IBADAH RAYA MINGGU, 08 FEBRUARI 2015
Tema: JEMAAT DI
FILADELFIA (dari Wahyu 3: 7-13)
(Seri 25)
Subtema: VISI
MISI
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih
Kristus, dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya yang abadi.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita diperkenankan
untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu pada malam hari ini sebagaimana
biasanya.
Kita bersyukur kepada Tuhan, lewat ibadah-ibadah yang Tuhan
percayakan, kita dipelihara, dibela, dilindungi oleh Tuhan. kita semua adalah kawanan
domba Allah, umat-Nya, dan Dia adalah Allah kita, hanya kepada Dialah kita
berbakti, beribadah, menyembah, tidak ada yang lain.
Kalau kita dilepaskan dari segala berhala, dari segala
aktivitas di dunia ini, tujuannya supaya kita beribadah dan melayani Tuhan,
seperti bangsa Israel dibebaskan dari rumah perbudakan oleh darah Anak Domba
Paskah, selanjutnya dibawa masuk ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan, supaya
bangsa Israel dapat beribadah kepada Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub.
Pengangkatan Tuhan akan terlihat jelas dalam kehidupan
anak Tuhan kalau kita setia, jangan pernah putus asa, jangan pernah kecil hati
ketika dididik Tuhan, jangan pernah menyerah akan persoalan yang ada di atas
muka bumi ini. Di dalam dunia ini terdapat keinginginan daging, keinginan mata,
dan keangkuhan, yang memungkinkan anak-anak Tuhan jatuh dalam
pencobaan-pencobaan, dan dunia ini memiliki arus, itulah ilah zaman, sehingga
pikiran mereka telah dibutakan oleh arus/ilah zaman.
Tetapi puji Tuhan, kita telah dilepaskan oleh darah Anak
Domba paskah, bagaikan bangsa Israel yang dibebaskan dari Mesir, rumah
perbudakan, oleh karena darah anak Domba.
Selanjutnya, Tuhan akan mengangkat mereka yang beribadah
atas segala bangsa di bumi. Mereka diangkat menjadi kepala, bukan ekor. Kepala à pemimpin.
Dalam perjanjian Lama, ada 3 pemimpin yang diurapi oleh
Tuhan;
1.
Imam.
Urapan ini berlaku supaya ia layak melayani Tuhan.
2.
Raja.
Urapan ini berlaku supaya memiliki kuasa/otoritas
sehingga terlihat kemuliaan seorang raja.
3.
Nabi.
Tugas nabi: bernubuat, menyampaikan segala sesuatu yang
akan terjadi, sehingga dosa yang terselubung itu disucikan.
Seorang nabi tidak takut menyingkapkan dosa, supaya terjadi penyucian lahir
batin, maka dengan demikian, dengan tulus ikhlas dan dengan keyakinan iman yang
teguh, menghadap Allah lewat ibadah dan pelayanan.
Tuhan memberikan kepada kita firman pengajaran mempelai
dalam terangnya Tabernakel, untuk membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh
Kristus yang sempurna.
Firman pengajaran mempelai disebut juga firman nubuatan,
firman para nabi. Sejauh ini kita telah digembalakan oleh firman pengajaran
mempelai, firman para nabi, supaya kita dijadikan mempelai Tuhan, itulah gunung
Sion.
Sehingga disebutlah kepala bukan ekor, naik bukan turun.
Naik, itulah gunung Sion, Yerusalem baru.
Berbeda dengan ekor; dia tidak memiliki sikap yang tegas
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Orang yang pengikutannya kepada Tuhan hanya ikut-ikutan, hanya
karena perkara lahiriah, maka dia adalah orang yang tidak memiliki sikap yang
tegas di hadapan Tuhan, sehingga mudah sekali goyah.
Kenajisan ada pada ekor ular. Jadi kalau pengikutan kita
hanya sebatas ekor, tidak mampu menepis segala dosa kejahatan, maka
kerohaniannya akan menurun, bukan naik.
Kalau kerohanian turun, sangat berbahaya sekali, seperti
pemuda turun dari Yerusalem ke Yerikho, di tengah jalan dia ditangkap,
dipukuli, segala sesuatu yg dia miliki diambil oleh para penyamun.
Sesungguhnya harta kekayaan kita adalah firman, Roh & kasih. kalau
seseorang meninggalkan ibadah pelayanan karena perkara lahiriah, maka ia akan
kehilangan harta Sorgawi; Roh Kudus yang
memberikan karunia-karunia (9 karunia) dan jabatan, serta 9 buah Roh, kasih Allah yang memampukan kita untuk
menutupi dosa, dan firman Allah yang
adalah kebenaran sejati, itulah kehendak Allah yang dilakukan Yesus Kristus di
atas kayu salib.
Barangkali saja di tengah perjalanan kerohanian kita
menurun/merosot, tetapi bukan karena aniaya firman, lalu kehilangan semua,
ingat; kita berada di rumah Tuhan karena kemurahan Tuhan.
Demikian halnya, pemuda tersebut mendapat kemurahan dari
Tuhan. seorang Samaria yang melewati tempat itu tergerak oleh karena belas
kasihan Tuhan. kemudian, dia dibawa ke penginapan, luka-lukanya disiram dengan
minyak dan anggur, lalu dibalutnya luka-luka itu. Sampai sejauh ini Tuhan
membalut luka-luka batin yang kita alami.
Oleh karena belas kasih Tuhan, membalut luka-luka batin.
Tentu kita bersyukur karena kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Belajarlah untuk setia mengasihi Tuhan, dengan demikian
kita menempatkan Kristus sebagai kepala, tidak melangkahi Kristus yang adalah
kepala. Dialah yang terlebih besar dalam hidup kita, Dia adalah penyelamat
tubuh.
Apalah arti hidup kalau kita tidak berpadanan dengan panggilan. Apalah arti hidup kalau kita
tidak menjadi bagian dari golongan yang dipilih,
sampai akhirnya kita setia.
Orang yang tidak setia adalah orang yang suka berdalih,
mencari alasan untuk menutupi ketidak setiaannya di hadapan Tuhan. Jangan suka
mencari alasan, jangan suka bersungut-sungut, jangan suka memberontak, apapun
didikan Tuhan dalam kandang penggembalaan ini.
Dahulu saya tidak memahami semua ini. ternyata Tuhan
membawa kita semua sampai sejauh ini, kita boleh mengenal Allah secara pribadi,
bukan karena katanya, bukan karena ikut-ikutan, bukan karena mujizat semata.
Karena firman pengajaran, Kita mengenal Allah, mengenal
kedalaman hati Tuhan, dengan demikian kita merasakan isi hati Tuhan, sehingga
kita takut untuk terlanjur-lanjur dalam dosa kejahatan dan dosa kenajisan.
Kalau kita memiliki firman nubuatan, memiliki pandangan
jauh ke depan tidak berpikir pendek, sedangkan orang yang pikirannya pendek,
mudah sekali jatuh dalam dosa, perasaan, pikiran, hatinya mudah jatuh dalam
karena kepuasan atau kesenangan yang sesaat.
Banyak perkara yang tidak dapat dimengerti, tetapi justru
itu terjadi menimpa kita, tetapi sungguh
Tuhan tahu dan jauh lebih tahu dari hati, pikiran kita, sesungguhnya Tuhan
selalu memberi yang terbaik.
Dahulu saya adalah orang yang suka mengomel kepada Tuhan,
mengapa saya tidak memiliki ayah yang baik, sekarang saya mengerti maksud Tuhan.
sehingga bagi saya, pengalaman adalah guru yang terbaik.
Songsonglah masa depan yang cerah. Tuhan menyediakan masa
depan yang cerah, asal kita setia di hadapan-Nya.
Jadilah sokoguru! Tuhan menjadikan sidang jemaat di
Filadelfia sokoguru di dalam Bait Suci Allah, menjadi tiang penopang, penunjang
utama dalam Bait Suci. Tetapi kalau akhirnya jemaat di Filadelfia menerima hal
itu, itu tidak terlepas dari ketekunan mereka. Mereka tekun menantikan Tuhan.
Tekun à pribadi yang setia. Kita memerlukan ketekunan, dan Tuhan sudah memberikan
3 macam ibadah utama/pokok supaya kita tekun di dalamnya.
Kalau kita sudah mengetahui hal yang baik, yaitu mengenai
ketekunan dalam 3 macam ibadah utama/pokok, lakukanlah itu.
Tahu yang baik namun tidak melakukannya, maka berdosa di
hadapan Tuhan, bahkan korban penghapus dosa tidak berlaku atas dia (Ibrani 10).
Berdoa, minta kepada Tuhan, supaya kita dimampukan untuk tekun
dalam 3 macam ibadah utama.
Di luar pengajaran mempelai, tidak memahami soal
ketekunan ini.
Sehebat dan sepintar apapun seorang hamba Tuhan, kalau
tidak menerima pengajaran Tabernakel, tidak akan sampai kepada akhirnya,
maksudnya di sini; tidak sampai masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna, itulah mempelai wanita Tuhan.
Kalau tidak menjadi rumah Tuhan, tidak akan sampai ke
rumah yang kekal. Dahulu kita tidak menyadari hal ini.
Ibadah dan pelayanan di bumi adalah gambaran dan bayangan
dari apa yang ada dalam kerajaan sorga (Ibrani
8: 5).
Dalam 1 Petrus 4,
kalau orang benar saja hampir-hampir tidak selamat, bagaimana dengan mereka
yang tidak menggunakan pola Tabernakel.
Yusuf adalah seorang yang mengasihi setiap suku, kaum,
bahasa dan bangsa, buktinya; dia menyelamatkan seantero bumi. Ketika terjadi 7
masa kelaparan, penduduk bumi mengalami resesi, dan hal itu akan terjadi sesuai
dengan nubuatan Amos, sehingga seluruh bumi akan mengalami lapar dan haus.
Dalam hal ini, Yusuf satu-satunya yang menyelamatkan
bumi.
Pengajaran mempelai satu-satunya yang menyelamatkan bumi.
Itu sebabnya saya katakan Yusuf adalah seorang yang mengasihi setiap suku,
kaum, bahasa dan bangsa.
Untuk menjadi pekabar mempelai, harus melewati proses
demi proses, mulai dari PINTU GERBANG sampai RUANGAN MAHA SUCI, dia alami, dia
terima, dengan tidak menggerutu, memberontak.
Sehingga ketika diperlakukan dengan tidak adil, dia
menerima hal itu, demikianlah Yusuf;
-
Diperlakukan dengan tidak adil
oleh saudara-saudaranya sampai akhirnya Yusuf dijual kepada saudagar-saudagar
dari Midian.
-
Kemudian dijual kepada Potifar,
kepala pegawai istana.
-
Dia terzolimi diperlakukan dengan
tidak adil oleh isteri Potifar sendiri. Dimana ada roh najis, disitu tidak ada
damai sejahtera.
Sekalipun demikian, Yusuf berdiam, tidak ada pembelaan,
dan akhirnya Yusuf dilemparkan ke dalam penjara yang lebih dalam lagi, yang
disebut liang tutupan.
Tidak berhenti sampai di situ, Yusuf menolong 2 orang yg
dipenjarakan dalam penajara itu, itulah juru minum dan juru roti.
Setelah mereka ditolong, dia dilupakan juga. Sampai
akhirnya sinar terang terbit atas Yusuf. Pertolongan Tuhan nyata atas dia. Yusuf
adalah seorang nabi, dengan kata lain memiliki pandangan nubuatan, memandang
jauh ke depan, oleh karena itulah dia tertolong. Mampu memberi arti mimpi
kepada Firaun, sampai akhirnya dia menajdi orang nomor 2 di Mesir, setelah
Firaun.
Setelah terjadi resesi hebat di seluruh muka bumi, semua
orang datang ke Mesir, termasuk saudara-saudaranya datang dari Betlehem, di situlah
dia berterus terang kepada saudara-saudaranya, bahwa Tuhan yang menyuruh Yusuf
mendahului saudara-saudaranya untuk memelihara hidup saudara-saudaranya dan
keturunan mereka.
Dengan demikian, Yusuf sadar betul tentang rencana Allah,
itu sebabnya dia tidak bersungut-sungut ketika dia diperlakukan dengan tidak
adil.
Dialah pribadi yang dicari-cari. Gunung Sion adalah
mempelai wanita Tuhan, yang bukan ditinggalkan, yang dicari-cari, sehingga
banyak suku bangsa mencari gunung Sion (Yesaya
2: 2-3).
Kalau kita melakukan firman dengan setia, Tuhan akan
mengangkat kita menjadi kepala, bukan ekor, naik, bukan turun. Kita harus
menerima firman nubuatan ini untuk memandang jauh ke depan.
Kalau kerohanian seseorang digambarkan seperti ekor,
punya pemikiran pendek, tidak akan pernah menjadi bagian adri pembangunan tubuh
Kristus yang sempurna.
Ketika Pdt. Bill Grehem berkotbah, puluhan ribu orang
mendengarkan. Kalau penginjilan membuat orang terkagum, seharusnya kita berdoa
supaya pengajaran mempelai dicari oleh banyak orang, suku, bangsa, bahasa,
kiranya berduyun-duyun datang ke gunung Sion.
Jadilah kepala bukan ekor, naik bukan turun, menerima
firman nubuatan.
Jadilah pekabar mempelai dalam sikap, perbuatan, jangan
egois karena hanya untuk memuaskan hawa nafsu sesaat.
Yusuf tidak egois, dia mengasihi setiap suku, kaum,
bahasa dan bangsa.
Setelah melihat Pdt. Bill Grehem berkotbah, lewat
internet, saya cemburu ilahi. Pengajaran mempelai ini besar, namun hanya
segelintir orang yang menerimanya.
Firman nubuatan membuat kita memandang jauh ke depan,
tidak egois lagi.
Kita cinta setiap suku, kaum, bahasa dan bangsa, kita
berdoa supaya penduduk bumi menerima firman pengajaran mempelai, tetapi dimulai
dari diri kita sendiri.
Kalau kita ingin mencapai sesuatu yang besar,
pengorbanannya juga besar.
Rintangan ini membuat kita terpacu, terbeban, untuk
mencintai segala bangsa. Dipanggil, dipilih dan setia. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment