IBADAH RAYA MINGGU, 11 FEBRUARI 2024
KITAB WAHYU PASAL 17
(Seri: 2)
Subtema: DITUNGGANGI YESUS atau DITUNGGANGI OLEH PEREMPUAN BABEL
Shalom, selamat malam, salam sejahtera di dalam TUHAN kita Yesus Kristus, oleh rahmat-Nya membawa kita untuk menghadap Dia lewat Ibadah Raya Minggu. Itu berarti kita sekarang berada di atas gunung TUHAN yang kudus, dan kita dikumpulkan di tanah Israel supaya jangan terpisah dari Dia, supaya kita juga jangan dikuasai oleh roh antikris. Karena, tugas dari antikris adalah mencerai-beraikan anggota-anggota tubuh.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN yang sedang bergabung dengan penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia lewat live streaming; Youtube, Facebook, dimanapun anda berada baik di dalam, maupun di luar negeri.
Namun kita berdoa di dalam Roh, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan hati kita masing-masing. Firman yang disampaikan memberikan kepastian, iman teguh supaya kita kuat, tidak mudah goyah. Dan setiap nubuatan, untuk memperlihatkan apa yang terjadi di depan, sehingga kita tidak keliru untuk berada di masa yang akan datang. Dalam sukacita besar dan dalam damai sejahtera, biarlah kita benar-benar merasakan kemurahan TUHAN malam ini.
Secepatnya kita sambut Firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian dari KITAB WAHYU.
Setelah kita menikmati pembukaan Firman pada Wahyu 17:1-2 sebagai pendahuluan pada Minggu yang lalu, tiba saatnya kita masuk pada ayat yang baru, berkat yang baru, semua karena kemurahan TUHAN.
Wahyu 17:3
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
"Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun."
Di sini dengan jelas kita melihat, rasul Yohanes ada dalam pengaruh Roh Allah yang suci. Dalam pengaruh-Nya yang besar; Roh Allah membawa dia ke padang gurun, dengan satu tujuan; supaya rasul Yohanes memperoleh penglihatan dari TUHAN.
Perlu untuk diketahui:
Pada siang hari padang gurun terasa panas, berarti akan menyakiti kulit.
Pada malam hari, padang gurun sangat dingin sekali, bahkan suhunya bisa mencapai rata-rata -8 °C.
Ini jadi pertanyaan, kenapa bisa dingin sekali? Padahal di situ tidak ada es seperti di kutub Utara (Antartika).
Sedikit tambahan; ternyata pasir padang gurun itu tidak bisa menyimpan panas matahari, sehingga saat malam hari, ia akan terasa dingin mencekam.
Jadi, untuk memperoleh penglihatan tersebut, rasul Yohanes dibawa ke padang gurun, suatu tempat yang tidak diinginkan manusia. Tetapi dari sini kita dapat memetik suatu pelajaran bahwa; untuk masuk dalam kerajaan Sorga kita harus dibawa ke padang gurun, yang disebut pengalaman salib.
Jangan kaget dengan pengalaman salib yang begitu besar di tengah ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan ini. Yang pasti, lewat pengalaman salib; TUHAN membawa kita untuk memperoleh satu penglihatan yang besar dan penglihatan itu terkait dengan kerajaan Sorga, keselamatan jiwa.
Oleh panas api yang membara dalam diri orang-orang Yahudi, akhirnya Yesus harus menderita sengsara di atas kayu salib.
Di sisi lain, rasa dingin yang sangat mencekam dialami oleh Yesus karena luka-luka yang diderita pada tubuh-Nya.
Sesudah orang mengalami luka, tidak lama kemudian ia akan merasakan rasa dingin yang mencekam.
Orang yang selesai operasi, setelah ia sadar, tidak lama kemudian ia akan merasa kedinginan bahkan sampai menggigil. Saya berani berkata demikian, karena itu pengalaman saya saat pertama kali dioperasi.
Jadi pengalaman ketika rasul Yohanes dibawa ke padang gurun, itu jelas bayangan dari sengsara salib untuk memperoleh satu penglihatan yang besar yang terkait dengan kerajaan Sorga, keselamatan jiwa. Tidak mungkin kita memperoleh sesuatu yang besar dari Sorga, berkat rohani yang turun dari Sorga, kalau tidak dibawa ke padang gurun, yaitu; pengalaman salib.
Kenapa sampai hari ini kita menikmati pembukaan rahasia Firman? Itu karena kita ada di padang gurun; mengalami sengsara salib. Perlu untuk diketahui sengsara serta kemuliaan itu setara; sejauh mana sengsara dan kematian, sejauh itu TUHAN permuliakan. Kalau matinya sedikit, kemuliaannya juga sedikit.
Pendeknya, suasana padang gurun adalah suasana dalam pengalaman salib.
Untuk menambah pengetahuan rohani tentang padang gurun, saya akan membawa saudara untuk melihat satu perkara rohani yang TUHAN perlihatkan kepada kita.
Matius 4:1 dengan perikop: "Pencobaan di padang gurun"
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Yesus dibawa ke padang gurun untuk dicobai oleh iblis/setan.
Pendeknya, Yesus menanggung derita sengsara. Namun disisi lain kita dapat melihat satu perkara yang terkait dengan kerajaan Sorga, yakni; tiga macam ibadah pokok.
Jadi, kalau kita memperoleh penglihatan atau dapat melihat satu perkara yang terkait dengan kerajaan Sorga itulah tiga macam ibadah pokok, jelas itu karena Yesus dibawa ke padang gurun, Yesuslah yang menanggung sengsara derita di atas kayu salib.
Saya akan tunjukkan kepada saudara….
AYAT 3-4 berbicara tentang; batu menjadi roti.
Bila dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel terkena kepada Meja Roti Sajian 🡪 ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
AYAT 5-7; Yesus berdiri di bubungan Bait Allah (berdiri di tempat tinggi).
Bila dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel terkena kepada Pelita Emas 🡪 ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh.
AYAT 8-10; Yesus berada pada gunung yang sangat tinggi.
Bila dikatikan dengan pengajaran Tabernakel terkena kepada Mezbah Dupa Emas 🡪 ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan, sebagai tingkat ibadah yang tertinggi, disebut juga dengan puncak gunung TUHAN yang kudus.
Singkat kata, kita telah melihat satu paket perkara Sorga yakni; tiga macam ibadah pokok, karena Yesus dibawa ke padang gurun.
Pengalaman padang gurun adalah pengalaman salib, sebab;
Zaman Israel; 40 tahun di padang gurun.
Zaman Yesus; setelah berpuasa 40 hari 40 malam.
Dan kita juga akan mengalaminya di hari-hari terakhir nanti. Kita akan benar-benar dibawa ke padang gurun / padang belantara, tetapi dalam bentuk pemeliharaan TUHAN; dipelihara selama 3½ tahun, itulah masa akhir zaman.
Kita sudah memperoleh pemahaman terkait; dalam roh Yohanes dibawa ke padang gurun untuk melihat penglihatan yang besar. Demikian juga kita sudah melihat tadi, satu perkara yang terkait dengan kerajaan Sorga yaitu; tiga macam ibadah pokok, itu karena Yesus dibawa ke padang gurun. Ini tambahan sedikit saja.
Sesuatu yang besar akan kita alami, akan kita lihat dan kita miliki, bila kita juga menyatu dengan sengsara salib. Tiada mungkin sesuatu yang besar kita miliki dari Sorga, kalau kita jauh dari salib.
Kita kembali memperhatikan…
Wahyu 17:3
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
Singkat kata, Yohanes melihat satu adegan yang sangat mengherankan dirinya, sebab ia melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu.
Merah adalah simbol atau gambaran dari sengsara / derita salib.
Ungu adalah simbol dari kemuliaan.
Itu adalah pengertian dari pola Tabernakel. Kalau tidak menggunakan pola Tabernakel, kita tidak mengerti arti dari warna-warna. Tetapi, karena pengajaran (pola) Tabernakel kita mengerti arti rohani dari warna-warna.
Pendeknya, binatang yang merah ungu ini seolah-olah berada pada 2 (dua) keadaan, yakni:
Menderita sengsara di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Berada dalam kemuliaan, sementara ia sendiri berada di bumi.
Kita akan dipermuliakan bilamana kita diangkat ke Sorga. Selama kita ada di bumi, kita harus tekun dengan pendirian; mati dan bangkit. Kalau kita tekun dengan pendirian mati dan bangkit, kelak Yesus datang; ia akan mengangkat kita dalam kemuliaan.
Tetapi kenyataannya, binatang itu nampak mulia, padahal binatang itu sendiri masih ada di bumi.
Sebenarnya, warna yang ada pada binatang itu hanya akal-akalan semata, karena pada bintang itu tertulis nama-nama hujat. Selanjutnya, binatang tersebut mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
Jadi kita jangan hanya melihat warna dari binatang itu saja, yakni; merah dan ungu. Seseorang bisa saja memiliki warna seperti itu (merah dan ungu); nampak menarik, tetapi lihat juga, apa yang tertulis dalam orang itu.
Saya berharap, biarlah setiap Firman Allah yang kita terima; dimeteraikan oleh Roh Kudus pada loh daging dan ditukik dalam hati kita (nampak dalam perbuatan).
Kita tidak bisa main akal-akalan di tengah ibadah dan pelayanan, karena TUHAN tidak bisa diakal-akalin dan tidak bisa didustai. Kalau dahulu kita main akal-akalan, mulai sekarang; melayani TUHAN harus tulus seperti merpati.
Sidang jemaat harus lebih percaya kepada pemberitaan Firman, jangan lebih percaya kepada warna binatang itu.
Intinya, selain tertulis nama-nama hujat, binatang itu memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
Terkait dengan “TUJUH KEPALA DAN SEPULUH TANDUK”, kita perhatikan….
Wahyu 13:1 dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam laut”
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
Seekor binatang keluar dari dalam laut 🡪 antikris.
Adapun wujud binatang tersebut ialah;
Bertanduk sepuluh dengan sepuluh mahkota di atas tanduk-tanduknya.
Berkepala tujuh namun di tiap-tiap kepalanya tertulis nama-nama hujat.
Berarti; binatang yang ada pada Wahyu 13:1 = Wahyu 17:3.
Keterangan: BERTANDUK SEPULUH DENGAN SEPULUH MAHKOTA DI ATAS TANDUK-TANDUKNYA.
Mahkota berbicara tentang kemenangan. Sebenarnya, kemenangan itu hanyalah akal-akalan, sebab binatang tersebut (itulah antikris), tidak pernah mengalami kemenangan dan tidak pernah memberi kemenangan kepada anak-anak TUHAN, sebab itu, jangan terkecoh. Namun kenyataannya, di hari-hari terakhir ini begitu banyak gereja TUHAN, begitu banyak anak-anak TUHAN yang terpedaya oleh tipu daya / akal-akalan dari binatang ini.
Tetapi, lewat pembukaan Firman yang menjadi satu hikmat besar bagi kita, lalu hikmat itu memberi pengertian sehingga menjadikan kita satu kehidupan yang bijaksana, tidak mudah untuk diperdaya oleh akal-akalan dari binatang tersebut.
Ingat rumus sengsara salib; semakin besar sengsara yang harus kita pikul, semakin besar kemurahan TUHAN. Itulah pembukaan rahasia Firman; TUHAN beritahukan, TUHAN perlihatkan segala rencana yang terkait dengan kerajaan Sorga itulah keselamatan yang akan kita peroleh.
Kalau bisa masuk Sorga dengan bayar triliunan, orang kaya mau. Tetapi kita tidak perlu bayar, yang penting; sabar saja, merendahkan diri di ujung kaki salib seperti Maria yang duduk diam dan terus mendengarkan Firman TUHAN (Lukas 10:39). Karena tidak mungkin harga keselamatan itu hanya satu triliun, itu terlalu murah. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini.
Pemuda-pemuda, jangan karena perempuan tinggalkan kesempatan ini. Pemudi-pemudi, jangan karena laki-laki tinggalkan kesempatan ini. Jangan coba-coba! Itu sama dengan bunuh diri. Saya tidak sedang mengancam tetapi sedang memberitahukan dengan tegas.
Saya terlalu yakin berkata bahwa saudara berada pada tempat yang tepat untuk memperoleh kerajaan Sorga dan melihat kemuliaan-Nya kelak. Biarlah kita senantiasa dimantapkan oleh pemberitaan Firman dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah.
Di atas tadi kita sudah melihat; sesungguhnya TUHAN tidak pernah memberikan kemenangan kepada binatang yang keluar dari dalam laut (antikris). Karena antikris tidak pernah mengalami kemenangan, maka tentu ia tidak pernah bisa memberi kemenangan kepada umat TUHAN.
Wahyu 13:7
(13:7) Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka; dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa.
Satu kali, binatang yang keluar dari dalam laut ini akan berperang dan mengalahkan orang-orang kudus dari berbagai kaum, suku, bahasa dan bangsa. Sebenarnya, ini bukan kemenangan, sekalipun binatang itu mengalahkan orang-orang kudus. Hal itu memang harus terjadi, tujuannya; untuk menampi anak-anak TUHAN.
Kita tidak bisa menolak antikris hadir di bumi ini, ia memang harus hadir dan berperang serta mengalahkan orang-orang kudus, tetapi itu bukan kemenangan.
Jadi, peristiwa yang terjadi pada tujuh masa, puncaknya pada 3½ tahun yang kedua sebagai puncak pencobaan / puncak gelap malam (saat antikris berkuasa atas seantero dunia ini), itu diijinkan TUHAN terjadi sebagai alat penampi, itu bukan kemenangan.
Lukas 22:28
(22:28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Sebelum Yesus mengalami pencobaan, Yesus sudah memberitahukan kepada dua belas murid, bahwa Ia akan mengalami pencobaan. Namun Yesus berkata: "kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan."
Jangan tinggalkan TUHAN Yesus hanya karena perkara lahiriah atau mencari kepuasan daging, tetaplah tinggal bersama dengan TUHAN sekalipun harus mengalami banyak pencobaan.
Tetaplah tinggal dalam TUHAN dengan lain kata; tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sampai akhirnya kita berada pada puncak ibadah yang tertinggi itulah doa penyembahan. Hanya itu caranya, tidak ada cara lain. Kita tidak akan mungkin sampai kepada doa penyembahan, kalau tidak tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
Tetaplah tinggal bersama dengan TUHAN, sekalipun pencobaan itu silih berganti kita alami dan kita hadapi selama kita hidup di bumi ini. Dan memang itu akan terjadi atas seizin TUHAN, pencobaan itu tidak akan disingkirkan TUHAN.
Selama kita hidup di bumi ini, selama itu pula kita akan terus menerus mengalami pencobaan. Jadi, jangan bersunggut-sungut.
Mungkin orangtua kecewa melihat anak kurang hormat, tidak taat, setia dan dengar-dengaran, itu pencobaan yang terjadi atas seizin TUHAN, tidak bisa disingkirkan. Pencobaan bisa datang dari suami atau isteri, orangtua, anak, menantu, kerabat, saudara, handai taulan dan lain sebagainya, memang itu terjadi atas seizin TUHAN. Namun TUHAN berkata kepada murid-muridnya: "kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan." Kita semua harus menjadi murid-murid yang dengar-dengaran terhadap ajaran yang keluar dari mulut Yesus.
Kita harus bersyukur dengan apa yang TUHAN nyatakan kepada murid-murid walaupun tegas. TUHAN tidak sedang menakut-nakuti, tetapi TUHAN sedang memberi kepastian, dan TUHAN juga sedang memberi kepastian kepada kita semua supaya kita kuat.
Jangan pasang harga diri lagi, itu tidak ada artinya, justru merugikan masa depanmu, keluargamu dan yang ada disekitarmu. Dan kita sudah melihat itu, ketika kita memasang aksi, yang menjadi korban bukan kita saja, tetapi orang-orang yang disekitar kita juga.
Teruslah dalam pengaruh yang besar dari Roh Kudus, minta kepada TUHAN supaya Roh Kudus ingatkan kita untuk tetap rendah hati, tetap di padang gurun untuk memperoleh penglihatan yang terkait dengan kerajaan Sorga, keselamatan yang akan kita terima.
Di atas tadi sudah disampaikan; Yesus meminta supaya murid-murid tetap tinggal bersama dengan Dia, terkhusus pada saat Yesus menghadapi pencobaan. Jadi, seberapa berat dan seberapa banyak pencobaan yang kita alami di bumi ini, tetaplah tinggal bersama dengan TUHAN, berarti; tekun dalam tiga macam ibadah pokok, supaya kita nanti dibawa pada puncak ibadah itulah doa penyembahan. Hanya itulah satu-satunya cara untuk menolong kita.
Di bumi ini ada banyak pencobaan dan pencobaan ini akan memuncak saat antikris menjadi raja, disebut juga sebagai puncak gelap malam. Sebab pada saat itu, gembala akan dibunuh maka kawanan domba akan tercerai-berai. Jadi, Matius 26:31 merupakan nubuatan Zakharia 13:7. Segala sesuatu yang dinubuatkan oleh para nabi harus terjadi.
Matius 26:31 kita bandingkan dengan;
Daniel 8:11, Daniel 9:27, Daniel 11:31, Daniel 12:11, ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa pada saat antikris menjadi raja, mereka akan merampas korban sehari-hari dari Panglima Balatentara. Korban sehari-hari adalah korban sembelihan dan korban santapan.
Yesus adalah Anak Domba Allah yang telah disembelih di kayu salib. Lalu Ia sudah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib (korban santapan). Jadi, benar sekali, gembala akan dibunuh dan murid-murid sebagai kawanan domba akan tercerabi-berai karena iman tergoncang.
Saudara, hal “Tercerai-berai” bisa dilihat dari Amos 8:11-12;
Menjelajah dari Utara ke Timur, yang ditemukan adalah ajaran nabi-nabi palsu.
Mengembara dari laut ke laut, yang ditemukan adalah ajaran antikris.
Inilah yang terjadi kalau kawanan domba tercerai-berai.
Kenapa bisa tercerai-berai? Karena imannya sudah tergoncang oleh peristiwa itu.
Zaman Yesus; iman dari murd-murid yang digoncang. Pada zaman akhir, hal itu juga akan terjadi; TUHAN menguji setiap iman dari segala kaum, suku, bahasa dan bangsa.
Jadi, jangan lagi main-main, jangan permainkan nyawamu. Kalau bermain-main di tengah ibadah dan pelayanan = memepermainkan nyawa. Kalau TUHAN memperhatikan nyawa kita, nyawa isteri dan anak-anak kita, oranguta kita, masa kita tidak mau memperhatikan nyawa keluarga kita sendiri.
Kita sudah melihat bahwa binatang itu memang harus memerangi dan mengalahkan orang-orang kudus. Tetapi itu bukan kemenangan, itu hanya akal-akalan, karena TUHAN tidak memberi kemenangan. Karena binatang itu tidak pernah menerima kemenangan, maka dia pun tidak akan memberikan kemenangan kepada anak-anak TUHAN.
Sebab itu, jangan terkecoh dengan ibadah lahiriah; ibadah yang orientasinya hanya soal berkat-keberkatan, berhasil-keberhasilan dan orientasi ibadah pelayanan hanya sebatas kegerakan-kegerakan rohani.
Jangan hanya liat warnanya, tetapi lihat juga ; adakah nama-nama hujat tertulis di tubuhnya?
Biarpun kita sederhana, tetapi pengertian kita dari Sorga mantap, karena TUHAN yang mantapkan.
Lukas 22:31-32
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (22:32) tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Pada saat antikris menjadi raja atas dunia ini, itu terjadi selama tujuh masa atau tujuh tahun, yang memuncak pada; pertengahan tujuh masa yakni; 3½ tahun yang kedua. Semakin gelap dosa yang dilakukan, penderitaan juga akan semakin berat.
Hal ini terjadi atas seizin TUHAN, karena itu dijadikan sebagai alat penampi. Sebab TUHAN berkata; Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. Akan tetapi sebagai Imam Besar Agung, Yesus berdoa supaya Simon Petrus dan imannya jangan gugur.
Saya tidak pernah berkata; kalau seseorang mengalami ujian, imannya tidak tergoncang. Imannya pasti akan tetap tergoncang. Tetapi, biarlah kita tetap berada di tengah ibadah dan pelayanan, untuk menikmati pelayanan Imam Besar, sekaligus menerima doa Imam Besar Agung, supaya, manakala iman kita tergoncang, kita tetap kuat, tidak terpisah dengan TUHAN, melainkan tetap satu dengan TUHAN.
Singkat kata, waktu binatang itu mengalahkan orang-orang kudus, itu bukan kemenangan, itu hanya akal-akalan. Tetapi nanti, banyak orang yang akan tertipu dengan akal-akalan dari binatang itu, tetapi kita tidak akan tertipu.
Pencobaan yang kita alami untuk masa sekarang dan masa yang akan datang adalah SARANA untuk membuktikan iman kita kepada TUHAN. Iman terbukti saat ada pencobaan, untuk menggoncang iman. Tidak mungkin iman terbukti, bila tidak ada pencobaan.
Saya bersaksi sedikit: Pada tahun 2020, gempa bumi terjadi menggoncang seantero dunia, bukan hanya di Indonesia saja. Iblis menuntut untuk menampi anak-anak TUHAN dan memang banyak sekali yang tertampi pada saat itu. Tetapi masih ada penampian berikutnya, sebab penampian sekarang ini baru simulasi, permulaan dari babak baru yang akan datang. Karena ini simulasi, anggap saja masih ada kesempatan untuk memperoleh kemurahan, walaupun sudah “terlanjur-lanjur”. Tetapi, jangan lagi bermain-main soal ibadah seperti di waktu-waktu yang lalu.
Kemudian, pada saat itu jiwa banyak yang tergoncang karena melihat tetangganya mati, lalu di kampung lain ada yang mati, di negara lain ada yang mati, dimana-mana banyak orang yang mati. Kalau tidak secepatnya merasakan doa Imam Besar, bisa tercerai-berai dari Gembala Agung.
Jangan ulangi lagi untuk tidak dengar-dengaran kepada suara gembala. Simon Petrus merasa tertua dari antara murid-murid. Tertua maksudnya; merasa senior, memiliki banyak pengalaman. Kalau ada yang tidak mengikuti dia, seenaknya memukul.
Tetapi sekarang, jangan seperti itu lagi, belajar dengar-dengaran terhadap suara gembala. Jangan lagi keraskan hati hanya karena warna merah dan ungu. Jangan lihat semarak-semarak, tetapi harus dilihat juga, adakah tulisan nama-nama hujat pada tubuhnya / perangainya, menghargai pengajaran pembangunan Tabernakel tidak.
Saya pesankan; jangan bertahan dengan kebodohan semacam ini lagi, cukup satu kali. Jangan sembarangan menjalankan suatu ibadah. Ini adalah hari-hari terakhir, hargailah.
Kemudian, kalau kita sudah insaf; perhatikan suami, isteri, anak, orangtua, mertua, menantu, kerabat, handai taulan dan lain sebagainya, jangan egois! Bawa mereka ke dalam Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Sampaikan kepada mereka; jangan lihat semarak-semarak, tetapi lihat rencana TUHAN.
Kalau masalah semarak, gereja kita kalah dengan yang lain. Tetapi lihatlah rencana TUHAN yang begitu hebat ini, dinyatakan kepada kita, tidakkah hati saudara hancur di situ?
Orang dunia saja hatinya hancur setelah mendapatkan berkat jasmani. Kita yang sudah menerima berkat yang terkait dengan keselamatan jiwa, seharusnya lebih hancur hati lagi.
Wahyu 13:3
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.
Binatang yang keluar dari dalam laut mempunyai tujuh kepala. Namun satu dari kepala-kepala itu kena luka, dan luka itu membahayakan hidupnya, berarti; hidupnya sudah diujung tanduk, nyawanya sudah ada di tepi maut. Tetapi pada akhirnya luka itu sembuh. Intinya di sini adalah; antikris dapat mengadakan mujizat kesembuhan atas orang sakit.
Sakit lalu diberi obat; sembuh. Kemudian bikin lagi penyakit baru, lalu dibikin lagi obat; sembuh, begitu terus menerus. Karena hal itu, akhirnya seantero dunia terheran-heran dan menjadi pengikut antikris.
Bandingkan dengan luka Yesus:
1 Korintus 15:26
(15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Semua musuh sudah dibinasakan dan dikalahkan oleh Yesus. Dan musuh yang terakhir yang dikalahkan oleh Yesus adalah maut. Dimana semua musuh itu dikalahkan oleh Yesus?
1 Korintus 15:27-28
(15:27) Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa "segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. (15:28) Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Yesus telah menderita sengsara di atas kayu salib dan oleh luka-luka yang dialaminya; Ia telah mati di atas kayu salib. Tetapi, pada hari yang ketiga Ia bangkit, sehingga musuh yang terakhir dikalahkan itulah maut.
Inilah kemenangan yang sejati, kemenangan yang diperoleh dari Sorga, dari Allah.
Kalau binatang di atas tadi; memerangi dan mengalahkan orang-orang kudus tetapi itu bukan kemenangan dari Sorga, itu hanya akal-akalan saja. Kemenangan yang sejati adalah; ketika Yesus harus menderita sengsara sampai mati di atas kayu salib, lalu bangkit pada hari ketiga; Dia hidup dan menang; musuh yang terakhir telah dikalahkan.
Ada lagi musuh yang dikalahkan yaitu; kepala ular telah diremukkan oleh tumit Yesus di atas kayu salib 2000 tahun yang lalu. Ini kemenangan yang menjanjikan. Kemenangan yang menjanjikan itu datang dari Allah, dari Sorga. Tetapi, kemenangan yang dikerjakan oleh antikris hanyalah akal-akalan saja, untuk merusak konsentrasi dari anak-anak TUHAN. Itulah sebabnya warna dari binatang yang keluar dari dalam laut merah dan ungu sepertinya binatang ini datang dari TUHAN padahal di tubuhnya tertulis nama-nama hujat.
Kemenangan sejati datang dari Sorga, dari Allah sendiri, supaya Allah di dalam semua. Kalau Allah di dalam semua, kita pasti rendah hati. Segala yang ada adalah milik Allah, kalau kita mengakui itu di dalam diri kita, berarti kita adalah orang-orang rendah hati. Dari TUHAN, oleh TUHAN, kembali kepada TUHAN.
Jangan koleksi harta di dada, di leher, di tangan tetapi tidak mengerti pekerjaan TUHAN; bikin malu. Selain bikin orang lain jadi iri, kerohanian kita juga jadi rusak. Jangan seperti semarak, tetapi tidak mengerti pekerjaan TUHAN.
Saya mengatakan ini dari hati yang tulus, tidak ada maksud yang lain, karena saya belajar untuk mengasihi, seperti TUHAN sudah terlebih dahulu mengasihi saya, memperhatikan nyawa saya, nyawa isteri dan anak-anak saya bahkan nyawa seluruh sidang jemaat. Tidak ada emosi dan amarah di sini, walaupun tegas. Jadilah suatu kehidupan yang rendah hati.
Kita sudah melihat sepuluh tanduk dengan sepuluh mahkota di atasnya, itu hanya akal-akalan saja, sekarang….
Keterangan: BERKEPALA TUJUH, NAMUN PADA KEPALANYA TERTULIS NAMA-NAMA HUJAT.
Ketujuh kepala berbicara tentang tujuh gunung, yakni; ibadah-ibadah di bumi.
Wahyu 17:9
(17:9) Yang penting di sini ialah akal yang mengandung hikmat: ketujuh kepala itu adalah tujuh gunung, yang di atasnya perempuan itu duduk
“Yang penting disini ialah akal yang mengandung hikmat.”
Kita memiliki akal, tetapi kalau binatang tidak memiliki akal.
Lalu kalau hikmat sudah menyatu dengan akal, itulah yang disebut dengan orang bijaksana. Orang bijaksana dapat membedakan mana yang baik dan yang tidak baik, ia dapat melihat kalau itu hanyalah sekedar warna merah dan ungu, tetapi nama-nama hujat tertulis dalam dirinya.
Pendeknya, yang penting disini ialah akal yang mengandung hikmat supaya kita bisa melihat bahwasanya ketujuh kepala dari binatang itu adalah tujuh gunung, namun, pada tujuh kepala tersebut tertulis nama-nama hujat.
Wahyu 13:5
(13:5) Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya. (13:6) Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga. (13:7) Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka; dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa.
Binatang itu dengan kesombongan membuka mulutnya untuk:
Menghujat Allah Bapa = menolak kasih Allah
Menghujat Yesus Anak Allah = menolak Firman Allah
Menghujat kemah kediaman-Nya = menolak Roh Allah yang suci, serta aktivitasnya, yakni ibadah dan pelayanan.
Matius 12:30
(12:30) Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.
Di atas tadi sudah disampaikan; TUHAN Yesus berkata kepada murid-murid secara khusus kepada Simon Petrus supaya ia tinggal bersama dengan Yesus apabila pencobaan itu terjadi di alami oleh Yesus. Hal itu juga akan dialami oleh gereja hujan akhir.
Sebab itu, bersama-sama kita berkata dengan lembut disertai kasih, walaupun agaknya tegas, katakan kepada suami, isteri, anak-anak; ayo mari kita ke gunung TUHAN yang kudus, TUHAN sedang mengumpulkan kita di bawah naungan sayap-Nya, seperti induk ayam sedang mengumpulkan anak-anaknya di bawah kepak sayapnya, supaya kita jangan tercerai berai (Matius 23:37).
Ingat rumus; tekun dalam tiga macam ibadah pokok = ada di bawah kepak sayap TUHAN = kita sedang dikumpulkan TUHAN supaya jangan tercerai-berai manakala iman digoncang.
Kitalah yang tetap satu dengan TUHAN dalam segala pencobaan, jangan tergiur lagi dengan dunia dan segala arusnya, jangan lagi tergoda dengan daging dan segala keinginannya, jangan lagi kita tertipu dengan tipu daya iblis setan untuk memberontak kepada TUHAN.
Matius 12:31
(12:31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.
Hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.
Menghujat kemah kediaman Allah / tidak menghargai kegiatan Roh Allah yang suci itulah ibadah dan pelayanan / tidak mau menghargai ketekunan tiga macam ibadah pokok; tidak diampuni.
Jadi, tiga macam ibadah pokok adalah harga mati. Ini yang tidak diketahui oleh banyak gereja TUHAN.
Tadi kita sudah melihat, Yesus dibawa ke padang gurun. Yesus memang mengalami panas dan dingin di padang gurun. Tetapi di sisi lain kita dapat melihat; tiga macam ibadah pokok yang dibawa khusus oleh Yesus dari Sorga ke bumi di atas kayu salib. Jadi tiga macam ibadah pokok bukan buatan tangan manusia, bukan buatan saya, bukan karena maunya saya.
Kalau kita sudah mendapat pengertian yang benar, hargailah. Sebab TUHAN mau mengumpulkan kita seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah kepak sayapnya, mari kita ada di situ.
Biarlah kita dikumpulkan bersama dengan TUHAN, supaya pada saat iman digoncang, jangan kita terpisah dari TUHAN, supaya kita dan iman kita tidak gugur sekalipun TUHAN izinkan alat penampi untuk menampi.
Jangan keraskan hati. Hari ini mungkin engkau mengeraskan hati, tetapi besok dan seterusnya tidak bisa. TUHAN dalam kasih sudah menghimbau kita; Ia berdoa bukan untuk diri-Nya tetapi untuk kita yang hina, dina, dan tidak berarti bagi dunia ini. Itu sebabnya Yesus menaikkan doa; “Eli, Eli lama sabaktani” itu sama saja Yesus rindu mengumpulkan kita di bawah kepak sayapnya. Tetapi, kenapa kita tidak mau mendengarkan doa seruan yang lemah lembut ini saudara?
Matius 12:32
(12:32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.
Tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.
Di dunia ini = tidak mendapat pemeliharaan, pembelaan dari Kepala atas tubuh.
Di dunia yang akan datang = tidak masuk Sorga (binasa).
Jadi mutlak tiga macam ibadah pokok sebagai kegiatan Roh di rumah kediaman Allah itu harus dihargai, jangan dihujat (dirusak)
TUHAN tidak melihat persembahan. Datang saja dulu, tekun saja dulu tiga macam ibadah pokok. TUHAN tidak akan mempermalukan sebesar apapun persembahan kita. Mungkin kecil seperti janda itu, tetapi TUHAN tidak permalukan, yang penting berasal dari hati yang tulus untuk datang menghadap TUHAN lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Datang saja di bawah kepak sayap TUHAN, nanti seiring berjalannya waktu, kemurahan demi kemurahan akan ditambahkan. Oleh kemurahan itu, kita didorong untuk membawa hati, hidup dan nyawa kita untuk selanjutnya kita persembahkan di atas mezbah TUHAN.
Kita sudah melihat sepuluh tanduk dan sepuluh mahkota, juga tujuh kepala dan nama-nama hujat tertulis di kepalanya.
Saya menghargai ibadah dan persekutuan-persekutuan yang beribadah, tetapi jangan sampai kita menemukan gunung atau ibadah yang pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. Seperti ahli Taurat dan orang Farisi; sekedar saja datang beribadah, tetapi seyogyanya tertulis nama-nama hujat, karena mereka melayani tetapi terikat dengan perkara lahiriah, yakni; emas (mamon) yang ada dalam bait suci dan persembahan di atas mezbah, itu adalah roh antikris (Matius 23:16-20).
Dulu kita tidak paham yang seperti ini, kita hanya melihat “oh warnanya merah dan ungu”. Tetapi sekarang, TUHAN begitu jelas memaparkan isi hati-Nya yang paling dalam itu. Siapa yang pernah masuk ke dalam hati TUHAN? Tidak ada. Tetapi, kalau kita bisa melihat isi hati TUHAN terpapar dihadapan kita, itu kemurahan, jangan sia-siakan.
Ingat semua rumus yang sudah saya sampaikan. Ibadah jangan hanya melihat warna, tetapi lihat terikat dengan persembahan di atas mezbah tidak, lihat terikat dengan emas yang ada di dalam rumah TUHAN tidak. Kalau terikat dengan semuanya itu = nama-nama hujat tertulis pada kepala-kepala.
Buka mata dan lihat dengan baik-baik, di gunung kudus ini ada nama-nama hujat atau tidak?
Pertanyaan: Mengapa binatang itu menghujat Roh Allah yang suci / menghujat kemah kediaman Allah / menghujat kegiatan Roh Allah, itulah ketekunan dalam tiga macam ibadah?
Wahyu 17:3
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
Perempuan Babel ternyata duduk di atas binatang yang keluar dari dalam laut itu, yang berwarna merah dan ungu. Ini penyebabnya, biang keroknya, kambing hitamnya.
Jangan jadi biang kerok. Kalau berbicara tulus, untuk membangun kesatuan. Kalau berbicara atau bertindak jangan seperti merah dan ungu, tetapi sesungguhnya mencerai-beraikan karena adanya kepentingan. Tulus saja dalam bertindak, berkegiatan di tengah ibadah dan pelayanan, dalam perkataan. Jangan kita duduki orang lain untuk mencerai-beraikan. Pokoknya saya sudah pesankan dengan tandas, lebih dari pada itu; urusan saudara dengan TUHAN.
Perlu untuk diketahui dari sejak terjadinya gempa bumi tahun 2020, perempuan Babel sudah berupaya untuk menduduki seantero dunia (air yang banyak/lautan dunia) sebagaimana Wahyu 17:1, walaupun itu hanya sebatas simulasi. Tetapi sekalipun itu hanya simulasi, cukup menggoncangkan iman / iman tergoncang.
Pada saat itu semua orang diharuskan mengenakan masker. Kemudian, salam-salaman juga pakai sikut dan saling tonjok. Singkat kata, sudah tidak sesuai dengan persekutuan dengan tubuh Kristus.
Paulus dan Barnabas diutus ke bangsa Kafir (non Yahudi). Petrus, Yohanes dan Yakobus dan Petrus diutus ke bangsa Yahudi. Tetapi sekalipun Paulus, Barnabas diutus ke bangsa kafir, sedangkan Petrus, Yohanes dan Yakobus diutus ke bangsa Yahudi, namun mereka tetap berjabat tangan, mereka tetap dalam kasih mesra; dua tangan dipakai untuk melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN (Galatia 2:9). Jadi jabat tangannya tidak tonjok-tonjok, sikut-sikut, tetapi tetap berjabat tangan.
Kemudian, jangan tutup mulut untuk memuji TUHAN Yesus. Memang setan berusaha membungkam kita (sedang menduduki air yang banyak / lautan dunia). Kalau sudah dibungkam, barulah dari situ keluar binatang.
Makanya, jangan mau dibungkam, tetaplah mulut memuji TUHAN, tangan untuk berjabat tangan, di dalam kasih melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN, jangan pukul dan sikut.
Jujur saja, saya tidak suka dengan salaman dengan cara sikut-sikut, seolah-olah TUHAN tidak sanggup memelihara hidup kita. TUHAN sanggup memelihara hidup saya dan saudara. Darah salib teramat berkuasa memelihara 37 triliun sel-sel dalam tubuh. Semua sel tersebut ditutup bungkus oleh darah Yesus, kalau tidak, sel itu mati (anggota tubuh mati). Jangan mau dibungkam, jangan mau jadi air yang banyak diduduki, ditunggangi oleh Babel.
Itu sudah terlihat secara kasat mata dari sejak tahun 2020. Kalau kita mau dibungkam, nanti dari situ keluar kombinasi dari tiga jenis binatang itulah antikris.
Pendeknya, Babel telah menunggangi binatang merah dan ungu, binatang yang keluar dari dalam lautan dunia. Akhirnya dari lautan dunia keluarlah seekor binatang bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
Wahyu 13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.
Karena sudah dibungkam mulutnya / tidak lagi memuja TUHAN, kemudian sudah dibungkam tangannya / tidak ada lagi kasih mesra di tengah ibadah dan pelayanan, maka keluarlah seekor bintang. Ini kombinasi dari tiga jenis binatang yaitu; singa, beruang dan macan tutul.
Siapa gerangan yang sanggup menghadapi kekuatan antikris yang semacam ini? Tidak ada. Jadi andalkan TUHAN, jangan andalkan kelebihan yang kita punya; harta, kekayaan, uang yang banyak, pangkat, kedudukan, bisnis dan lain sebagainya.
Kita sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa kita tidak akan mampu menghadapi kekuatan kombinasi dari tiga jenis binatang, yaitu;
Beruang; memiliki cakar yang kuat, sekaligus mencengkram. Kalau dia memukul, tidak ada yang dapat bertahan. Kalau dia mencengkram, tidak ada yang bisa lepas.
Macan tutul; bicara kecepatan yang sangat tinggi. kita tidak akan bisa lari dari kejaran antikris.
Singa yang mengaum-ngaum mencari mangsanya yang dapat ditelannya. Dan tidak ada yang bisa lepas dari mulut singa, kecuali kita sungguh-sungguh.
Oleh sebab itu, sekarang JALAN KELUARNYA; kita harus mau ditunggangi oleh TUHAN (diduduki TUHAN)
Jangan mau lagi mulut ini dibungkam dengan masker rohani. Jangan lagi tangan ini dibungkam dengan cara memukul dan menyikut, tetapi harus jabat tangan tanda ada kasih mesra dan kasih setia dalam melayani TUHAN dan melayanI pekerjaan TUHAN.
Di dalam pemberitaan Injil; Paulus dan Barnabas diutus ke bangsa kafir, sedangkan Yakobus, Yohanes dan Petrus kepada bangsa Yahudi, pendeknya mereka ini ditunggangi (diduduki/dipakai) oleh TUHAN Yesus. Kemana arahnya nanti kalau kita ditunggangi oleh TUHAN Yesus?
Markus 11:1-2 dengan perikop: “Yesus dielu-elukan di Yerusalem”
(11:1) Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya (11:2) dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari.
Perintah TUHAN kepada murid-murid; untuk melepaskan keledai muda dari tambatannya, dan keledai muda ini belum pernah ditunganggi oleh siapapun.
Dahulu kita terikat dengan banyak persoalan, terikat dengan roh-roh dunia yang lemah dan miskin, terikat dengan berhala, sampai disebut rantai dosa. Tetapi lihatlah, TUHAN itu mulia hatinya; Ia datang untuk melepaskan keledai muda yang tertambat. Keledai muda gambaran dari gereja TUHAN yang belum punya pengalaman, sehingga tertambat, tetapi keledai muda ini belum pernah ditunggangi oleh siapapun.
Saudara, sekaranglah waktunya bagi kita memberi diri untuk ditunggangi oleh TUHAN. Waktu TUHAN adalah waktu yang terbaik buat kita sekaliannya. Oleh kasih-Nya kita sudah dilepaskan dari segala jenis ikatan (tambatan) di duni ini, rantai dosa sudah diputuskan.
Memang kita gambaran dari orang muda, tidak banyak pengalaman. Tetapi sekalipun demikian, kalau kita sudah dilepaskan TUHAN; biarlah kita datang kepada TUHAN saja, jangan datang kepada yang lain-lain; apalagi roh-roh dunia yang lemah dan miskin (Galatia 4:9). Walaupun nampaknya berhala itu memberi kelimpahan, tetapi sesungguhnya itu lemah dan miskin; tidak punya kuasa untuk melepaskan kita dari ikatan dunia.
Markus 11:3
(11:3) Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini."
“Tuhan memerlukannya.” TUHAN memerlukan kita, TUHAN mau memakai kita.
“Ia akan segera mengembalikannya ke sini.” Yesus akan segera kembali untuk kali kedua sebagai Raja dalam kemuliaan-Nya dan Mempelai Laki-Laki Sorga, biarlah kita di situ nanti ada, ssal saja kita mau dipakai TUHAN, ditunggangi oleh TUHAN; itu dulu.
Markus 11:4
(11:4) Mereka pun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya.
Posisi dari keledai muda yang tertambat itu sebetulnya ada di luar = ada di luar TUHAN.
Di luar TUHAN kita tidak bisa berbuat apa-apa = binasa.
Kemudian di pinggir jalan, maksudnya; tidak mengerti Firman TUHAN, kalau dikaitkan dengan benih yang ditabur di pinggir jalan; gambaran dari orang yang tidak mengerti firman Allah, akhirnya benih itu dirampas oleh setan dan binasa.
Tetapi, kalau akhirnya keledai muda yang tertambat ini dilepaskan dari tambatan, itu adalah kemurahan. Kalau hari ini kita berada di tengah ibadah dan pelayanan; menandakan belenggu dosa sudah dilepaskan, ini adalah kemurahan TUHAN. Hargailah kemurahan itu.
Markus 11:5-6
(11:5) Dan beberapa orang yang ada di situ berkata kepada mereka: "Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?" (11:6) Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka.
Ikuti rencana TUHAN. Kalau kita ikuti rencana TUHAN, maka TUHAN yang memberi kepastian. Oleh kepastian ini, iman kita menjadi teguh / tidak mudah goyah, sehingga orang yang disitu membiarkan keledai muda yang tertambat itu dibawa.
Markus 11:7
(11:7) Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya.
Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, tidak kepada yang lain-lain.
Demikian juga hamba TUHAN, kalau sudah mengadakan kelepasan dan kerasukan setan, harusnya bawa kepada Yesus; Dia Gembala Agung supaya kita digembalakan. Tidak boleh berhenti sebatas kelepasan mukjizat kesembuhan. Yang sembuh itu harus dibawa kepada Yesus supaya menjadi kawanan domba yang tergembala.
Sesudah lepas dari kerasukan setan, penginjil harus menyerahkan kepada seorang gembala supaya orang yang lepas dari kerasukan setan ini; digembalakan.
Itu sebabnya dari dahulu saya katakan; ibadah ini orientasinya tidak boleh hanya sebatas kegerakan rohani, berkat-keberkatan, berhasil keberhasilan, tetapi harus dilanjutkan untuk diserahkan kepada gembala supaya kita semua digembalakan oleh TUHAN.
Markus 11:8-11
(11:8) Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. (11:9) Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, (11:10) diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!" (11:11) Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.
Singkat kata; keledai muda yang dilepaskan dari tambatan itu selanjutnya diserahkan Kepada YESUS GEMBALA AGUNG. Tujuannya; supaya ditunggangi oleh Yesus lalu dibawa masuk ke dalam Yerusalem yang baru sebagaimana Wahyu 21:1-2.
Itulah tujuan Yesus menunggangi saya dan saudara di tengah ibadah dan pelayanan ini, supaya kita dibawa ke dalam Yerusalem yang baru, menjadi mempelai TUHAN, menjadi milik kepunyaan TUHAN sendiri, disebut dengan anak sulung. Jangan ditunggangi oleh mamon, kesibukan dunia.
Kita tidak menyangka ternyata semua yang terjadi ini merupakan siasat dari perempuan Babel yang menduduki binatang yang keluar dari dalam laut yang berwarna ungu dan merah. Tetapi lihatlah, baiknya TUHAN, kasih yang sempurna dinyatakan; apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, tidak timbul dalam hati, semua itu diberikan oleh TUHAN, bagi orang yang mengasihi TUHAN tentunya.
Kalau jauh dari TUHAN, tidak mengerti rencana TUHAN. Inilah fakta kebenaran yang TUHAN nyatakan bagi kita.
Pada ayat 7-8, kita menemukan 3 (tiga) perkara saat keledai muda dilepaskan dari tambatannya, yaitu;
Mengalasinya dengan pakaian mereka.
Artinya; segala perbuatan hidup biarlah ditunggangi / diduduki oleh TUHAN Yesus Kristus, sebab Dia Kepala dan Pemimpin. Ini perkara yang harus diperhatikan jangan dilupakan.
Menghamparkan pakaiannya di jalan.
Ini gambaran dari orang yang tidak setia.
Orang yang tidak setia, saat Yesus lewat; pakaiannya dibuka lalu dihamparkan ke jalananan supaya dilewati Yesus. Tetapi setelah Yesus lewat, pakaiannya diambil lagi = tidak setia.
Hari ini menghamparkan hidup dan perbuatan karena tahu Yesus lewat, tetapi setelah Yesus lewat balik lagi, ini gambaran yang tidak setia. Hari ini sepertinya setia membawa sepersepuluh, persembahan khusus, membawa segala perbuatan hidupnya dihamparkan tetapi setelah Yesus lewat diambil lagi = mempertahankan nyawanya, itu tidak baik.
Tetapi yang TUHAN mau; hendaklah kita setia sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Menyebarkan ranting-ranting hijau dijalan yang harus dilalaui oleh Yesus
Ini gambaran dari kehidupan yang tidak tinggal di dalam persekutuan dengan TUHAN seperti ranting yang terputus dari pokoknya. Hari ini memang bisa hijau; sepertinya semarak dan menarik, tetapi berapa lama hijaunya bisa bertahan? Besok akan layu dan busuk dan tidak akan bisa menghasilkan buah.
Jangan seperti yang kedua dan ketiga; hanya sebatas menghamparkan pakaian dan menyebarkan ranting-ranting hijau dijalan. Tetapi yang benar adalah kita semua harus mengalaskan pakaian di atas punggung keledai untuk diduduki oleh TUHAN Yesus. Berarti; segala perbuatan hidup kita harus ditunggangi oleh Yesus sampai akhirnya kita dibawa masuk dalam kota Yerusalem yang baru, Yerusalem samawi, itulah mempelai TUHAN, milik kepunyaan TUHAN sendiri, disebut juga dengan anak sulung.
Biarlah hidupku, hidupmu, hidup kita semua, baik juga yang sedang mengikuti pemberitaan Firman dari live steraming; Youtube, Facebook atau media sosial lainnya di dalam dan luar negeri, memberi hidup untuk ditunggangi oleh TUHAN Yesus, karena TUHAN menunggangi kita untuk membawa kita sampai ke Yerusalem baru, menjadi milik kepunyaan-Nya itulah mempelai TUHAN.
Jadi, tidak rugi ditunggangi oleh TUHAN. Jangan suka bersungut-sungut kalau ditunggangi oleh kegiatan Roh yakni ibadah dan pelayanan ini, karena mungkin ada korban dan persembahan yang harus memang kita persembahkan. Itu cara TUHAN, tidak ada cara lain. Jangan lagi cari cara-cara yang tidak membawa kita masuk ke dalam Yerusalem baru.
Markus 11:9-10
(11:9) Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, (11:10) diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!"
Sampai akhirnya mereka berseru; Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!"
Inilah seruan kita sekarang. Sebentar kita bawa diri kita rendah di bawah kaki salib dan serukan hal ini.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment