IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 15 FEBRUARI 2024
KITAB MALEAKHI PASAL 2
Maleakhi 2:6 (Seri:4)
Subtema: TUNDUK KEPADA PEMERINTAH
Selamat malam bagi kita semua. Pertama-tama saya mengucap syukur kepada TUHAN, karena TUHAN masih memberi kesempatan bagi kita beribadah lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
TUHAN oleh kemurahan-Nya telah menghimpunkan kita di atas gunung TUHAN yang kudus, berada di bawah naungan sayap-Nya, supaya kita tidak terpisah dari Dia, sampai kepada puncak gelap malam, puncak kesesakan, saat antikris menjadi raja. Biarlah kiranya Firman Allah menjawab segala pergumulan kita sejauh Firman yang kita terima malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa, anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN yang sedang bergabung dengan penggembalaan GPT “BETANIA” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming; Youtube, Facebook maupun media sosial apa saja. Kita berdoa dalam Roh supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Mari kita sambut Firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci dari STUDY MALEAKHI.
Maleakhi 2:6
(2:6) Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.
Sebelum kita memperhatikan ayat 6, terlebih dahulu saya menyampaikan bahwasanya; perjanjian TUHAN dengan Lewi itulah yang harus dipegang seorang imam atau hamba TUHAN di dalam hal melayani TUHAN dan pekerjaan-Nya.
Alasannya: kalau seorang imam berpegang teguh kepada perjanjian TUHAN dengan Lewi, maka;
Pengajaran yang benar ada dalam mulut orang Lewi.
Kecurangan tidak terdapat pada bibirnya.
TERKAIT DENGAN PENGAJARAN YANG BENAR ada dalam mulut orang Lewi…
Matius 7:28-29 dengan perikop: "Kesan pendengar"
(7:28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, (7:29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.
Takjublah orang banyak itu mendengarkan pengajaran yang keluar dari mulut Yesus, sebab Yesus mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.
Minggu lalu kita sudah melihat, bagaimana model pelayanan dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dihadapan TUHAN. Ahli-ahli Taurat; mengerti Firman TUHAN tetapi tidak menjadi pelaku, sehingga mereka melayani, tetapi tidak disertakan kuasa yang datang dari Sorga baik dalam pemberitaan Firman, dalam ibadah-ibadah dan pelayanan mereka. Berbahaya dan beresiko, bila melayani dengan segala kemunafikan, tidak ada kuasa dari Sorga.
Pendeknya, Firman Allah sudah terlebih dahulu termeterai dalam loh-loh daging kemudian ditukik dalam hati, dengan lain kata; Firman Allah sudah menjadi gaya hidup. Sebaliknya, jikalau Firman Allah hanya sebuah pengetahuan, maka praktek kemunafikan dan juga ketidakjujuran, akan nampak dengan jelas di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Inilah pelayanan yang tidak disertakan dengan kuasa dari Sorga.
Kita akan melihat satu bukti bahwa Yesus mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat dalam Matius 22:15-22 dengan perikop: “Tentang membayar pajak kepada kaisar.” Kemudian, setelah dijelaskan tentang membayar pajak kepada kaisar lihatlah….
Matius 22:22
(22:22) Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi.
Jadi intinya, Yesus mengajar orang-orang Farisi disebut juga dengan ahli-ahli Taurat, sebagai orang yang berkuasa. Sebab, pengajaran yang benar keluar dari dalam mulut-Nya.
Perlu untuk diketahui: apa yang keluar dari dalam mulut, berasal dari hati, dengan lain kata:
Firman Allah sudah mendarah daging.
Firman Allah sudah menjadi praktek hidup.
Firman Allah sudah menjadi gaya hidup (life style).
Sekarang kita akan simak ayat perayat.
Matius 22:15-17
(22:15) Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. (22:16) Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. (22:17) Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
Di sini kita melihat, orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus dengan perantaraan murid-muridnya atau orang Herodian (pengikut Herodes), yaitu: "apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
Matius 22:18
(22:18) Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
Sebenarnya, pertanyaan orang-orang Farisi itu, hanya untuk mencobai Yesus.
Singkat kata; mencobai Yesus adalah suatu kejahatan dari orang-orang Farisi yang disebut juga dengan orang-orang munafik. Pertanyaan itu timbul hanya untuk menjerat Yesus saja, supaya Yesus dapat dikatakan bersalah kepada pemerintahan Romawi (ayat 15). Tetapi segala kejahatan orang Farisi (orang munafik) tetap diketahui TUHAN.
Matius 22:19-21
(22:19) Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
(22:20) Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" (22:21) Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (22:22) Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi.
Namun, sekalipun Yesus tau kejahatan mereka, dengan segala kesabaran dan kerendahan di hati, Yesus mengajar orang Farisi dan pengikut-pengikutnya dengan penuh kuasa.
Singkat kata; Yesus mengajar orang-orang munafik supaya mereka (orang Farisi dan para pengikutnya) ada di dalam tanda ketundukan / penaklukan diri sepenuhnya dihadapan TUHAN, secara khusus:
Tunduk kepada pemerintah dan lembaga di dunia ini.
Tunduk kepada Allah dan pemerintahan-Nya yang ada di dalam kerajaan Sorga.
Inilah ajaran TUHAN Yesus kepada orang Farisi dan para pengikut-pengikutnya, sebab Yesus berkata kepada orang Farisi dan pengikut-pengikutnya; : "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Hal ini berbicara tentang menjadi satu kehidupan yang tunduk baik kepada pemerintahan di bumi (lembaga di bumi), maupun pemerintahan yang datang dari Sorga. Tidak mungkin kita tunduk kepada TUHAN, tetapi tidak tunduk kepada lembaga-lembaga yang ada di bumi, itu tidak benar.
Kita tentu saja berterimakasih dan bersyukur kepada TUHAN kita, Dia adalah Imam Besar Agung; melayani, berdoa dan memperdamaikan dosa kita. Dia Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, Dia penyelamat tubuh. Sampai hari ini, Dia sebagai Gembala Agung, tampil di depan untuk menuntun kawanan domba. Kita semua adalah kawanan domba. Terkadang kita keluar dari jalur yang ada, keluar dari tuntunan TUHAN, melangkah di luar koridor-koridornya TUHAN (Gembala Agung), mengambil jalannya masing-masing, bahkan tidak sedikit anak-anak TUHAN di bumi ini menjadi sesat karena menuruti keinginan hati semata. Tetapi lihatlah, sampai malam ini, detik ini, saat ini, TUHAN menyatakan diri-Nya dengan segala kesabaran-Nya untuk mengajar saya dan saudara yang disertai dengan kuasa yang datang dari Sorga.
Kiranya kesabaran TUHAN mengajar kita dengan kuasa penuh, mendatangkan hal yang baik dan mulia kepada kita sekalinnya.
Keterangan: TUNDUK KEPADA PEMERINTAH / LEMBAGA DI BUMI.
1 Petrus 2:11 dengan perikop: “Peringatan untuk hidup sebagai hamba Allah”
Hamba Allah, imam-imam yang melayani TUHAN dan pekerjaan-Nya harus ada dalam tanda ketundukannya.
Maka sampai hari ini kita terus diingatkan oleh TUHAN supaya menempatkan diri sebagai hamba dalam keadaan tunduk kepada tuannya.
Dari sini kita dapat melihat bahwa melayani TUHAN bukan karena gagah hebat, keperkasaan, bukan untuk supaya dilihat oleh orang lain. Tetapi, sebagai hamba Allah harus memiliki tanda ketundukan sepenuhnya (penaklukan diri). Tidak ada artinya melayani gagah-gagahan, siapa yang lebih hebat, saya sudah punya gelar tinggi dan lain sebagainya. Jadi, seorang hamba harus melayani dalam tanda ketundukan. Jangan melayani tanpa ketundukkan, itu tidak benar, TUHAN tidak suka.
Melayani karena kepentingan, supaya dilihat orang lain, dipuji orang lain; TUHAN tidak suka. Melayani hanya menunjukan status sosial di bumi, supaya dikatakan sebagai orang yang baik dan benar, itu tidak boleh. Jangan melayani tetapi diam-diam menuruti kepentingannya sendiri. Melayani jangan karena merasa diri bisa sekalipun bisa, sekalipun mengerti; tetap harus mengikuti Gembala, sebab Gembala itu berjalan di depan = Kepala, menuntun kawanan domba.
Lihatlah, betapa hebatnya dan bijaksananya TUHAN kita Yesus Kristus Kepala Gereja Mempelai Pria Sorga untuk membawa gereja-Nya, sidang-Nya untuk menjadi mempelai TUHAN, hidup tanpa cacat cela.
Berjanjilah untuk mengikuti suara penggembalaan, tanamkanlah hal itu di hatimu kalau memang engkau hamba. Itu sebabnya sampai malam ini TUHAN terus mengingkatkan kita sesuai dengan perikopnya.
Jadi, seorang hamba mutlak ada dalam tanda penaklukan diri kepada TUHAN. Sebetulnya saat kita menaklukan diri (ada dalam ketundukan) dihadapan TUHAN, hal itu mendatangkan naungan dari Allah Trinitas (tutupan grafirat dengan dua kerub diatasnya). Pendeknya, penaklukan diri adalah suatu bukti bahwa kita semua ada di dalam naungan Allah Trinitas.
Untuk apa kita membesarkan diri tetapi tidak ada dalam naungan TUHAN, perlindungan TUHAN? Itu hanya merugikan diri sendiri. Kalau ingin mendatangkan satu kebahagiaan dari Sorga, jauh lebih baik; hamba membawa diri dalam ketundukanya kepada TUHAN.
Coba saudara perhatikan, berapa kali saudara melangkah keluar dari koridor penggembalaan? Yang terjadi adalah banyak salah, sesudah mentok barulah menyesal, tetapi tidak ada artinya kalau suka mengulangi lagi, lupa kalau TUHAN dan pengajaran-Nya berkuasa.
Kita sudah memperhatikan perikop dan penjelasannya. Sekarang kita melihat ayatnya....
1 Petrus 2:11
(2:11) Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
Selama hidup di bumi ini, kita disebut sebagai pendatang / perantau, sebab sesungguhnya kita datang dari Sorga.
TUHAN membentuk Adam dan istrinya, lalu ditempatkan di taman Eden, namun, karena dosa yaitu melanggar perintah Allah, mereka usir dari taman Eden, bagaikan kita di lempar ke dunia ini.
Karena kita pendatang / perantau di bumi ini, maka kita harus menunjukkan cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa ini, yaitu; berjuang untuk menjauhkan diri dari segala keinginan-keinginan daging. Kenapa demikian? Karena keinginan daging berusaha untuk membinasakan jiwa.
Belajar dari waktu-waktu yang lalu, jangan lagi ada jiwa-jiwa yang harus dikorbankan, keluar dari penggembalaan, keluar dari Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Mau berapa jiwa lagi yang harus dikorbankan karena menuruti keinginan daging / tidak takluk kepada TUHAN? Jangan lagi menuruti perasaan daging, tidak ada keadilan disitu selain hanya membinasakan jiwa.
1 Petrus 2:12-15
(2:12) Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka. (2:13) Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, (2:14) maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. (2:15) Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.
Sebagai pendatang di bumi ini, kita harus menunjukkan cara hidup yang baik, yakni; tunduk kepada semua lembaga manusia (pemerintah di bumi ini) yaitu:
Tunduk kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Kepada wali-wali yang diutusnya untuk memutuskan hukum di bumi ini.
Ketundukkan semacam ini terjadi (kita lakukan) jelas karena TUHAN, bukan karena ada sesuatu atau kepentingan diri.
Kalau tunduk karena kepentingan = penjilat. Sebagai seorang pegawai yang bekerja di tempatnya bekerja, di instansi apapun di dunia ini, tunduklah kepada atasanmu karena TUHAN, bukan sebagai penjilat. Kalau tunduk karena TUHAN, pasti hatinya murni (tidak ada sesuatu yang merecoki hatinya).
Pendeknya, kepada segala yang berada di atas kita tunduk saja, tetapi karena TUHAN.
Anak di atasnya ada orang tua; tunduk karena TUHAN, jangan karena takut hajaran orangtua.
Isteri di atasnya ada suami, juga harus tunduk, tetapi karena TUHAN.
Jangan pakai cara dunia yang berkata; dia perokok kok, masa saya harus tunduk? Kalau harus tunduk, ya tunduk saja, jangan dikelola lagi dengan pikiran.
Seorang isteri yang tidak tunduk suka berdalih. Tetapi sehabat apapun seorang isteri berdalih, dasar suami nakal ya tetap nakal, tidak akan pernah berubah. Hanya TUHAN yang dapat merubahkan hati suami. Jadi caranya; tunduk. Kenapa tunduk? Bukan supaya dapat uang bulanan, tetapi karena TUHAN, nanti TUHAN yang mengambil alih dan bekerja untuk mengubahkan sang suami.
Sebenarnya, dengan tunduk kepada pemerintahan yang ada di atas kita, itu setara dengan melibatkan TUHAN dalam segala pekerjaan kita. kalau TUHAN terlibat dalam segala pekerjaan kita, semua menjadi mudah dan digampangkan; karir, jabatan, semua naik dan diberkati TUHAN.
Jadi, benarlah bahwa keinginan daging ini berusaha membunuh jiwa. Maka jangan pakai perasaan dan logika manusia daging. Sekali lagi saya sampaikan; berhenti sampai sini, jangan sampai ada korban jiwa lagi.
Pengajaran Mempelai dalam pola Tabernakel, itu yang membawa kita menjadi mempelai TUHAN. Ini rumus yang benar dan baik, jangan lupa.
Perlu untuk diketahui: tunduk karena TUHAN, inilah yang menjadi bagian dari kehendak Allah untuk untuk membungkam mulut orang yang melihat.
Orang yang tidak tunduk kepada yang di atasnya, orang semacam ini pasti ada di mulut manusia, jadi bahan perguncingan (buah bibir). Jadi, untuk menutup mulut orang; tunduk saja, tunduk karena TUHAN, jangan lagi mengikuti segala keinginan daging yang sedang berjuang untuk membinasakan jiwa. Ingat selalu Firman TUHAN.
1 Petrus 2:18
(2:18) Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.
Ketundukkan itu ternyata mutlak kita tunjukkan karena Allah. Sebab, jika kita tunduk hanya kepada pemimpin yang baik, tetapi kepada pemimpin yang tegas tidak mau, ketundukan semacam ini belum menyenangkan hati TUHAN, itu ketundukan yang semu. Jangankan kepada yang tegas, kepada yang bengis saja kita harus tunduk.
Dari rangkaian-rangkaian ayat Firman yang kita terima malam ini, barulah kita mengerti; betapa TUHAN ajaib, Dia penasihat ajaib, Dia mengajar kita dengan penuh kuasa yang datang dari Sorga supaya kita berada pada satu ketundukan yaitu; tunduk kepada pemerintah, penguasa di bumi ini termasuk lembaga-lembaga yang ditunjuk oleh raja atau pemerintah di bumi, sebab mereka yang memutuskan hukum.
Itu pelajaran yang kita terima karena Simon Petrus melanjutkan apa yang ia terima dari Yesus. Selain TUHAN, Ia juga Guru Agung bagi Petrus.
Sekarang kita akan melihat dari saksi yang lain, yaitu pribadi rasul Paulus.
Roma 13:1 dengan perikop: "Kepatuhan kepada pemerintah"
(13:1) Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Setiap orang harus takluk / tunduk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab, semua pemerintah berasal dari Allah.
Di atas tadi sudah saya sampaikan; di atas anak ada orang tua, di atas isteri ada suami, di atas suami ada Kristus Kepala, di atas Kristus ada Allah Bapa.
Kalau melayani harus dengar-dengaran. Kita ini sedang diayomi oleh lembaga di bumi ini, sebab itu, jadilah rakyat yang baik, sebab semua pemerintahan berasal dari Allah. Kalau pemerintahan datang dari Allah, maka, saat kita melawan pemerintahan di bumi = melawan Allah.
Roma 13:2
(13:2) Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
Melawan pemerintahan di bumi termasuk lembaga-lembaga yang diutus untuk memutuskan hukum = melawan Allah. Dan siapa yang melawan Allah; mendatangkan hukuman atas diri sendiri (mendatangkan kebinasaan).
Jadi, kita harus taat kepada hukum di bumi ini supaya segala doa permohonan kita didengarkan oleh TUHAN.
Di atas tadi sudah saya sampaikan; suami yang nakal, yang tidak perduli dengan isteri dan anaknya, tidak bisa diselamatkan / ditolong oleh sang isteri walaupun sang isteri mempunyai segudang pengetahuan, pengalaman. Pertolongan itu datang dari TUHAN, dimulai dari ketundukan seorang isteri kepada suami.
KTP, KK, SIM semua harus jelas. Kita tinggal di Provinsi Banten urus KK dan KTPmu. Dengan tunduk seperti itu berarti kita mau tetap tinggal di dalam TUHAN, tidak membinasakan diri sendiri.
Roma 13:3-5
(13:3) Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. (13:4) Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. (13:5) Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
Jangan takut karena neraka, tetapi takut karena TUHAN. Persamaan takut karena neraka adalah takut tidak makan, takut miskin, takut tidak punya uang.
Tunduk atau takluk kepada pemerintahan atau kekuasaan di bumi ini, dengan lembaga-lembaganya, tujuannya supaya:
Lepas dari murka Allah.
Mempertahankan hati nurani yang tulus dan murni.
Jadi, kita takluk kepada pemerintahan dan lembaga di bumi ini, bukan karena takut neraka tetapi karena takut kepada TUHAN. Selain takut kepada TUHAN, sekaligus menjaga hati nurani supaya tetap murni dan tulus dihadapan TUHAN. Kalau hidup tanpa hati nurani yang murni, hidup tanpa ketulusan, kehidupan semacam ini tidak nyata dihadapan TUHAN = boneka mainan di bumi ini.
Roma 13:6
(13:6) Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
Kalau kita membayar pajak baik; pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan roda dua, roda tiga, roda empat dan seterusnya, karena takut kepada TUHAN. Kemudian, karena kita menjaga kemurnian, ketulusan dan kejujuran dihati, tidak lebih dan tidak kurang, bukan karena kelebihan uang. Akan tetapi; karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
Oleh sebab itu, yang membawa kendaraan baik sepeda motor, mobil; ikuti rambu-rambu. Jangan karena supaya cepat, ambil jalan pintas yang tidak sesuai aturan. Manusia seperti ini pasti tidak beres, ini manusia daging. Jangan biasakan budaya seperti itu. Kalau kita menuruti daging, daging ini yang akan membinasakan jiwamu. Kalau memang harus berputar, berputarlah, jangan karena beda 30 detik berani melawan rambu-rambu.
Saya sendiri, sejak memiliki kendaraan sepeda motor, belajar mengikuti rambu-rambu. Jarang sekali bagi saya untuk mengambil jalan pintas. Saya mengucapkan ini dengan benar, TUHAN saksinya. Sampai sekarang, dengan kendaraan roda empat, saya tetap ikutin rambu-rambu. Jangan suka lawan rambu-rambu, aturan-aturan yang dibuat pemerintah. Malulah kepada TUHAN. Jangan sampai kita menjadi buah bibir karena tidak baik, tidak menempatkan diri dalam tanda ketundukan.
Roma 13:7
(13:7) Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
“Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar”, misalnya;
Pajak kepada orang yang berhak menerima pajak.
Cukai kepada orang yang berhak menerima cukai.
Tunjukkan rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut.
Tunjukkan rasa hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
Itulah yang diajarkan TUHAN kepada orang Farisi dan ahli Taurat.
Saat bertugas, karena mungkin dilihat oleh orang kita harus tetap dalam keadaan tunduk kepada atasan yang memang kepadanya kita harus tunduk, hormat kepada orang yang harus kita hormat; jangan malu. Biar siapapun yang melihat, kalau memang kita harus hormat kepada siapa kita harus hormat, ya hormat saja.
Pertontonkan yang baik namun dengan tulus dan murni hatinya, supaya membungkam mulut orang lain, membungkam mulut pemerintah-pemerintah yang coba berlaku pungli.
Ciri-ciri ketundukan.
Matius 22:18-19
(22:18) Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? (22:19) Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
Mereka menunjukkan suatu dinar, yakni; mata uang di Israel. Dinar = uang = mamon.
Singkat kata, ketundukan terhadap pemerintah di bumi ini menunjukkan bahwa kita tidak terikat kepada mamon.
Banyak orang berlaku curang, misalnya; untuk pembayaran PLN, tagihannya besar mencapai Rp 50.000.000 - Rp 100.000.000, itu bisa dipangkas lagi dengan berlaku curang. Yang lebih sering kita dengar adalah pajak, pajak yang sampai miliaran dipangkas, itu juga berlaku curang. Kenapa demikian? Ketika ia mengurang-ngurangi besar pajaknya, itu menunjukkan bahwa ia terikat dengan mamon, terikat dengan dinar, terikat dengan uang.
Tetapi TUHAN berkata kepada mereka: “tunjukkan satu dinar”, TUHAN mau supaya kita lepas dari ikatan-ikatan, termasuk ikatan terhadap mamon. Jangan terikat dengan uang, jangan terikat dengan mamon, itu tidak menyelamatkan.
Lihat betapa liciknya bendahara yang licik, dipecat setelah ketahuan korupsi. Selanjutnya, semua orang yang berhutang kepada tuannya itu; dikumpulkan. Karena, mencangkul dia tidak bisa lagi, bekerja juga tidak bisa lagi, dia tidak bisa lagi bersaing dengan dunia. Akhirnya dia berlaku licik.
Lukas 16:3-6
(16:3) Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. (16:4) Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. (16:5) Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? (16:6) Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. (16:7) Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
Kenapa bendara tersebut melakukan hal ini? Karena ia terikat dengan mamon, terikat dengan harta, kekayaan di bumi ini. Ini bendahara yang licik, tidak jujur.
Saudara harus jujur di tempat saudara bekerja. Overtime jangan ditambah-tambahin lagi, kalau memang tidak overtime.
Lukas 16:8-9
(16:8) Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. (16:9) Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."
Kalau kita lepas dari ikatan mamon, barulah kita diterima di dalam kerajaan Sorga. Selama kita terikat dengan mamon, sampai kapanpun tidak akan pernah diterima di Sorga.
Dari sini kita dapat melihat bahwa ketika TUHAN mengajar mereka menjadi suatu kehidupan yang tunduk, takluk kepada pemerintah dan lembaga-lembaga yang diutus, supaya diterima di dalam kerajaan Sorga.
Jika TUHAN berkenan, saya berdoa kiranya kita semua diterima di dalam kerajaan Sorga, berhak menjadi bagian dari kerajaan Sorga, kembali kepada kedudukan semula, sebab selama di bumi ini kita adalah pendatang / perantau, sebab kita datang dari Sorga.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment