IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 08 MEI 2013
Tema: HAL BERDOA (dari Matius 6: 5-13)
(Seri 43)
Subtema: TANPA PENUMPAHAN DARAH, TIDAK ADA PENGAMPUNAN
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan
Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya kita dapat berada di rumah Tuhan,
untuk beribadah melayani Tuhan, dan selanjutnya merendahkan diri di bawah kaki
Tuhan.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Doa Penyembahan dari Matius 6: 5-13, namun kita hanya membaca ayat 12.
Matius 6: 12
(6:12) dan ampunilah kami
akan kesalahan kami, seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
Salah satu pokok doa yang harus kita naikkan kepada Tuhan
adalah: “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni
orang yang bersalah kepada kami.”
Artinya; mengampuni sesama / orang lain karena Tuhan
sudah terlebih dahulu mengampuni = mengampuni karena diampuni.
Berarti, mengampuni sesama tidak boleh dengan terpaksa,
tidak boleh karena ada kepentingan-kepentingan, tidak boleh karena ada unsur-unsur
lain supaya terlihat rohaniawan, juga tidak boleh mengampuni karena memandang
muka.
Matius 6: 14-15
(6:14) Karena jikalau kamu mengampuni
kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan
mengampuni kamu juga.
(6:15) Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni
orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni
kesalahanmu."
Di sini semakin diperjelas, bahwa; jika mengampuni
sesama, maka Bapa di sorga juga mengampuni kita, sebaliknya jikalau tidak
mengampuni sesama / orang lain, maka Bapa di sorga juga tidak mengampuni.
Lebih jauh kita mengenal tentang PENGAMPUNAN, di dalam
Matius 18.
Matius 18: 21
(18:21) Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan,
sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap
aku? Sampai tujuh kali?"
Pengampunan menurut Simon Petrus hanya sampai tujuh kali.
Mengampuni hanya sampai tujuh kali -> pengampunan yang
terbatas.
Sebab;
- tujuh kali -> tujuh hari = satu
minggu.
Kalau mengampuni
sesama hanya sebatas tujuh hari / satu minggu, ini adalah pengampunan yang
terbatas.
- tujuh kali -> tujuh masa / tujuh
tahun.
Kalau mengampuni
sesama hanya tujuh tahun, ini adalah pengampunan yang terbatas.
Kita bandingkan dengan; PENGAMPUNAN YANG BENAR DARI
TUHAN.
Matius 18: 22
(18:22) Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan
sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh
kali tujuh kali.
Pengampunan yang benar adalah TUJUH PULUH KALI TUJUH
KALI.
Artinya; pengampunan tanpa batas = mengampuni tidak
memandang muka, mengampuni tanpa ada kepentingan-kepentingan, mengampuni tanpa
batas waktu.
Sekarang kita lihat ...
Wujud dari pengampunan.
Ibrani 9: 20-22
(9:20) sambil berkata: "Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah
bagi kamu."
(9:21) Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian
dengan darah.
(9:22) Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan
darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan.
“Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”
Jadi, wujud dari pengampunan itu; ADA TANDA DARAH = ada
pengorbanan = SATU DENGAN PENGORBANAN KRISTUS.
Pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, itu adalah
kasih Allah Bapa. Jadi, kalau kita mengampuni sesama, itu karena kasih.
Tidak mungkin seseorang mampu mengampuni orang lain /
sesamanya, kalau tanpa kasih.
Biar bagaimana pun hebatnya manusia, biar bagaimana pun pintarnya
manusia, biar bagaimana pun kayanya manusia, tetapi kalau ia tidak memiliki
kasih, ia tidak akan mampu mengampuni sesamanya, itu sebabnya dengan jelas di
sini dikatakan: “Tanpa penumpahan darah
tidak ada pengampunan.”
Bayangkan saja, orang lain menyakiti hati dan perasaan
kita, namun kita harus mengampuninya, tentu itu menyakitkan, oleh sebab itu,
dibutuhkan pengorbanan untuk mengampuni sesama.
Kita patut bersyukur; memiliki seorang pribadi yang menjadi teladan bagi
saya dan kita semua, Dia rela mati di atas kayu salib, Dia mengorbankan
diri-Nya untuk saya dan kita semua.
Tanpa penumpahan darah-Nya, dosa saya dan saudara tidak akan pernah
diampuni, Dia juga menjadi SEORANG SAHABAT YANG MENARUH KASIH SETIAP WAKTU, dan
menjadi seorang saudara dalam kesusahan, itulah sahabat yang sejati (Amsal 17:
17).
Jadi, jangan pernah berkata: “Saya
telah menemukan kekasih sejati”, maksudnya dari manusia / dari pacar. Tidak
ada kekasih sejati yang berasal dari dunia ini, hanya Yesus sajalah kekasih
sejati bagi kita semua.
Sebagaimana pada ayat 20 dan 21; kitab dan kemah
diperciki oleh darah / ada tanda darah.
Jadi, berulang kali saya sampaikan: KEBENARAN YANG
SEJATI, METERAINYA ADALAH DARAH.
Kebenaran itu bukan berasal dari perkataan / mulut. Jikalau
ada seseorang yang pandai berbicara, jangan lekas menerima / jangan lekas membenarkan
perkataannya itu, tetapi uji dahulu rohnya, sebab kebenaran yang sejati itu,
meterainya adalah darah, bukan perkataan.
Kesimpulannya: PENGAMPUNAN adalah KASIH.
1 Korintus 13: 4-8
(13:4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak
cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
(13:5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
(13:6) Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
(13:7) Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu.
(13:8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan
berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Ada 14 praktek kasih;
1.
Kasih itu SABAR.
2.
Kasih itu MURAH HATI.
3.
Kasih itu TIDAK CEMBURU.
4.
Kasih itu TIDAK MEMEGAHKAN DIRI.
5.
Kasih itu TIDAK SOMBONG.
6.
Kasih itu TIDAK MELAKUKAN YANG
TIDAK SOPAN.
7.
Kasih itu TIDAK MENCARI KEUNTUNGAN.
8.
Kasih itu TIDAK PEMARAH.
9.
Kasih itu TIDAK MENYIMPAN
KESALAHAN ORANG LAIN.
10. Kasih itu TIDAK BERSUKACITA KARENA KETIDAKADILAN, tetapi karena kebenaran.
11. Kasih itu MENUTUPI SEGALA SESUATU.
12. Kasih itu PERCAYA SEGALA SESUATU.
13. Kasih itu MENGHARAPKAN SEGALA SESUATU.
14. Kasih itu sabar MENANGGUNG SEGALA SESUATU.
Salah satu dari 14 praktek kasih (pada ayat 5) adalah TIDAK MENYIMPAN KESALAHAN
ORANG LAIN = PENGAMPUNAN.
Berarti, MENGAMPUNI itu adalah KASIH.
1 Korintus 13: 1-3
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata
dengan semua bahasa manusia dan bahasa
malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing.
(13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia
untuk bernubuat dan aku mengetahui segala
rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan;
dan sekalipun aku memiliki iman yang
sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku
sama sekali tidak berguna.
(13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan
segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan
tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun
tidak ada faedahnya bagiku.
Oleh sebab itu, seseorang harus memiliki kasih, karena
tanpa kasih, seseorang tidak dapat mengampuni sesamanya = tanpa kasih, hidup
tidak berarti.
-
Sekalipun dapat berkata-kata
dengan semua bahasa manusia, atau pun bahasa Roh,
-
sekalipun mempunyai karunia untuk
bernubuat,
-
sekalipun mengetahui segala
rahasia,
-
sekalipun memiliki seluruh
pengetahuan,
-
sekalipun memiliki iman untuk
memindahkan gunung,
-
sekalipun membagi-bagikan segala
sesuatu yang ada,
-
sekalipun menyerahkan tubuh untuk
dibakar,
sekalipun memiliki kelebihan-kelebihan / kecakapan, tetapi
jika seseorang hidup tanpa kasih, semua itu tidak ada gunanya.
Tujuan pengampunan.
2 Korintus 2: 6-7
(2:6) Bagi orang yang demikian sudahlah cukup tegoran dari sebagian besar
dari kamu,
(2:7) sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni
dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa
oleh kesedihan yang terlampau berat.
Mengampuni orang yang berbuat salah itu, supaya ia JANGAN
BINASA.
Sebab orang yang melakukan kesalahan, ternyata juga
mengalami kesedihan yang begitu berat, sampai ia mengalami tekanan batin.
Mungkin, ketika kita melihat seseorang yang melakukan
kesalahan, sepertinya dia tidak merasakan apa-apa, namun itu tidaklah benar.
Setiap orang yang melakukan kesalahan, pasti dia mengalami kesedihan.
Oleh sebab itu, orang yang demikian harus diampuni supaya
dia tidak binasa.
Ketika kita disakiti tentu kita yang merasakan sakit, tetapi
ternyata, orang yang melakukan kesalahan itu pun juga merasa bersalah,
tertuduh, sampai mengalami kesedihan, dan orang yang seperti ini harus
diampuni, harus dihibur, sekalipun dia yang menyakiti.
Tetapi kalau kita menggunakan logika; tentu kita tidak akan
mau mengampuni orang yang menyakiti.
2 Korintus 2: 10
(2:10) Sebab barangsiapa yang kamu ampuni
kesalahannya, aku mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni, --
seandainya ada yang harus kuampuni --, maka hal itu kubuat oleh karena kamu di
hadapan Kristus,
Mengampuni di sini, juga UNTUK MENOLONG ORANG LAIN,
seperti Rasul Paulus, dia mengadakan pengampunan kepada orang yang salah, hanya
untuk menolong jemaat Korintus = menjadi teladan.
Jadi ternyata, pengampunan itu dampaknya meluas, selain MENYENANGKAN
HATI TUHAN dan MENOLONG DIRI SENDIRI, juga MENOLONG ORANG LAIN, seperti yang
dilakukan oleh Rasul Paulus. Teladan yang seperti inilah yang kita harapkan.
Memang, dalam banyak perkara, saya melihat Rasul Paulus
luar biasa dipakai oleh Tuhan, tetapi itu tidak terlepas dari pengalamannya
sebelum ia terpanggil menjadi seorang Rasul yang luar biasa; ORANG YANG BANYAK
DIAMPUNI KESALAHANNYA OLEH TUHAN, MAKA BANYAK MELAKUKAN KASIH, sehingga menjadi
contoh teladan, menyenangkan hati Tuhan, menolong diri sendiri, juga menolong
orang lain.
Jadi, betul-betul; tanpa penumpahan darah, tidak ada
pengampunan.
Biarlah kita betul-betul satu di dalam pengorbanan
Kristus, supaya kita dimampukan untuk mengampuni orang yang bersalah, dan juga
menghibur orang yang menyakiti kita supaya dia tidak binasa.
Kolose 3: 12-13
(3:12) Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya,
kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan
hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
(3:13) Sabarlah kamu seorang terhadap
yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan
telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
Untuk dapat mengampuni sesama, termasuk menghadapi dosa pendendam,
dibutuhkan KESABARAN.
Kemudian, selain membutuhkan kesabaran, juga mengenakan; BELAS
KASIH, KEMURAHAN, KERENDAHAN HATI, KELEMAHLEMBUTAN.
Jadi, kesabaran itu adalah pakaian bagi orang yang
mengampuni sesamanya.
Kalau tidak mengenakan pakaian kesabaran, ia tidak akan
bisa mengampuni sesamanya.
Hal ini memang benar; kalau tidak sabar dalam nikah rumah
tangga, seorang isteri bisa menggugat cerai pasangannya, atau pun sebaliknya.
Jadi, memang harus mengenakan pakaian kesabaran supaya dapat mengampuni
sesamanya.
Efesus 4: 30-32
(4:30) Dan janganlah kamu mendukakan Roh
Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
(4:31) Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan.
(4:32) Tetapi hendaklah kamu ramah seorang
terhadap yang lain, penuh kasih mesra
dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di
dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Orang yang mengampuni itu;
-
ramah seorang terhadap yang lain,
-
penuh kasih mesra satu dengan yang
lain,
sehingga dengan demikian, tidak mendukakan Roh-El Kudus,
di mana Roh Kudus adalah meterai dari Allah bagi umat pilihan-Nya.
Kemudian, LIMA PERKARA, yaitu; kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah, TERTUTUPI karena
mengenakan LIMA PERKARA dalam Kolose 3: 12-13.
Terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment