IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 19 NOVEMBER 2020
(Seri: 117)
Selamat malam, damai sejahtera memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing.
Tidak lupa saya menyapa anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming; Shalom, TUHAN Yesus memberkati kita semua. Selanjutnya, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya pembukaan firman yang kita terima sebentar berkuasa untuk meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Untuk melihat ayat 2-4, terlebih dahulu kita memperhatikan ayat 1.
Rut 3:1
(3:1) Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: "Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?
Tempat perlindungan à Pesta nikah Anak Domba sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini. Muara dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba, sesuai dengan yang tertulis dalam Wahyu 19:6-9.
Rut 3:2-4
(3:2) Maka sekarang, bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya perempuan telah kautemani itu, adalah sanak kita? Dia pada malam ini menampi jelai di tempat pengirikan; (3:3) maka mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat pengirikan itu. Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia selesai makan dan minum. (3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
1. Mandilah.
2. Beruraplah.
3. Memakai pakaian bagus.
4. Pergilah ke tempat pengirikan.
5. Perhatikanlah baik-baik tempat ia berbaring.
Demikian halnya dengan gereja TUHAN di hari-hari ini, harus ditandai dengan 5 (lima) perkara tersebut sebagai langkah-langkah untuk berada dalam rencana Allah yang besar.
Keterangan: V. PERHATIKAN BAIK-BAIK TEMPAT IA BERBARING.
Singkatnya, yang harus kita perhatikan dari hal yang kelima adalah berbaring.
Memang, kalau kita perhatikan secara khusus, kata “berbaring” di dalam Perjanjian Baru adalah suatu perkara yang sangat penting yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, karena kata “berbaring” selalu terkait dengan menyelesaikan masalah, terkait dengan menyelesaikan segala perkara, termasuk ketika Yesus dibaringkan dalam kubur, berarti; segala perkara sudah selesai.
Oleh sebab itu, kita belajar dari seorang raja yang besar, itulah raja Daud, dalam tulisannya di dalam Mazmur 23.
(23:1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (23:2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Membaringkan atau berbaring tidak terlepas dari pemeliharaan TUHAN kepada kita sebagai Gembala Agung. TUHAN adalah Gembala yang baik, sedangkan masing-masing kita adalah domba-domba-Nya.
Kidung Agung 1:6
(1:6) Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga.
Yang Pertama: Karena terik matahari membakar aku, ini adalah gambaran dari mempelai TUHAN dalam sengsara dan penindasan yang telah dia alami.
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Inilah yang dicari oleh mempelai TUHAN, inilah yang dicari oleh Sulamit. Sekalipun dia hitam, tetapi kerinduannya luar biasa.
Memang kita bangsa kafir, tetapi kita juga harus meneladani tabiat dari Sulamit, meneladani sikap dari pada mempelai TUHAN. Mengapa demikian? Sebab waktu yang tersisa, waktu yang tersedia bagi kita, bangsa kafir, tinggal sedikit lagi, sebab hari-hari ini bagaikan waktu petang hari = menjelang gelap malam = puncaknya dosa
Di hari-hari terakhir ini, soal “berbaring” ini harus menjadi pusat perhatian bagi bangsa kafir untuk meneladani pribadi Sulamit, meneladani milik kepunyaan Allah sendiri.
Kidung Agung 1:7B
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
(11:15) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! (11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
- Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari.
- Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Artinya; Firman TUHAN telah disampaikan dalam kuasa Roh-El Kudus yang memberi kesukaan, namun tidak ada reaksi dari teman-teman.
Pendeknya, “teman-teman” -- di dalam ayat ini -- berbicara tentang suatu kehidupan yang sudah mendengarkan firman Allah, tetapi tidak melakukannya.
Saya tidak mempersoalkan soal waktu lamanya mendengar firman. Baik, kita anggap itu bagian dari masa lalu, kalau memang selama ini teledor saat dengar firman; tetapi yang sekarang TUHAN tuntut ialah bagaimana reaksi kita saat dengar firman TUHAN?
Jangan dianggap main-main, jangan dianggap enteng. Kalau saudara pernah melihat orang di sekitarmu anggap enteng terhadap pemberitaan firman, saatnya sekarang belajar untuk mengerti soal “berbaring” ini.
(29:9) Jika orang bijak beperkara dengan orang bodoh, orang bodoh ini mengamuk dan tertawa, sehingga tak ada ketenangan.
Tergantung dari sudut mana ia memandang Firman Allah yang dinyatakan,
- Jika yang dinyatakan adalah bentuk salib, ia mengamuk.
- Jika yang dinyatakan adalah bentuk daging, ia tertawa.
Pendeknya: Firman Allah agung dan mulia, namun tidak ada artinya bagi orang bodoh, tidak ada artinya bagi orang bebal.
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
-
Mengejek Yohanes Pembaptis sebagai
orang yang kerasukan setan, karena Yohanes Pembaptis berpuasa.
-
Mengejek Anak Manusia sebagai
seorang pelahap dan peminum (pemabuk), karena sahabat pemungut cukai dan
sahabat orang berdosa.
Matius 9:14-15
(9:14) Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" (9:15) Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
Tetapi, akan datang waktunya, di mana Firman Pengajaran Mempelai diambil dari atas muka bumi ini, itulah waktu yang tepat untuk berpuasa, tidak makan, tidak minum. Sekali lagi saya sampaikan: Saat Pengajaran Mempelai diangkat dari bumi ini, itu waktu yang tepat bagi kita untuk berpuasa.
Bukan soal aturan-aturan di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi soal bagaimana kita mengamalkan, soal bagaimana melakukan (melaksanakan) setiap firman Pengajaran Mempelai yang kita terima dan kita dengar; itu persoalannya. Tetapi dasar orang bebal, dasar orang bodoh, “teman-teman”ini suka mencari alasan, berperkara soal Taurat (ibadah Taurat).
Seperti TUHAN Yesus Kristus, Ia memperhatikan orang-orang yang sakit, yakni;
- Pemungut cukai à Orang yang terikat dengan uang = cinta uang.
- Orang-orang berdosa. Dia sangat memperhatikan orang-orang berdosa.
Jadi, saat Yesus duduk makan di rumah orang Farisi, Simon si kusta, Dia memberi kesempatan kepada seorang perempuan yang terkenal karena dosanya untuk memperbaiki kelakuannya. Dia sangat memperhatikan; bukan hanya pemungut cukai, tetapi juga memperhatikan orang berdosa.
(9:16) Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. (9:17) Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."
-
Tidak dapat diperbaiki sekalipun
ada di tengah-tengah ibadah pelayanan, seperti kain penambal yang baru yang
ditambalkan pada kain yang tua, justru kain yang tua akan semakin rusak.
-
Tidak dapat menikmati kemurahan TUHAN, seperti
anggur yang baru diisi di dalam kantong kulit yang tua, dia akan terbuang
sia-sia, jauh dari kemurahan TUHAN.
Matius 9:17B
(9:17) Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."
- Kantong yang baru memelihara anggur yang baru.
- Sebaliknya, anggur yang baru memelihara kantong yang baru.
Dengan lain kata; hidup di dalam kasih karunia.
Jadi, kita ada di tengah ibadah harus dalam keadaan baru seperti kantong yang baru tadi, supaya kedua-duanya terpelihara, hidup di dalam kelimpahan kasih karunia.
Yohanes 2:18
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
Yohanes 2:19
(2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
Jadi, yang TUHAN tuntut di tengah ibadah pelayanan dalam kehidupan kita adalah supaya kita berada dalam keadaan yang baru -- sama dengan; hidup baru --.
Yesus bergumul menghadapi “teman-teman”, supaya menjadi suatu kehidupan yang baru. Penyucian itu juga dibutuhkan perjuangan, sampai kita betul-betul menjadi suatu kehidupan yang baru. Dibutuhkan perjuangan yang begitu besar.
Jadi, ibadah itu bukan hanya sekedar ibadah Taurat; datang, lalu kita kerjakan sesuai aturan yang ada, itu adalah taurat. Tetapi di tengah ibadah dibutuhkan perjuangan dan pengabdian.
Matius 11:19
(11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
Pemimpin pujian ya memimpin pujian, sudah. Pemain musik ya melayani musik, sudah. Zangkoor ya zangkoor begitu saja, sudah. Sidang jemaat datang dengar firman ya duduk dengar firman, tetapi pulang ya begitu saja, tidak ada perjuangan. Itulah ibadah dari “teman-teman”.
Betul-betul bodoh dan bebal, sebab mereka menjalankan ibadah Taurat saja, hanya dengan aturan saja. Dan itu, diperbesar-besar kepada TUHAN Yesus Kristus, karena pada saat mereka berpuasa, Yesus bersama murid-murid justru makan dan minum bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa.
Memang, kalau dasarnya tidak mau berubah, memang begitu; jago untuk mencari alasan; meninggikan diri, namun untuk menjatuhkan orang lain
(11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
Ayo, kita masing-masing membuktikan diri di hadapan TUHAN dengan perbuatan yang benar, bukan dengan perkataan seolah-olah benar. Sudah seharusnya kita sekarang menunjukkan jati diri kita dengan perbuatan kita masing-masing, bukan lagi dengan perkataan. Tidak ada lagi waktu membenarkan diri dengan perkataan, tetapi buktikan jati diri kita masing-masing dengan suatu tindakan yang positif di hadapan TUHAN, sesuai dengan hikmat Allah.
(13:1) Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: "Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!" (13:2) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan."
Itu sebabnya, di atas tadi saya sudah sampaikan: Dalam penyucian itu dibutuhkan perjuangan, itulah yang diperjuangkan oleh Yesus terhadap orang-orang Yahudi, “teman-teman”, dengan berkata: Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali dalam keadaan baru.
Markus 13:33
(13:33) "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.
Sesudah Bait Allah dirombak dan didirikan kembali dalam keadaan baru oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus -- itu yang terpenting --, lalu berhati-hatilah dan berjaga-jagalah. Mengapa demikian? Selanjutnya Yesus berkata: Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.
Kedatangan TUHAN itu tiba-tiba, seperti pencuri di malam hari. Kalau tuan rumah tahu bahwa pencuri datang di malam hari, maka pasti dia berjaga-jaga. Jadi, kedatangan TUHAN itu seperti pencuri di malam hari; “tiba-tiba”, tidak ada yang tahu, seorang pun tidak ada yang tahu, Anak pun tidak tahu, hanya Bapa yang tahu. Mengapa? Apakah TUHAN menginginkan kebinasaan manusia? Tidak, melainkan supaya kita berhati-hati dan berjaga-jaga. Kalau sudah tahu, tidak perlu berhati-hati; tetapi karena kita tidak tahu, maka dibutuhkan soal berhati-hati dan soal berjaga-jaga.
Jadi, jangan dengar suara daging saat datang beribadah, sebab ibadah ini bukan soal Taurat, bukan soal aturan dengan berkata “pokoknya, saya sudah melayani”, bukan soal itu.
Ayo, dukung pemberitaan Injil ini dengan sikap yang rendah hati. Jangan dengar suara daging, suara asing.
(3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ. (3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya. (3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami."
YANG PERTAMA: Perlindungan dari sayap Allah. Itu penting, itu yang memelihara bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun; mereka didukung di atas kepak sayap Allah, mereka dilindungi di atas kepak sayap Allah.
Sampai pada puncak dosa gelap malam, kita dilindungi oleh dua kepak sayap Allah. Maka, kalau kita hanya datang beribadah dalam bentuk Taurat “karena kita sudah bekerja, ya, sudahlah”, sesudah melayani “sudahlah”, firman yang didengar tidak perlu dilakukan, itu adalah kesalahan besar.
Ingat: Hikmat dibenarkan oleh perbuatan, bukan dari mulut. Kita sudah harus semakin dewasa sekarang. Jadi, ibadah ini bukan soal Taurat dengan berkata: “yang penting saya sudah melayani, titik”, sehingga firman yang disampaikan tidak perlu dilakukan; itu adalah sifat “teman-teman” tadi, yang tidak ada tempat untuk berbaring. Tetapi Rut memperhatikan perlindungan dari sayap Allah, tanda bahwa: Rut berhati-hati dan berjaga-jaga.
YANG KEDUA: Penebusan. Jadi, dalam kita berjaga-jaga, yang kita butuhkan adalah penebusan yang telah dikerjakan Yesus Kristus di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu. Itulah soal berjaga-jaga, di mana yang kita harapkan adalah soal penebusan, dan TUHAN telah mengerjakan penebusan, TUHAN telah memperdamaikan dosa kita di atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.
Oleh sebab itu, di dalam Injil juga, seorang perempuan bertanya kepada malaikat: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan ... Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Di mana engkau baringkan, Tuhanku? Itulah sikap mempelai.
Jangan mengembara tidak jelas, tidak ada tempat berbaring; tidak jelas, ibadahnya hanya Taurat saja. Pokoknya, kalau sudah pimpin pujian, sudah. Kalau sudah melayani musik, sudah, tidak perlu mengamalkan firman yang didengar. Itulah sikap “teman-teman”, sikap dari orang bodoh (bebal).
Saya sudah katakan: TUHAN tidak peduli dengan dosa masa lalu, yang mungkin selama ini mengabaikan firman yang didengar, tetapi sekarang harus banyak berubah, sebab hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
Rut 3:4
(3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
Tetapi Rut; saat dia berbaring di kaki Boas, pada saat itulah Boas memberitahukan segala sesuatu yang harus dia lakukan. Tiadalah mungkin kita dapat melakukan sesuatu yang baik, yang benar, yang suci, yang sempurna, kalau TUHAN tidak memberitahukan rencana-rencana itu dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, jangan sombong, kita adalah bangsa kafir yang mendapat kemurahan dari TUHAN.
(54:4) Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu. (54:5) Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi. (54:6) Sebab seperti isteri yang ditinggalkan dan yang bersusah hati TUHAN memanggil engkau kembali; masakan isteri dari masa muda akan tetap ditolak? firman Allahmu.
Yang tidak kalah penting adalah Allah tidak lagi mengingat-ingat segala kesalahan-kesalahan kita pada masa lalu; dosa masa lalu telah dilupakan oleh TUHAN.
1. Dia mengharapkan perlindungan dari dua sayap.
2. Dia berharap penebusan itu.
Tetapi akhirnya, kehidupan yang ditebus menjadi mempelai TUHAN; dan yang menjadi suaminya adalah Penebusnya. Inilah satu kehidupan yang betul-betul mengerti rencana TUHAN.
Ayo, sebagai bangsa kafir, biarlah kita taat, setia, dengar-dengaran. Jangan berubah dan jangan sombong.
Itulah kuasa dari penebusan itu, yaitu dosa tidak diungkit-ungkit lagi. Kalau dosa diungkit-ungkit lagi, tentulah kita tidak layak masuk dalam Kerajaan sorga. Mengungkit-ungkit dosa, itu adalah pekerjaan Setan, yang suka menuduh dan mendakwa, sehingga seseorang terus menerus merasa bersalah; akibatnya tidak percaya diri; sudah ada di tengah ibadah, namun tidak percaya diri; sudah diberi jabatan, namun tidak percaya diri. Itulah yang merupakan pekerjaan Setan; menuduh dan mendakwa.
Ayo, mari kita belajar seperti Sulamit; yang dia dambakan adalah tempat untuk berbaring. Jangan mengembara seperti “teman-teman”.
Yeremia 50:6-7A
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya. (50:7) Siapa pun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada TUHAN, tempat kebenaran, TUHAN, pengharapan nenek moyang mereka!
Yang Pertama: Dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya.
Praktek sesat ialah disesatkan oleh ajaran palsu.
1.
Ibadah hanya sebatas mengadakan mujizat,
namun salib diabaikan.
2.
Di tengah ibadah hanya sebatas pemberitaan
firman tentang dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, cerita-cerita isapan
jempol, filsafat-filsafat kosong.
Artinya; beribadah di sembarang tempat = tidak tergembala dengan baik dan benar dalam sebuah penggembalaan dengan satu gembala. Semua gunung-gunung (rumah TUHAN) tempat beribadah, semua dijalani. Inilah keadaan “teman-teman” mengembara, belum ada tempat untuk berbaring.
Dahulu kita juga merasa; kalau sudah beribadah di semua tempat, kita merasa lebih rohani dari orang lain, karena semua gunung-gunung, rumah TUHAN, tempat beribadah, kita jalani; padahal itu salah, itu sama dengan mengembara, tidak ada tempat untuk berbaring. Di mana ada KKR, di situ ia datang; di mana ada ibadah, di situ ia datang; itu namanya beribadah di gunung-gunung, di sembarang tempat, itu adalah sebuah sikap yang salah.
Artinya; beribadah tanpa menyelesaikan masalah. Ada di tengah ibadah, tetapi masalah tidak selesai-selesai, tidak mau berdamai dengan TUHAN = mengembara.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Ingat, waktu yang tersisa tinggal sedikit seperti waktu petang, menjelang gelap malam, sebab waktu yang ada sekarang ini seperti petang hari menjelang malam.
Jadi, yang dibutuhkan hanyalah pribadi Yesus seorang, tidak ada yang lain. Tidak ada yang dibutuhkan, selain pribadi Yesus, sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga, Dialah jantung hati.
Yesus Kristus adalah jantung hati kita masing-masing, tidak ada yang lain. Inilah bukti kerinduan di hati untuk mencari tempat untuk berbaring; TUHAN sebagai jantung hati, pusat peredaran kita. Nyawa kita adalah Yesus Kristus, tidak ada yang lain.
Kalau pun kita mempunyai kedudukan dan jabatan yang tinggi, itu bukan jantung hati. Yesus tetap jantung hati.
Kidung Agung 1:8
(1:8) -- Jika engkau tak tahu, hai jelita di antara wanita, ikutilah jejak-jejak domba, dan gembalakanlah anak-anak kambingmu dekat perkemahan para gembala.
Dalam ejaan lama: “hai engkau yang terelok di antara segala orang perempuan.”
Hal ini harus menjadi kenyataan di dalam hidup gereja TUHAN di mata TUHAN Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, yaitu harus menjadi jelita di antara wanita, harus menjadi yang terelok.
Kalau Sulamit jelek rohaninya, tidak mungkit Yesus berkata: “hai jelita di antara wanita”. Jadi, jawaban Yesus, sekaligus pengakuan-Nya, ini adalah cerminan rohani dari pada mempelai wanita TUHAN. Oleh sebab, jangan kita berlaku seperti teman-teman di dalam Injil Matius 11, di mana Firman TUHAN dinyatakan, Firman TUHAN sudah diperdengarkan, tetapi mereka tidak melaksanakannya.
Jadi, apa yang diucapkan oleh TUHAN, itu merupakan cerminan dari firman yang dilakukan oleh Sulamit, berbeda sekali dengan “teman-teman”;
- Seruling sudah ditiup, tetapi tidak menari.
- Orang-orang sudah menyanyikan kidung duka, tetapi mereka tidak berduka.
Tidak merasakan apa yang dirasakan oleh TUHAN; tidak melakukan firman yang dia dengar. Itulah “teman-teman” yang bodoh, bebal, tidak mau berubah. Tetapi Sulamit tidak demikian.
Ungkapan Yesus: “hai jelita di antara wanita”, itulah cerminan firman yang kita kerjakan selama ini, itu adalah pantulan cermin dari Firman TUHAN.
Mengapa Yesus disebut Anak Domba? Bukankah Yesus Raja? Bukankah satu saja julukan-Nya, itu sudah cukup? Yang Agung dan Mulia. Tetapi ternyata, masih ada sebutan lain; Dia adalah Anak Domba. Oleh sebab itu, ikutilah jejak-jejak domba.
1 Petrus 2:19-21
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. (2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Kita dipanggil juga supaya turut menderita, sama seperti Dia telah menderita. Ikutilah jejak-jejak atau tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah.
(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. (2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya.
Lalu, pada ayat 8, Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya.
Ayo, kita mencari tempat berbaring jangan seperti teman-teman yang mengembara, tidak ada hari perhentian, dan kita sudah melihat itu tadi; seperti domba yang terhilang sesat.
No comments:
Post a Comment