul menyelamatkan Agag, raja Amalek, tetapi
seluruh rakyat ditumpas, dibunuh. Kemudian, mengambil kambing domba dan
lembu-lembu yang tambun tetapi yang kurus dan tidak berharga ditumpas oleh
Saul.
1 Samuel 15:18-19
(15:18) TUHAN telah menyuruh engkau
pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni
orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan
mereka. (15:19) Mengapa engkau tidak
mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan
apa yang jahat di mata TUHAN?"
Perintah Tuhan yang sebenarnya adalah Saul
memerangi Amalek sampai membinasakannya, berarti menumpas habis mulai dari rajanya, Agag, sampai kepada
rakyatnya, laki-laki perempuan, tua muda, sampai kepada bayi yang menyusui
harus dibinasakan. Itu firman Tuhan yang sebenarnya yang harus dikerjakan Saul,
tetapi kenyataannya Saul tidak mendengarkan suara Tuhan.
Seberapa banyak kaum muda, awalnya rindu melakukan
apa yang didengar, tetapi akhirnya ditunda untuk melakukan firman itu sendiri,
akhirnya menolak untuk melakukannya, itulah Saul, tidak mendengar suara Tuhan,
tidak melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh Tuhan, sehingga:
-
Membiarkan
Agag, raja Amalek, hidup, tetapi rakyatnya dibunuh.
-
Mengambil
jarahan yang tambun dan yang gemuk, tetapi yang kurus dan buruk rupanya
dibunuh.
Saul tidak melakukan tepat seperti yang
diperintahkan oleh Tuhan. Memang orang Amalek sudah diperangi, tetapi Agag
dibiarkan hidup. Binatang ditumpas, tetapi yang tambun dan gemuk diambil.
1 Samuel 15:20-21
(15:20) Lalu kata Saul kepada
Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang
telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi
orang Amalek itu sendiri telah kutumpas. (15:21)
Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang
terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban
kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
Samuel datang lalu menegur Saul, namun Saul masih
membela diri dengan berkata: “Aku memang
mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN
kepadaku...” Di dalam kesalahan, Saul membela dirinya di hadapan Tuhan
karena merasa dirinya benar.
Kemudian, alasan Saul mengambil jarahan yang
tambun tadi adalah untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
Bolehkah seorang pelayan Tuhan, melayani tetapi
tidak mau mendengar suara Tuhan? Inilah kondisi dari pada Saul.
1 Samuel 15:22
(15:22) Tetapi jawab Samuel:
"Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan
sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan
lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari
pada lemak domba-domba jantan.
Mana yang lebih penting: Mendengar suara Tuhan
atau melayani tetapi tidak mau mendengar suara Tuhan?
Tetapi Samuel berkata:
-
“Mendengarkan lebih baik dari pada korban
sembelihan.”
-
“Memperhatikan lebih baik dari pada lemak
domba-domba jantan.”
Sesungguhnya:
-
Dengar-dengaran lebih baik dari pada korban
sembelihan. Korban sembelihan kepada
Allah, sesuai Mazmur 51:19, ialah jiwa yang hancur hati yang patah dan
remuk. Sekalipun jiwa hancur hati patah dan remuk di tengah ibadah pelayanan,
tetapi tidak mendengar suara Tuhan, maka tidak ada artinya hati yang hancur
itu.
-
Memperhatikan lebih baik dari pada lemak
domba-domba jantan.
Lemak, berarti; menyanyi memuji Tuhan disertai dengan tari-tarian yang luar
biasa. Tetapi tidak ada artinya berjingkrak-jingkrak saat memuji Tuhan, kalau
tidak memperhatikan firman Tuhan. Ukuran berkenannya sebuah ibadah bukan
dilihat pada saat menari, bersorak-sorai, bukan, tetapi saat sidang jemaat
mendengar firman, saat sidang jemaat memperhatikan firman Tuhan. Terlalu banyak
imam-imam, pelayan Tuhan, setelah melayani, dia langsung turun tidak mau
mendengar firman. Seharusnya, pelayan Tuhan yang terlebih dahulu menjadi contoh
teladan. Jadi, ukuran berkenan atau tidaknya suatu ibadah bukan dilihat saat
mempersembahkan lemak, jingkrak-jingkrak, bersorak-sorai saat memuji Tuhan,
bukan itu, tetapi ukurannya dengar-dengaran dan
memperhatikan firman Tuhan dengan baik dan benar.
1 Samuel 15:23
(15:23) Sebab pendurhakaan adalah
sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah
berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia
telah menolak engkau sebagai raja."
Perhatikan baik-baik:
Pendurhakaan (memberontak kepada firman) setara dengan dosa
bertenung. Bertenung, artinya; mencari petunjuk-petunjuk dari roh-roh, arwah-arwah
atau dari peramal-peramal, termasuk mencari petunjuk dari dukun.
Kemudian, kedegilan atau kekerasan hati
setara dengan dosa penyembahan berhala dan terafim. Sekalipun seseorang tidak
mendirikan terafim, arca, atau patung, tetapi kalau seseorang keras hati,
setara dengan dosa penyembahan berhala. Jadi, kekerasan hati adalah penyembahan
berhala.
Jangan keras hati. Jangan hidup dalam penyembahan
berhala, seperti Saul. Segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan itu adalah
berhala.
-
Kalau
meninggalkan ibadah dan pelayanan karena pekerjaan, berarti pekerjaan adalah
berhala.
-
Kalau
karena kuliah lalu meninggalkan ibadah dan pelayanan, maka kuliah adalah
berhala.
Saul adalah seorang raja, namun Saul hidup dalam
penyembahan berhala. Seharusnya raja itu panutan. Seharusnya imamat rajani atau
pelayan Tuhan itu harus menjadi panutan. Tetapi kenyataannya, mereka yang
melayani justru pergi ke pinggir-pinggir saat Firman Tuhan disampaikan, dan
yang mendengar firman hanya sidang jemaat, itu salah. Siapa yang salah? Semuanya
salah, karena pemimpin rumah Tuhan tidak mau menegur.
Sampai pada akhirnya, Allah menolak Saul sebagai
raja atas Israel, umat-Nya, karena Saul hidup dalam penyembahan berhala, keras
hati, tidak mau melakukan perintah Tuhan.
Sebetulnya, imamat rajani adalah suatu kedudukan
yang sangat tinggi dan istimewa, tetapi karena kekerasan hati Saul, ia ditolak
sebagai raja atas Israel.
1 Samuel 15:10-11
(15:10) Lalu datanglah firman TUHAN
kepada Samuel, demikian: (15:11)
"Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia
telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit
hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.
Tuhan sangat menyesal karena menjadikan Saul
sebagai raja atas Israel.
Di atas tadi saya sudah sampaikan: Imamat rajani
adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa. Kalau kita melayani
Tuhan, itu adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa.
Tetapi kenyataannya, Saul tidak menghargai
kedudukan yang sangat tinggi ini. Tuhan pun menyesal. Bukan hanya Tuhan saja
yang menyesal. Nabi Samuel pun sebagai perpanjangan mulut lidah Tuhan sakit
hati.
Jadi, kalau seorang gembala sidang, pemimpin rumah
Tuhan, mungkin agak terlalu protektif melihat kesalahan seseorang, saudara
jangan tersinggung, sebab memang itu adalah hal yang wajar.
1 Samuel 15:17
(15:17) Sesudah itu berkatalah
Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu
sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN
telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?
Sebenarnya, kemurahan Tuhan atas Saul itu besar,
sebab sekalipun Saul kecil dan tidak layak, tetapi dia telah diurapi oleh Tuhan
menjadi raja.
Pendeknya: Kebenaran diri sendiri dan kekerasan
hati adalah penyembahan berhala.
Sebetulnya Saul itu kecil, tidak layak, tetapi
dilayakkan oleh Tuhan. Yang tidak layak menjadi layak, itu adalah kemurahan.
Kita kembali membaca 1 Korintus 12.
1 Korintus 12:2
(12:2) Kamu tahu, bahwa pada waktu
kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala
yang bisu.
Bangsa kafir tanpa berpikir, tanpa sadar digiring
kepada berhala-berhala yang bisu.
Seperti apa pun hebatnya pekerjaan itu, seperti
apa pun tingginya kedudukan dan jabatan, seperti apa pun banyaknya harta dan
kekayaan kita, tetapi kalau kita sudah memperoleh pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah, maka hati kita tidak akan mudah ditarik untuk semua hal-hal
itu.
Tuhanlah nomor satu (ibadah dan pelayanan nomor
satu). Kalau kita cari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya, maka
semuanya ditambahkan. Jadi, jangan pakai logika. Ikut Tuhan pakai hati, taruh
firman di dalam hati.
Dan di sini kita melihat; bangsa kafir ditarik
kepada berhala-berhala yang bisu. Sebaliknya, Tuhan kita tidak bisu. Tuhan kita
ada di sorga sedang melakukan pekerjaan yang ajaib.
Tetapi berhala itu bisu. Contoh, uang yang banyak
tidak dapat memberi pertolongan.
Mazmur 115:4-7
(115:4) Berhala-berhala mereka
adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, (115:5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata,
mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, (115:6) mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar,
mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, (115:7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba,
mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi
suara dengan kerongkongannya.
Perikop ayat ini adalah “Kemuliaan Hanya Bagi Allah.”
Jangan karena punya kedudukan, jabatan, pekerjaan,
lalu lupa Tuhan, jangan.
Bagaimana berhala bisu itu?
-
Mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata.
Sebaliknya, Tuhan kita hidup dan dapat
berkata-kata, saat ini Tuhan sedang berkata-kata, menasihati kita, supaya kita
berubah dan bertobat. Tetapi berhala itu bisu; manakala kita jatuh dalam
berbagai-bagai pencobaan, berhala tidak bisa menolong kita, sebaliknya, justru
berhala bisa membawa kita, menjerumuskan kita lebih parah lagi, “... mumpung ada uang.”
Mulailah berpikir cerdas. Oleh sebab itu, jangan
ngantuk-ngantuk saat dengar firman. Mungkin selama ini hanya mendengar cerita
dongeng saja dan yang enak-enak bagi daging saja, tetapi sekarang jangan begitu
lagi. Perhatikanlah pemberitaan firman Tuhan di mana ayat menjelaskan ayat.
Kalau terbuka rahasia firman, maka semua isi hati juga tersingkap, supaya hati
Tuhan menyatu dengan hati manusia; hati dengan hati menyatu.
- Mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat.
Sebaliknya, Tuhan kita punya mata. Tuhan melihat
kita sekarang. Tuhan melihat sampai ke dalaman hati, apakah kita
sungguh-sungguh mendengar firman atau kita hanya melamun saja, tetapi Tuhan
tahu. Sebaliknya, berhala tidak tahu; entah kita salah, entah kita jahat,
berhala tidak tahu dan tidak mau tahu, berhala tidak pusing dengan hal itu.
Tetapi Tuhan sedang mengamat-amati kita.
- Mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar.
Manakala kita dalam kesusahan yang sangat
menghimpit, lalu berteriak-teriak minta tolong kepada berhala, tetapi berhala
tidak mendengar walaupun punya telinga. Pendeknya, berhala tidak memberi jalan
keluar.
- Mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium.
- Mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba.
Sebaliknya, Tuhan kita hidup. Manakala kita angkat
dua tangan, Dia turun tangan. Dalam segala persoalan yang kita hadapi, lalu
kita angkat tangan menyerah, maka Dia turun tangan, itu adalah tanda bahwa
Allah kita hidup.
- Mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan.
Berhala mempunyai kaki, tetapi tidak dapat
berjalan. Sebaliknya, Allah kita hidup, mempunyai kaki. Dia sudah melangkahkan
kaki-Nya sampai ke bukit Golgota sesuai dengan ketetapan firman Tuhan. Biar
kita melangkah sesuai dengan ketetapan
firman, step by step, sampai kepada
tujuan, masa depan cerah. Sedangkan berhala; ada emas, bahagia, tetapi tidak
ada emas, susah lagi, kemudian ada uang bahagia, habis uang susah lagi, dengan
kata lain; tidak punya ketetapan, tidak punya kaki dengan langkah-langkah yang
tepat. Tetapi Tuhan kita punya kaki dan ketetapan-Nya bisa kita ikuti terus.
-
Tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa: Bangsa
kafir, bangsa Moab, itulah Rut tadi, tanpa berpikir ditarik kepada
berhala-berhala yang bisu.
Mazmur 115:8
(115:8) Seperti itulah jadinya
orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.
Kalau hidup dalam penyembahan berhala, lebih
mengutamakan perkara lahiriah dari pada ibadah dan pelayanan, mengutamakan
hal-hal duniawi dari pada ibadah pelayanan, orang seperti ini tidak bisa
berbuat sesuatu yang baik di hadapan Tuhan. Jadi, sama-sama bisu.
Sudah sejauh mana kita berbuat di hadapan Tuhan?
Seperti apa ibadah dan pelayanan kita di hari-hari terakhir ini? Mengapa kita
tidak merasa bersalah? Tidak ada sesuatu yang baik yang kita lakukan untuk
Tuhan, kok kita tidak merasa
bersalah? Jauh dari Tuhan, berbuat sesuatu yang jahat, kok kita tidak merasa bersalah?
Kita ini manusia, ciptaan Allah yang paling mulia.
Seharusnya kita berlaku bijaksana, punya akal, gunakanlah dengan baik. Jangan
sama seperti berhala bisu.
Tetapi yang pasti, mereka yang hidup dalam
penyembahan berhala sama seperti berhala bisu; tidak bisa berbuat apa-apa.
-
Punya
mulut tidak digunakan untuk memuliakan Tuhan.
- Punya tangan tidak digunakan untuk melayani
pekerjaan Tuhan.
- Punya kaki tidak bisa mengikuti jejak-jejak Yesus
yang berdarah itu.
- Punya hidung tetapi tidak hidup dalam penyembahan
atau penyerahan diri kepada Tuhan.
-
Punya
mata tetapi tidak bisa melihat apa yang ada di depan mata.
Kesimpulannya: Penyembahan berhala membuat
seseorang menjadi kaku di hadapan Tuhan. Inilah keadaan dari bangsa kafir;
tanpa berpikir ditarik kepada berhala bisu.
Tuhan Yesus sudah mau datang. Lihat tanda-tanda
ini, pemuda-pemudi tidak bisa lagi bergantung kepada harta dan kekayaan supaya
tidak binasa. Saya tidak sedang menakut-nakuti. Saya belum pernah melihat ular
kobra tiba-tiba muncul di daerah-daerah, saya belum pernah melihat gunung
meletus di mana-mana, saya belum pernah melihat
tsunami berulang-ulang terjadi, longsor, banjir. Tetapi sekarang saya
sudah melihat, sesuai dengan Matius 24, itu adalah tanda-tanda
kedatangan Tuhan.
Kita sudah melihat tanda kedatangan Tuhan, tetapi
mengapa masih anteng-anteng saja?
Saudara membuat nyawa saudara seperti binatang yang mudah sekali binasa.
Bagaimana sekarang, apakah ada rasa takut?
Kita kembali memperhatikan 1 Korintus 12.
1 Korintus 12:3
(12:3) Karena itu aku mau
meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah,
dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun,
yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh
Kudus.
Perlu untuk diketahui:
1. Tidak ada seorang pun yang
berkata-kata oleh Roh Allah (kalau dia penuh dengan Roh Kudus) dapat berkata: “Terkutuklah Yesus.”
2. Tidak ada seorang pun yang
mengaku: “Yesus adalah Tuhan” selain
Roh Allah.
Intinya adalah jika tidak memiliki Roh Tuhan, maka
bangsa kafir (bangsa Moab) menjadi kaku dan membisu, alias tidak dapat berbuat
apa-apa di hadapan Tuhan.
Untung kita saat ini berada dalam kegiatan Roh,
sehingga kita dapat memuji Tuhan, mengaku: “Yesus
adalah Tuhan”, karena kita ada di tengah-tengah kegiatan Roh. Dan
sebaliknya, kalau kita penuh dengan Roh Kudus, kita tidak mungkin berkata: “Terkutuklah Tuhan.”
Habakuk 2:18
(2:18) Apakah gunanya patung
pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar
dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala
bisu belaka yang dibuatnya.
Hati-hati. Kalau kita melihat seorang hamba Tuhan
di tengah ibadah pelayanannya lebih mengutamakan perkara lahiriah, itulah yang
disebut pengajar palsu, yang sedang mengajarkan tentang penyembahan berhala
kepada sidang jemaat.
Sidang jemaat tidak diajar soal memikul salib,
tetapi bercerita soal berkat berkat berkat, dari minggu ke minggu yang
disampaikan kepada sidang jemaat adalah soal berkat berkat berkat. Padahal
sudah jelas; carilah dahulu Kerajaan Sorga, maka berkat menyusul.
Di sini kita melihat: Pengajar palsu berbicara
soal perkara lahiriah saja, sedang mengajari sidang jemaat untuk menyembah
berhala yang bisu.
Habakuk 2:19
(2:19) Celakalah orang yang berkata
kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah batu bisu:
"Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan
emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya.
“Masakan dia
itu mengajar?” Masakan berhala bisa mengajar kita?
Belajar untuk menyembah Allah yang hidup. Jangan
lagi menyembah berhala, sebab berhala yang bisu tidak bisa mengajar. Manakala
kita salah dalam ucapan, manakala tersirat sesuatu yang najis dalam hati dan
pikiran, berhala tidak bisa mengajar. Yang ada justru berhala menarik kita
jatuh dalam dosa yang paling dalam.
Sebab itu, terkutuklah orang yang berkata kepada
sepotong kayu: "Terjagalah!" dan
kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!",
sebab berhala tidak bisa mengajar kita manakala kita berbuat kesalahan.
“Memang ia
bersalutkan emas dan perak”, mewah dan indah, namun berhala tetap bisu,
tidak bisa mengajar.
Saya sedikit miris kalau melihat anak Tuhan, oleh
karena sesuatu yang kemilau karena dilapisi perak dan emas, umpama karena
kedudukan jabatan, tinggalkan ibadahnya, bahkan dia tukarkan kepercayaannya
kepada kepercayaan yang lain, terlalu miris hati saya melihat hal seperti ini.
Mungkin, hal ini terjadi karena kurangnya didikan orang tua.
Mungkin orangtua tidak bisa mendidik dengan
firman, tetapi sekarang saudara sudah datang ke sini, ayo, beri diri untuk
dididik oleh firman.
Terlalu miris, hanya untuk menjadi artis saja,
seseorang meninggalkan Tuhannya. Itu adalah kemilauan yang dibungkus dengan
emas atau perak. Menyedihkan sekali. Tinggal tunggu waktu-Nya nanti, Tuhan itu
ada, Dia akan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan perbuatan-Nya,
sebab Dia itu hidup. Apa buktinya? Tuhan sedang mengajar kita sekarang.
Mulai sekarang, jangan meninggalkan ibadah dan
pelayanan karena berhala. Tuhan kita hidup dan Dia sedang mengajar
kita sekarang.
Walaupun kemilau, tetapi jangan silau, entah itu
kedudukan, entah itu jabatan, uang, harta, jangan silau terhadap perkara itu,
sebab ia tetap berhala bisu. Tidak bisa mengajar, tidak bisa mendidik kita
manakala kita salah.
Kemudian, “Roh tidak ada sama sekali di dalamnya”, itulah sebabnya berhala itu mati,
karena roh tidak ada di dalamnya. Daging itu mati, roh yang menghidupkannya.
Selayaknya kita bersyukur kepada Tuhan, karena
Tuhan memberi pengertian yang benar kepada kita. Tuhan tidak memberi pengertian
yang aneh-aneh kepada kita.
Lebih jauh kita melihat soal berhala ini.
Kisah Para Rasul 17:29-30
(17:29) Karena kita berasal dari
keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama
seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan
keahlian manusia. (17:30) Dengan tidak
memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada
manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.
Keadaan ilahi, yakni; Allah Abraham, Ishak, dan
Yakub tidak sama seperti emas atau perak atau batu.
Jangan bodoh lagi, sebab Tuhan sudah mengajar
kita, Dia adalah Allah yang hidup. Berhala tidak bisa mengajar kita untuk lebih
bijaksana menyikapi apa yang sudah kita dengar malam ini.
Setiap orang harus bertobat sekarang ini. Jangan
berada di masa kebodohan, yakni seperti kebodohan bangsa kafir, bangsa Moab,
hidup dalam penyembahan berhala, karena kemilau dari emas, kemilau dari perak,
karena kemilau dari patung-patung pahatan yang lain.
Tetapi jangan salah, di sini dikatakan: Tidak
boleh berpikir bahwa keadaan Ilahi sama seperti emas atau perak atau batu
ciptaan kesenian dan keahlian manusia. Kita adalah ciptaan Allah, maka kita
tidak boleh berpikir bahwa keadaan ilahi atau Allah yang hidup sama seperti
emas, perak atau batu ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
Pendeknya: Keahlian dan keterampilan manusia dalam
bidang apa saja tidak sama dengan kuasa Ilahi.
Seseorang bisa memiliki pendidikan yang tinggi
sampai doktor, silahkan, itu bagus, tetapi dia tidak bisa mengajar kita untuk
lebih benar, lebih baik, lebih suci dan mulia.
Jadi, emas dan perak jangan disamakan dengan
keadaan Ilahi, itu tidak sama. Dahulu saya silau melihat orang kaya, sekarang
tidak. Saya mengasihi si A dan mengasihi si B, tanpa melihat latar belakang,
karena Tuhan ku kaya. Berbeda dengan mereka yang masih dalam penyembahan
berhala, silau melihat kekayaan, silau melihat kedudukan, harta dan sebagainya.
1 Korintus 6:9B-10
(6:9) Atau tidak tahukah kamu,
bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah,
banci, orang pemburit, (6:10)
pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah.
Pendeknya: Mereka yang hidup dalam penyembahan
berhala tidak masuk sorga. Jadi, jangan bergantung kepada berhala. Sekalipun
kemilau, jangan silau, karena mereka yang hidup dalam penyembahan berhala tidak
masuk sorga, berarti; masuk neraka, sampai kapan? Apakah Seratus tahun? Apakah
Seribu tahun?
Jawabnya; Selama-lamanya menderita di neraka.
Tetapi kalau kita bebas dari berhala bangsa kafir,
bangsa Moab, maka selama-lamanya bahagia berada di dalam Kerajaan Sorga, bahkan
kebahagiaan itu lebih dari apa yang kita bayangkan. Tetapi kalau menderita di
neraka, panasnya lebih panas dari dapur api. Maka, jangan berpikir pendek.
Mulai sekarang, belajar dewasa, berpikir panjang. Tuhan sedang mengajar kita
sekarang.
Saya berharap sekali kepada Tuhan Yesus, kiranya
firman ini berkuasa di dalam hati kita masing-masing, dimeteraikan oleh Roh
Kudus supaya jangan berlalu begitu saja.
Jalan keluar supaya tidak binasa.
Tentang Rut 1:1-6 berbicara tentang Naomi
tinggalkan Betlehem dan berada di Moab. Kemudian setelah berada di Moab,
Elimelekh, suaminya, mati, serta kedua anaknya, setelah menikahi perempuan
Moab, Mahlon dan Kilyon juga mati. Tetapi pada ayat 7 ...
Rut 1:7
(1:7) Maka berangkatlah ia dari
tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya. Ketika
mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda,
Naomi pulang ke Betlehem, tanah Yehuda, bersama
dengan kedua menantunya, yakni Orpa, isteri dari Kilyon (yang sudah mati), dan
Rut, isteri dari Mahlon (yang juga sudah mati).
Rut 1:14-17
(1:14) Menangis pula mereka dengan
suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap
berpaut padanya. (1:15)
Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para
allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu." (1:16) Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan
engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke
situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku
bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; (1:17) di mana engkau mati, aku pun
mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN
menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun
memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
Akhirnya Rut mau menyembah Allah Israel. Dibutuhkan
penyerahan diri. Jangan bertahan dalam kebodohan. Kalau memang penyembahan
berhala itu salah, jangan bertahan di situ. Masa depanmu bukan berada pada
berhala, melainkan di dalam Tuhan.
Sekalipun bodoh dalam pelajaran, tetapi jika
engkau sungguh-sungguh dalam Tuhan, maka masa depanmu cerah dalam Tuhan.
Mungkin ijazahmu tidak seberapa, susah cari kerja, oleh sebab itu
sungguh-sungguh dalam Tuhan.
Mulai sekarang, belajar seperti Rut, bangsa Moab
(bangsa kafir), yang berkata kepada Naomi:
-
“Bangsamulah bangsaku.”
- “Allahmulah Allahku.”
-
“Di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di
sanalah aku dikuburkan.”
Tentang: “Bangsamulah bangsaku.”
Sementara kedudukan dari bangsa Israel di hadapan
Tuhan adalah:
1.
Disebut umat kepunyaan Allah.
Umat kepunyaan Allah, berarti; imamat rajani,
bangsa yang terpilih -> orang-orang yang melayani Tuhan.
1 Petrus 2:9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa
yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan
yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terang-Nya yang ajaib:
Umat kepunyaan Allah, berarti
pelayan Tuhan, tugasnya adalah memberitakan salib, itulah kedudukan bangsa
Israel.
Tidak boleh lagi hanya duduk diam dengar firman,
harus ambil bagian dalam pelayanan, di mana tugasnya adalah memberitakan salib
di manapun kita berada. Jangan beritakan yang aneh-aneh baik dari mulut maupun
dari perbuatan ini.
2. Disebut pasukan Tuhan.
Pasukan Tuhan, berarti; tentara Tuhan (laskar
Kristus). Apapun yang terjadi, terus berjuang di dalam hal perjuangan rohani,
tidak boleh kalah terhadap dosa-dosa.
Di dalam pelayanan kepada Tuhan, itu sama dengan
sedang berjuang. Apa yang kita perjuangkan? Yaitu hidup rohani kita. Berjuanglah
untuk hidup rohani kita dari dosa yang ditimbulkan oleh musuh, yaitu;
- Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan sehingga mematikan rohani.
- Daging dengan keinginannya, yang adalah musuh dalam selimut.
-
Iblis atau Setan, itulah roh jahat dan roh najis.
Pernyataan; “Bangsamulah bangsaku”, itu bukanlah tulisan (huruf yang
mati) saja, tetapi setelah ditelaah, Dia hidup, sebab kedudukan bangsa Israel
di hadapan Tuhan adalah umat kepunyaan Allah dan pasukan Tuhan.
Mulai sekarang, berkatalah kepada Tuhan: “Bangsamulah bangsaku”, seperti Rut berkata
kepada Naomi.
Tentang: “Allahmulah Allahku.”
Artinya, Allah yang kita sembah adalah Allah
Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub = Allah yang hidup, Allah yang berkuasa,
Tuhan dan Juruselamat, yang berdaulat untuk kehidupan kita masing-masing.
Tentang: “Di mana engkau mati, aku pun mati di sana,
dan di sanalah aku dikuburkan.”
Berarti, tidak terpisah dari kasih Kristus. Apa
yang sudah dipersatukan oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh apapun kecuali
maut -> Roh Mempelai.
Setelah menyatakan hal itu, mari kita perhatikan ayat
18.
Rut 1:18-19,22
(1:18) Ketika Naomi melihat, bahwa Rut
berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata
kepadanya. (1:19) Dan berjalanlah
keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke
Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan
berkata: "Naomikah itu?" (1:22)
Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan
Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah
mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.
Akhirnya, tibalah Naomi dan Rut di Betlehem.
Apa itu Betlehem? Betlehem adalah rumah roti,
sebab di situlah Yesus lahir. Berarti, terjadilah natal. Biarlah kiranya kita
juga boleh mengalami natal.
Mikha 5:1-4
(5:1) Tetapi engkau, hai Betlehem
Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit
bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah
sejak purbakala, sejak dahulu kala. (5:2)
Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan
telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada
orang Israel. (5:3) Maka ia akan
bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN,
dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang
ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, (5:4)
dan dia menjadi damai sejahtera. Apabila Asyur masuk ke negeri kita dan apabila
ia menginjak tanah kita, maka kita akan membangkitkan melawan dia tujuh
gembala, bahkan delapan pemimpin manusia.
Singkatnya: Kelahiran Yesus Kristus akan
memerintah sebagai Raja, melepaskan kita dari segala penindasan, itulah natal.
Kemudian, menggembalakan kita dengan kekuatan-Nya.
Biarlah kehidupan muda remaja menjadi suatu
kehidupan domba yang tergembala. Kalau kita tergembala, maka kehidupan kita,
kehidupan domba-domba terpelihara. Kembalilah kepada gembala yang memelihara
jiwa, sesuai 1 Petrus 2:24.
Inilah arti natal bagi kita semua lewat teladan
dari pada Rut, bangsa Moab, sebab silsilah Yesus terkait dengan empat rahim
dari perempuan bangsa kafir.
1 Petrus 2:24-25
(2:24) Ia sendiri telah memikul
dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah
mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah
sembuh. (2:25) Sebab dahulu
kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada
gembala dan pemelihara jiwamu.
Dahulu sesat karena tidak tergembala, tetapi
sekarang kita tergembala dalam satu kandang penggembalaan. Tidak boleh liar
dengan memasuki semua kandang-kandang. Harus berada dalam satu kandang
penggembalaan, tergembala dengan baik dengan satu gembala.
“Kembali kepada gembala”, berarti Yesus lahir, itulah Natal. Selain Raja,
Yesus juga adalah Gembala, oleh sebab itu, tergembalalah, maka Tuhan akan
pelihara, bahkan masa depan terjamin.
Segala kebutuhan, masa depan, jodoh, soal
pekerjaan, segala sesuatunya ditanggung oleh Tuhan, asal kembali kepada Tuhan,
tergembala dengan baik, maka dipelihara dan dijamin oleh Tuhan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel
U. Sitohang
No comments:
Post a Comment