IBADAH RAYA MINGGU, 15 DESEMBER 2019
WAHYU PASAL 11
(Seri: 16)
Subtema: AIR MENJADI DARAH (KESAKSIAN MUSA)
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena rahmat dan kasih karunia
yang Dia anugerahkan kepada kita, kita dapat mengusahakan Ibadah Raya Minggu
pada saat petang sore ini, semua karena kemurahan Tuhan. Kita manfaatkan darah
Yesus untuk memperoleh keselamatan.
Saya juga
tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya
Tuhan memberkati kita.
Dan
selanjutnya kita berdoa kepada Tuhan, kita memohon supaya Allah mengeluarkan
firman-Nya, membukakan firman-Nya sore ini, seperti Daniel menaikkan
permohonan, sehingga Allah mengeluarkan firman-Nya, segala sesuatu dipulihkan
oleh Tuhan, ibadah ini pun bukan lagi kita jalankan secara rutinitas, bukan
lagi kita jalankan secara lahiriah. Betul-betul kita jalankan ibadah ini dengan
kesungguhan, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, akal budi, tidak
bercampur dengan yang lain-lain.
Segera kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 11.
Pada minggu
lalu kita sudah memperhatikan Wahyu 11:6 bagian A, sekarang kita akan
memperhatikan bagian B.
Wahyu 11:6B
(11:6) Mereka mempunyai kuasa menutup langit,
supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa
atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk
memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.
“Mereka mempunyai kuasa menutup langit,
supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat.” Ini merupakan kesaksian
dari Elia, pada minggu yang lalu telah diuraikan. Kiranya itu menjadi berkat
bagi kita. Jangan firman itu berlalu begitu saja. Tetapi ingatlah, dalam setiap
langkah-langkah yang kita langkahkan adalah sesuatu ketetapan firman, tidak
melenceng dari sana.
Perhatikan
bagian B: “... Mereka mempunyai
kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi
dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.”
Bagian ini
merupakan kesaksian Musa terhadap Firaun di Mesir.
Kita sadari
diri ini, bahwa firman saja yang membenarkan kita, supaya kembali kepada
hubungan suci, nikah suci dengan Tuhan, sebab kalau nikah suci itu sudah rusak,
di situ terjadi penyangkalan-penyangkalan; menyangkali yang baik, menyangkali
yang benar, menyangkali yang sepatutnya kita lakukan. Kita sangkali itu semua,
akhirnya kita lakukan yang tidak sepatutnya.
Kita harus
mengakui dengan rendah hati bahwa firman saja yang benar untuk membenarkan dan
menguduskan kehidupan kita. Jangan kita memberontak kepada firman Allah. Maka,
harus dengan mudah kita mengakui kebaikan dan kemurahan Tuhan.
Segera saja
kita memperhatikan KESAKSIAN MUSA di dalam KELUARAN 7.
Keluaran
7:19-20
(7:19) TUHAN berfirman kepada Musa:
"Katakanlah kepada Harun: Ambillah tongkatmu, ulurkanlah tanganmu
ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai, selokan, kolam dan ke atas
segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya semuanya menjadi darah, dan
akan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam wadah kayu dan wadah
batu." (7:20) Demikianlah Musa
dan Harun berbuat seperti yang difirmankan TUHAN; diangkatnya tongkat
itu dan dipukulkannya kepada air yang di sungai Nil, di depan mata
Firaun dan pegawai-pegawainya, maka seluruh air yang di sungai Nil berubah menjadi
darah;
Oleh
perintah Tuhan, Musa memukul sungai Nil dengan tongkat yang di tangannya, maka
berubahlah air menjadi darah di seluruh tanah Mesir. Baik wadah-wadah,
selokan-selokan, seluruh air tawar berubah menjadi darah.
Inilah suatu
kesaksian atau demonstrasi yang dilakukan oleh Musa terhadap Firaun di Mesir.
Arti rohani
dari kesaksian Musa ini adalah orang yang menolak pengajaran salib akan
menerima penghukuman, bagaikan air berubah menjadi darah.
Tongkat, jelas ini
menunjuk kepada Pengajaran Salib.
Saya
membutuhkan doa saudara, supaya saya tetap bertahan di dalam hal menyampaikan
Pengajaran Salib. Jangan sampai bergeser, berubah dari sana, hanya karena
sesuatu, hanya karena untuk menambah jumlah jiwa, hanya karena perkara
lahiriah, tetapi sidang jemaat juga perlu untuk terus mendoakan saya di dalam
hal menyampaikan Pengajaran Salib, supaya kita terus mendapat didikan di dalam
hal memikul salib, sebab salib inilah yang akan menghantar kita dari bumi untuk
sampai kepada Allah, bertemu dengan Allah di sorga untuk selama-lamanya, tidak
ada lagi cara lain.
Dalam
kesempatan Ibadah Persekutuan dengan hamba-hamba Tuhan maupun sidang jemaat
yang di Parung Bogor, 14 Desember 2019, sudah saya sampaikan dengan tegas di
sana: Pada waktu itu, bangsa Israel beribadah dan melayani dalam keadaan natal
pertama. Mereka makan ikan, tetapi tidak mau bayar harganya; berada di dalam
kegiatan Roh, tetapi tidak mau bayar harga, mau gratisan saja. Beribadah tetapi
tidak mau pikul salib. Itu tidak benar.
Kalau
seseorang beribadah, berada dalam kegiatan Roh, tetapi tidak mau bayar harga,
mau gratisan saja, tidak mau pikul salib, nanti kepada yang lain juga gratisan,
misalnya; makan mentimun, semangka, bawang merah, bawang prei, bawang putih,
gratis. Nanti karunia-karunia Roh Kudus juga dianggap gratisan saja. Semangka
dan mentimun (buah air), berarti juga nanti firman Tuhan dianggap gratisan
saja, maka sebab itu dalam setiap kali kita beribadah dan dalam pertemuan
ibadah, mari kita bayar harga, dalam setiap menghargai karunia-karunia Roh
Kudus, dalam setiap menghargai pembukaan rahasia firman Allah, dengan cara;
terima firman Tuhan dengan rendah hati dan lemah lembut.
Jangan kita
membawa perasaan manusia daging, sebab di situ banyak persoalan-persoalan.
Hindarilah soal-soal yang dicari-cari.
Akibat air berubah menjadi darah.
Keluaran
7:21-25
(7:21) matilah ikan di sungai Nil,
sehingga sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat
meminum air dari sungai Nil; dan di seluruh tanah Mesir ada darah. (7:22) Tetapi para ahli Mesir
membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati
Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang
telah difirmankan TUHAN. (7:23)
Firaun berpaling, lalu masuk ke istananya dan tidak mau memperhatikan hal itu
juga. (7:24) Tetapi semua orang
Mesir menggali-gali di sekitar sungai Nil mencari air untuk diminum, sebab
mereka tidak dapat meminum air sungai Nil. (7:25)
Demikianlah genap tujuh hari berlalu setelah TUHAN menulahi sungai Nil.
Akibatnya
ada empat:
1.
Ikan-ikan mati, sungai Nil pun berbau
busuk.
Saya bersyukur juga
kepada Tuhan, kita semua berada di sini, tergembala dengan baik, kiranya nanti,
walaupun berat bagi daging, manakala pengajaran salib itu kita pikul karena
mengoreksi setiap kehidupan kita, tetapi kita masih tetap bertahan, berarti itu
merupakan uluran dua tangan Tuhan yang kuat untuk membawa kita mendekat kepada
Dia.
Jadi, jangan kita
tidak peduli dengan orang lain. Tetap dalam doa. Perhatikan jiwa-jiwa. Jangan
sampai seperti ikan di sungai Nil yang mati, akhirnya sungai Nil berbau busuk.
Perhatikan hal ini sungguh-sungguh. Jangan lagi hidup dengan kepentingan diri
dan hanya memikirkan bagaimana caranya untuk menyenangkan hati, pikiran dan
perasaan ini, itu adalah suatu sifat yang salah, yang perlu kita perbaharui
mulai dari sekarang.
2. Orang-orang
Mesir tidak dapat meminum air, berarti; orang-orang Mesir mengalami
kehausan.
3. Ahli-ahli
sihir di Mesir juga membuat air menjadi darah, melakukan hal yang
sama yang dilakukan oleh Musa dan Harun.
4.
Orang-orang Mesir menggali sumur. Karena air
sudah menjadi darah, baik di dalam wadah-wadah, selokan-selokan, parit-parit,
semua berubah menjadi darah, maka mau tidak mau mereka menggali sumur di
sepanjang bantaran sungai Nil.
Kita akan
memperhatikan penjelasan tentang empat perkara di atas. Mari kita simak dan
ikuti pemberitaan firman ini dengan rendah hati dan lemah lembut.
Keterangan: Ikan-ikan
mati, sungai nil pun berbau busuk.
Artinya;
ketika dunia ini mengalami kematian rohani, di situ akan terjadi kerusakan
moral, serta mengalami kemerosotan demi kemerosotan di bidang apa pun, sehingga
kejahatan akan semakin menjadi-menjadi. Kalau rohani sudah merosot, maka
kejahatan pun akan menjadi-jadi. Hal ini harus dicamkan dengan baik.
Tetapi Rasul
Paulus, sebagai seorang hamba Allah, dia melayani dengan rendah hati. Pengakuan
ini diutarakan kepada sidang jemaat di Efesus, serta dibuktikan dan disaksikan
oleh banyaknya mencucurkan air mata. Dalam sepanjang melayani sidang jemaat di
Efesus penuh dengan cucuran air mata disertai dengan hati yang hancur.
Rasul Paulus
berusaha untuk menyelami hati orang fasik (bangsa kafir), berusaha menyelami
orang yang berada di dalam hukum Taurat, berusaha menyelami hati orang-orang
Yahudi, berusaha juga menyelami orang-orang yang di luar Tuhan. Sungguh dia
memperhatikan kemerosotan yang sedang terjadi.
Jangan kita
menutup mata untuk hal itu. Mari kita membuka hati dan membuka mata untuk
perkara itu semua.
Keterangan: Orang-orang
Mesir tidak dapat meminum air.
Kalau tidak
dapat meminum air, berarti akan mengalami kehausan. Haus, berarti; manusia
tidak lagi mendapat kepuasan, baik di dalam nikah tidak lagi mendapat kepuasan.
Pendeknya:
Dunia ini tidak ada tempat untuk mencari dan mengalami kepuasan, sebab kita
bisa mengalami kepuasan hanya di dalam Tuhan, lewat kuasa firman Allah dan Roh
Kudus, yang merupakan kasih dari sorga, dari Allah, yang diutus untuk menuntun
setiap kehidupan kita, menggembalakan setiap kehidupan kita.
Sama seperti
perempuan Samaria; dia tidak mengalami kepuasan dari lima laki-laki, ditambah
lagi dengan satu laki-laki yang hidup bersama dengan dia, pada waktu dia
berbicara dengan Yesus. Tetapi manakala Yesus memberi air hidup itu kepada dia,
dia mengalami kepuasan yang tak terhingga. Maka, tanda kepuasan itu jelas
terlihat;
1.
Dia mengakui bahwa Yesus adalah seorang
nabi.
Berarti, dapat menyelami hati setiap orang, mengerti perasaan orang lain dalam
kesusahan, dalam duka, dia sangat mengerti. Perempuan Samaria itu mengenal
pribadi Yesus, sebagai seorang nabi, yang dapat menyelami isi hati orang lain,
mengerti perasaan orang lain dalam kesusahan, dalam penderitaan yang
menghimpit. Berarti; pembukaan Firman dapat menyelesaikan segala persoalan dan
segala pergumulan yang sedang kita alami.
2.
Perempuan Samaria meninggalkan tempayannya. Artinya,
kehidupan yang lama ditinggalkannya begitu saja, karena hatinya sudah diisi
oleh air kehidupan, kepuasan sorgawi.
Setelah enam
laki-laki hidup dengannya, barulah perempuan Samaria menerima Yesus, laki-laki
ketujuh. Di situlah hari perhentian yang penuh dengan damai sejahtera. Di situ
kita ada kepuasan, yaitu di hari yang ketujuh / hari perhentian kekal.
Ayo,
imam-imam belajar untuk menyelami hati orang lain, mengerti orang lain dalam
kesusahannya. Jangan lagi menghanguskan diri untuk yang tidak baik, rela
berkorban untuk yang tidak sepatutnya, jangan. Selamilah hati Tuhan, selami
hati orang lain dalam kesusahan mereka. Jangan mencari kesenangan, kepuasan
untuk diri sendiri saja. Jangan bermasa bodoh, jangan berpikir pendek. Pikirkan
jauh ke depan, yaitu keselamatan, supaya jangan terjadi kematian rohani seperti
kematian ikan di Mesir sampai akhirnya sungai Nil berbau busuk.
Kita
perhatikan terlebih dahulu Yohanes 7.
Yohanes 7:37
(7:37) Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak
perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah
ia datang kepada-Ku dan minum!
Tuhan Yesus
luar biasa, Dia menghimbau kepada orang-orang yang mengalami kehausan, dan
berkata: “Barangsiapa haus, baiklah ia
datang kepada-Ku dan minum!”
Tuhan sangat
memperhatikan orang-orang yang haus, seperti Tuhan memperhatikan perempuan
Samaria yang tidak cukup (tidak puas) hanya dengan enam laki-laki. Pada saat
perempuan Samaria bertemu dengan Yesus, Dia memberikannya air, hingga akhirnya
perempuan Samaria dipuaskan dari rasa haus, dan dia sudah menerima laki-laki
yang ketujuh, itulah hari perhentian yang penuh damai sejahtera.
Perkataan
Yesus sangat sinkron sekali dengan apa yang dilakukan Yesus dalam Injil
Yohanes 4. Jadi perkataan-Nya sesuai dengan perbuatan-Nya.
Banyak orang
omong besar, banyak bicara, tetapi tidak sesuai dengan perbuatannya. Tetapi
perkataan-Nya dalam Injil Yohanes 7 sesuai dengan perbuatan-Nya dalam
Injil Yohanes 4, yang telah dilakukan-Nya kepada perempuan Samaria.
Yohanes
7:38-39
(7:38) Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti
yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran
air hidup." (7:39) Yang
dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya
kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
“Barangsiapa percaya kepada-Ku ...”,
percaya bahwa hanya di dalam Tuhan ada kepuasan.
Jangan
gunakan pikiran perasaan. Hanya di dalam Tuhan ada kepuasan, lewat firman Allah
dan Roh Tuhan, itulah kasih yang diutus dari Allah, dari sorga, untuk menjadi
bagian kita.
Mari kita
kosongkan diri untuk hal-hal yang baik, yang benar, yang suci, yang mulia
seperti ini, supaya ke depan tidak salah-salah lagi, supaya ke depan keberadaan
kita menjadi jauh lebih baik; hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga.
Kita saat
ini berada di penghujung tahun 2019 dan akan memasuki tahun yang baru. Suatu
wadah yang baru harus diisi dengan perkara-perkara yang baru. Jangan sampai
perkara yang lama masuk ke dalam wadah yang baru.
Sama seperti
air anggur yang baru, diisi ke dalam kantong kulit yang baru. Kalau anggur baru
diisi ke dalam kantong kulit yang tua, maka kantong kulit yang tua akan hancur,
robek dan anggur yang baru akan terbuang begitu saja, sia-sia.
Ada di tahun
yang baru, tetapi tetap mempertahankan hidup yang lama, semua itu tidak ada
artinya, menjadi sia-sia.
Biarlah kita
memuliakan Tuhan, menerima pembukaan firman, menghargai air kehidupan, supaya
Roh Tuhan itu memberi kepuasan di dalam hidup kita masing-masing.
Keterangan: Ahli-ahli
sihir Mesir (Firaun) juga membuat air menjadi darah, hal yang sama seperti yang
dilakukan Musa dan Firaun.
Artinya;
jika kita melepaskan diri dari Pengajaran Salib, akan semakin menambah
kehancuran, bukan menambah supaya keadaan kita lebih baik, sebab air atau
pengajaran palsu dari dunia ini akan membawa kita kepada kehancuran. Baik dalam
nikah menjadi hancur, keadaan kita semua menjadi hancur. Air atau pengajaran
palsu dari dunia akan membuat kita menjadi hancur.
Keterangan: Orang
Mesir menggali sumur.
Artinya;
usaha manusia untuk mencari kepuasan, tetapi mengesampingkan firman Tuhan
Allah, dan oleh karena itu timbullah roh najis. Kepuasan dunia ini akan
diakhiri dengan dosa kenajisan. Dimulai dengan dosa makan dan minum,
selanjutnya diakhiri dengan dosa kawin dan mengawinkan.
Jadi,
kepuasan yang berasal dari dunia ini berakhir dengan dosa kenajisan.
Dari hal apa
yang sudah kita dengar sore ini, terimalah dengan bijaksana, dengan segala
hikmat sorgawi, dengan segala kerendahan hati. Jangan kita sangkali apa yang
baik, yang benar, yang suci dan yang mulia. Jangan kita sangkali apa yang kita
patut kerjakan di hadapan Tuhan.
Terimalah
firman Allah yang benar untuk membenarkan kehidupan kita yang sedang merosot
dan bobrok ini.
Itu semua
merupakan kesaksian dari Musa terhadap Firaun di Mesir, dan itu juga merupakan
kesaksian Musa terhadap manusia-manusia di bumi ini pada masa aniaya antikris
3.5 (tiga setengah) tahun berlangsung.
Pertanyaannya:
SIAPAKAH MUSA?
Keluaran
7:1-3
(7:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun,
abangmu, akan menjadi nabimu. (7:2)
Engkau harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu,
harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel itu pergi dari
negerinya. (7:3) Tetapi Aku akan mengeraskan
hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang
Kubuat di tanah Mesir.
Tiga hal
yang pertama:
1. Diangkat
sebagai Allah bagi Firaun.
2. Harun,
abangnya, menjadi nabi bagi Musa.
3. Menghadapi
kekerasan hati Firaun.
Mari kita
melihat: “Diangkat sebagai Allah bagi Firaun.”
Keluaran
3:12
(3:12) Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan
menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau:
apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu
akan beribadah kepada Allah di gunung ini."
Tanda
seorang hamba Tuhan diutus: Memiliki kuasa kelepasan, seperti Musa juga membawa
bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Ini adalah tanda penyertaan Tuhan
kepada Musa, kepada seorang hamba Tuhan. Sebab itu saudara jangan heran kalau Pengajaran
Salib ditegakkan di tengah-tengah pelayanan dalam penggembalaan GPT BETANIA
Serang Cilegon ini, karena tidak ada cara lain untuk melepaskan kita dari
perbudakan-perbudakan dosa yang berkuasa di dunia ini.
Inilah tanda
bahwa Tuhan menyertai seorang hamba Tuhan; Musa dan hamba-hamba Tuhan lainnya.
Saudara harus bangga kepada Tuhan Yesus. Kalau Tuhan mempercayakan seorang
hamba Tuhan untuk berpegang teguh pada Pengajaran Salib, saudara tidak perlu
pusing di situ. Saudara harus bangga.
Jangan
cengeng. Masih banyak di antara kita yang kalau dikoreksi; marah. Padahal
Firman saja yang benar. Masa ketika kita salah lalu kesalahan kita dikoreksi,
kita melawan? Kita berkorban untuk menyamakan diri kepada yang tidak patut, lalu ketika dikoreksi, masa kita harus
memberontak? Renungkanlah hal ini. Belajarlah bijaksana mulai dari sekarang.
Keluaran
3:13-15
(3:13) Lalu Musa berkata kepada Allah:
"Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka:
Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku:
bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?" (3:14) Firman Allah kepada Musa: "AKU
ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang
Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (3:15) Selanjutnya berfirmanlah Allah
kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek
moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku
kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku
turun-temurun.
Di atas tadi
kita sudah melihat bahwa Allah mengangkat Musa sebagai Allah bagi Firaun.
Firman Allah
kepada Musa: “AKU ADALAH AKU”,
artinya; Allah yang dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya tetap Allah, Dia
tidak akan berubah.
Tabiat
inilah yang ditaruh oleh Tuhan di dalam diri seorang Musa. Tabiat inilah yang
menjadi Allah bagi Firaun. Berarti, “AKU
ADALAH AKU”, ialah pribadi yang tidak berubah dahulu, sekarang dan sampai
selama-lamanya.
Biarlah
secara khusus yaitu imam-imam, secara umum yaitu seluruh sidang jemaat, tabiat
Allah ini ada di dalam diri kita masing-masing. Dengan demikian, kita mau
menghargai kesaksian dari pada Musa untuk melepaskan diri dari masa aniaya
antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Lebih terang
lagi kita melihat: “AKU ADALAH AKU.”
Wahyu 1:8
(1:8) "Aku adalah Alfa dan Omega,
firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang, Yang Mahakuasa."
Alfa dan
Omega, lalu diikuti dengan perkataan: yang
ada dan yang sudah ada dan
yang akan datang.
Persamaannya.
Wahyu
1:17-18
(1:17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku
di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan
kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal
dan Yang Akhir, (1:18) dan Yang
Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan
Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Persamaan
dari “AKU ADALAH AKU”, menunjukkan
bahwa; Allah itu adalah Alfa dan Omega, dari awal sampai akhir, Dia tetap Dia.
Tidak pernah berubah.
Kemudian,
dari Alfa untuk sampai kepada Omega, dilanjutkan dengan kalimat: “yang ada, yang sudah ada, yang akan datang.”
Persamaannya;
yang awal dan yang akhir, diikuti dengan kalimat: yang hidup, mati,
namun lihatlah Aku hidup. Hidup – mati – hidup.
Berarti,
dari awal (Alfa) untuk sampai ke akhir (Omega), di tengah-tengahnya Yesus harus
mati di atas kayu salib. Berarti, supaya tabiat Allah ada di dalam diri kita,
tabiat yang tidak berubah-ubah itu ada di dalam diri kita, maka kita harus
tetap masuk dalam pengalaman kematian oleh sengsara salib. Jangan menyingkir
dari sana.
Banyak kali
kita menyingkir dari salib, menyingkir
dari kesucian dan kebenaran, akhirnya jatuh dalam dosa, akhirnya berantakanlah semuanya. Tidak lagi memiliki
tabiat dari pribadi Allah yang tidak berubah-ubah.
Kalau
menyingkir dari salib, menyingkir dari pengalaman kematian, seseorang pasti
berubah-ubah; mudah berubah, mudah dipengaruhi kondisi, mudah dipengaruhi situasi,
mudah dipengaruhi keadaan.
Kalau memang
itu kita, belajarlah dari hal apa yang kita dengar sore ini. Jangan kita lawan
yang baik. Lebih baik kita diadili oleh Tuhan setiap hari lewat firman dan
Roh-Nya yang merupakan kasih dari sorga, dari Allah, dari pada diadili dan
didakwah oleh Setan (roh jahat dan roh najis) setiap hari.
Kita kembali
memperhatikan Keluaran 7.
Keluaran 7:1
(7:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun,
abangmu, akan menjadi nabimu.
“... Mengangkat
engkau sebagai Allah bagi Firaun”, berarti tabiat Allah ada di dalam diri
Musa, tidak berubah-ubah, sebab ketika Musa memperkenalkan dirinya kepada
Firaun dan Israel, Musa berkata: “AKU
ADALAH AKU”, berarti Alfa dan Omega. Tetapi dari awal (Alfa) untuk sampai
ke akhir (Omega), Yesus mati di kayu salib, itulah penyambung dari Alfa sampai
Omega.
Berarti,
supaya tetap setia, tidak berubah, harus memikul salib. Jangan menyingkir dari
salib. Kalau seseorang menyingkir dari salib, orang semacam ini bisa
berubah-ubah; sebentar begini, sebentar begitu, hidupnya ditentukan oleh
keadaan, situasi, maupun kondisi yang ada, tidak memiliki pendirian yang kuat
di hadapan Tuhan. Mulai malam ini, belajar memiliki pendirian yang kuat. Miliki
tabiat Allah di dalam diri kita masing-masing.
Ingat: “AKU ADALAH AKU”, Alfa dan Omega, di
tengahnya ada salib, supaya kita memiliki tabiat Allah.
Apa arti “Allah bagi Firaun” ? Artinya ialah Tuhan
kita lebih berkuasa dari Setan. Bukan Setan yang berkuasa, tetapi Allah kita
yang lebih besar dari pada Setan.
Selanjutnya
kita melihat: “Harun menjadi nabi bagi Musa.”
Kalau Harun
menjadi nabi bagi Musa, berarti Harun harus berbicara kepada Firaun.
Kalau kita
mau mengakui firman nubuatan, firman yang rahasianya dibukakan, maka ijinkan
kuasa firman itu bersuara, bekerja dalam setiap kehidupan kita. Jangan ada lagi
diantara kita yang masih mengandalkan kekuatan diri sendiri. Termasuk dalam
mengakui dosa juga jangan karena perasaan, tetapi mengakui dosa harus karena
kekuatan dari firman nabi, maka betul-betul terjadi kelepasan. Jangan karena
perasaan, jangan karena pengertian manusiawi, tetapi betul-betul didorong oleh
firman nabi, maka nanti di situ ada kelepasan. Pendeknya, setan (Firaun) salah
satu musuh abadi, pasti tunduk (kalah).
Jadi, Musa
ini adalah seorang yang tunduk; taat, setia, dan dengar-dengaran kepada Tuhan.
Dia tidak mengandalkan kekuatannya, dia hanya mengandalkan kebenaran firman,
sehingga demikian terjadi kelepasan.
Kemudian: “Menghadapi
kekerasan hati Firaun.”
Kekerasan
hati Firaun ini memang sungguh luar biasa dan itu terbukti. Musa telah memukul
sungai Nil oleh perintah Tuhan, sehingga air pun berubah menjadi darah, tetapi
Firaun tetap mempertahankan dirinya, tidak mau berubah, keras hati.
Untuk
menghadapi kekerasan hati, tidak semudah apa yang dipikirkan manusia. Ini
adalah pengalaman saya:
Dahulu saya
berpikir dan saya mempunyai pemikiran siapa pun yang ada di dalam penggembalaan
ini pasti bisa berubah, tetapi kenyataannya tidak semudah apa yang saya
pikirkan.
Namun
sekalipun demikian, Musa tetap harus bertahan menghadapi kekerasan hati Firaun.
Tulah
pertama, air berubah menjadi darah, itu adalah pukulan berat, tetapi Firaun mengeraskan
hati, sehingga terjadi tulah kedua, yaitu katak, selanjutnya tulah ketiga,
sampai kepada tulah ke sembilan, Firaun tetap tidak mau berubah, karena
ternyata Tuhan turut mengeraskan hati orang yang mengeraskan hatinya.
Perhatikan
hal ini: Tuhan mengeraskan hati orang yang mengeraskan hati. Inilah yang
dihadapi oleh Musa, yaitu kekerasan hati Firaun.
Jadi, dengan
kesaksian yang seperti ini, kita harus bersyukur berterima kasih kepada Tuhan.
Kesabaran Tuhan terhadap kekerasan hati kita masing-masing, itulah pribadi
Allah ada di dalam diri Musa. Musa adalah seorang yang lemah lembut dan rendah
hati, tidak ada orang yang lebih rendah hati dari pada Musa, sampai detik ini.
Kita
bersyukur, Allah kita sabar terhadap kekerasan hati kita masing-masing. Sebuah
pujian: “Sabarnya Tuhan menghadapiku
memimpin di jalan-jalan-Nya hingga aku dewasa.”
Saat ini
kita masih kanak-kanak rohani, tetapi Tuhan sabar dengan kekerasan hati kita
masing-masing. Sebenarnya hati Tuhan itu pilu, sakit dengan kekerasan hati
kita. Bayangkan kita menyamakan diri dengan yang tidak patut kita kerjakan,
lalu menyangkal kesucian Tuhan, apakah Tuhan tidak sakit hati? Tetapi Tuhan
sabar dengan kita. Tabiat itulah yang ditaruh di dalam diri Musa.
Itulah
kesaksian yang harus kita perhatikan di hari-hari ini. Jangan lagi egois.
Perhatikanlah perasaan Tuhan.
Jangan
puaskan hatimu dengan kesenangan mu, tetapi hati Tuhan susah. Apa arti hidup
ini, apa arti pelayanan, apa arti nikah kita dengan Tuhan? Kiranya hal ini
dapat dipahami dengan baik.
Keluaran 7:7
(7:7) Adapun Musa delapan puluh tahun
umurnya dan Harun delapan puluh tiga tahun, ketika mereka
berbicara kepada Firaun.
Ketika Musa
dan Harun berhadapan dengan Firaun, Musa berumur 80 (delapan puluh) tahun,
sedangkan Harun berumur 83 (delapan puluh tiga) tahun.
Dari nama
dan umur ini, kita jelas mengetahui bahwa Musa adalah seorang pemimpin yang
dewasa rohani.
-
Musa 80 (delapan puluh) tahun diambil dari air.
-
Harun 83 (delapan puluh tiga) tahun terjadi
keterbukaan, kelepasan.
Dari nama
dan umur, sudah jelas menunjukkan; Musa seorang pemimpin yang dewasa.
Yesus
melayani Bapa mulai berumur 30 (tiga puluh) tahun. Domba yang dipersembahkan
sebagai korban paskah, itu harus jantan dan berumur setahun. Itu berbicara soal
kedewasaan penuh.
- Jantan:
bersikap seperti laki-laki / tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan.
- 1
tahun: Kedewasaan penuh.
Kita butuh
seorang pemimpin yang dewasa, tidak kanak-kanak, tidak terlalu banyak bicara
(tidak omong kasar).
Sekali lagi
saya sampaikan dengan tandas: Di dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, gereja Tuhan
sangat mendambakan dan membutuhkan kedewasaan rohani dari seorang pemimpin atau
hamba Tuhan.
Keluaran 7:6
(7:6) Demikianlah diperbuat Musa dan
Harun; seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka, demikianlah
diperbuat mereka.
Dan Musa ini
adalah pribadi / seorang pemimpin yang mau diajak kerja sama oleh Tuhan. Taat,
setia, dengar-dengaran. Musa melakukan tugasnya persis seperti perintah Tuhan.
Tuhan
merindukan kita untuk bisa diajak kerja sama di dalam hal melayani Tuhan,
melayani pekerjaan Tuhan. Tuhan sedang menunggu pribadi-pribadi yang seperti
ini di hari-hari terakhir ini, yaitu pribadi yang mau diajak kerja sama,
berarti harus menyingkir dari roh jahat dan roh najis, baik dalam perkataan,
nyanyian berbalas-balasan, dan lain sebagainya.
Sidang
jemaat doakan nikah saya, supaya tetap dalam nikah suci, supaya menjadi contoh
teladan, menjadi pemimpin yang dewasa, yang bisa diajak kerja sama oleh Tuhan,
dan kita juga harus bekerja sama dengan Tuhan dalam melayani Tuhan dan
pekerjaan Tuhan.
Kesaksian
seperti ini kita butuhkan, apalagi di hari-hari terakhir, pada masa aniaya
antikris 3.5 (tiga setengah) tahun. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment