IBADAH
RAYA MINGGU, 01 NOVEMBER 2020
WAHYU
PASAL 12
(Seri:
29)
Subtema:
TONGKAT KERAJAAN MENUNTUN HINGGA PUNCAK IBADAH
Shalom.
Oleh
karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya
Minggu petang ini, kita bersyukur kepada TUHAN; segala puji, segala hormat,
hanya bagi Dia, sebab Dia adalah Allah sesembahan kita, tidak ada yang lain.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, yang sedang mengikuti
pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook di mana pun anda berada, baik di dalam maupun di luar negeri. Sidang
jemaat di Jakarta, di Bandung, di Sumatera, di Malaysia, saya berdoa kiranya
TUHAN juga menggembalakan saudara di sana. Maupun anak-anak TUHAN yang masih
simpatisan, baik di dalam maupun di luar negeri, juga saya berdoa supaya
kiranya lewat ketekunan Ibadah Raya Minggu ini kita boleh merasa hidup rohani
kita tergembala, dituntun sampai kepada puncaknya. Haleluya ... Puji TUHAN.
Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 12.
Kita akan memperhatikan dengan seksama dan memfokuskan diri pada ayat 15,
kiranya pertolongan TUHAN nyata, dan pembukaan firman sore (petang) ini
meneguhkan setiap hati kita masing-masing tentunya.
Wahyu
12:15
(12:15) Lalu ular
itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu,
supaya ia dihanyutkan sungai itu.
Ular
itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai. Sebetulnya, air
sebesar sungai merupakan senjata pamungkas atau senjata yang terakhir dari pada
ular naga itu. Mengapa saya mengatakan demikian? Sebab pada ayat 13,
naga itu telah memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
Namun pada ayat 14, kepada perempuan itu diberikan 2 (dua) sayap
burung nasar yang besar supaya ia diterbangkan di padang gurun, padang
belantara, sehingga ia terpelihara selama 3.5 (tiga setengah) tahun, dengan
lain kata; diasingkan oleh TUHAN, jauh dari mata ular. Akhirnya, pada ayat
15 ini, kembali ular mengejar dengan cara menyemburkan dari mulutnya
air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, dengan satu tujuan supaya
perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu dihanyutkan sungai itu.
Berarti,
sungai itu mempunyai arus yang sangat kuat (dahsyat), sungai itu mempunyai
pengaruh yang begitu hebat, bukan? Dengan demikian, kalau anak-anak TUHAN tidak
sadar, ia akan mengalami kematian rohani; seseorang akan mengalami kematian
rohani jikalau ia tidak hati-hati dengan arus dari air sebesar sungai yang
begitu dahsyat ini. Inilah pentingnya pertolongan TUHAN lewat pertemuan ibadah
yang TUHAN percayakan, sebab tiada mungkin seorang pun manusia bisa sampai ke
sorga -- dari bumi sampai ke sorga -- kalau pertolongan TUHAN tidak kita terima
lewat pertemuan-pertemuan ibadah kita.
Sebenarnya,
ketika ular naga itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah
perempuan itu, sebetulnya peristiwa ini sudah pernah terjadi, peristiwa ini
adalah peristiwa yang terulang untuk yang ketiga kalinya, sebab peristiwa ini
sudah pernah terjadi.
YANG
PERTAMA: Ketika zaman Firaun, di mana Musa diutus untuk membebaskan
bangsa Israel, membebaskan umat Allah dari Firaun dan dari perbudakan Mesir.
Mesir
merupakan gambaran dari dunia yang gersang. Dunia ini bukan tanah air kita,
dunia ini adalah tempat kita menumpang untuk sesaat saja, tetapi Abraham juga
rindu tanah air sorgawi, Rasul Paulus rindu tanah air sorgawi. Kalau Yusuf juga
berkata: dunia ini adalah penjara, tetapi oleh karena kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus, segala tawanan-tawanan Dia lepaskan (dikeluarkan)
dari dalam penjara dunia ini.
Keluaran
7:15-16
(7:15) Pergilah
kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai;
nantikanlah dia di tepi sungai Nil dengan memegang di tanganmu tongkat yang
tadinya berubah menjadi ular. (7:16) Dan katakanlah kepadanya: TUHAN,
Allah orang Ibrani, telah mengutus aku kepadamu untuk mengatakan: Biarkanlah
umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun;
meskipun begitu sampai sekarang engkau tidak mau mendengarkan.
TUHAN,
Allah orang Ibrani, telah mengutus aku kepadamu untuk mengatakan: Biarkanlah
umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun. Kita
nanti dilepaskan dari penjara dunia ini, dengan satu cara; kita harus
beribadah hanya kepada TUHAN, tidak ada cara lain.
Jadi,
kalau ada yang berkata: Yang penting percaya, yang penting hatiku
kepada TUHAN, tetapi jika ia tidak beribadah, ia tidak masuk sorga. Tidak
beribadah, tidak masuk sorga; tidak tergembala, tidak masuk sorga. Itu sebabnya
TUHAN utus hamba-hamba-Nya untuk memimpin rumah TUHAN, untuk memimpin
pembebasan gereja dari dalam penjara dunia ini.
Tetapi
perhatikan, yang mau saya sampaikan petang hari ini adalah: Pergilah kepada
Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai; nantikanlah
dia di tepi sungai Nil.
Dari
pembacaan ini, kita dapat melihat, bahwa; Firaun sangat bangga terhadap sungai
Nil yang mengitari seluruh negeri Mesir.
Memang
sungai Nil sangat didambakan dan dibutuhkan oleh orang-orang Mesir, sebab
sungai Nil itu berdampak terhadap kemajuan perekonomian di Mesir, juga sungai
Nil berdampak dan sangat dibutuhkan oleh ladang-ladang para petani -- sesuai
dengan Ulangan 11:10 --, sehingga sungai Nil ini menjadi kebanggaan dari
Firaun, sungai Nil ini menjadi kebanggaan dari orang-orang Mesir.
Dari
hal ini, kita dapat menarik suatu kesimpulan, bahwa; sungai Nil ini
mempunyai arus yang kuat, dampak yang kuat. Sungai Nil ini mempunyai pengaruh
yang begitu hebat sekali.
Kalau
anak-anak TUHAN tidak menyadari hal ini; maka arus sungai Nil yang hebat ini
dapat mempengaruhi dan menghanyutkan anak-anak TUHAN hingga sampai mengalami
kematian rohani, kalau ia tidak berhati-hati.
Kemudian,
arus yang sama, YANG KEDUA, juga pernah terjadi pada zaman Yesus, Anak Allah.
Lukas
4:1-12
(4:1) Yesus,
yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh
Kudus ke padang gurun. (4:2) Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya
dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu
Ia lapar. (4:3) Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak
Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (4:4) Jawab
Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja." (4:5)
Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia
memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. (4:6) Kata Iblis
kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu,
sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa
saja yang kukehendaki. (4:7) Jadi jikalau Engkau menyembah aku,
seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." (4:8) Tetapi Yesus berkata
kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (4:9) Kemudian ia membawa
Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini
ke bawah, (4:10) sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan
memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, (4:11) dan
mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk
kepada batu." (4:12) Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman:
Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Penuh
dengan Roh Kudus; ini penting. Jangan dukakan Roh Kudus; jangan
padamkan Roh Kudus oleh karena perkara daging, perkara dunia, baik juga
demonstrasi dari roh jahat dan roh najis, dengan tipu dayanya. Hati-hati; oleh
sebab itu, kita penting untuk penuh dengan Roh Kudus supaya kita menjadi suatu
kehidupan yang; taat, setia, dan dengar-dengaran.
Sesudah
keluar dari sungai Yordan atau sesudah dibaptis, Yesus yang penuh dengan Roh
Kudus dibawa oleh Roh TUHAN yang sama ke padang gurun untuk dicobai, dan di
situ Dia berpuasa 40 hari 40 malam, sehingga mengalami kelaparan yang hebat.
Kemudian, dalam keadaan lapar yang hebat, Dia harus menghadapi 3 (tiga) jenis
cobaan:
Pencobaan
YANG PERTAMA: Batu menjadi roti. Pencobaan yang pertama ini
merupakan arus yang begitu hebat untuk menghanyutkan kehidupan rohani anak-anak
TUHAN, yang terhubung dengan keinginan daging.
Pencobaan
YANG KEDUA: Iblis memperlihatkan kerajaan dan kemegahan dunia, dengan lain
kata; Iblis memperlihatkan keindahan-keindahan dunia ini.
Pencobaan yang kedua ini merupakan arus yang begitu hebat untuk menghanyutkan
kehidupan rohani anak-anak TUHAN, yang terhubung dengan keinginan mata.
Karena
Yesus berkemenangan terhadap pencobaan yang pertama dan kedua sebagai arus yang
hebat, Yesus kembali menghadap pencobaan YANG KETIGA: Iblis membawa Yesus
ke bubungan (menara) Bait Allah, lalu Iblis memerintahkan Yesus untuk
menjatuhkan diri-Nya. Pencobaan yang ketiga ini merupakan arus yang begitu
hebat untuk menghanyutkan kehidupan rohani anak-anak TUHAN, yang terhubung
langsung dengan keangkuhan hidup.
Singkatnya:
1.
Makanan merupakan
pencobaan atau arus yang terhubung langsung dengan keinginan daging
manusia.
2.
Kerajaan dunia dan
keindahannya merupakan pencobaan atau arus yang terhubung langsung dengan keinginan
mata.
3.
Tempat yang tinggi (Bubungan
Bait Allah) merupakan pencobaan atau arus yang terhubung langsung dengan keangkuhan
hidup.
Lukas
4:13
(4:13) Sesudah
Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu
waktu yang baik.
Sesudah
Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya ... Karena
pada akhirnya Yesus, Anak Allah, berkemenangan terhadap tiga pencobaan --
sebagai arus yang begitu hebat --, akhirnya; Setan mundur dari Yesus. Tetapi
bukan Setan namanya kalau Setan tidak mengejar terus, lihat, kalimat
selanjutnya dikatakan: dan menunggu waktu yang baik. Di mana waktu yang
baik bagi Setan? Sebelum kita mendapatkan jawabannya, terlebih dahulu kita
memperhatikan 1 Yohanes 2:15.
1
Yohanes 2:15
(2:15) Janganlah
kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi
dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
Jikalau
orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam orang itu. Jangan
mengasihi dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sebab jikalau orang
mengasihi dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya itu, maka tentu saja
kasih akan Bapa tidak ada di dalam diri orang itu (kehilangan kasih Allah), hal
itu sudah pasti.
Lihat,
SEGALA SESUATU YANG ADA DI DALAM DUNIA.
1
Yohanes 2:16
(2:16) Sebab
semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan
mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan
dari dunia.
Tiga
hal yang ada di dalam dunia:
Yang
Pertama: Keinginan daging. Ini merupakan pencobaan sebagai arus
yang PERTAMA yang datang dari Setan. Hati-hati, keinginan daging adalah arus
Setan yang pertama untuk menghanyutkan kerohanian dari anak-anak TUHAN, jika ia
tidak menyadarinya. Hati-hati dengan keinginan daging. Kalau seseorang hidup
menurut daging, dia hanya memikirkan hal-hal yang dari daging, dia tidak akan
pernah memikirkan hal-hal yang dari Roh, perkara di atas, perkara rohani, dia
tidak akan memikirkan kegiatan ibadah dan pelayanan. Itulah arus yang pertama,
arus dari Setan.
Sampai
sore ini kita masih berada dalam pengaruh dan arus dari TUHAN, buktinya; kita
ada di tengah ibadah, bukan?
Yang
Kedua: Keinginan mata. Ini merupakan pencobaan sebagai arus yang
KEDUA yang datang dari Setan. Itu sebabnya Setan memperlihatkan segala
keindahan-keindahan dunia, itu sebabnya Setan memperlihatkan kerajaan dunia dan
kemegahan dunia, lalu akan diserahkan kepada setiap orang, kepada anak-anak
TUHAN yang tidak sadar, yang tidak hati-hati, yang tidak berada dalam arus
pengaruh yang kuat dari Allah Roh Kudus. TUHAN itu penuh Roh Kudus; oleh sebab
itu, Dia berada dalam pengaruh Roh Kudus yang kuat, sehingga ketika Roh TUHAN
menuntun Dia ke padang gurun, maka dengan rela Dia dituntun oleh Roh TUHAN,
sekalipun dalam keadaan lapar yang hebat selama 40 (empat puluh) hari 40 (empat
puluh) malam menghadapi cobaan (arus) yang kuat dari Setan. Tetapi TUHAN juga
penuh dengan firman.
Yang
Ketiga: Keangkuhan hidup. Ini merupakan pencobaan sebagai arus
yang KETIGA yang datang dari Setan. Itu sebabnya Setan membawa Yesus ke
bubungan Bait Allah, dari situ Setan mencobai Yesus dan berkata: “Jatuhkanlah
diri-Mu dari sini ke bawah” Alasan Setan mengatakan itu: “Mengenai
Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi
Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya
kaki-Mu jangan terantuk kepada batu” Pernyataan Setan ini menunjukkan bahwa
Firman TUHAN sudah dipelintir oleh setan. Tidak sedikit hamba-hamba TUHAN
menyatakan bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung di tengah ibadah dan
pelayanan mereka, tetapi sementara sengsara salib sebagai dasar yang teguh
tidak ditetapkan. Bagaimana kebangkitan berlangsung tanpa ditopang oleh
pengalaman kematian? Itu adalah sesuatu yang mustahil. Jangan kita mau ditipu
lagi. Jujurlah kepada hati nurani.
1
Yohanes 2:16
(2:16) Sebab
semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
1.
Keinginan daging.
2.
Keinginan mata.
3.
Keangkuhan hidup.
Ketiga
hal tersebut bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia, itu adalah arus
yang kuat yang disemburkan dari mulut naga. Sehingga kalau anak-anak TUHAN
tidak berhati-hati, tidak berjaga-jaga, itu bisa menghanyutkan kerohanian
anak-anak TUHAN sampai anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani.
Perlu
untuk diketahui: Ketinggian di hati, keangkuhan hidup adalah awal dari
kejatuhan.
Apapun
yang kita miliki, tinggal bersyukur kepada TUHAN, karena itu semua adalah
kemurahan TUHAN. Ingat; TUHAN ada di bubungan Bait Allah, tetapi Dia tidak mau
mencobai TUHAN/menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Demikian
hendaknya, kehidupan dari anak-anak Tuhan, jangan menjatuhkan diri (mencobai
Tuhan), sekalipun sudah diberkati/berada di tempat yang tinggi.
1
Yohanes 2:17
(2:17) Dan dunia
ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak
Allah tetap hidup selama-lamanya.
Dunia
ini sedang lenyap dengan keinginannya. Hati-hati dengan
arus pencobaan yang bisa menghanyutkan dan menenggelamkan, sebab suatu kali
kelak, dunia ini akan lenyap.
Tetapi
orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. Yesus
harus meminum cawan Allah, Yesus harus menanggung penderitaan yang tidak
harus Ia tanggung, dengan demikian; kehendak Allah terlaksana. Itu
sebabnya, ibadah ini harus langsung dihubungkan dengan kehendak Allah (sengsara
salib), tidak boleh dihubungkan dengan yang lain, tidak boleh dihubungkan hanya
sebatas berkat. Ibadah harus dihubungkan langsung kepada kehendak Allah,
rencana Allah ada di atas kayu salib, supaya kita semakin mengerti dan berlaku
bijaksana, supaya kita jangan binasa seperti dunia ini yang nanti akan binasa.
Itulah
arus yang kedua, yaitu pada zaman Yesus, namun Yesus berkemenangan karena Dia
ada di dalam pengaruh yang hebat dari Roh Kudus.
Selanjutnya,
kita akan melihat tentang: “MENUNGGU WAKTU YANG BAIK.”
Wahyu
12:15
(12:15)
Lalu
ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah
perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.
“Ular
itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu,
supaya ia dihanyutkan sungai itu.”
Inilah
waktu yang tepat (baik) yang dimaksud oleh Setan dalam Injil Lukas 4:13,
di mana Yesus berkemenangan terhadap arus pencobaan yang kuat, sehingga setan
mengundurkan diri untuk menunggu waktu yang baik, inilah waktu yang baik yang
dimaksud oleh Setan, yaitu Wahyu 12:15.
Tetapi
sekalipun itu merupakan waktu yang baik bagi Setan, namun kita harus tetap
berada dalam kegiatan Roh dan berada dalam pengaruh yang hebat dari Allah Roh
Kudus.
Jangan
undur dari kegiatan Roh. Jangan undur dari tengah-tengah ibadah dan pelayanan,
karena Setan menunggu waktu yang baik. Kalau saudara mengasihi keluarga
saudara, baik itu saudara laki-laki atau pun saudara perempuan, doakan dia
untuk menerima Pengajaran Tabernakel supaya ibadah itu berpola Tabernakel,
sebab Yesus adalah Tabernakel sejati. Semua Tabernakel sudah ditandai dengan
darah, mulai dari Mezbah Korban Bakaran hingga sampai Ruangan Maha Suci,
dengan 7 (tujuh) kali percikan di atas tutup pendamaian dan 7 (tujuh) kali
percikan di depan tabut perjanjian; semua peralatan Tabernakel sudah ditandai
dengan darah, sebab Yesus adalah Tabernakel sejati; Ia telah merobek diri-Nya
sendiri di atas kayu salib, supaya terbuka jalan. Jadi, sudah jelas; ibadah
harus berpola. Jangan tolak Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, supaya
kelak engkau tidak menyesal. Setiap orang yang tidak mencintai Pengajaran
Tabernakel akan menyesal di kemudian hari. Penyesalan selalu terjadi di
kemudian hari, terjadi belakangan, bukan sekarang. Bersyukurlah kepada TUHAN
Yesus, lebih dari ucapan syukur orang dunia.
Ucapan
syukur orang dunia; kalau dia memiliki A, B, C, D, E, atau ketika dia memiliki
gelar tinggi, gelar apa saja, serta ketika dia memiliki harta kekayaan, tetapi
ucapan syukur kita lebih dari itu, karena ucapan syukur kita ini menyangkut
keselamatan jiwa suami kita, jiwa isteri kita, jiwa anak-anak kita, jiwa
saudara laki-laki perempuan kita, jiwa orang tua kita. Kiranya segera kita
memahami rencana Allah yang besar ini. Tidak ada artinya kita mengeraskan hati.
Akhirnya
memang gereja akan menghadapi arus pencobaan pada fase yang ketiga, di akhir
zaman ini.
-
Fase pertama adalah pada zaman Musa,
di mana dia diutus sebagai pembebas.
-
Fase kedua adalah pada zaman Yesus,
juga diutus Allah untuk membebaskan gereja dari penjara dunia.
-
Fase ketiga adalah di akhir zaman ini.
Oleh
sebab itu, kita harus berhati-hati, karena akhir zaman ini merupakan waktu yang
baik bagi Setan, momentum yang baik bagi Setan, tetapi kita juga punya Pembela.
Jangan kira ibadah ini tanpa Pembela; ibadah ini ada Pembela, itulah Imam Besar
Agung, Pembela bagi kita semua, Dia tampil di sebelah kanan kita semua.
Lihatlah
ayat 16, Yesus tampil sebagai Pembela.
Wahyu
12:16
(12:16) Tetapi bumi
datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang
disemburkan naga itu dari mulutnya.
Tetapi
bumi datang menolong perempuan itu. Ini merupakan pertolongan TUHAN
yang tidak terduga, dan dialami langsung oleh gereja TUHAN yang sempurna, mempelai
TUHAN, itulah perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
Mengapa
demikian? Sebab TUHAN Yesus Kristus adalah Allah yang heran dan ajaib, tidak
terduga dan tidak terselami segala rancangan-rancangan-Nya.
Saya
kembali mengatakan, tadi kita sudah melihat, bahwa; Firaun bangga terhadap
sungai Nil dengan arus dan pengaruhnya yang sangat hebat. Tetapi tanpa diduga,
7 (tujuh) lembu gemuk dan 7 (tujuh) bulir gandum bernas muncul dari sungai Nil,
mengguncang hati dari pada Firaun; hal ini tidak terduga. Suatu keheranan Allah
yang tak terduga terjadi, tetapi itu hanya bisa dialami manakala gereja
TUHAN memiliki hikmat, manakala gereja TUHAN memiliki pembukaan firman,
seperti yang TUHAN tetapkan kepada Yusuf; hanya hikmat pembukaan firman yang
mengerti tentang pertolongan yang tidak terduga ini. Doakan terus supaya
kiranya senantiasa terjadi pembukaan firman dalam setiap pertemuan
ibadah-ibadah kita, supaya pertolongan TUHAN yang tidak terduga ini akan muncul
dan kita alami.
Bukankah
tadi kita sudah melihat, bahwa; Sungai Nil adalah kebanggaan dari pada Firaun,
tetapi justru dari situ muncul 7 (tujuh) lembu gemuk, dari kebanggaan Firaun
ini muncul 7 (tujuh) bulir gandum yang berisi dan bernas, siapa yang duga?
Tidak ada yang duga. Tetapi itu hanya dialami oleh gereja yang memiliki hikmat,
gereja yang memiliki pembukaan firman, itulah mimpi yang dinyatakan oleh
Yusuf. Inilah pertolongan TUHAN yang tidak terduga itu.
Tidak
ada seorang pun yang mengerti; orang yang berilmu di Mesir, orang yang
berpengetahuan di Mesir tidak mengerti apa-apa. Ini hanya bisa dialami oleh
gereja yang memiliki hikmat, gereja yang memiliki pembukaan firman. Sekalipun
gereja mewah berisikan pulihan ribu sidang jemaat, tetapi kalau tidak memiliki
hikmat, tidak memiliki pembukaan firman Allah, mereka semua tidak akan
mengalami pertolongan yang tidak terduga.
Mari
kita lihat PELAKSANAANNYA kembali.
Keluaran
7:15
(7:15) Pergilah
kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai;
nantikanlah dia di tepi sungai Nil dengan memegang di tanganmu tongkat yang
tadinya berubah menjadi ular.
Musa
diutus kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia (Firaun) keluar ke
sungai.
Sesungguhnya,
kalau ia adalah imamat rajani, yang benar ialah pada waktu pagi, ia harus
keluar dari dagingnya termasuk keakuannya untuk segera menghampiri pribadi
TUHAN Yesus yang sudah mengaliri kehidupan kita dengan arus yang begitu hebat
(sungai air kehidupan). Itulah yang benar.
Tetapi
di sini kita melihat; Firaun bangga dengan arus dunia. Tetapi TUHAN utus Musa
pada waktu pagi untuk menghadapi kebanggaan Firaun yakni; sungai Nil dan
arusnya, yang mengitari seluruh negeri Mesir, dengan memegang tongkat di
tangannya, di mana tongkat itu pernah berubah menjadi ular. Berarti, tongkat
yang di tangan Musa itu adalah tongkat yang penuh dengan keajaiban. Jadi, bukan
asal tongkat, tetapi itu adalah tongkat keajaiban, tongkat itulah yang akan
menuntun bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir.
Oleh
sebab itu, untuk yang kesekian kali saya berkata dan saya tidak bosan
mengatakannya: Sidang jemaat doakan supaya TUHAN terus tuntun ibadah ini dengan
baik. Dalam tuntunan TUHAN, kita akan melihat keajaiban demi keajaiban.
Kemudian,
pada zaman Yesus Anak Allah, tongkat kerajaan juga ada di tangan TUHAN Yesus
Kristus. Apa tandanya? Apa bukti bahwa Yesus memegang tongkat kerajaan yang
menuntun kehidupan-Nya? Tandanya:
-
Ia penuh dengan Roh Kudus. Dan oleh
Roh yang sama itu menuntun kehidupan pribadi Yesus, Anak Allah.
-
Selain itu juga, Ia penuh dengan firman.
Setiap kali Dia menghadapi pencobaan sebagai arus dari Setan, baik pencobaan
arus yang pertama, baik pencobaan arus yang kedua, baik pencobaan arus yang
ketiga, Yesus selalu bergantung kepada Firman Allah yang tertulis di dalam
Kitab Suci.
Perbuatan-Nya,
tindakan-Nya, langkah-langkah-Nya, semuanya ditentukan oleh Firman Allah,
dituntun oleh tongkat Kerajaan, tongkat kebenaran.
Jadi,
ibadah ini harus dituntun oleh tongkat kerajaan yakni; Tongkat Kebenaran,
supaya kita melihat keajaiban demi keajaiban manakala kita dituntun oleh
tongkat kerajaan itu sendiri. Jadi, saudara jangan dituntun dengan
tongkat-tongkat asing. Ada tongkat-tongkat asing yang bukan tongkat kerajaan,
yang bukan tongkat kebenaran, yaitu ada tongkat keakuan, ada tongkat kebanggaan
diri, ada tongkat merasa diri lebih hebat, lebih benar, lebih suci dari yang
lain, ada tongkat egosentris; tongkat-tongkat seperti ini bukan tongkat
kerajaan, tongkat semacam ini bukan tongkat kebenaran, itu adalah tongkat yang
menuntun kepada kebinasaan.
Kalau
ibadah hanya dituntun kepada berita-berita berkat, sudah pasti binasa. Kalau
ibadah dituntun dengan tongkat-tongkat yang lain, hanya bicara soal mujizat
jasmani; binasa. Kita butuh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran yang penuh
dengan keajaiban, itulah yang kita butuhkan di tengah ibadah dan pelayanan ini.
Kemudian
di zaman akhir ini, juga anak-anak TUHAN dituntun oleh tongkat kerajaan dan tongkat
kebenaran. Ibadah ini tidak boleh dituntun kepada yang lain, tidak boleh
dituntun oleh tongkat-tongkat asing, baik itu keakuan, kebanggaan diri,
kepentingan diri, dan lain sebagainya. Jadi, semua ada
perbandingan-perbandingannya, baik itu fase pertama, fase kedua, fase ketiga.
Mazmur
45:7
(45:7) Takhtamu
kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.
Takhta
Allah tetap untuk seterusnya dan selamanya, bukan? Tidak akan berubah, sifatnya
kekal, itulah takhta Allah.
Oleh
sebab itu, tongkat kerajaan adalah tongkat kebenaran’ itulah yang menuntun
ibadah kita sampai kepada kekekalan.
Puji
TUHAN, TUHAN Yesus baik. Tidak terduga;
-
7 (tujuh) lembu gemuk itu berbicara soal
penebusan dan pendamaian yang dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib di bukit
Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu. Itulah pertolongan yang tak terduga.
-
7 (tujuh) bulir gandum yang berisi dan
bernas, jelas itu adalah firman kehidupan, firman sempurna; Yesus adalah firman
Allah yang hidup. Itulah pertolongan yang tak terduga.
Pertolongan
yang tak terduga juga datang dari sungai itu.
Demikian
juga pada fase yang ketiga; pertolongan yang tak terduga juga datang dari bumi,
yang tak terduga.
Oleh
sebab itu, supaya kita boleh merasakan penebusan dan pendamaian dalam kehidupan
kita, maka ibadah harus dihubungkan dengan sengsara salib yakni; 7 lembu Gemuk.
Kemudian, di tengah ibadah juga harus ada pembukaan firman, itulah 7 (tujuh)
bulir gandum, firman yang hidup, firman yang sempurna, itulah Pengajaran
Mempelai dalam Terang Tabernakel.
Karena
Kerajaan Allah itu seterusnya dan selamanya sifatnya kekal, maka ibadah di
bumi, harus dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran.
Sekarang
pertanyaannya adalah: Sampai sejauh mana TONGKAT KERAJAAN, TONGKAT KEBENARAN
menuntun ibadah kita ini?
Wahyu
12:16
(12:16) Tetapi bumi
datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang
disemburkan naga itu dari mulutnya.
Tetapi
bumi datang menolong perempuan itu. Saya sudah katakan di atas tadi,
bahwa itu merupakan pertolongan TUHAN yang tak terduga, bukan?
Untuk
menjawab tongkat kerajaan, tongkat kebenaran menuntun ibadah ini sampai ke
mana, kita akan melihat “bumi datang menolong perempuan itu”
dalam Kejadian 2:6.
Kejadian
2:6
(2:6) tetapi ada
kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu --
“Ada
kabut naik ke atas dari bumi”, itulah doa penyembahan. Kabut asap yang
naik sampai ke hadirat TUHAN, berbau harum, itu merupakan doa penyembahan.
Demikianlah caranya tongkat kerajaan, tongkat kebenaran menuntun ibadah ini,
yaitu harus dituntun sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan.
Bukankah
ini tidak terduga? Bumi, daratan, tanah, itu adalah gambaran manusia yang hina
karena dosa. Tetapi bagi manusia yang hina karena dosa, tanpa disadari, datang
pertolongan yang tidak terduga. Hina, tetapi tertolong; itu adalah pertolongan
tidak terduga, yang juga muncul dari bumi itu sendiri, kalau tongkat kerajaan
menuntun, kalau tongkat kebenaran ini memimpin sampai kepada ibadah doa
penyembahan. Inilah pertolongan yang tak terduga itu. Kita bersyukur, TUHAN
Yesus baik, bukan? Beri diri dituntun oleh tongkat kerajaan, supaya kita bisa
melihat keajaiban-keajaiban yang ada, karena tongkat itu pernah berubah menjadi
ular; bukankah itu adalah keajaiban? Supaya nyata nanti pertolongan yang tak
terduga itu.
Wahyu
8:3
(8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu.
Datanglah
seorang malaikat lain, tidak lain tidak bukan, jelas ini adalah
pribadi Yesus. Walaupun tidak rinci ditulis pada ayat ini, tetapi saudara harus
percaya, bahwa itu adalah pribadi Yesus. Mengapa saya katakan begitu? Jawabnya;
karena Yesus adalah Imam Besar Agung; Dialah yang menuntun (memimpin) ibadah
ini sampai pada puncaknya, yaitu berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan
emas di atas mezbah, cawan pembakaran ukupan emas ada di tangan-Nya.
Jadi,
ibadah ini dituntun (dipimpin) oleh seorang Imam Besar Agung, Yesus Kristus,
Anak Allah. Imam Besar Agung menuntun ibadah ini sampai doa penyembahan.
Wahyu
8:4
(8:4) Maka
naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan
malaikat itu ke hadapan Allah.
Maka
naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu ... Saya
tidak pernah menemukan malaikat sorga memimpin ibadah, tidak pernah. Jelas ini
adalah pribadi Yesus Kristus; Dia Imam Besar Agung. Jadi, saudara tidak pernah
salah. Malaikat itu tidak pernah memimpin ibadah; malaikat itu pembantu;
walaupun dia sekali waktu bisa jadi badai, dan sekali waktu bisa jadi api.
Naiklah
asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan
malaikat itu ke hadapan Allah. Tangan Imam Besar, tangan yang kuat;
tangan Imam Besar penuh dengan keajaiban; tangan Imam Besar adalah tangan yang
memimpin ibadah ini sampai kepada puncaknya, Yerusalem yang baru.
Beri
hidup dituntun oleh dua tangan yang ajaib, dituntun oleh tongkat kerajaan,
bukan tongkat-tongkat berkat jasmani, tidak, tetapi tongkat kerajaan. Saudara
saya ini bicara sederhana, tetapi maknanya itu yang lebih penting bagi kita.
Tidak perlu bahasa tinggi dari saya, tanpa makna, supaya semua orang mengerti,
tua muda, laki-laki perempuan mengerti, secara khusus yang masih punya hati
nurani.
Dua
tangan TUHAN adalah dua tangan yang penuh keajaiban; Dialah Imam Besar yang
sudah memperdamaikan dosa kita di atas kayu salib.
Sejenak
saya ingin memperkenalkan dan memberitahukan; CIRI-CIRI manakala gereja itu
sudah dituntun sampai kepada ibadah yang sudah memuncak, dituntun sampai puncak
ibadah.
Kemudian,
kita lihat Wahyu 5:8.
Wahyu
5:8
(5:8) Ketika Ia
mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh
empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi
dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
Ketika
Anak Domba Allah yang telah disembelih mengambil gulungan kitab, tersungkurlah
4 (empat) makhluk dan juga tersungkurkan 24 (dua puluh empat) tua-tua di
hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan
emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. Itulah doa
penyembahan, puncak ibadah karena TUHAN yang menuntun ibadah ini sampai kepada
puncaknya; dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran.
Tetapi
ciri-ciri apabila ibadah itu sudah dituntun sampai pada puncaknya ialah juga di
tangannya ada kecapi Allah. Masing-masing kita harus memegang kecapi
Allah, dan itu merupakan ciri yang bisa dilihat bahwa ibadah itu sudah memuncak
sampai kepada doa penyembahan.
Kecapi
Allah berfungsi untuk mengikuti nada-nada, mengikut irama sorgawi; kiranya juga
turun di bumi ini. Dapat mengikuti nada sorgawi, nada tinggi dan nada rendah
harus diikuti, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus.
Jangan
kita berkata; suka menyembah satu jam, dua jam, tiga jam, tetapi ciri yang
otentik tidak terlihat, tidak nyata, yakni; pengalaman kematian dan kebangkitan
dari Tuhan Yesus Kristus.
Di
tangan masing-masing ada kecapi Allah, supaya kita bisa ikuti irama sorgawi.
Kalau hamba TUHAN tidak bisa mengikuti irama sorgawi, dia adalah hamba TUHAN
yang hanya bisa memukul gong dan canang, yang hanya mengeluarkan satu nada,
tidak bisa mengeluarkan nada tinggi dan rendah. Itulah ciri penyembahan; di
tangannya ada satu kecapi.
Kalau
hamba TUHAN mengatakan bahwa ibadahnya sudah memuncak sampai pada doa
penyembahan, tetapi pengalaman kematian dan kebangkitan tidak
terlihat sebagai ciri dari doa penyembahan, maka dia hanya hamba TUHAN yang
suka memukul gong dan canang, hanya mengeluarkan satu nada, tidak bisa
mengeluarkan nada tinggi dan rendah. Dan itu diungkap dengan jelas oleh Rasul
Paulus kepada jemaat di Korintus.
1
Korintus 13:1
(13:1) Sekalipun
aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing.
Pernyataan tegas dari Rasul Paulus kepada
Jemaat di Korintus:
-
Sekalipun seorang hamba TUHAN dapat
berkata-kata dengan semua bahasa manusia -- bukan hanya bahasa daerah, bukan
hanya bahasa Indonesia, tetapi juga dia menggunakan bahasa manusia yang lain,
bahasa bangsa-bangsa yang lain, misalnya bahasa Inggris, bahasa Spanyol, dan
lain sebagainya --,
-
Dan sekalipun seorang hamba TUHAN dapat
berkata-kata bahasa malaikat -- yang selalu diajarkan bahasa lidah --,
tetapi
jika ibadah tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka sama dengan gong
yang berkumandang dan canang yang gemerincing; dia hanya hamba TUHAN yang
pandai memukul gong, dia hanya hamba TUHAN yang pandai memukul canang.
Harus
kita buktikan kepada TUHAN kalau ibadah ini sudah sampai kepada puncaknya,
yaitu di tangan kita masing-masing harus ada satu kecapi, itulah kecapi Allah,
kecapi sorgawi, yang berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan
Tuhan Yesus Kristus.
1
Korintus 13:2
(13:2) Sekalipun
aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala
rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki
iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Kemudian:
-
Sekalipun seorang hamba TUHAN pandai
kotbah (bernubuat) -- doakan saya saudara, supaya saya jangan hanya pandai
kotbah --,
-
sekalipun seorang hamba TUHAN dipakai
dalam pembukaan rahasia firman,
-
sekalipun seorang hamba TUHAN memiliki pengetahuan
jasmani dan pengetahuan rohani -- itulah pengetahuan yang sempurna untuk
menyelamatkan --,
-
dan sekalipun oleh iman terjadi
mujizat,
tetapi
jika ibadah tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, hanya sebatas iman
dan harap (hanya sebatas firman dan Roh, hanya sebatas Pendalaman Alkitab dan
Raya Minggu), maka Rasul Paulus berkata: Aku sama sekali tidak berguna. Ibadah
ini bahkan hidup seseorang tidak berguna kalau ibadah tidak sampai kepada
puncaknya.
Oleh
sebab itu mau tidak mau kita butuh tongkat kerajaan itu, karena itu merupakan
tongkat kebenaran. Mengapa tongkat kebenaran? Karena tongkat itu yang menuntun
kita sampai pada puncak ibadah (penyembahan).
Saya
tidak habis pikir, mengapa hari-hari ini kita senantiasa berbicara soal
penyembahan, baik dalam ibadah Pendalaman Alkitab, Ibadah Raya Minggu,
ibadah Doa Penyembahan, Ibadah Kaum Muda, semua arahnya kepada
penyembahan. Tetapi saya tahu jawabnya; sebab TUHAN menaruh belas kasih kepada
penggembalaan GPT BETANIA, TUHAN menaruh belas kasih kepada sidang jemaat yang
di Bandung, yang di Malaysia, yang di Sumatera, yang di Jakarta, juga TUHAN
menaruh belas kasih kepada anda yang menjadi simpatisan, tetapi masih terus
mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook di dalam negeri maupun di luar negeri.
1
Korintus 13:3
(13:3) Dan
sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Dan
sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, ini adalah
amal soleh, berbuat baik.
Bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar ... Tidak ada seorang pun yang dapat
menanggung dosa manusia, rela mati untuk menanggung dosa manusia. Tetapi kalau
ada orang rela mati karena dosa manusia, itu namanya mati konyol, contohnya;
penjahat rela mati dengan sesama penjahat, itu mati konyol namanya.
Sekalipun
hamba TUHAN beramal soleh, berbuat baik, tetapi jika ibadahnya tidak memuncak
sampai kepada doa penyembahan, maka hidupnya tidak ada artinya, tidak
berfaedah.
Sekali
lagi saya sampaikan dengan tandas: Sudah seharusnya kita menyerahkan diri
kepada TUHAN lewat ibadah ini untuk dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat
kebenaran, dibawa sampai kepada kekekalan. Takhta Allah seterusnya dan sampai
selama-lamanya, kekal, maka tongkat itu harus memimpin, menuntun ibadah ini
sampai kepada puncaknya, yaitu kekekalan. Itulah doa penyembahan sebagai kasih
dari Allah yang sempurna bagi kita semua.
Itu
sedikit saja tentang ciri, supaya kita bisa mengenal apakah ibadah itu sudah
dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran sampai kepada puncaknya, atau
belum, itu saja, sehingga saya perkenalkan, supaya kita saling mengenal. Jadi,
jangan kita ditipu-tipu dengan cara pelayanan, tetapi ujilah Roh itu -- 1
Yohanes 4 --, karena sekarang sedang marak roh antikris masuk dalam gereja.
Tidakkah
saudara bersyukur? Saya bersyukur, saya berterima kasih. Untung saya mengenal
TUHAN, lewat Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel.
Setelah
kita mengerti dan mengenal dari puncak ibadah itu sendiri, di mana di tangannya
ada satu kecapi Allah, kecapi sorgawi, supaya bisa mengikuti nada-nada sorgawi
di bumi ini, di tengah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan.
Wahyu
12:16
(12:16) Tetapi
bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai
yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Tetapi
bumi datang menolong perempuan itu. Itulah pertolongan yang tak
terduga kepada bumi, yakni; manusia yang hina karena dosa, bukan? Itulah doa
penyembahan. Sama seperti Anak laki-laki yang dilahirkan itu, bagaikan dirampas
lalu dibawa naik ke sorga.
Ia
membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya. Bumi
membuka mulutnya dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Kalau
ibadah sudah betul-betul sampai kepada puncaknya, maka apapun yang terjadi,
kehidupan kita akan dibebaskan, sebab bumi datang membuka mulutnya, sehingga
pengaruh arus apapun tidak dapat menghanyutkan kehidupan rohani kita semua.
Jadi betapa hebatnya doa penyembahan ini untuk segera datang menolong dan
memberi pertolongan kepada kita masing-masing.
Oleh
sebab itu, kalau saudara perhatikan Amsal 30:15, Si lintah mempunyai
dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!" = kikir,
tidak mengerti apa-apa, bagaikan dunia orang mati, bagaikan padang gurun.
Sebanyak apapun hujan turun di atasnya, tidak akan berbekas. Tetapi yang TUHAN
mau ceritakan kepada kita sore hari ini adalah doa penyembahan, penyerahan diri
kita sepenuhnya kepada TUHAN.
Jangan
kikir waktu untuk menyembah. Jangan kikir hati dan perasaanmu untuk
dikorbankan. Jangan kikir untuk biaya materi. Inilah tahbisan seorang hamba
TUHAN dalam suratan Timotius yang sudah dipelajari tadi malam lewat Ibadah Kaum
Muda.
Tadi,
pada ayat 15, ular itu menyemburkan air sebesar sungai dari mulutnya,
tetapi tujuannya untuk menghanyutkan gereja di akhir zaman ini, itu adalah
waktu yang tepat bagi Setan, tetapi ternyata ada pertolongan TUHAN yang tidak
terduga, karena kita mau menyerahkan diri, dituntun oleh tongkat kerajaan dan
tongkat kebenaran, ibadah kita dituntun sampai kepada puncaknya.
Tetapi
lihat, apa yang keluar dari mulut naga itu juga ditulis dalam Wahyu 16:13-14,
dengan perikop “Ketujuh Malapetaka”, ini adalah malapetaka atau cawan murka
Allah yang keenam, sebagai penghukuman bagi orang yang menolak kasih Allah.
Ada
tiga kali tujuh penghukuman;
-
Tujuh kali yang pertama adalah penghukuman
dari tujuh meterai. Penghukuman itu berlaku bagi mereka yang menolak
kegiatan Roh.
-
Tujuh kali yang kedua adalah penghukuman
dari tujuh sangkakala. Itu adalah penghukuman bagi mereka yang menolak
pembukaan firman. Kalau ditolak pembukaan firman, hukumannya datang dari
tujuh sangkakala.
-
Tujuh kali penghukuman yang ketiga, itulah
cawan murka Allah, tujuh bokor dari tujuh malaikat. Penghukuman yang
terakhir bagi mereka yang menolak kasih dari Allah Bapa.
Kembali
saya sampaikan:
-
Menolak kegiatan Roh,
penghukumannya datang dari tujuh meterai.
-
Menolak pembukaan firman,
penghukumannya datang dari firman itu sendiri = 7 sangkakala.
-
Menolak kasih Allah, penghukumannya
datang dari tujuh cawan murka Allah.
Wahyu
16:13-14
(16:13) Dan aku
melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu
keluar tiga roh najis yang menyerupai katak. (16:14) Itulah roh-roh
setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan
raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari
besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa.
Inilah
Trinitas dari Setan, yakni; naga, antikris, nabi palsu, dan dari mulut mereka
keluar tiga roh najis yang menyerupai katak.
Jadi,
apapun yang dikerjakan oleh tiga serangkai dari Setan, tidak akan menuntun
ibadah kita sampai pada puncak ibadah, selain dari pada roh najis yang
menyerupai katak.
Jadi,
kalau ibadah bumi yang dikerjakan oleh nabi palsu, hanya sibuk bicara
soal mujizat jasmani.
Ibadah
laut
yang dikerjakan oleh antikris bicara soal berkat-berkat, bicara soal ekonomi,
semuanya akan mengarah kepada kenajisan, tidak mengarah kepada puncak
ibadah, doa penyembahan. Ingat itu; Kalau seseorang terikat dengan perkara
lahiriah, ujung-ujungnya ibadahnya sampai kepada kenajisan (roh katak).
Oleh
sebab itu, jangan heran kalau terjadi mujizat, bukan itu yang nomor satu. Kalau
hanya terletak di situ saja, nanti ujung-ujungnya dikuasai kenajisan. Mengapa
gereja dikuasai kenajisan? Karena ibadah itu tidak dituntun oleh tongkat
kerajaan sampai kepada puncaknya yakni; doa penyembahan.
Lihat,
pada akhirnya, ibadah bumi akan dihukum oleh cawan murka Allah yang
keenam. Ibadah laut juga tidak menuntun sampai kepada puncak ibadah akan
dihukum oleh cawan murka Allah yang keenam. Perhatikanlah itu; kalau TUHAN
sudah berbicara dari hati-Nya, maka sambutlah hati TUHAN dengan hati kita
masing-masing.
TUHAN
tidak berkata sambutlah dengan gajimu satu tahun, tidak, tetapi
sambutlah dengan hati kita masing-masing. Kalau Maria bisa sambut dengan upah
satu tahun, tetapi yang TUHAN tuntut dari kita petang ini hanyalah hati.
Biarlah dua tangan Imam Besar menuntun ibadah ini sampai pada puncaknya, itulah
doa penyembahan.
Lihat,
pada zaman Musa, Bangsa Israel dituntun dengan tongkat untuk membebaskan bangsa
Israel dari Firaun dan perbudakan Mesir.
Zaman
Yesus, juga tongkat yang sama, tongkat Kerajaan, tidak pernah beralih.
Teramat
lebih zaman akhir ini, kita harus betul-betul dituntun oleh tongkat kerajaan,
tongkat kebenaran, untuk ibadah ini dituntun sampai pada puncaknya, doa
penyembahan.
Jangan
lagi mau ditipu oleh Setan, di mana ibadah dituntun hanya sebatas berkat, ibadah dituntun hanya sebatas mujizat. Kalau
ibadah sebatas berkat, itu adalah ibadah laut. Ibadah sebatas mujizat, itu
adalah ibadah bumi (nabi palsu, binatang yang keluar dari dalam bumi).
Oleh
sebab itu, saya yakin dan percaya bahwa saudara sangat diperhatikan oleh TUHAN
Yesus Kristus. Sore ini TUHAN mau menyatakan kasih-Nya yang besar, TUHAN mau merangkul
kehidupan rohani kita dengan dua tangan TUHAN yang kuat untuk dibawa mendekat
dalam pangkuan-Nya kekal sampai selama-lamanya.
KEKEKALAN;
Penyembahan.
KEKEKALAN;
Penyerahan Diri.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment