IBADAH RAYA MINGGU, 22 JUNI 2014
Tema: JEMAAT DI FILADELFIA (dari
Wahyu 3: 7-13)
(Seri 08)
Subtema:
KUNCI DAUD BERKUASA UNTUK MEMBUKA PINTU
RUMAH ALLAH
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita boleh berada di
rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, sekaligus mempersembahkan korban di
tempat yang Tuhan pilih.
Kita segera memperhatikan sidang jemaat di Filadelfia
dari kitab Wahyu 3: 7-13.
Namun kita hanya memperhatikan ayat 7 saja.
Wahyu 3: 7
(3:7)
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia:
Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang
memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup;
apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.
Yesus tampil
sebagai “Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud” untuk menyelidiki, mengoreksi sampai menyucikan sidang
jemaat di Filadelfia.
-
Penampilan Yesus yang
pertama sebagai Yang Kudus.
Aktivitasnya adalah hidup dalam kekudusan
Aktivitasnya adalah hidup dalam kekudusan
-
Penampilan Yesus yang
kedua sebagai Yang benar.
Aktivitasnya adalah hidup dalam kebenaran.
Aktivitasnya adalah hidup dalam kebenaran.
Sekarang kita
melihat penampilan Yesus yang ketiga sebagai “YANG
MEMEGANG KUNCI DAUD”
Aktivitasnya adalah untuk membuka pintu sorga
bagi saya dan saudara.
Di sini kita melihat, bahwa Tuhan memegang
kunci Daud untuk membuka pintu Kerajaan Sorga bagi saya dan saudara, sehingga pintu
maut tertutup bagi kita semua.
Kunci Daud juga berfungsi untuk membuka pintu
Rumah Allah supaya kita masuk dan berada di dalamnya sampai selama-lamanya.
Kalau kita masuk dan berada di dalam Rumah Allah,
Tuhan tidak menghendaki kita undur/keluar dari sana (dari dalamnya).
Ibrani 10: 36-38
(10:36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah
kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
(10:37) "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu
lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan
kedatangan-Nya.
(10:38) Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman,
dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku
tidak berkenan kepadanya."
Kita memerlukan ketekunan untuk tekun dalam 3
macam ibadah utama selanjutnya melayani ibadah itu sendiri di dalam rumah Allah.
Tuhan tidak menghendaki kita keluar/mundur
dari sana, sebab apabila kita keluar dan mengundurkan diri, dengan tegas Tuhan
berkata: “Aku tidak berkenan kepadanya”
Sebagaimana dalam Yesaya 22 ...
Yesaya 22: 15-16
(22:15) Beginilah firman Tuhan, TUHAN semesta alam:
"Mari, pergilah kepada kepala istana
ini, kepada Sebna yang mengurus istana, dan
katakan:
(22:16) Ada apamu dan
siapamu di sini, maka engkau menggali kubur bagimu di sini, hai yang
menggali kuburnya di tempat tinggi, yang memahat kediaman baginya di bukit
batu?
Sebna keluar dari istana Kerajaan, berarti,
Sebna mengundurkan diri dari kedudukannya yang tinggi itu, sebagai kepala
istana kerajaan, menjadi penggali kuburan.
Sebna ini terlalu bodoh, dia dipercayakan
suatu kedudukan yang tinggi, menjadi kepala istana untuk mengurus seluruh
istana Kerajaan, justru dia mengundurkan diri, keluar dari kedudukan yang
sangat tinggi itu, dia memilih sebagai penggali kuburan, oleh sebab itu Tuhan
bertanya: “Ada apamu dan siapamu di sini,
maka engkau menggali kubur bagimu di sini”
Kalau seseorang mengundurkan diri, melepaskan
diri dari ibadah pelayanan = menggali kuburan sendiri = bunuh diri = binasa.
Hal yang sama dapat kita bandingkan dalam Matius
25 ...
Matius 25: 24-25
(25:24) Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu
bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak
menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
(25:25) Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan
talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
Hamba yang ketiga dipercaya oleh tuannya satu
talenta, namun satu talenta itu disembunyikan di dalam tanah, dikubur di dalam
tanah. Hamba yang ketiga itu tidak mempertanggung jawabkan apa yang telah dipercayakan
oleh tuannya itu.
Sesungguhnya yang dipercayakan kepada hamba
yang ketiga ini hanya satu talenta saja, lebih kecil dari hamba yang pertama
dan yang kedua, namun hamba yang ketiga itu tidak mempertanggung jawabkan apa
yang dipercayakan oleh tuannya.
Sementara kepercayaan tuan kepada
hamba-hambanya, ada kaitannya dengan kerajaan Sorga, ada kaitannya dengan
kehidupan di masa yang akan datang.
Mengubur talenta, memberi pengertian 2 hal;
1.
Mengubur masa depan =
masa depan yang suram.
2.
Mengubur hidup/binasa
sebelum masa penghakiman.
Saya tandaskan malam hari ini; jangan
mengundurkan diri dari ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan, jangan
mengubur talenta dalam tanah!
Mari kita lihat; sebutan yang ditujukan
kepada hamba yang ketiga oleh tuannya.
Matius 25: 26
(25:26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah
tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari
tempat di mana aku tidak menanam?
Hamba yang ketiga ini disebut hamba yang jahat dan malas.
Kalau seseorang tidak sungguh-sungguh
beribadah dan melayani Tuhan, pasti dia adalah orang yang jahat dan malas. Ukurannya
adalah firman Tuhan, bukan apa yang dilihat oleh mata manusia.
Kembali kita perhatikan ...
Sebna keluar dari istana, meninggalkan
kedudukan yang tinggi, itu adalah suatu kebodohan yang besar, dia lebih memilih
menjadi seorang tukang penggali kuburan.
Ibrani 10: 25-26
(10:25) Janganlah kita
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan
oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah
memperoleh pengetahuan tentang kebenaran,
maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa
itu.
Sudah mengetahui tentang kebenaran, bahwa
ibadah itu harus meningkat pada pelayanan, namun lebih menyukai dosa, lalu meninggalkan
ibadah, keluar dan melepaskan pelayanan, maka korban penghapus dosa tidak lagi
berlaku bagi dia.
Yesaya 22: 20-23
(22:20) Maka pada waktu itu Aku akan memanggil hamba-Ku,
Elyakim bin Hilkia:
(22:21) Aku akan mengenakan jubahmu kepadanya dan ikat
pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke
tangannya; maka ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum
Yehuda.
(22:22) Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas
bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup,
tidak ada yang dapat membuka.
(22:23) Aku akan memberikan
dia kedudukan yang teguh seperti gantungan yang dipasang kuat-kuat pada
tembok yang kokoh; maka ia akan menjadi kursi
kemuliaan bagi kaum keluarganya.
Setelah Sebna meninggalkan istana, selanjutnya
Tuhan membuka PINTU KEMURAHAN kepada Elyakim, sebab Tuhan memberikan kedudukan
yang teguh, yaitu suatu kedudukan yang dipandang mulia.
Kalau Tuhan membuka pintu kemurahan, pintu
rumah Allah, tujuannya adalah supaya kita masuk dan berada di dalamnya sampai
selama-lamanya, tekun dalam 3 macam ibadah dan melayani di dalamnya
Kalau kita melayani dengan sistim Kerajaan
Sorga; dikenan oleh Tuhan dan dihormati oleh manusia.
Wahyu 1: 6
(1:6) dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam
bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai
selama-lamanya. Amin.
Tuhan menjadikan kita suatu Kerajaan imam di
atas muka bumi ini, dengan demikian Tuhan mengangkat derajat kita
setinggi-tingginya, dengan bukti: ada perbedaan di antara orang yang melayani dengan
yang tidak melayani Tuhan, dimulai dari perkataan, sikap, tingkah laku, cara
berpikir, sudut pandang, gerak-geriknya.
Kesaksian saya dan hamba-hamba Tuhan yang
lain; setelah terpanggil menjadi hamba Tuhan, hidup menjadi berbeda. Kalau
dahulu hina dengan segala perbuatan yang jahat dan najis, namun setelah
melayani Tuhan hidup menjadi berbeda; dihormati manusia dan dikenan Allah, dan
itu kita rasakan sendiri karena melayani dengan sistim kerajaan Sorga, yaitu
berbicara soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus, dengan
demikian dihormati manusia dan dikenan Allah.
Kalau kita dipercaya suatu pelayanan di dalam
kandang penggembalaan ini, bukan berarti Tuhan bermaksud untuk memberatkan
kita, bukan untuk mempersulitkan kita, sebaliknya untuk mengangkat derajat kita.
Jadi, jangan salah mengerti, ibadah ini bukan
untuk mempersulit, bukan untuk memperberat hidup kita, justru untuk membebaskan
kita dari kebebasan dunia yang adalah jerat bagi anak-anak Tuhan.
Tuhan merindukan supaya kita masuk dan berada
di dalamnya, tekun dalam ibadah dan melayani di tengah-tengah ibadah itu
sendiri, mempertanggung jawabkan apa yang Tuhan percayakan, jangan seperti Sebna dan hamba yang ketiga itu sebab tidak bertanggung
jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Mari kita lihat; HAMBA YANG MAU BERTANGGUNG
JAWAB.
Matius 25: 14-16
(25:14)
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti
seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan
mempercayakan hartanya kepada mereka.
(25:15) Yang seorang diberikannya lima talenta, yang
seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi
satu, masing-masing menurut kesanggupannya,
lalu ia berangkat.
(25:16) Segera
pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
(25:17) Hamba
yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
-
Hamba yang pertama dipercaya 5 talenta, selanjutnya mengusahakannya lalu memperoleh
laba 5 talenta.
-
Demikian juga dengan hamba yang kedua, dipercaya 2 talenta, lalu ia
mengusahakannya, sehingga memperoleh laba 2 talenta.
Dalam hal ini, hamba yang pertama dan hamba yang kedua
mempertanggung jawabkan talenta yang dipercayakan oleh tuan mereka.
Matius 25: 21, 23
(25:21) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah
dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
(25:23) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil,
aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Tuan dari hamba yang pertama dan
hamba yang kedua itu menyebutkan dan berkata kepada mereka;“Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia”.
Sedangkan hamba yang ketiga disebut hamba
yang jahat dan malas karena ia menyembunyikan talentanya di dalam tanah.
Selanjutnya, karena hamba yang pertama dan
kedua itu setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, maka tuannya itu
mempercayakan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar.
Rasul Paulus mengatakan bahwa pelayanan itu
adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadanya, berarti pelayanan
yang dipercayakan oleh Tuhan adalah tanggung jawab kita kepada Tuhan, dan itu
adalah upah.
Biarlah kita semua di dalam kandang
penggembalaan memahami hal ini. Tentu kita mau menerima upah besar, oleh sebab
itu, harus setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, supaya nanti
dipercayakan tanggung jawab dalam perkara yang besar = upah yang besar.
Jangan sampai kepercayaan Tuhan yang besar
ini dianggap sebagai sesuatu yang mempersulit keadaan saya dan saudara, merasa
bahwa itu adalah suatu beban. Justru itu adalah suatu upah yang besar.
Kalau seorang pelayan (imam) mempertanggung
jawabkan apa yang Tuhan percayakan kepadanya, maka ia akan menerima setiap
tegoran, tidak memberontak, tidak bersungut-sungut.
Selanjutnya tuan dari hamba-hamba itu
berkata: “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Inilah yang menjadi kerinduan kita
sekaliannya, untuk menerima upah, yaitu kebahagiaan yang kekal di dalam
kerajaan yang kekal, itulah Kerajaan Sorga.
Kalau kita melayani dengan segala jerih lelah,
namun tidak masuk dalam kebahagiaan tuan dari hamba-hamba, maka pelayanan ini
tidak ada artinya. Yesus Kristus adalah Tuan dari hamba-hamba Tuhan.
Mari kita lihat suatu kisah yang menarik ...
Lukas 15: 25-28
(15:25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan
ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian
tari-tarian.
(15:26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan
bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
(15:27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu
telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan
sehat.
(15:28) Maka marahlah anak
sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu
ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
Anak yang sulung tidak mau masuk ke dalam
rumah, bahkan sekalipun ayahnya itu telah keluar untuk menjemput, namun anak
yang sulung itu tetap saja tinggal di luar.
Dan sesungguhnya, anak yang sulung itu baru
saja pulang dari ladang bapanya.
Kalau berada di ladang Tuhan/beribadah dan
melayani di ladang Tuhan tetapi pada akhirnya tidak masuk ke dalam rumah Bapa
di sorga, ini adalah hal yang sangat disayangkan sekali.
Penyebab anak sulung tidak masuk ke rumah bapanya.
Matius 15: 29
(15:29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah
bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa,
tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk
bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Penyebabnya adalah KEBENARAN DIRI SENDIRI =
kekerasan hati = penyembahan berhala = menduakan hati Tuhan = perzinahan.
Mari kita lihat; ORANG-ORANG YANG TINGGAL DI
LUAR (TIDAK MASUK).
Wahyu 22: 15
(22:15) Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir,
orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah
berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.
Penyembah berhala tinggal di luar, tidak
masuk ke dalam rumah Bapa di sorga.
Kebenaran diri sendiri = kekerasan hati =
berhala, karena menduakan hati Tuhan, mereka tidak akan masuk ke dalam rumah
Bapa, dengan kata lain pintu kemurahan tertutup, dan pintu maut terbuka atas
mereka.
Wahyu 21: 8
(21:8) Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak
percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah
berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat
bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang;
inilah kematian yang kedua."
Pintu Rumah Allah tertutup bagi mereka,
sehingga mereka tidak masuk ke dalam rumah Bapa di sorga, sebaliknya pintu maut
terbuka atas mereka, termasuk penyembah-penyembah berhala.
Segera kita perhatikan tentang KEBENARAN DIRI
SENDIRI.
Lukas 7: 38
(7:38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya
itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium
kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
Ketika Yesus berada di rumah Simon, orang Farisi
(disebut juga Simon si kusta), tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang
terkenal sebagai seorang yang berdosa.
Sambil menangis, ia berdiri di belakang Yesus
dekat kaki-Nya, kemudian dia melakukan 3 hal;
-
Membasahi kaki-Nya dengan
air matanya dan menyekanya dengan rambutnya
-
Mencium kaki-Nya
-
Meminyaki kaki Yesus
dengan minyak wangi
Kemudian mari kita lihat ...
Reaksi Simon orang Farisi terhadap
perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa.
Lukas 7: 39
(7:39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat
hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang
menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa
perempuan itu adalah seorang berdosa."
Simon orang Farisi merasa diri lebih benar,
lebih suci dari perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa.
Dengan bukti, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah
dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa
perempuan itu adalah seorang berdosa”
Simon orang Farisi merasa diri lebih benar,
itu sebabnya ia disebut juga Simon si kusta.
Penyakit kusta, artinya; kebenaran diri
sendiri. Kusta itu terlihat putih, namun itu merupakan penyakit.
Sesungguhnya, Yesus adalah seorang nabi, dan
itu tidak perlu diragukan, sebagaimana dalam injil Yohanes 4; sebagai seorang nabi, Yesus mengetahui isi hati
perempuan Samaria itu, Dia juga tahu isi hati Simon si kusta, Dia mengetahui
segala sesuatunya, tidak perlu diragukan.
Firman pengajaran mempelai disebut juga
firman para nabi menembusi hati manusia, berarti menyelidiki, mengoreksi dosa yang
tidak bisa ditembusi oleh mata manusia.
Selanjutnya mari kita lihat jawab Yesus ...
Lukas 7: 40
(7:40) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada
yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah,
Guru."
Yesus memberi suatu pernyataan untuk
menyatakan sesuatu kepada Simon si kusta, itu menunjukkan bahwa Yesus adalah
seorang nabi yang tidak perlu diragukan lagi.
Lukas 7: 41-43
(7:41) "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang
pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.
(7:42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu.
Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
(7:43) Jawab Simon: "Aku
kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus
kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
Kalau dosa yang besar itu diampuni oleh
Tuhan, maka ia akan lebih mengasihi Tuhan dari pada orang yang dosanya kecil
itu diampuni.
Kalau seseorang tidak menyadari diri sebagai
orang yang berdosa, pasti ia lebih sedikit diampuni dan lebih sedikit
mengasihi. Sebaliknya, kalau seseorang merasa dosanya yang besar itu diampuni,
maka dia akan lebih banyak berbuat kasih kepada Tuhan = limpah kasih karunia.
Saudaraku, jangan sampai dosa yang besar itu
diampuni namun diulangi lagi!
Kalau ditinjau menurut kasih karunia/kemurahan,
antara perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa dengan Simon si kusta
...
Lukas 7: 44
(7:44) Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata
kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun
engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh
kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku
dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
(7:45) Engkau tidak
mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada
henti-hentinya mencium kaki-Ku.
(7:46) Engkau tidak
meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
(7:47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia
telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit
juga ia berbuat kasih."
Menurut ukuran kasih karunia/kemurahan,
perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa LEBIH LIMPAH KASIH KARUNIA,
limpah KEMURAHAN, dari Simon si kusta, sebab dosanya yang banyak itu telah
diampuni. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga berbuat kasih.
Sebagai pembuktian:
Mari kita lihat perbandingan antara perbuatan
perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa dengan perbuatan yang
sebetulnya wajar dilakukan oleh Simon orang Farisi.
-
Simon orang Farisi tidak memberikan Yesus air untuk membasuh
kaki-Nya
Sedangkan
perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa membasahi kaki Yesus dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya,
ia menunjukkan bahwa Yesus begitu mulia.
-
Simon orang Farisi
tidak mencium Yesus sejak Yesus masuk ke dalam rumahnya.
Sesungguhnya
ini adalah hal yang wajar, namun Simon tidak melakukannya.
Sedangkan
perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa: tiada henti-hentinya mencium kaki Yesus.
-
Simon orang Farisi tidak meminyaki kepala Yesus dengan minyak
Sedangkan
perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa: meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi.
Dialah
Maria, selalu memilih bagian yang terbaik, di bawah kaki Tuhan, dan selepas
dosanya diampuni, dia terus mengambil bagian yang terbaik, terus mendengarkan
firman Tuhan, hingga akhirnya dia banyak berbuat kasih. Dalam kisah lain
dikatakan, dimanapun injil diberitakan, hal itu terus diingat.
Demikian halnya dengan anak sulung; berada di
ladang (bertahun-tahun bekerja di ladang Tuhan), tetapi yang selalu merasa diri
benar, merasa diri suci, itulah yang menjadi penghambat dan penghalang,
sehingga ia tidak masuk dan tidak berada di dalam rumah Bapa, dia tinggal di
luar saja.
Ciri-ciri orang yang merasa diri benar.
Lukas 15: 29
(15:29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan
seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Sesuai dengan pernyataan anak sulung kepada
bapanya;
1. “Telah bertahun-tahun aku melayani bapa”
Berarti,
menghitung-hitung segala pengorbanan, menghitung-hitung segala jerih payah,
jerih lelah.
Kalau
kita menghitung-hitung apa yang kita korbankan dan apa yang kita perbuat selama
ini kepada Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan, hal itu belum sebanding
dengan pengorbanan Yesus di kayu salib.
Jadi,
jangan merasa diri hebat, jangan merasa paling banyak berbuat.
2. “ ... belum pernah aku melanggar perintah bapa ...”
Setiap
orang dibenarkan oleh karena kasih karunia dan setiap orang hidup oleh karena
iman, bukan dari hasil perbuatan manusia itu sendiri.
Berarti
pernyataan anak sulung ini menunjukkan bahwa dia sama seperti ahli Taurat;
mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku = berada di bawah hukum Taurat.
Hukum
Taurat itu tangan ganti tangan, mata ganti mata, gigi ganti gigi, artinya;
kejahatan dibalas dengan kejahatan. berarti, orang yang berdosa tidak luput
dari hukum Taruat.
Itu
sebabnya anak yang sulung ini tidak mau menerima keberadaan dari anak bungsu yang
kembali dengan sehat.
Pernyataan
anak sulung ini menunjukkan bahwa dia sombong sekali, dan begitulah keadaan
orang yang berada di bawah hukum Taurat.
3. “tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan
seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku”
Artinya;
anak sulung ini meniadakan korban Kristus = mengecilkan korban Kristus.
Oleh
sebab itu, anak sulung ini berpikir; bapa menyembelih lembu yang tambun,
sedangkan kepadanya (anak sulung) belum pernah diberikan seekor anak kambing,
ini adalah bukti bahwa dia mengecilkan korban Kristus.
Sesungguhnya,
oleh karena anak domba paskah disembelih pada waktu senja, Tuhan membebaskan
bangsa Israel keluar dari Mesir. Korban Kristus membebaskan kita dari ikatan
dosa, dari belenggu-belenggu, selanjutnya mempercayakan ibadah dan pelayanan, lalu
bagaimana mungkin kita bisa mengecilkan korban Kristus?
Kemudian,
permintaannya itu ditujukan hanya untuk bersukacita dengan sahabat-sahabat, ini
adalah sukacita yang salah.
Sekarang kita lihat; PENUDUHAN ANAK SULUNG
TERHADAP ANAK BUNGSU.
Lukas 15: 30
(15:30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama
dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk
dia.
Anak sulung terheran-heran karena bapanya
menyembelih anak lembu yang tambun bagi anak yang bungsu, sementara ia merasa
lebih benar dari adiknya itu.
Itu sebabnya tadi saya katakan; anak sulung
ini mengecilkan korban Kristus, merasa diri lebih baik, lebih benar dari anak
yang bungsu.
Kalau seandainya saja anak sulung itu tidak
merasa lebih benar, tentu saja ia tidak akan menuduh dan menghakimi adiknya itu
karena telah memboroskan harta kekayaan bapanya bersama-sama dengan pelacur-pelacur.
Memang orang yang mengecilkan korban Kristus
suka menuduh dan menghakimi dengan luar biasa.
Memang, anak yang bungsu itu pernah meninggalkan
bapanya setelah menerima harta yang menjadi bagiannya, lalu memboroskannya,
berfoya-foya dengan pelacur-pelacur, inilah masa lalu dari anak yang bungsu.
Harta rohani yang kita miliki sekarang adalah
firman Tuhan, Roh Kudus, kasih Allah,
bagaikan harta dalam bejana tanah liat (2 Korintus 4:7-10).
Kalau memboroskan harta itu dengan
pelacur-pelacur, maka dengan otomatis harta dan warisan itu akan habis/lenyap.
Memboroskan harta dengan pelacur-pelacur,
artinya; ditunggangi oleh roh najis, bagaikan pelacur besar, perempuan kekejian
menunggangi seekor binatang (Wahyu 17: 3).
Setiap orang yang ditunggangi roh najis, pasti
ia kehabisan kebenaran firman, Roh Kudus dan kasih Allah.
Sementara kita melayani Tuhan dengan membawa segala
harta rohani yang kita miliki untuk selanjutnya mewarisi Kerajaan Sorga, untuk
memperkaya saya dan saudara di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, sampai
akhirnya kita menantikan apa yang dijanjikan Tuhan, selanjutnya turut dan masuk
dalam kebahagiaan Tuhan, yaitu Kerajaan Sorga.
Kondisi anak yang terhilang.
Lukas 15: 14-15
(15:14) Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu
dan ia pun mulai melarat.
(15:15) Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di
negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang
untuk menjaga babinya.
Di negeri yang
jauh, di tempat anak bungsu itu berada, pada akhirnya terjadi kelaparan, dan ia pun mulai
melarat, sampai akhirnya ia bekerja dan menjadi penjaga babi.
Nasib ini
menimpa mereka yang memboroskan harta dan warisan, menjadi sama dengan
binatang, menjadi sama dengan babi.
Dalam 2 Petrus 2: 22, tabiat babi: babi yang
habis mandi kembali lagi ke kubangan (kembali berkubang), artinya; babi yang
sudah bersih kembali mengulangi dosa kejahatan.
Lukas 15: 16
(15:16) Lalu ia ingin mengisi
perutnya dengan ampas yang menjadi makanan
babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
Pada saat
negeri itu dilanda kelaparan, ia pun ingin mengisi perutnya dengan ampas babi.
Yang menjadi
makanannya adalah makanan babi.
Bandingkan
dengan makanan yang sebenarnya.
Yohanes 4: 34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Makanan Yesus
adalah;
-
Melakukan kehendak Allah Bapa = sangkal diri, pikul salib.
-
Menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa = melayani Tuhan.
Biarlah ini
juga menjadi makanan kita, mengingat hari-hari ini adalah hari-hari yang
terakhir, dan selanjutnya kita melayani dengan sistim Kerajaan Sorga, sehingga
dikenan Tuhan dan dihormati manusia.
Hati-hati
jangan sampai ditunggangi oleh roh najis, sebab itu yang akan menghabiskan
harta yang menjadi bagian kita, yaitu mewarisi Kerajaan Sorga.
Ini adalah
pelajaran yang bagus untuk kita perhatikan.
Namun, ada satu
sikap dari semua kesalahan yang dia perbuat, ada pelajaran yang baik dari masa
lalu anak bungsu ini.
Lukas 15: 17-21
(15:17) Lalu ia menyadari
keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang
berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
(15:18) Aku akan bangkit
dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
(15:19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa;
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
(15:20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari
mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Setelah
pengalaman pahit yang dilalui oleh anak yang bungsu itu, maka dia segera
bertindak untuk kembali kepada bapanya.
Ada 2 hal tindakan dari anak yang bungsu:
Tindakan yang pertama adalah MENYADARI DIRI SEBAGAI ORANG YANG PALING BERDOSA, YANG PALING HINA,
bagaikan seekor binatang/babi.
Setelah kesusahan
(kelaparan) yang dialami oleh anak yang bungsu itu, barulah ia menyadari
keadaannya = tersadar.
Kemudian pada
saat ia tersadar, dia mengingat kembali, yaitu:
- “Betapa banyaknya orang upahan bapaku”.
Orang
upahan à pekerja –
pekerja / pelayan, artinya; mengingat kembali pelayanan.
- “Berlimpah-limpah makanannya”.
Makanan
à firman Allah sebagai makanan rohani.
Tindakan yang kedua adalah BANGKIT.
Kuasa kebangkitan Yesus adalah hidup dalam hidup yang baru (Roma 6: 3-6), berarti yang lama
berlalu.
Kita bersyukur, kita berada dalam suasana kebangkitan Yesus, Tuhan berikan
ibadah ini, Tuhan percayakan pelayanan, kita berada dalam suasana kebangkitan.
Tetapi pertanyaannya; apakah kebangkitan Yesus berkuasa?
Anak bungsu ini bangkit dan pergi, dia tidak mau berlama-lama dalam keterpurukan.
Bapa yang baik selalu menerima segala kekurangan-kekurangan. Apabila kita
mau kembali kepada Allah, mengakui segala dosa, maka Dia akan mengampuni, dan
pengampunan itu adalah tanda belas kasihan.
Lukas 15: 20
(15:20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya,
lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan
dia lalu merangkul dan mencium dia.
Akhirnya, anak yang bungsu itu (yang
terhilang) kembali kepada bapanya.
Kemudian, ketika ia masih jauh, ayahnya
telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Tuhan
menantikan kita untuk kembali kepada Dia. Tangan Tuhan terbuka menunggulah,
menantikan bilamana kita kembali. Saudaraku, jangan keraskan hati, jangan
pertahankan kebenaran diri sendiri dalam segala perkara.
Praktek kembali
kepada bapa.
Lukas 15: 21
(15:21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
Anak bungsu itu
mengakui dosanya dan merasa diri tidak layak disebut anak.
Dosa yang
diakui oleh anak yang bungsu;
1.
telah berdosa terhadap sorga
Artinya; telah berdosa karena meninggalkan/melupakan perkara-perkara di
atas, perkara-perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan.
2.
telah berdosa terhadap bapa
artinya; tidak dengar-dengaran = tidak patuh pada ajaran yang benar.
Ada 3 pengakuan terhadap bapa;
-
bapa jasmani
-
bapa rohani,
itulah gembala sidang
-
bapa di sorga
kalau saja anak yang bungsu itu dengar-dengaran, tentu ia tidak akan pernah
meninggalkan bapanya.
Tuhan
menantikan sikap yang demikian, di mana kita mau mengakui dosa dan merasa diri
tidak layak.
Dampak positif bila kembali kepad bapa.
Lukas 15: 22
(15:22) Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya:
Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik,
pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin
pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
1.
Menerima
jubah yang terbaik.
Jubah adalah pakaian dari seseorang yang memegang jabatan imam. saudaraku,
hargailah jubah, jabatan, pelayanan sesuai dengan karunia-karunia yang Tuhan
percayakan.
2.
Memakai
cincin pada jarinya.
Ini à cincin meterai, itulah Roh Kudus dengan karunia-karunia
yang diberikannya.
3.
Memakai
sepatu pada kakinya.
= berkasutkan kerelaan. Dalam ibadah pelayanan ini, biarlah kita beribadah
dan melayani dengan segala kerelaan hati.
Kemudian, ketika kita mengikuti Tuhan, jejak-jejak yang ditinggalkan oleh
Yesus dilumuri dengan darah, dan biarlah kita ikuti itu dengan segala kerelaan
hati, sehingga kita tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, tidak pernah mendahului apa yang
menjadi kehendak Bapa.
Hati-hati, dalam segala sesuatu, dalam bertindak, biarlah terlebih dahulu
bertanya kepada Tuhan, jangan terlebih dahulu bertindak!
Tiga perkara
ini dipercayakan kembali kepada anak yang bungsu, termasuk kepada mereka yang
mau kembali kepada Bapa di sorga;
-
Jubah, itulah kasih
-
Cincin, itulah
meterai Roh Kudus
-
Kasut, itulah firman Tuhan
Semua itu diberikan
oleh Bapa di sorga karena belas kasih-Nya.
Lukas 15: 23
(15:23) Dan ambillah anak
lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
Akhirnya, anak
lembu yang tambun itu disembelih, kemudian ada sukacita yang besar, sukacita sorga/sukacita
yang datangnya dari Tuhan, dari atas, inilah sukacita yang sesungguhnya.
Berbeda dengan
anak yang sulung, yang menginginkan anak kambing namun untuk bersukacita dengan
sahabat-sahabatnya, ini adalah kekeliruan karena sukacita itu berasal dari
sorga/dari atas.
Anak lembu
tambun yang disembelih à korban penghapus dosa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus
di atas kayu salib.
Dalam Matius 11: 29, Yesus berkata: “Pikullah
kuk yang Kupasang dan belajarlah
pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”
Ketenangan jiwa
bersumber dari korban Kristus yaitu memikul kuk / memikul tanggung
jawab yang Tuhan percayakan diatas pundak kita masing – masing sebagai
kebenaran yang sejati, di situlah
sukacita itu kita rasakan.
Anak yang sulung ada bersama-sama bapanya dan selalu berada di ladang,
tetapi ia tidak masuk/tinggal di luar sedangkan anak yang bungsu, yang dahulu terhilang kembali lagi oleh
karena korban penghapus dosa, sama seperti perempuan yang terkenal sebagai
seorang berdosa, menurut ukuran kasih karunia/kemurahan, ia lebih limpah kasih
karunia.
Dan akhirnya anak yang bungsu itu masuk dan turutlah dalam kebahagiaan Tuhan
di dalam kerajaan Sorga (rumah Bapa di sorga).
Tuhan memegang
kunci Daud untuk membuka pintu Kerajaan Sorga, juga membuka pintu rumah Allah (pintu
kemurahan/kasih karunia) supaya kita masuk dan berada di dalamnya sampai
selama-lamanya, Ia tidak menghendaki kita keluar dari sana.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment