IBADAH DOA PENYEMBAHAN,
03 DESEMBER 2019
KITAB KOLOSE
(Seri: 74)
Subtema: DUA
BINATANG PENUH DENGAN KEPALSUAN
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, oleh karena kasih
karunia dan rahmat yang dianugerahkan kepada kita, sehingga kita boleh
berhimpun di tengah Ibadah Doa Penyembahan ini untuk selanjutnya membawa hidup
kita rendah masing-masing di bawah kaki salib Tuhan, sujud menyembah Allah yang
hidup, sampai pada akhirnya nanti tingkat kerohanian kita mengikuti sampai
kepada derajat yang tinggi, yaitu hidup dalam penyerahan diri sepenuh kepada
Tuhan, mengingat hari-hari ini adalah hari-hari yang jahat, berarti kedatangan
Tuhan sudah tidak lama lagi.
Wahyu 22:11 mengatakan: yang jahat
semakin jahat, yang cemar semakin cemar, tetapi yang suci akan semakin
menguduskan menyucikan dirinya untuk menyongsong kedatangan Tuhan sebagai
Raja dan Mempelai Pria Sorga di dalam kemuliaan dan kesempurnaan-Nya. Tetapi
biarlah kiranya Tuhan terus membukakan firman-Nya bagi kita supaya kita boleh
mengerti rencana Allah di dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat
yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:9
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu
telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
“Jangan lagi kamu saling mendustai”,
berarti; antara satu dengan yang lain jangan lagi saling mendustai, tetapi
marilah kita menampilkan hati kita masing-masing dengan sebenar-benarnya di
hadapan Tuhan maupun sesama dengan cara berkata jujur, sebab semua
perkataan-perkataan yang keluar dari mulut itu berasal dari hati dan pikiran
kita masing-masing.
Singkatnya: Dengan berkata jujur menunjukkan seseorang tidak hidup di dalam
kepalsuan.
Saya tidak tahu pasti seberapa banyak kita sudah mendengarkan pemberitaan
firman Tuhan yang diawali dengan “Jangan
lagi kamu saling mendustai”. Kalau Tuhan berkali-kali menyatakan firman ini
kepada kita, berarti masih banyak di antara kita saling mendustai antara satu
dengan yang lain, sebab itu mari kita menampilkan hati kita yang
sebenar-benarnya di hadapan Tuhan maupun sesama, dengan satu cara -- tidak ada
cara lain --, yaitu dengan cara berkata jujur. Kalau ya, katakan: “ya”, kalau
tidak, katakan: “tidak”.
Jangan sampai awalnya kita katakan: “ya”, tetapi pada akhirnya kita
berkata: “tidak”. Di dalam mengikuti Tuhan tidak boleh serampangan, baik dalam
hal bernazar, menyatakan suatu janji kepada Tuhan tidak boleh berdusta, supaya
Tuhan berkati, pelihara, lindungi, bela, sampai Tuhan datang pada kali yang
kedua; jangan kita saling mendustai dengan menggunakan hati dan pikiran manusia
daging.
Sekali lagi saya tandaskan: Dengan berkata jujur menunjukkan seseorang
tidak hidup di dalam kepalsuan. Ingat itu, sebab yang memelihara kita adalah
Tuhan Yesus, bukan kepalsuan kita masing-masing.
Mazmur 12:3
(12:3) Mereka berkata dusta, yang seorang kepada
yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang
bercabang.
Yang dimaksud dengan berkata dusta ialah berkata dengan bibir manis, tetapi
sesungguhnya hatinya bercabang, dengan lain kata; hatinya tidak semanis atau
tidak seindah perkataan-perkataan yang keluar dari mulut.
Contoh.
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar
dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara
seperti seekor naga.
Seekor binatang lain keluar dari dalam bumi. Adapun wujud dari
binatang tersebut bertanduk dua sama seperti anak domba. Wujud ini jelas
menunjuk hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang senantiasa mengadakan pelayanan
serta membawa korban dan persembahannya.
Tetapi yang membuat kita menjadi bingung sekaligus terheran-heran ialah
apabila ia berbicara persis seperti seekor naga. Berarti, perkataan-perkataan
hamba Tuhan tersebut penuh dengan perkataan dusta.
Kesimpulannya: Binatang yang keluar dari dalam bumi ini -- tidak lain, tidak bukan -- ialah
nabi-nabi palsu.
Lebih jauh kita melihat tentang NABI PALSU.
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu
yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya
mereka adalah serigala yang buas.
Sesungguhnya nabi-nabi palsu adalah serigala yang buas, tetapi di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan, mereka datang dan menyamar seperti anak
domba bertanduk dua. Berarti, penuh dengan kepalsuan.
Yang pasti, nabi-nabi palsu berkata dengan perkataan dusta, sebab wujud
atau penampilannya penuh dengan kepalsuan.
Matius 7:16, 20-22
(7:16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput
duri? (7:20) Jadi dari buahnyalah
kamu akan mengenal mereka. (7:21)
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
(7:22) Pada hari terakhir banyak
orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat
demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan
banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Di sini dikatakan: Dari buahnyalah
kita akan mengenal nabi-nabi palsu. Adapun buah pelayanan dari nabi-nabi
palsu adalah:
1.
Bernubuat demi nama Tuhan.
2.
Mengusir Setan demi nama Tuhan.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan.
Tetapi sayangnya, salib tidak ditegakkan oleh nabi-nabi palsu tersebut di
tengah-tengah ibadah pelayanan mereka.
Itu sebabnya pada ayat 21
dikatakan: “Bukan setiap orang yang
berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga”,
dengan lain kata; bukan berarti dengan mengadakan tiga perkara heran di atas,
lalu nabi-nabi palsu dan pengikut-pengikutnya layak masuk dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa di sorga, yaitu sengsara salib,
itulah dia yang mau menyangkal diri dan memikul salibnya.
Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan
menderita aniaya, sesuai dengan 2
Timotius 3:12. Kemudian, dalam Matius
26:42, Yesus harus minum cawan Allah, artinya; menanggung
penderitaan yang tidak harus Ia tanggung, sehingga dengan demikian jadilah
kehendak Allah.
Jadi, kehendak Allah, menunjuk; sengsara salib, yaitu menyangkal diri dan
memikul salibnya.
Selanjutnya kita akan kembali memeriksa Wahyu 13, untuk melihat persamaan antara Matius 7:20-22 dengan Wahyu
13:11-12. Jadi, Wahyu 13:11-12
sama dengan Matius 7:20-22.
Wahyu 13:11-12
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari
dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti
seekor naga. (13:12) Dan seluruh kuasa
binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia
menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama,
yang luka parahnya telah sembuh.
Di sini kita melihat: Nabi-nabi palsu menjalankan seluruh kuasa binatang
yang pertama, itulah antikris.
Dampaknya: Seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang yang
pertama, yaitu antikris, yang luka parahnya telah sembuh.
Mari kita melihat BINATANG YANG PERTAMA.
Wahyu 13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar
dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di
atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis
nama-nama hujat.
Binatang yang pertama keluar dari dalam laut (antikris), yakni;
-
Bertanduk 10 (sepuluh).
-
Berkepala 7 (tujuh).
-
Di atas tanduk-tanduknya terdapat 10 (sepuluh) mahkota.
Pendeknya: 10 (sepuluh) tambah 7 (tujuh) tambah 10 (sepuluh) sama dengan 27
(dua puluh tujuh). Ini merupakan tandingan dari kitab Suci yang tertulis di
dalam Perjanjian Baru (seluruhnya berjumlah 27 kitab).
Berarti, dengan lain kata; seolah-olah antikris atau binatang yang keluar
dari dalam laut ini penuh dengan belas kasihan, seolah-olah penuh dengan
kemurahan, seperti kemurahan yang dinyatakan oleh Allah di dalam Kristus Yesus
di atas kayu salib bagi kita sekaliannya untuk menebus orang yang berdosa.
“... dan pada kepalanya tertulis
nama-nama hujat.”
Tadi awalnya memberi kesan penuh dengan belas kasihan, tetapi anehnya, pada
kepalanya tertulis nama-nama hujat.
Pendeknya: Binatang yang pertama ini adalah antikris.
Sebetulnya, semuanya itu hanyalah kamuflase, semua itu hanyalah belas
kasihan yang semu dan palsu, tidak nyata.
Inilah kuasa binatang yang pertama yang dijalankan oleh nabi-nabi palsu di
dalam Wahyu 13:12 tadi.
Wahyu 13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan
tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa.
Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya
yang besar.
Binatang yang keluar dari dalam laut atau antikris adalah gabungan dari
tiga jenis binatang:
1.
Macan tutul.
2.
Beruang.
3.
Singa.
Kemudian, naga memberikan kepada binatang itu:
1.
Kekuatannya.
2.
Takhtanya.
3.
Kekuasaannya yang besar.
Jadi sebetulnya, baik kekuatan maupun takhta, maupun kekuasaannya yang
besar itu, semuanya bersumber dari naga, si ular tua naga merah padam.
Wahyu 13:3
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya
seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang
membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut
binatang itu.
Kemudian, binatang yang keluar dari dalam laut tersebut mengadakan
demonstrasi yang luar biasa, yakni satu dari kepala-kepalanya (satu dari
ketujuh kepalanya) kena luka yang membahayakan hidupnya -- artinya akan
berujung kepada maut --, tetapi luka itu akhirnya sembuh. Pendeknya: Mujizat
besar terjadi.
Antikris ini mengadakan suatu mujizat, perkara besar yang ajaib. Dampaknya:
Seluruh dunia heran, lalu mengikuti binatang itu.
Jadi, kuasa yang seperti inilah yang dijalankan oleh binatang yang keluar
dari dalam bumi tersebut, yakni nabi-nabi palsu.
Singkatnya: Nabi-nabi palsu, melayani hanya untuk membuat orang-orang
terheran-heran, terperangah, tetapi salib tidak ditegakkan di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan mereka, dengan kata lain; mereka tidak melakukan kehendak
Allah Bapa, sehingga banyak orang mengikuti binatang yang pertama, yakni
antikris.
Dengan tanda heran yang luar biasa ini, yang diadakan oleh nabi-nabi palsu
ini, akhirnya banyak orang mengikuti antikris, bukan lagi mengikut Tuhan.
Jadi, belajar mulai dari sekarang untuk tidak saling mendustai antara satu
dengan yang lain. Marilah kita menampilkan hati kita yang sebenar-benarnya di
hadapan Tuhan maupun sesama hanya dengan satu cara, yaitu berkata jujur saja.
Ya di atas ya, tidak di atas tidak. Jangan serampangan mengikut Tuhan; sebentar
hidup benar dan suci, sebentar lagi menyingkir dari kesucian, beralih kepada
yang tak suci.
“Seluruh dunia heran,
lalu mengikut binatang itu”
Pelayanan dari nabi-nabi palsu ini hanya membuat orang terheran-heran saja,
supaya akhirnya nanti banyak orang mengikuti binatang yang pertama, itulah
antikris. Arahnya nanti ke sini; menjadi pengikut antikris, kalau kita tidak
hentikan perkataan dusta itu dari sejak sekarang. Hati-hati di dalam mengikut
Tuhan.
Wahyu 13:4-6
(13:4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia
memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu,
sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah
yang dapat berperang melawan dia?" (13:5)
Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan
dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh
dua bulan lamanya. (13:6) Lalu ia
membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah
kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga.
Mulut binatang yang pertama penuh dengan kesombongan dan hujat. Mengapa
demikian? Karena di kepala mereka tertulis nama-nama hujat.
Memang awalnya terlihat bertanduk sepuluh, kemudian berkepal tujuh, lalu
sepuluh mahkota di atas tanduk-tanduknya, tetapi sayangnya, yang mengherankan
kita adalah di kepala (dahi) mereka tertulis nama-nama hujat. Itu sebabnya
mulut binatang yang pertama (antikris) penuh dengan kesombongan dan hujat.
Mereka itu menghujat, antara lain;
1.
Allah.
2.
Nama-Nya.
3.
Kemah kediaman-Nya.
4.
Semua mereka yang diam di sorga.
Perlu untuk diketahui: Kebenaran yang sejati terletak pada salib Kristus.
Di luar salib tidak ada lagi kebenaran. Berarti, kebenaran itu bukan berasal
dari;
1.
Mulut besar atau
mulut sombong.
Tidak sedikit hamba-hamba Tuhan bermulut besar,
bermulut sombong, tujuannya untuk mempersalahkan orang lain, kemudian
membenarkan dirinya. Tetapi ukuran dari sebuah kebenaran adalah salib Kristus,
yakni kebenaran iman atau firman iman.
Jangan sampai karena terkoreksi, lalu kita membenarkan diri dengan mulut besar, dengan mulut sombong, disertai dengan arogansi, mempersalahkan yang benar untuk membenarkan diri sendiri. Inilah cara antikris dan nabi-nabi palsu di dalam pelayanan mereka.
Jangan sampai karena terkoreksi, lalu kita membenarkan diri dengan mulut besar, dengan mulut sombong, disertai dengan arogansi, mempersalahkan yang benar untuk membenarkan diri sendiri. Inilah cara antikris dan nabi-nabi palsu di dalam pelayanan mereka.
2.
Tanda-tanda heran.
Seperti yang diadakan oleh nabi-nabi palsu, di mana
mereka menjalankan kuasa dari binatang yang pertama. Kebenaran itu bukan
berasal dari tanda-tanda heran atau pun mujizat-mujizat.
Antikris mengadakan mujizat besar, yakni luka yang membahayakan hidupnya
sembuh, sehingga banyak orang terheran-heran lalu mengikuti binatang itu
(mengikuti antikris), bukan lagi mengikuti Tuhan. padahal kebenaran bukan dari
mulut besar, bukan dari tanda heran. Tetapi anehnya, banyak orang mengikuti
antikris. Tidak salah kalau ada tanda-tanda heran (mujizat) terjadi di tengah
ibadah pelayanan, tetapi salib jangan dikecilkan. Salib harus ditegakkan di
tengah ibadah dan pelayanan, maka tanda-tanda heran pun akan menyertai setiap
pelayanan hamba-hamba Tuhan dan mujizat besar pasti terjadi; yang sakit sembuh,
setan-setan diusir, dan lain sebagainya.
Wahyu 13:13-14
(13:13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat,
bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (13:14) Ia menyesatkan mereka
yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk
dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di
bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh
pedang, namun yang tetap hidup itu.
Di sini kita melihat, bahwa; nabi-nabi palsu itu masih menjalankan kuasa
dari binatang yang pertama (antikris), yaitu nabi-nabi palsu mengadakan
tanda-tanda yang dahsyat, bahkan mereka menurunkan api dari langit ke bumi di
depan semua orang. Ini merupakan tandingan seperti yang pernah diadakan oleh
Musa dan Elia di dalam Wahyu 11.
Setan bukan setan namanya kalau dia tidak mengadakan tandingan, mulai dari
sungai yang besar, kemudian membuat suatu takhta, kemudian membuat suatu
tanda-tanda heran dan lain sebagainya. Setan selalu mengadakan
tandingan-tandingan.
Tetapi kebenaran itu berasal dari salib, bukan dari mulut yang sombong yang
disertai dengan arogansi dan juga bukan berasal dari tanda-tanda heran atau
mujizat. Mereka itu mengadakan suatu keheranan supaya orang mengikut mereka,
itu saja, akhirnya meninggalkan Tuhan yang benar, meninggalkan Allah yang
hidup, yang berkuasa, Tuhan dan Juruselamat (salib Kristus), karena memang dari
awal naga memberikan kepada antikris dan nabi palsu; takhtanya, kekuatannya dan
kekuasaannya yang besar itu.
Tidak mungkin hal-hal itu diberikan untuk membawa manusia kepada Tuhan,
tidak mungkin, melainkan untuk membawa manusia menyembah Setan dan berhala.
Tadi nabi-nabi palsu menurunkan api dari langit ke bumi di hadapan semua orang,
seperti yang pernah dilakukan oleh Musa dan Elia, tujuannya; untuk menyesatkan
penduduk bumi.
Kalau salib tidak ditegakkan di tengah-tengah ibadah pelayanan, tetapi
tanda-tanda heran terus berlangsung, tujuannya adalah untuk menyesatkan
penduduk bumi. Jadi saudara tidak perlu terheran-heran apabila mujizat terjadi.
Tetapi yang membuat kita heran adalah terjadi suatu keubahan dalam hidup; yang
jahat bertobat menjadi suci, yang najis bertobat menjadi suci, itu yang harus
membuat kita heran.
Tanda-tanda heran atau mujizat adalah karunia Ilahi. Kita semua diberi
minum dari Roh yang satu yang sama untuk memperlengkapi hamba-hamba Tuhan
dengan sembilan karunia dan sembilan jabatan Roh-El Kudus, itu karunia Ilahi.
Tetapi keubahan di dalam hidup, dibutuhkan penyerahan diri kepada Tuhan.
Bukankah nabi-nabi palsu menjalankan kuasa binatang yang pertama, yaitu
antikris? Sementara naga sudah memberi kekuatannya, takhtanya dan kuasanya yang
besar kepada antikris, juga diberi kesempatan kepada nabi-nabi palsu untuk
mengadakan perbuatan yang ajaib di depan semua orang untuk menyesatkan penduduk
bumi sebanyak orang yang bisa disesatkan.
Praktek sesat: Penduduk bumi tersebut mendirikan patung untuk menghormati
binatang yang pertama (antikris). Sudah salah kaprah.
Kita harus menghormati pejabat-pejabat tinggi di negara ini, tetapi
menghormati bukan berarti menyembah.
Wahyu 13:15
(13:15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa
kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga,
dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung
binatang itu, dibunuh.
Sampai pada akhirnya nabi-nabi palsu ini berhasil membuat ilah lain (ilah
tiruan), inilah mujizat besar yang diadakan oleh nabi-nabi palsu, karena memang
mereka menurunkan api dari langit ke bumi, sampai akhirnya patung binatang itu
dapat berbicara demikian rupa.
Dengan kata lain; patung binatang itu dapat berbicara karena diberi roh,
maka dunia akan mendengar dan dengar-dengaran kepada roh-roh palsu dan roh-roh
najis.
Sebab itu, antara satu dengan yang lain jangan lagi saling mendustai,
tetapi mari kita menampilkan hati kita yang sebenar-benarnya di hadapan Tuhan
dan sesama dengan satu cara, bukan dua cara, yaitu berkata jujur. Karena semua
perkataan yang keluar dari mulut berasal dari hati.
Biarlah hati ini menjadi meja roti dengan 12 (dua belas) ketul roti di
atasnya, yang dibagi menjadi dua susun, masing-masing terdiri dari enam ketul
roti. Jangan ada lagi di situ muntah dan kotoran di atas meja. Jangan sampai hati
kita menjadi tempatnya muntahan dan kotoran, apalagi muntahan itu dijilat
kembali, seperti anjing.
Tetapi kita harus bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan menyatakan kasih dan
kemurahan-Nya, lewat Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel membawa kita
masuk dalam sebuah rencana yang besar, yaitu masuk dalam pembentukan tubuh
Kristus, itulah yang disebut tubuh mempelai.
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel adalah roti yang tidak
beragi, bagaikan dua belas ketul roti di atas meja roti sajian. Murni. Tidak
khamir dengan ragi. Tidak ada dusta, tidak ada kepalsuan di sana.
Jadi, akhirnya, dunia akan mendengar dan dengar-dengaran kepada roh-roh
palsu dan roh-roh najis, karena patung itu bisa berbicara begitu rupa, sehingga
pada saat itu hanya ada dua pilihan:
1.
Menyembah patung binatang, berarti; menyangkal Tuhan.
2.
Rela mati karena nama Tuhan.
Sebab itu, sebelum kita menghadapi apa yang akan terjadi di ayat 15
ini, sebaiknya kita memperhatikan Wahyu 11, seperti yang sudah kita
terima dalam Ibadah Raya Minggu. Bait Suci Allah itu diukur oleh
sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, kemudian mezbah
dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Puncak ibadah adalah penyembahan, yakni; penyerahan diri sepenuh, yang
berkuasa membawa kita kepada derajat yang tinggi. Kalau tidak, dua pilihan ini
akan kita hadapi;
1.
Menyembah patung binatang, berarti; menyangkal Tuhan.
2.
Rela mati karena nama Tuhan. Kepala ini dipenggal,
digorok oleh pedang antikris karena nama Tuhan.
Pilih mana?
Maka, lewat Ibadah Doa Penyembahan ini Tuhan mau membawa kita sampai kepada
derajat yang tinggi, supaya kita lepas dari mata ular, naga merah padam, lepas
dari masa aniaya antikris. Sebab itu, jangan lagi saling mendustai. Kalau ya,
katakan: “ya”, kalau tidak, katakan: “tidak”. Lebih dari pada itu berasal dari
si jahat, arahnya kepada antikris.
Wahyu 13:16-17
(13:16) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang,
kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda
pada tangan kanannya atau pada dahinya, (13:17) dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual
selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu
atau bilangan namanya.
Oleh karena nabi-nabi palsu, orang-orang akan menerima tanda pada tangan
kanan atau pada dahinya. Akhirnya, mau tidak mau, orang-orang, yakni; besar
kecil, tua muda, laki-laki perempuan, akan menerima tanda pada tangan kanan
atau pada dahinya, yaitu mereka yang menyembah patung binatang itu dan yang
menyangkal nama Tuhan, lalu mereka bebas menjual atau membeli.
Jadi, roh antikris itu adalah roh jual dan beli, roh Mamon, cinta akan
uang. Hati-hati dengan cinta akan uang, itu adalah roh antikris.
Memang mereka bebas menjual, bebas membeli, tetapi sudah binasa. Perlu
untuk diketahui; binatang hidup untuk dimusnahkan, sesuai dengan kitab Yudas.
Bukankah tadi antikris dan nabi-nabi palsu adalah binatang yang keluar dari
dalam laut dan binatang yang keluar dari dalam bumi?
-
Binatang yang keluar dari dalam laut itulah antikris,
gabungan dari tiga jenis binatang; macan tutul, beruang dan singa.
-
Sedangkan nabi-nabi palsu, itulah binatang kedua yang
keluar dari dalam bumi, mereka itu adalah serigala yang buas menyamar seperti
domba yang bertanduk dua, menyamar di tengah ibadah dan pelayanan.
Binatang tidak pantas untuk menjadi penopang atau pendamping yang sepadan (Kejadian
2:20). Binatang tidak pantas untuk menjadi mempelai Tuhan. Binatang hidup
untuk dimusnahkan. Demikianlah antikris dan nabi-nabi palsu si pendusta itu.
Orang-orang yang diberi tanda di dahi atau di tangan kanan atau menerima
cap meterai dari antikris, mereka adalah bagian dari bilangan binatang. Tidak
layak untuk menjadi pendamping, tidak layak menjadi mempelai Tuhan. Kalau hari
ini kita tidak waspada soal cinta akan uang, roh Mamon, hati-hati, tidak
tertutup kemungkinan menjadi bilangan dari binatang itu.
Binatang hidup untuk dimusnahkan. Hati-hati soal sepersepuluh, dan
persembahan khusus, apa yang sudah engkau nazarkan kepada Tuhan, tepati, supaya
jangan menjadi bilangan dari binatang itu. Binatang hidup untuk dimusnahkan,
tidak layak untuk menjadi penopang, tidak layak untuk masuk dalam pesta nikah
Anak Domba.
Tetapi Yesus Kristus telah mati di atas kayu salib. Karena kematian-Nya di
atas kayu salib, tidak ada satu pun dari tulang-tulang-Nya yang
dipatah-patahkan. Sehingga kalau kita perhatikan nikah yang pertama, Adam
berkata: Inilah tulang dari tulangku,
daging dari dagingku, itulah tubuh mempelai. Tetapi binatang tidak layak
masuk dalam pesta nikah Anak Domba. Kita bersyukur, karena Tuhan Yesus baik.
Mulai dari sekarang, belajarlah meletakkan ucapan syukur dengan tepat dan
benar.
Tidak salah bersyukur karena berkat-berkat, tetapi lebih dari pada itu,
belajar untuk meletakkan ucapan syukur dengan tepat dan benar. Biarlah kita
mengucap syukur karena Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel yang telah
kita terima dari Tuhan untuk menggembalakan kehidupan kita masing-masing.
Jalan keluar atau solusi
supaya terlepas dari roh dusta (nabi-nabi palsu).
Wahyu 13:18
(13:18) Yang penting di sini ialah hikmat:
barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena
bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus
enam puluh enam.
Yang terpenting di sini adalah hikmat.
1 Korintus 1:24
(1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang
Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah
dan hikmat Allah.
Sumber dari hikmat adalah salib Kristus.
Sebetulnya, orang Yahudi menghendaki tanda-tanda heran atau mujizat,
sementara orang Yunani mencari hikmat, tetapi Rasul Paulus memiliki pendirian
yang teguh, ia tetap memberitakan Yesus yang disalibkan. Sebenarnya, untuk
orang Yahudi maupun bangsa kafir, salib Kristus adalah hikmat Allah. Itu adalah
kekuatan kita.
Tidak ada lagi kekuatan yang melebihi dari kekuatan salib, dan hikmat juga
sumbernya dari salib. Kalau seseorang menyingkir dari salib, orang seperti ini
tidak mempunyai hikmat.
Lihat saja orang yang menyingkir dari salib, menyingkir dari ibadah
pelayanan, menyingkir dari tanggung jawab, orang semacam ini tidak mempunyai
hikmat, sehingga dia tidak bisa lagi membedakan antara yang baik dan antara
yang jahat.
Hikmat Salomo dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, akhirnya dia dapat memberi keputusan-keputusan besar kepada seluruh umat Israel, dapat
menyelesaikan dua nikah yang hancur dan menyatakan kebenaran.
Yang terpenting adalah hikmat. Sumbernya hikmat adalah salib. Dan salib
berguna untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat. Dengan hikmat kita
mengerti; mana Roh Allah, mana roh antikris, kita dapat menghitung bilangan
dari binatang itu.
Adapun bilangan binatang itu adalah bilangan manusia, yakni 666 (enam ratus
enam puluh enam):
-
Angka enam pertama; tubuh dikuasai daging.
-
Angka enam kedua; jiwa dikuasai daging.
-
Angka enam ketiga; roh dikuasai daging.
Kalau kita tidak memiliki hikmat dari sorga, itulah pengajaran salib, maka
kita tidak bisa membedakan antara Roh Allah dan roh antikris. Janganlah kita
masuk di dalam bilangan antikris, yakni 666 (enam ratus enam puluh enam),
tetapi biarlah kita ditambahkan menjadi bilangan Tuhan. Dan untuk masuk ke
dalam bilangan Tuhan, dibutuhkan hikmat.
Kisah Para Rasul 1:23-26
(1:23) Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang
disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias. (1:24) Mereka semua berdoa dan berkata: "Ya Tuhan, Engkaulah
yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih
dari kedua orang ini, (1:25) untuk
menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang
telah jatuh ke tempat yang wajar baginya." (1:26) Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena
undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan
kepada bilangan kesebelas rasul itu.
Setelah Yudas mati karena cinta akan uang (roh antikris, roh mamon), Matias
ditambahkan menjadi bilangan dari 12 (dua belas) rasul lewat undi.
Yohanes 19:24
(19:24) Karena itu mereka berkata seorang kepada yang
lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah
kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya."
Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang
undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.
Untuk pakaian Yesus dibagi menjadi empat bagian, tetapi untuk jubah yang
tidak terjahit dari atas sampai ke bawah itu diperoleh lewat undi.
Kalau kita boleh menikmati pelayanan dari Imam Besar, itu adalah kemurahan,
dan kemurahan yang kita terima merupakan undi, seperti menerima lotre (undian)
dari Tuhan, sehingga dengan demikian kita ditambahkan dalam bilangan Tuhan.
Oleh hikmat kita mengerti mana roh antikris dan mana Roh Allah, sementara
cap meterai dari antikris adalah 666 (enam ratus enam puluh enam). Bilangannya
adalah bilangan manusia (daging); tubuh, jiwa, roh dikuasai oleh daging. Kita
dapat mengerti bilangan ini, menghitung bilangan ini, karena hikmat. Kita dapat
membedakannya.
Biarlah kiranya kita ditambahkan dalam bilangan Tuhan seperti Matias,
pendeknya mendapat undian, itu merupakan kemurahan dari Tuhan sebagai Imam
Besar Agung. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment