IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 17 NOVEMBER 2020
(Seri: 122)
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing, dan kiranya damai sejahtera Kristus memerintah hidup, ibadah dan pelayanan kita, nikah dan rumah tangga kita masing-masing.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat di luar penggembalaan ini, baik yang ada di Jakarta, yang ada di Bandung, yang ada di Malaysia, Sumatera, TUHAN memberkati. Baik juga para simpatisan yang tekun mengikuti Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, baik yang di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, baik yang ada di NTT, di Sumatera, di Jawa Barat, DKI Jakarta, TUHAN memberkati kita semua.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima dengan hati yang terbuka lebar-lebar, disertai dengan kerendahan hati, sekalipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangga.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
1.
Ayat 25, Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya.
2.
Ayat 28, Suami harus mengasihi isterinya sama seperti
tubuhnya sendiri.
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Sebab, di sini dikatakan: “Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, hal ini jelas berbicara tentang; salib di Golgota. Sebab, Yesus Kristus, Anak Allah, telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain;
- Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
- Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga.
- Lalu meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Sesuai dengan Filipi 2:5-8. Dengan satu tujuan; supaya Kristus, yang adalah Kepala, menyatu dengan gereja TUHAN yang adalah tubuh-Nya sendiri.
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
Jadi, bukti seorang suami mengasihi isterinya ialah mengasuh dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat. Ini adalah teladan Kristus yang harus diteladani oleh seorang suami.
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin rumah TUHAN (pemimpin sidang jemaat). Adapun tugas dari gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) adalah:
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
Singkatnya: Sejauh ini TUHAN telah mengasuh kehidupan kita masing-masing, besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, tanpa terkecuali, karena TUHAN tidak pernah memandang muka. Oleh sebab itu, kita patut mengucap syukur sedalam-dalamnya dan berterima kasih setinggi-tingginya kepada TUHAN kita, Yesus Kristus. Besar kasih sayang dan kasih setia-Nya bagi kita semua.
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
Demikian juga sidang jemaat sebagai anak-anak TUHAN, anak rohani, akan berbahagia bilamana seorang gembala sidang, bilamana pemimpin rumah TUHAN menunjukkan suatu tanggung jawabnya di dalam hal mengasuh sidang jemaat, sebab sidang jemaat sebagai anak-anak rohani akan mendapat didikan lewat asuhan yang baik dan yang benar dari TUHAN.
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
Sebaliknya, kalau kita menerima hukuman dari TUHAN, kita dididik, itu adalah tanda didikan dari TUHAN, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
Sebaliknya, jika ibadah dan pelayanan tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib = tidak mengenal dan tidak mendapat didikan yang baik dari TUHAN.
Jika saudara meng-amin-kan firman ini, saya berharap “amin” yang terucap ini datang dari lubuk hati; itu artinya mau menerima didikan yang baik.
Yesaya 1:2
(1:2) Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: "Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku.
(1:3) Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya".(1:4) Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.
Ini merupakan gambaran dari seorang hamba yang tidak taat, tidak setia dan tidak dengar-dengaran = hamba yang tidak mau merendahkan dirinya di hadapan TUHAN.
1 Petrus 5:5
(5:5) Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati".
Tetapi yang dituntut dari seorang hamba TUHAN adalah ketundukannya. Mengapa demikian? Sebab Allah betul-betul menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Jadi, kalau hamba TUHAN hidup di dalam belas kasih, maka hiduplah di dalam kerendahan hati. Jika hidup dalam kemurahan, maka hiduplah dalam kerendahan hati. Kalau kita rendah hati di tengah ibadah dan pelayanan, maka banyak kemurahan-kemurahan yang kita dapat dari TUHAN, segalanya dimudahkan; oleh sebab itu, sangat rugi kita kalau masih mempertahankan dosa kesombongan (keangkuhan), tidak ada artinya. Tetapi itulah yang terjadi dan dialami oleh bangsa Yehuda dan Yerusalem.
(5:6) Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
Jadi, tidak ada artinya; capek kita dengan dosa kesombongan. Sebetulnya, orang sombong itu capek dan lelah, tetapi anehnya, banyak sekali orang yang gemar dengan dosa kesombongan. Berbeda dengan hamba TUHAN yang rendah hati, dia akan dibawa oleh TUHAN di tempat yang paling tinggi; dan kalau TUHAN yang meninggikan, maka tidak ada seorang pun yang dapat merendahkan, bahkan Setan sekalipun tidak akan dapat merendahkan seorang hamba TUHAN yang mau merendahkan diri-Nya di hadapan TUHAN, di tengah ibadah dan pelayanan, itulah dua tangan TUHAN yang kuat. Kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Jadi, kalau kita sudah tahu yang baik, lantas mengapa kita mau berlelah-lelah?
(1:3) Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya".
Artinya, umat Allah tidak menghormati sengsara Yesus dan tidak menjunjung tinggi Korban Kristus atau sengsara Yesus di atas kayu salib di bukit Golgota.
Kalau kita sudah merasakan yang baik dari TUHAN, maka marilah kita hormati korban Kristus.
Matius 23:16-19
(23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (23:17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (23:19) Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
Demikianlah keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat Allah tidak memahaminya, umat Allah tidak mengenal sama sekali, tidak memandang kepada korban Kristus.
YANG PERTAMA:
- Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah.
-
Bersumpah
demi mezbah, sumpah itu tidak sah.
-
Tetapi bersumpah demi persembahan
yang ada di atas mezbah, mereka katakan; sumpah itu mengikat.
1.
Mengabaikan
Bait Suci Allah dan kesuciannya.
2.
Mengabaikan
pelayanan mezbah -- atau pelayanan pekerjaan TUHAN -- dan tidak memahami
orang lain.
Yesaya 1:4
(1:4) Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.
1. Meninggalkan TUHAN.
2. Menista Yang Mahakudus, Allah Israel.
3. Berpaling membelakangi TUHAN.
Demikianlah yang terjadi pada akhirnya. Ini adalah suatu sikap yang kurang terpuji yang ditunjukkan oleh Yehuda dan Yerusalem.
Kalau anak TUHAN melakukan suatu kejahatan yang besar;
- Disebut bangsa yang berdosa.
- Disebut kaum yang sarat dengan kesalahan.
- Disebut keturunan yang jahat-jahat.
- Disebut anak-anak yang berlaku buruk.
lalu, bagaimana sikap TUHAN? Bagaimana tindakan TUHAN? Kira-kira, apakah oleh karena dosa-dosa itu, lalu akhirnya Yehuda Yerusalem binasa? Tentu saja TUHAN tidak menghendaki kebinasaan dari Yehuda Yerusalem.
Tetapi, oleh karena kejahatan dari Yehuda dan Yerusalem ini, ada konsekuensi.
Namun di dalam TUHAN, anak-anak yang berlaku jahat, supaya dia tidak dihukum dan binasa, maka tentu saja harus menerima hukuman terlebih dahulu, karena hukuman tersebut merupakan didikan TUHAN bagi kita.
Tentu saja TUHAN tidak menghendaki Yehuda dan Yerusalem untuk binasa, tetapi mereka harus mendapat hukuman karena kesalahan mereka.
1 Korintus 11:31
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
“ ... hukuman tidak menimpa kita” .Orang yang semacam ini jauh dari hukuman yaitu; Sengsara Salib.
(11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
Marilah kita melihat hukuman itu, di mana oleh karena kesalahan dan kejahatan itu, Yehuda dan Yerusalem harus dihukum, supaya lepas dari hukuman kebinasaan. Lebih baik hari ini pikul salib sebagai hukuman atas daging supaya akhirnya tidak binasa, dari pada kita akhirnya dihukum untuk selama-lamanya (binasa).
Tentu kalau saudara bijaksana, kalau saudara adalah manusia yang berakal budi, maka pasti saudara berkata: Lebih baik di tengah ibadah saya memikul salib tetapi lepas dari kebinasaan. Ayo, berpikirlah bijaksana, jangan seperti orang bebal dan bodoh.
Yesaya 1:5-8
(1:5) Di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang bertambah murtad? Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu. (1:6) Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak. (1:7) Negerimu menjadi sunyi sepi, kota-kotamu habis terbakar; di depan matamu orang-orang asing memakan hasil dari tanahmu. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing. (1:8) Puteri Sion tertinggal sendirian seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang terkepung.
Negerimu menjadi sunyi sepi; tidak hanya menderita sakit, tetapi negeri mereka menjadi sunyi sepi. Lalu, kota-kota mereka juga habis terbakar dan orang-orang lain memakan habis hasil tanah mereka; sungguh, tidak berdaya. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing.
Begitu ngerinya keadaan Yehuda dan Yerusalem, tetapi itu harus diterima sebagai konsekuensi dari kesalahan Yehuda dan Yerusalem.
b. Seluruh hati lemah lesu.
Sebenarnya, pada kepala terdapat otak besar dan otak kecil.
1.
Meja Roti Sajian, berbicara tentang; persekutuan
yang mendalam dengan Yesus, Anak Allah, lewat pengajaran
Firman Allah dan perjamuan suci. Wadahnya ialah
Ibadah
Pendalaman Alkitab
(Bible Study) disertai dengan perjamuan
suci.
2.
Pelita Emas, berbicara
tentang;
persekutuan dengan Roh Allah yang suci untuk menjadi kesaksian (terang), itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Wadahnya ialah
Ibadah
(Kebaktian) Raya Minggu.
3.
Mezbah dupa, berbicara
tentang; persekutuan
dengan kasih Allah. Wadahnya ialah Ibadah
Doa Penyembahan. Hanyut dan tenggelam dalam
kasih Allah, itulah doa penyembahan.
Oleh sebab itu, arahkan dan pusatkan pikiran untuk tertuju kepada ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, supaya pikiran sehat. Pikiran jangan kepada uang, pikiran jangan kepada kenajisan, pikiran jangan kepada kejahatan, supaya pikiran ini jangan sakit. Bukankah yang membuat sakit adalah dosa itu? Kesucian tidak pernah membuat sakit, salib juga tidak pernah membuat sakit.
Ayo, arahkan pikiran, pusatkan pikiran kepada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Tabut Perjanjian terdiri dari 2 (dua) bagian:
1.
Tabut
atau peti à
Sidang
mempelai wanita TUHAN.
2.
Tutup
pendamaian atau tutupan grafirat dengan kedua kerub
di atasnya à
Allah Trinitas, yakni TUHAN Yesus Kristus sebagai Mempelai Pria
Sorgawi.
Kalau kita berkata: “sudah belajar Alkitab”, maka selanjutnya kita buktikan dengan penyerahan. Tidak ada artinya berkata “saya sudah belajar Alkitab dari sejak kecil”, tetapi tidak dibuktikan dengan penyerahan. Harus menyerah kepada TUHAN, menyerah kepada pembukaan firman.
1.
Takhta
Allah = ibadah dan pelayanan.
2.
Hubungan
nikah (hubungan intim) antara Kristus --
sebagai MEMPELAI PRIA -- dengan sidang jemaat -- sebagai MEMPELAI WANITA-NYA -- berdasarkan
kasih. Hubungan
nikah harus berdasarkan kasih; hubungan intim harus berdasarkan kasih.
Membangun hubungan intim dengan TUHAN, dasarnya adalah kasih Mempelai.
-
OTAK
BESAR tidak akan alami sakit jikalau tekun dalam 3 (tiga)
macam ibadah pokok dan pikiran terpusat pada ketekunan dalam 3 (tiga)
macam ibadah pokok.
-
OTAK
KECIL tidak akan sakit, jika hidup seseorang; (1)
menjadi takha Allah dan (2) membangun hubungan nikah, membangun hubungan intim berdasarkan kasih Mempelai.
- Mengapa suami stress? Karena hubungannya tidak baik.
Kalau kita tahu yang baik, segera menyerah kepada yang baik; tidak perlu mengumbar kata-kata, sebab TUHAN yang menyelidiki hati. Kalau kita membela diri dengan mengumbar kata-kata, maka kebenaran itu cukup dilihat mata manusia, tidak sampai ke sorga, tidak masuk dalam sorga. Ayo, belajarlah bijaksana.
Hal itu memang masuk akal; hati ini akan lemah lesu kalau firman TUHAN tidak mendapat tempat di dalam hati. Kalau kita perhatikan di dalam suratan Petrus, “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur”, demikian juga segala yang ada ini. Yang membuat hati kita kuat dan bertahan dari segala jenis (macam) pencobaan adalah jika firman TUHAN mendapat tempat di dalam hati, maka pasti kuat.
Jadi “lemah lesu” di sini menunjukkan suatu gambaran bahwa Firman TUHAN itu tidak mendapat tempat di dalam hatinya, ia jauh dari firman.
Yesaya 1:6
(1:6) Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak.
1. Bengkak dan bilur dan luka baru.
2. Tidak dipijit, tidak dibalut, tidak ditaruh minyak.
Luka baru, contohnya; hari ini adalah hari Selasa, terlukai; itu luka baru. Kemudian, besok di hari Rabu, terlukai lagi = luka baru. Lalu, lusa di hari Kamis, terlukai = luka baru. Mengapa ada luka baru? Inilah yang disebut tersakiti tanpa pembelaan TUHAN.
Tadi dikatakan; Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat, berarti sakit; tetapi sekalipun demikian, tidak dipijit, tidak dibalut, tidak ditaruh minyak, artinya; tidak mengalami pertolongan TUHAN = tanpa penolong Yang Lain, yaitu Roh TUHAN.
Mungkin saudara bertanya-tanya dalam hati; penderitaan yang sakit semacam ini seperti apa rupanya, sakitnya sehebat apa? Jika saudara ingin tahu, mari kita perhatikan Ayub, yang mana ia mengalami penderitaan tanpa seorang penolong yang lain.
(2:7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. (2:8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. (2:9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah"!
- Perkataan yang pertama: Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?
- Perkataan yang ketiga: Matilah!
Sudah menderita sakit, tetapi tanpa diminyaki, tanpa Penolong yang lain, Roh Allah, sakitnya minta ampun. Kalau menderita, namun mendapat pertolongan dari Roh Allah, maka semua dapat terlewati. Tetapi kalau tanpa Penolong yang lain, sakitnya minta ampun.
Kalau seorang isteri berkata kepada suaminya: “Matilah”, ini adalah penderitaan hebat.
Yesaya 1:7
(1:7) Negerimu menjadi sunyi sepi, kota-kotamu habis terbakar; di depan matamu orang-orang asing memakan hasil dari tanahmu. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing.
a. Negeri mereka menjadi sunyi sepi.
b. Kota-kota mereka habis terbakar.
c. Orang-orang asing memakan hasil dari tanah mereka.
Singkatnya: Ditinggalkan oleh TUHAN untuk sesaat lamanya.
Yesaya 1:8
(1:8) Puteri Sion tertinggal sendirian seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang terkepung.
1.
Seperti pondok di kebun
anggur. Kebun anggur adalah gambaran dari kasih Allah.
Seharusnya, kasih Allah itu dapat memberi pertolongan, tetapi jikalau
tertinggal dalam kesendirian, maka persis seperti pondok di kebun anggur = tidak bisa merasakan apa-apa, tidak dapat merasakan kasih Allah.
2.
Seperti gubuk di
kebun mentimun
= tidak ada rasa damai sejahtera, tidak ada rasa tenteram.
3.
Seperti kota yang
terkepung, berarti; mencekam, dihantui rasa takut.
Tadi sudah jelas, gambaran dari ayat 8 ialah tidak bisa berbuat apa-apa, sekalipun seperti pondok di kebun anggur, sekalipun seperti gubuk di kebun mentimun, sekalipun seperti kota yang terkepung; tidak bisa berbuat apa-apa.
Jadi, jalan keluarnya adalah tetap di dalam TUHAN. Kalau jalan keluarnya ada di dalam TUHAN, tentu saja akan kita lanjutkan pembacaan pada Yesaya 1:9.
(1:9) Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora.
Bersyukurlah kepada TUHAN; untuk sesaat lamanya kita ditinggalkan dalam penderitaan yang begitu hebat, tetapi untung TUHAN tinggalkan si pelepas di muka bumi ini.
Roma 9:29
(9:29) Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: "Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora".
(4:2) Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput. (4:3) Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, (4:4) apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar.
- Membersihkan kotoran puteri Sion (Yehuda).
- Menghapus noda darah Yerusalem.
Sebab Tunas Daud adalah Roh Allah yang berkuasa untuk:
1. Berkuasa untuk mengadili dosa.
2. Berkuasa untuk membakar dosa, sampai tabiat dosa hangus.
Yesaya 53:2-5
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. (53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. (53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (53:5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
-
Tunas
Daud; Dialah
Roh Allah yang berkuasa mengadili. Sengsara salib, itu adalah keadilan TUHAN.
-
Tunas Daud adalah Roh Allah yang berkuasa untuk membakar. Semuanya hangus;
tabiat daging, tabiat dosa, semua dihanguskan.
Anak laki-laki dengan tabiat-Nya, di mana di tangannya ada tongkat (gada) besi. Kemudian, Anak laki-laki ini juga dirampas, itu jelas berbicara tentang doa penyembahan.
No comments:
Post a Comment