KITAB RUT
(Seri: 72)
Subtema: RUT
MELAYANI TANPA KENAL LELAH DISERTAI KERENDAHAN HATI
Shalom.
Salam
sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita pribadi lepas
pribadi.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada. Dan oleh
karena itu, mari kita berdoa memohon dengan rendah hati kepada Tuhan, supaya
kiranya Tuhan membukakan firman-Nya malam ini dalam Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci.
Segera saja
kita mendengar firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Sebelum kita
membaca Rut 2:15-16, terlebih dahulu kita membaca ayat 14.
Rut 2:14
(2:14) Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas
kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu ke
dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu, dan Boas
mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang,
bahkan ada sisanya.
Pada ayat
14, ada dua perkara yang telah Tuhan tunjukkan (nyatakan kepada kita),
yakni:
1. “Makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada
sisanya.”
2. Boas berkata: “... celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini.”
Dua perkara
itu merupakan pengalaman Rut di dalam melayani pekerjaan Tuhan di ladang Tuhan,
dan kiranya itu juga menjadi pengalaman kita di hari-hari terakhir ini.
Sesungguhnya,
Rut 2 dibagi menjadi dua bagian:
1.
Ayat 1-13, Rut sedang
memungut jelai gandum di ladang Boas, sama dengan; aktivitas Rut atau berada
dalam tahbisan.
2.
Ayat 14-23, Rut membawa gandum
yang berlimpah-limpah, sama dengan; hasil dari tahbisan itu sendiri.
Pendeknya, Rut
2:14 menceritakan bahwa Rut diberkati dalam kehidupan sehari-harinya.
Demikian
halnya dengan seorang pekerja; pasti diberkati oleh Tuhan, dipelihara oleh
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, karena Tuhan tahu apa yang menjadi kebutuhan
kita di dalam mengikuti Tuhan. Tuhan tahu segala sesuatu yang kita perlukan.
Sekarang,
kita akan memasuki ayat 15-16, untuk menikmati berkat yang telah Tuhan
sediakan bagi kita malam ini sebagai uluran dua tangan Tuhan yang menolong
kehidupan kita masing-masing, menolong hidup, ibadah, pelayanan, nikah, dan
rumah tangga kita masing-masing, sehingga ke depan kehidupan kita jauh lebih
berkenan kepada Tuhan. Itulah yang menjadi doa dan kerinduan kita masing-masing
tentunya.
Rut 2:15-16
(2:15) Setelah ia bangun untuk memungut pula,
maka Boas memerintahkan kepada pengerja-pengerjanya: "Dari antara
berkas-berkas itu pun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu; (2:16) bahkan haruslah kamu dengan
sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan
meninggalkannya, supaya dipungutnya; janganlah berlaku kasar terhadap
dia."
Terlebih
dahulu kita memperhatikan kalimat pada ayat
15A, yakni: “Setelah ia
bangun untuk memungut pula.”
Ketika waktu
makan, Rut tidak berlama-lama untuk menggunakan waktu makannya. Tetapi sesudah
selesai waktu makan, di sini kita perhatikan: “Setelah ia bangun untuk memungut pula”, menunjukkan bahwa Rut
adalah pribadi yang tidak lupa diri, sebaliknya Rut adalah pribadi yang tidak
pernah mengenal lelah.
Sebenarnya,
kalau kita perhatikan dalam;
-
Rut 2:10,13, Rut mendapat
belas kasihan sebagai tanda perhatian Boas kepada Rut.
-
Rut 2:11, Rut mendapat
pujian dari Boas.
Namun
sekalipun demikian, Rut tetap saja tidak lupa diri. RUT ADALAH RUT, maksudnya;
Rut adalah pribadi yang tidak mengenal lelah untuk bekerja di ladang Tuhan,
tidak ada kata menyerah untuk bekerja di ladang Tuhan. Dia tidak termakan
pujian dan hormat. Dia tidak terlena menggunakan waktu makan dengan lama-lama.
Inilah yang dicari oleh Tuhan dari seorang pekerja di ladang Tuhan.
Kiranya roh
Rut semacam ini ada di dalam diri kita masing-masing setelah mendengar apa yang
kita terima dari Tuhan malam ini.
Ini adalah
suatu contoh yang baik bagi kita, oleh sebab itu jangan sampai berkat-berkat
yang kita peroleh membatasi kita untuk terus bekerja di ladang Tuhan.
Rut 2:7B
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku
memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang
penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi
sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti."
“Begitulah ia datang dan terus sibuk dari
pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti”, artinya; Rut itu
tidak pernah mengenal kata lelah.
Saat susah
dan pada saat sudah terberkati, Rut tetaplah Rut, pribadi yang tidak mengenal
rasa lelah.
Roma 12:10
(12:10) Hendaklah kamu saling mengasihi
sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
“Saling
mendahului dalam memberi hormat”, berarti; di dalam melayani Tuhan, saling
merendahkan diri. Jangan saling menonjolkan diri, jangan tunggu-tunggu untuk
dihormati. Jangan tunggu-tunggu untuk menerima pujian dan lain sebagainya,
melainkan saling merendahkan diri di dalam melayani Tuhan.
Roma 12:11
(12:11) Janganlah hendaknya kerajinanmu
kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Kerajinan
tidak menjadi kendor, sama dengan; roh yang menyala-nyala di dalam melayani
Tuhan dan pekerjaan-Nya. Itulah kehidupan Rut, tidak pernah mengenal lelah di
dalam melayani Tuhan dan pekerjaan di dalam ladang Tuhan.
Biarlah
kiranya kita terus bernyala-nyala, berkobar-kobar di dalam melayani Tuhan dan
melayani pekerjaan Tuhan.
Keluaran
3:2-3
(3:2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri
kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia
melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan
api. (3:3) Musa berkata:
"Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat
itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?"
“Semak duri
itu menyala, tetapi tidak dimakan api”, artinya; sekalipun
kita ini adalah bangsa kafir, tetapi di dalam melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya,
tetap dengan roh yang menyala-nyala, kerajinan tidak menjadi kendor.
Kalau
kerajinan tidak menjadi kendor atau melayani dengan roh yang menyala-nyala, itu
merupakan penglihatan yang hebat. Kalau kerajinan menjadi kendor, beribadah
bermalas-malasan, melayani dengan terpaksa, atau melayani karena kepentingan,
itu bukan penglihatan yang hebat.
Semak duri
adalah gambaran dari bangsa kafir. Rut adalah bangsa Moab, bangsa kafir.
Keluaran 3:4
(3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa
menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak
duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya,
Allah."
Di sini kita
perhatikan: “Berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepada Musa”,
artinya; kalau kita melayani Tuhan dengan roh yang bernyala-nyala, pada saat
itu juga kita dapat mendengar langsung suara Tuhan.
Banyak orang
Kristen merindu dan mendambakan untuk dapat mendengar suara Tuhan dengan jelas,
tetapi ia tidak dapat mendengar, sama seperti orang yang mempunyai telinga
tetapi tidak dapat mendengar, sama seperti orang yang mempunyai mata tetapi
tidak dapat melihat. Banyak kehidupan orang Kristen semacam ini.
Tetapi bagi
orang yang melayani Tuhan tanpa kenal lelah, kerajinan tidak menjadi kendor,
melayani dengan roh yang menyala-nyala; ia akan mendengar suara Tuhan pada saat
Tuhan berseru. Dengan mudah sekali mendengarkan suara Tuhan pada saat Tuhan
berseru.
Dulu,
sebelum saya terpanggil menjadi seorang hamba Tuhan, saya mendambakan Tuhan
selalu berseru, berkata-kata kepada saya, tetapi itu tidak pernah saya terima.
Tetapi sekarang saya mengerti; setiap kali kita melayani Tuhan dengan roh yang
bernyala-nyala, Tuhan berseru, dan kita langsung mendengarkan suara-Nya itu.
Itu saya alami sendiri, sehingga saya mudah sekali mengerti tentang segala
sesuatu yang ada di sekitar saya, karena Tuhan yang memberitahukan.
Keluaran
3:6-7
(3:6) Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah
ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi
mukanya, sebab ia takut memandang Allah. (3:7)
Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan
umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang
disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan
mereka.
Allah
berseru kepada Musa tentang kesengsaraan dan penderitaan yang dialami oleh
bangsa Israel di tanah Mesir. Berarti, kalau kita melayani Tuhan dengan roh
yang bernyala-nyala atau tidak mengenal lelah di dalam melayani pekerjaan
Tuhan; kita dengan mudah mengerti tentang kesengsaraan dan penderitaan orang
lain, dengan kata lain; peka terhadap kesusahan orang lain.
Kalau orang
bebal, kehidupan orang yang di luar Tuhan, senantiasa hidup bergelimpangan
dosa, dia tidak peka terhadap kesusahan orang lain, tidak peka dengan sengsara
orang lain, tidak peka dengan penderitaan orang lain.
Banyak orang
menderita dan sengsara karena diperbudak dosa, sama halnya seperti bangsa
Israel, mereka mengalami kesengsaraan dan penderitaan karena mereka diperbudak
dengan kerja paksa di Mesir oleh pengerah-pengerah yang ada di Mesir. Tetapi
kehidupan seorang hamba yang melayani tanpa mengenal lelah, melayani dengan roh
yang menyala-nyala, dia mengerti tentang kesengsaraan orang lain, mengerti
tentang penderitaan orang lain, mengerti kesusahan hati orang lain, tidak
bebal.
Siapapun
sidang jemaat yang datang ke pastori, saya langsung mengerti isi hatinya dari
raut wajahnya dan dari sorot matanya. Dan kalau saya tahu dia dalam kesusahan,
saya langsung tanya: “Mengapa? Ada apa?”
Itu tidak bisa dipungkiri. Saya tidak boleh berdiam diri. Harus belajar untuk
mengerti kesusahan orang lain.
Ibrani 5:1
(5:1) Sebab setiap imam besar, yang dipilih
dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan
Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.
Seorang imam
ditetapkan untuk melayani Tuhan dan kedudukannya berada di antara Allah dengan
manusia berdosa untuk memperdamaikan manusia berdosa kepada Allah.
Ibrani 5:2
(5:2) Ia harus dapat mengerti orang-orang
yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh
dengan kelemahan,
Seorang imam
harus mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat. Mengapa?
Karena seorang imam juga tidak luput dari kelemahan-kelemahannya.
Mengapa kita
harus mengampuni orang yang bersalah? Karena kita juga tidak luput dari dosa,
kejahatan, dan kesalahan-kesalahan.
-
Orang yang
jahil,
menunjuk; pengganggu. Jangan ada di antara kita yang mengganggu, mengambil
damai sejahtera dari orang lain.
-
Orang yang
sesat,
menunjuk; orang yang tidak berjalan di jalan Tuhan, dengan lain kata; menurut
kata hati, menuruti keinginan di hati saja. Elimelekh bersama isteri (Naomi)
dan dua anaknya pernah sesat, karena dia menuruti keinginan hatinya. Baru saja
bangsa Israel, termasuk Betlehem, Efrata mengalami resesi, kekeringan,
Elimelekh segera saja mengambil jalannya sendiri. Akhirnya, dalam kesesatan itu
banyak pengalaman kematian dan penderitaan yang dialami.
Praktek mendengar suara Tuhan.
Keluaran
3:4-6
(3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa
menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri
itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah."
(3:5) Lalu Ia berfirman:
"Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu,
sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." (3:6) Lagi Ia berfirman: "Akulah
Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi
mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Ada tiga
praktek atau tindakan Musa saat mendengar suara Tuhan.
1.
Musa berkata: “Ya,
Allah”.
2. Musa
menanggalkan kasutnya.
3.
Musa menutupi mukanya.
Selanjutnya,
mari kita simak tiga perkara di atas tersebut.
Keterangan:
MUSA BERKATA: “YA, ALLAH.”
Setelah
mendengar suara Allah, musa menjawab: “Ya,
Allah”, menunjukkan bahwa; Musa adalah pribadi yang dengar-dengaran.
Biarlah kiranya kita melayani Tuhan dan melayani pekerjaan-Nya disertai dengan
roh yang dengar-dengaran.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan
berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak
mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
“Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin
lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”, artinya;
kalau seorang hamba Tuhan dengar-dengaran, maka kehendak Allah terlaksana
olehnya.
Masih banyak
pekerjaan Tuhan yang belum terlaksana di dalam ibadah pelayanan dalam
penggembalaan yang Tuhan percayakan ini.
Tidak ada
artinya seorang hamba melayani tuannya tanpa dengar-dengaran. Melayani dengan
segala jerih lelah tanpa dengar-dengaran, tidak ada artinya. Bahkan sekalipun
ia mengerjakan banyak pekerjaan di tengah ibadah pelayanan itu, tetapi jika ia
tidak dengar-dengaran; tidak ada artinya. Membawa korban di atas mezbah
banyak-banyak, kalau ia tidak dengar-dengaran, justru memperbanyak mezbah itu
akan memperbanyak dosanya.
Maka
alangkah bodoh sekali kalau seseorang melayani dengan jerih lelah tetapi tidak
dengar-dengaran. Apa upah yang kita
dapat dari Tuhan? Apakah hanya sebatas kesenangan, kepuasan di dalam hati saja
upah yang harus kita peroleh? Memang sepertinya kalau kita melakukan semuanya
itu, puas hati, tetapi hati Tuhan tidak puas. Tetapi itu tidak ada artinya?
Bukankah
kita melayani Tuhan hanya untuk menyenangkan hati Tuhan. Oleh sebab itu,
belajarlah bijaksana. Tidak boleh beribadah dan melayani secara rutinitas,
sebab kita akan menerima upah dari sorga, bukan dari saya.
Perlu untuk
diketahui: Kalau seorang hamba melayani tetapi tidak dengar-dengaran, suka
mendahului kehendak Allah. Tuhan tidak suka dengan hamba yang seperti ini,
sekalipun dia banyak mempersembahkan persembahannya di atas mezbah.
Yesaya
53:10-11
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan
dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban
penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan
kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. (53:11)
Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku
itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya,
dan kejahatan mereka dia pikul.
Melayani
disertai dengan roh dengar-dengaran, hasilnya; membenarkan banyak orang oleh
hikmatnya, yakni sengsara salib yang ditanggungnya.
“Tetapi TUHAN berkehendak”, berarti;
supaya kehendak Tuhan nyata, maka kita harus menanggung banyak penderitaan.
Yesaya 53:12
(53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang
besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai
jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam
maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia
menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.
Siapa yang
merindu, Tuhan bagikan kepada kita di tengah ibadah pelayanan ini, orang-orang
besar sebagai rampasan? Belajar dengar-dengaran kepada Tuhan. Jangan mendengar
suara daging, apalagi roh jahat dan roh najis, karena tujuan kita melayani
adalah untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan manusia.
Dalam
kesempatan Ibadah Doa Penyembahan, kita sudah berkali-kali mendengarkan
pemberitaan: “Jangan lagi kamu saling
mendustai”, tetapi rupanya kita masih saling mendustai. Mendustai hubungan
kita dengan Tuhan, menyangkali salib Tuhan, menyangkali kehendak Tuhan. Hati
Tuhan tidak puas.
Tetapi kalau
kita melayani dengan roh yang dengar-dengaran; hati Tuhan puas, sebab hasilnya;
membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, itulah sengsara salib yang dipikulnya.
Untuk apa kita melayani sesuai kehendak sendiri, memuaskan hasrat sendiri,
tetapi hati Tuhan tidak puas?
Jangan
kerjakan perbuatan sia-sia yang tidak ada artinya. Mari belajar memuaskan hati
Tuhan, jangan puaskan hati orang lain, lawan jenis.
Tetapi kalau
kita melayani Tuhan disertai dengan roh dengar-dengaran, hasilnya; membenarkan
orang dengan hikmatnya, yakni sengsara salib yang kita tanggung, kita pikul,
maka hati Tuhan puas. Belajar untuk memuaskan hati Tuhan mulai detik ini. Kita
melakukan firman adalah untuk Tuhan, bukan untuk dilihat orang lain.
Sehingga
Tuhan akan membagikan kepadanya;
-
Orang-orang besar sebagai rampasan.
-
Orang-orang kuat sebagai jarahan.
Kalau itu
ada di tengah ibadah pelayanan ini, kita enak (ringan) melayani Tuhan, tidak
lagi sengsara oleh karena kebodohan. Kita sanggup melakukan perkara yang besar
ke depan, kalau betul-betul kita melayani disertai dengan roh yang
dengar-dengaran.
Orang-orang
besar sebagai rampasan dan orang-orang kuat sebagai jarahan, itu adalah upah
bagi seorang hamba, kalau ia melayani disertai dengan roh dengar-dengaran.
Dengar-dengaran itu berarti banyak menanggung penderitaan.
Camkanlah
ini dengan baik. Biarlah perkara ini tertulis di dalam kepikiran-kepikiran
kita, menguasai alam pemikiran kita sepenuhnya. Jangan ada yang lain lagi.
Itulah kehidupan yang dimeteraikan, bagaikan 144.000 (seratus empat puluh empat
ribu) orang yang dimeteraikan, inti mempelai Tuhan.
Keterangan:
MUSA MENANGGALKAN KASUT.
Keluaran 3:5
(3:5) Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang
dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana
engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."
Tanggalkan
kasut dari kaki kanan dan kaki kiri, artinya; mengalami pengudusan baik lahir
maupun batin, sebab Musa berdiri di tempat kudus dan takhta kasih karunia atau
kemurahan.
Saat ini
kita sedang berdiri di tempat kudus. Kita sekarang berdiri di takhta kasih
karunia. Tanggalkan kasut dari kaki kanan dan kaki kiri, biarlah kita mengalami
penyucian lahir batin. Jangan hanya bagian kanan atau bagian kiri. Bukan hanya
sebelah luar, tetapi lahir batin mengalami pengudusan, karena kita sekarang
berdiri di tempat kudus, tempat kasih karunia.
Jadi, orang
yang hidup di dalam Tuhan, terkhusus mereka yang beribadah dan melayani di
tengah-tengah ibadah tersebut; full
kasih karunia, penuh dengan kasih karunia, penuh dengan kemurahan Tuhan. Kalau
seseorang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, berdiri di tempat kudus,
berdiri di takhta kasih karunia, pasti penuh dengan kasih karunia, tidak bisa
tidak.
Kalau melayani
tanpa kasih karunia, perlu dipertanyakan, perlu dikoreksi; ada apa? Mengapa
hari-hari bermasalah dan tidak pernah tuntas, baik keuangan, ekonomi dan lain
sebagainya, perlu dipertanyakan.
Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat:
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung
banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan
takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka.
Berdiri di
hadapan takhta kudus dan di hadapan takhta kasih karunia, tandanya:
1.
Memakai jubah putih.
2.
Memegang daun-daun palem.
Tentang: Memakai jubah putih, menunjuk; tabiat
dari seorang pelayan Tuhan (hamba Tuhan), yaitu hidup di dalam kebenaran dan
dipercaya. Pakaian itu adalah tabiat. Kita mengenal orang dari tabiatnya, dari
pakaiannya. Tabiat dari seorang pelayan Tuhan adalah hidup benar dan dipercaya.
Jangan sampai kita melayani, tetapi tidak hidup benar dan tidak bisa dipercaya,
suka main belakang, itu bukan jubah putih.
Wahyu 7:14
(7:14) Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan
mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah
orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci
jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Sumber dari
tabiat kebenaran dan dipercaya adalah senantiasa menjunjung tinggi korban
Kristus. Biarlah kiranya kita senantiasa menjunjung tinggi korban Kristus.
Kalau kita
perhatikan Zerubabel; dia dapat menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan yang di
Yerusalem. Zerubabel adalah seorang buangan yang dikembalikan ke Yerusalem,
dipercaya oleh Tuhan membangun rumah Tuhan di Yerusalem bersama dengan imam
Besar Yosua, dia dapat menyelesaikannya dengan baik. Bahkan gunung besar, semua
rata bagi Zerubabel. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi pelayanan
dari Zerubabel. Mengapa? Karena dia mengangkat batu utama, itulah batu penjuru,
dasar dari bangunan itu. Ketika di tangannya ada batu utama, orang yang
melihatnya itu berkata: Bagus, bagus
betul batu itu. Orang-orang ikut memuliakan korban Kristus.
Inilah yang
harus kita kerjakan di hari-hari terakhir ini; orang lain harus mengenal salib
Kristus. Ingat itu, jangan permalukan. Kita ini membawa nama Tuhan Yesus, baik
terhadap tetangga yang tidak mengenal Tuhan Yesus.
Jangan
telanjangi dirimu kepada mereka oleh karena kenajisan itu. Ayo, pakai jubah
putih, tabiat seorang pelayan Tuhan; hidup benar, dipercaya oleh Tuhan.
Jangan
merasa diri benar dengan ukuran kebenaran diri sendiri. Kita semua sudah
belajar dari sebatang buluh, lewat kitab Wahyu 11:1, menjadi tongkat
pengukur, tetapi itu sudah terlebih dahulu mengena ke kepala Yesus, Dia sudah
menanggung penderitaan, itu adalah tolak ukurnya, bukan kebenaran diri sendiri.
Tentang: Memegang daun-daun palem, menunjukkan
bahwa; seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan menghargai bahkan menghormati
ibadah dan pelayanan, itulah hari perhentian.
Seorang
pelayan Tuhan menghargai dan menghormati hari perhentian, yakni ibadah dan
pelayanan. Kalau melayani tetapi tidak mengerti untuk menghargai dan
menghormati ibadah dan pelayanan, saya kira perlu dipertanyakan; benar-benar
mau melayani Tuhan atau tidak?
Wahyu 7:15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan
takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia
yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Kalau kita
mau menghargai, mau menghormati ibadah dan pelayanan, barulah kita layak
berdiri di hadapan takhta Allah dan dipercaya untuk melayani Dia siang malam di
Bait Suci-Nya. Sampai pada akhirnya, Ia
yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka,
artinya; Tuhan diam di antara mereka, sama dengan; Tuhan diam bersama-sama
dengan mereka.
Kalau Tuhan
diam di tengah-tengah mereka, ada di antara mereka, berarti Tuhan menjadi Raja
dan berkuasa atas kehidupan mereka, dengan demikian; nyatalah kemuliaan Allah.
Kalau Tuhan ada di antara kita, di tengah-tengah nikah dan rumah tangga, di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan ini, nyatalah kemuliaan
Allah.
Inilah yang
kita syukuri dari Tuhan Yesus; Dia yang duduk di atas takhta-Nya itu
membentangkan kemah-Nya di antara mereka. Artinya, Tuhan diam di antara mereka
atau bersama-sama dengan mereka, berarti; nyata kemuliaan Allah.
Apa tanda
nyata kemuliaan Allah? Dosa tidak lagi berkuasa, otomatis, dukacita,
perkabungan, ratap tangis, tidak ada lagi.
Keterangan:
MUSA MENUTUPI MUKANYA.
Keluaran 3:6
(3:6) Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah
ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi
mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Setelah
mendengar pernyataan Allah yang mengakui diri-Nya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Allah Israel, lalu Musa
menutup: mukanya.
Menutup:
mukanya, menunjukkan bahwa Musa adalah seorang hamba yang takut akan Tuhan,
merasa diri tidak layak, merasa diri sebagai orang yang paling berdosa, sebab
tidak ada seorang pun yang dapat melihat Allah.
Seorang
hamba harus memiliki roh takut akan Tuhan, sama dengan; takut berbuat dosa.
Takut akan Tuhan bukan berarti kita harus bersembunyi di kolong jembatan,
bersembunyi di kolong tempat tidur, atau bersembunyi di kolong apa saja. Tetapi
takut akan Tuhan itu sama dengan takut berbuat dosa. Sekecil apapun dosa itu
dia tidak berani lagi.
Mengapa kita
harus takut akan Tuhan? Sebab Allah yang kita sembah adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub,
sama dengan; Allah yang hidup.
Kita tidak
perlu takut kepada berhala-berhala. Berhala perak dan emas atau berhala-berhala
apapun tidak perlu takut. Justru berhala-berhala ini menyeret seseorang untuk
jatuh ke berbagai-bagai dosa, sebab itu kita tidak perlu takut kepada berhala,
karena Allah yang kita sembah adalah Allah
Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Allah yang hidup.
Apa tandanya
Allah kita hidup? Dia berkuasa untuk menyelamatkan, untuk membebaskan kehidupan
kita dari dosa, sebab Dia telah mencurahkan darah-Nya di atas kayu salib.
Kehidupan kita ini sudah ditebus dari perbuatan sia-sia, dosa yang diwariskan
dari nenek moyang, bukan dengan barang yang fana, bukan dengan perak dan emas,
bukan dengan berhala, bukan dengan yang lain-lain, melainkan oleh darah
Kristus, yang sama dengan darah Anak Domba yang tak bercacat, tak bernoda, dan
tak bercela.
Memang kita
selayaknya harus takut akan Tuhan, sebab Dia adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Allah yang hidup. Apa
tanda Dia adalah Allah yang hidup? Darah-Nya telah tercurah di atas kalvari
untuk menebus kehidupan kita yang berdosa dari perbuatan yang sia-sia yang
diwariskan dari nenek moyang.
Kalau
warisan itu emas batangan berkilo-kilo, itu bagus, tetapi ini adalah perbuatan
sia-sia. Tetapi darah Yesus sanggup membebaskan kita dari dosa warisan.
Matius 22:29
(22:29) Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat,
sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!
Orang-orang
Saduki sesat; tidak mengerti Kitab Suci dan tidak mengerti kuasa Allah.
Matius
22:30-33
(22:30) Karena pada waktu kebangkitan orang tidak
kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. (22:31) Tetapi tentang kebangkitan
orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia
bersabda: (22:32) Akulah Allah Abraham,
Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah
orang hidup." (22:33) Orang
banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.
Allah yang
kita sembah adalah Allah Abraham, Allah
Ishak dan Allah Yakub, Allah orang hidup.
Orang hidup,
artinya; berada dalam suasana kebangkitan. Tanda suasana kebangkitan;
1.
Sama seperti malaikat; tidak
punya tulang, tidak punya daging dan darah, artinya; tidak hidup lagi menurut
hawa nafsu dan keinginan daging. Pikirannya sudah pikiran rohani, perasaannya
sudah perasaan rohani, tidak terlihat lagi tabiat daging, sama dengan; manusia
rohani.
2.
Hidup suci, dengan lain kata;
lepas dari dosa kawin dan mengawinkan, sama dengan; lepas dari dosa kenajisan.
Itulah orang
yang hidup (suasana kebangkitan), dan Allah yang hidup disembah oleh orang yang
hidup (berada dalam suasana kebangkitan).
Syarat melayani Tuhan dengan roh yang
menyala-nyala.
Keluaran 3:1
(3:1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan
kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia
menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung
Allah, yakni gunung Horeb.
“Adapun Musa, ia biasa menggembalakan
kambing domba Yitro, mertuanya.”
Kata “biasa”
bukan menunjuk suatu kebiasaan atau rutinitas, bukan ibadah rutinitas, bukan
ibadah Taurat, bukan ibadah lahiriah. “Biasa
menggembalakan”, artinya; dalam hal tergembala dalam sebuah penggembalaan
sudah mendarah daging.
Kalau
seseorang yang tergembala sudah mendarah daging, akan merasa kurang pas ketika
berada jauh dari ruang lingkup penggembalaan, ada sesuatu yang kurang pas dalam
dirinya. Tetapi kalau tergembala itu belum mendarah daging, sekalipun dia tidak
beribadah, tidak melayani, itu biasa. Tidak tertuduh, tidak merasa bersalah.
Tetapi di sini kita melihat; Musa itu biasa menggembalakan kambing domba Yitro,
mertuanya. Jadi, tergembala itu sudah mendarah daging, tergembala itu sudah
menjadi nafas hidup, sehingga kalau jauh dari ruang lingkup penggembalaan ada
sesuatu yang kurang pas.
Saya juga
begitu, kalau saya jauh dari ibadah / tidak melayani, karena mengikuti kegiatan
di luaran sana, rasanya ada sesuatu yang kurang, pikiran saya tidak tenang,
apalagi memikirkan keadaan kawanan domba dalam kandang penggembalaan ini;
bagaimana nanti jika datang serigala yang buas?
Dalam
susunan TABERNAKEL, penggembalaan terkena kepada RUANGAN SUCI. Di dalamnya
terdapat tiga macam alat;
1.
Meja Roti Sajian.
2. Pelita Emas.
3.
Mezbah Dupa.
Tiga alat
tersebut berbicara tentang ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, antara
lain;
1. MEJA
ROTI SAJIAN, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai
dengan perjamuan suci, itulah persekutuan dengan firman Allah dan persekutuan
dengan tubuh dan darah Yesus, sama dengan; domba-domba diberi makan sehingga
ada kekuatan.
Kalau
domba-domba lapar, tidak ada kekuatan. Kalau domba-domba diberi makan; ada
kekuatan, terkhusus untuk menghadapi dosa. Demikian juga kalau kita menikmati
makanan sehat akan memberi pertumbuhan rohani yang sehat dan memberi sistem
imun yang baik; kebal terhadap penyakit, yakni; dosa kejahatan, kebal terhadap
penyakit, yakni; dosa kenajisan dan dosa yang lain.
2. PELITA
EMAS, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian, sama
dengan; persekutuan dengan Roh Kudus, sama dengan; diberi minum oleh Roh Kudus.
Kita semua diberi minum oleh Roh Kudus, sehingga menjadi kesaksian, sehingga
menjadi contoh teladan sesuai dengan karunia-karunia, sesuai dengan
jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh Roh Tuhan kepada kita.
3. MEZBAH
DUPA, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan, sama dengan;
persekutuan dengan kasih Allah, sama dengan; diberi nafas hidup. Pendeknya;
Kasih Allah adalah nafas hidup kita.
Imamat 24:4
(24:4) Di atas kandil dari emas murni
haruslah tetap diaturnya lampu-lampu itu di hadapan TUHAN."
Di atas
kandil dari emas murni harus tetap diatur lampu-lampu di hadapan Tuhan.
Imamat 24:7
(24:7) Engkau harus membubuh kemenyan tulen
di atas tiap-tiap susun; kemenyan itulah yang harus menjadi bagian
ingat-ingatan roti itu, yakni suatu korban api-apian bagi TUHAN.
Di atas roti
sajian itu harus membubuh kemenyan tulen, yakni suatu korban api-apian bagi
Tuhan.
Keluaran
30:1
(30:1) "Haruslah kaubuat mezbah, tempat
pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu dari kayu penaga;
Di atas
mezbah ada dupa (kemenyan) yang dibakar oleh api.
-
Di atas roti sajian ada api.
- Di atas
kandil ada api.
-
Di atas mezbah dupa ada api.
Jadi, ada
api di atas meja roti, ada api di atas kandil, ada api di atas mezbah
pembakaran ukupan, itu berbicara tentang;
-
Api penyucian yang dikerjakan oleh FIRMAN ALLAH.
- Api
penyucian yang dikerjakan oleh ROH KUDUS.
-
Api penyucian yang dikerjakan oleh KASIH ALLAH.
Sehingga
dengan demikian; seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan berkobar-kobar,
bernyala-nyala di dalam melayani Tuhan, sama dengan; melayani dengan roh yang
bernyala-nyala, kerajinan tidak akan pernah menjadi kendor, tidak akan
bermalas-malas.
Mengapa
seorang hamba tidak lagi berkobar-kobar dalam melayani Tuhan, kerajinan menjadi
kendor? Karena tidak mengalami penyucian oleh api firman, api Roh Kudus dan api
dari kasih Allah.
Jadi,
penting bagi kita untuk tergembala dan tergembala sampai mendarah daging. Sebab
tergembala itu tidak boleh karena rutinitas, tidak boleh karena kebiasaan,
tidak boleh karena aturan gereja, tidak boleh supaya untuk menyenangkan gembala
sidang, menyenangkan hati manusia. Tetapi penggembalaan itu sudah seharusnya
mendarah daging.
Beribadah
tidak boleh karena ini dan itu, tetapi tergembala itu harus mendarah daging,
sebab di situ kita boleh mengalami penyucian oleh api firman, api Roh kudus,
api dari kasih Allah, maka kita akan melihat betapa Tuhan akan pakai kita dengan luar biasa, dengan heran,
oleh kuasa-Nya yang dari sorga. Nyatalah kemuliaan-Nya, nyatalah penglihatan
yang hebat itu di tengah-tengah kita bekerja melayani pekerjaan Tuhan.
Kita
masing-masing belajar untuk membuka diri disertai dengan kerendahan hati, dan
kelemah-lembutan supaya betul-betul kita mengalami penyucian oleh api firman,
Roh dan kasih-Nya, sehingga kita berkobar-kobar di dalam melayani Tuhan.
Itulah
pribadi Rut; baru saja dia makan, dia langsung mau bekerja lagi. Rut adalah
Rut, mengapa saya katakan demikian?
-
Pada ayat 14, pada waktu makan, Rut makan sampai
kenyang, bahkan ada sisa.
-
Pada ayat 15A, baru saja selesai
waktu makan, dia langsung bekerja seperti biasa.
Itu sebabnya
saya katakan; Rut adalah Rut. Rut tidak mengenal lelah, dan itu dibuktikan
dalam Rut 2:7, dari pagi sampai sore tidak pernah berhenti.
Ayo, kalau
kerajinan sudah menjadi kendor, berarti kita periksa hati kita malam ini;
mungkin hati ini sudah tidak lagi mengalami penyucian api firman, api Roh dan
api dari kasih Allah.
Kita kembali
untuk memperhatikan Rut 2.
Rut 2:15-16
(2:15) Setelah ia bangun untuk memungut pula,
maka Boas memerintahkan kepada pengerja-pengerjanya: "Dari antara
berkas-berkas itu pun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu; (2:16) bahkan haruslah kamu dengan
sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan
meninggalkannya, supaya dipungutnya; janganlah berlaku kasar terhadap
dia."
Pada ayat 15B-16, jelas
dikatakan: “Dari antara berkas-berkas itu
pun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu; bahkan haruslah kamu dengan
sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan
meninggalkannya, supaya dipungutnya; janganlah berlaku kasar terhadap dia.”
Mari kita
melihat ayat-ayat yang menjadi dasar bagi Rut untuk memungut gandum di ladang
Boas.
Imamat
19:1-2
(19:1) TUHAN berfirman kepada Musa: (19:2) "Berbicaralah kepada
segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku,
TUHAN, Allahmu, kudus.
“Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,
kudus.”
Mengapa
harus kudus? Sebab Tuhan itu kudus. Tetapi tidak terlepas dari ayat 9-10.
Imamat
19:9-10
(19:9) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu,
janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah
kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. (19:10) Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua
kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi
semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang
asing; Akulah TUHAN, Allahmu.
Dasar dari
Rut untuk memungut jelai gandum di ladang Boas adalah;
-
Janganlah
kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya.
- Janganlah kaupungut apa yang ketinggalan
dari penuaianmu.
- Sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik
untuk kedua kalinya.
-
Buah yang
berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut.
Tetapi
semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing.
Jadi, Tuhan
sangat memperhatikan orang miskin dan orang asing.
Imamat 23:22
(23:22) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu,
janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah
kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan
bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu."
Pada saat
penuaian di ladang, harus ditinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing.
Inilah dasar bagi Rut sehingga dia berani untuk menuai jelai gandum di ladang
Boas. Berarti, Rut ini betul-betul menghargai dan menghormati kemurahan Tuhan.
Bukankah
kita ini adalah orang asing, bangsa kafir? Kita ini adalah orang miskin; miskin
kasih karunia, miskin kemurahan, miskin kebajikan, tetapi di sini kita
perhatikan; Tuhan memperhatikan orang miskin, Tuhan memperhatikan orang asing,
bangsa kafir. Kalau Rut memanfaatkan ayat ini, berarti Rut menghormati
kemurahan Tuhan, Rut menghargai kemurahan Tuhan. Belajar untuk menghargai
kemurahan.
Kesempatan
bagi kita untuk beribadah dan melayani, itu adalah kemurahan bagi kita yang
adalah orang miskin dan bangsa kafir.
Kita kembali
memperhatikan Rut 2.
Rut 2:7,2
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku
memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di
belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi
sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti." (2:2) Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi:
"Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang
orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya:
"Pergilah, anakku."
Seorang
hamba Tuhan yang melayani dengan roh menyala-nyala, pasti perkataannya sesuai
dengan perbuatannya, atau perbuatannya sesuai dengan perkataannya. Tidak ada
dusta.
Kemudian, di
sini kita melihat; Rut itu memungut berkas-berkas jelai di belakang
penyabit-penyabit, artinya; Rut melayani Tuhan dengan kerendahan hati.
Mazmur 22:27
(22:27)
Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan
memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
Orang
yang rendah hati akan makan dan kenyang;
- Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi
negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah (Mazmur 37:11).
- Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai
orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan (Mazmur
149:4).
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment