IBADAH RAYA MINGGU, 15 FEBRUARI 2015
Tema: JEMAAT DI
FILADELFIA (dari Wahyu 3: 7-13)
(Seri 24)
Subtema: SOKOGURU DALAM BAIT SUCI
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih
Kristus, dengan kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kasih karunia Tuhan, kita diperkenankan untuk
melangsungkan Ibadah Raya Minggu, disertai kesaksian, pada malam hari ini
sebagaimana biasanya.
Biarlah kiranya kita dapat memperoleh kasih karunia demi
kasih karunia, sehingga kita dimampukan untuk terus melayani Tuhan.
Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Raya Minggu tentang sidang jemaat di Filadelfia dari Wahyu 3: 7-13.
Sekarang kita akan memperhatikan ayat 12.
Wahyu 3: 12
(3:12) Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait
Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan
Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun
dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.
Jemaat di Filadelfia dijadikan sokoguru di dalam Bait
Suci Allah, sebab jemaat di Filadelfia ini adalah jemaat yang berkemenangan.
Sokoguru = tiang penopang, penunjang utama dalam
pegerakan ibadah pelayanan, dalam satu rumah Tuhan.
Selanjutnya, di sini dikatakan: “ia tidak akan keluar lagi dari situ”, berarti berada di dalam Bait
Suci untuk selama-lamanya.
Sejenak kita perhatikan ...
Wahyu 22: 3, 5
(22:3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba
akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya,
(22:5) Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan
cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan
mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
Ada 2 kegiatan di dalam Bait Suci Allah;
1.
Beribadah
2.
Memerintah sebagai raja sampai
selama-lamanya = melayani Tuhan
Kesimpulannya: kegiatan dalam Bait Suci adalah beribadah
dan melayani Tuhan sampai selama-lamanya.
Ibadah di bumi adalah gambaran dan bayangan dari ibadah
di sorga, biarlah kita juga beribadah dan melayani Tuhan sampai selama-lamanya
selama kita masih di bumi.
Keluaran 19: 4-6
(19:4) Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir,
dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu
kepada-Ku.
(19:5) Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan
berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku
sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
(19:6) Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.
Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel."
Bangsa Israel dibebaskan dari Mesir, kemudian didukung di
atas sayap rajawali saat di padang gurun supaya dibawa kepada-Nya.
Kemudian di sini dikatakan bangsa Israel adalah harta
kesayangan Tuhan dan menjadi bagi-Nya kerajaan imam dan bangsa yang kudus.
Jadi, menjadi harta kesayangan karena melayani dalam
kesucian.
Mari kita lihat lebih rinci ...
Ulangan 7: 6
(7:6) Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang
dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi
umat kesayangan-Nya.
Bangsa Israel adalah umat yang kudus, yang dipilih oleh
Tuhan dari antara segala bangsa di muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya,
menunjukkan bahwa bangsa Israel harus beribadah dan melayani Tuhan.
Kalau bangsa Israel dibebaskan dari tanah Mesir, oleh
karena darah anak domba paskah, untuk dibawa masuk ke Kanaan, tanah yang
dijanjikan kepada nenek moyang bangsa Israel untuk beribadah dan melayani
Tuhan.
Syarat beribadah dan melayani Tuhan.
Yang pertama.
Ulangan 7: 1-2
(7:1) "Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri,
ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa
dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan,
orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak
dan lebih kuat dari padamu,
(7:2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga
engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali.
Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah
engkau mengasihani mereka.
Menumpas habis 7 penduduk negeri, antara lain orang Het, orang Girgasi, orang Amori,
orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
Menumpas habis, berarti;
-
Jangan mengadakan perjanjian atau
persepakatan dengan mereka.
-
Jangan mengasihani mereka.
Pendeknya; jangan kompromi dengan 7 penduduk negeri
tersebut, sebab dengan jelas bunyi firman Tuhan: “pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Korintus
15: 33).
Tuhan sudah membawa kita sejauh ini ke Kanaan sorgawi
untuk beribadah melayani Tuhan, oleh sebab itu, hati-hati dengan pergaulan
buruk, hati-hati dengan pergaulan bebas, kita tidak boleh sama dengan
orang-orang dunia yang tidak beribadah dan melayani Tuhan, mulai dari
perkataan, sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, gerak-gerik,
sebab harus ada perbedaan antara orang yang beribadah dengan orang yang tidak
beribadah.
Yang kedua.
Ulangan 7: 3
(7:3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu
perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak
perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki;
Jangan kawin mengawin, maksudnya di sini ialah; anak
perempuan bangsa Israel jangan diserahkan bagi anak laki-laki mereka, dan
sebaliknya anak laki-laki mereka jangan mengambil anak perempuan dari bangsa
Israel.
Kesimpulannya: kalau kawin mengawin dengan 7 penduduk
negeri berarti menjadi pasangan yang tidak seimbang.
Yang Tuhan rindukan adalah Lewi kawin dengan Lewi, ini
adalah pasangan yang seimbang.
Perhatikan firman ini dengan sungguh-sungguh, supaya kita
menjadi pasangan yang seimbang di hadapan Tuhan.
2 Korintus 6: 14-16
(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran
dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
(6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial?
Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?
(6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah
bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan
mereka dan hidup di tengah-tengah
mereka, dan Aku akan menjadi Allah
mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Dengan tegas Rasul Paulus menasihati jemaat di Korintus,
supaya mereka tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang tak
percaya.
Gambaran dari pasangan yang tidak seimbang.
1. Kebenaran dan kedurhakaan
Keduanya
bertolak belakang.
2. Terang dan gelap
Keduanya juga
bertolak belakang, tidak bersatu, sebab sedikit terang menguasai kegelapan.
3. Kristus dengan Belial
Kristus adalah
kepala gereja, sedangkan Belial adalah roh jahat dan roh najis yang menimbulkan
kesedihan, kesusahan, keduanya tidak bisa bersatu.
4. Orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya.
Orang-orang
percaya, maksudnya di sini; percaya bahwa Yesus telah dibangkitkan dari antara
orang mati, satu dalam kematian dan kebangkitan. Sebaliknya, orang-orang tak
percaya tidak mengerti soal kebangkitan Yesus Kristus, jadi kedua-keduanya
bertolak belakang.
5. Bait Allah dan berhala.
Bait Allah
adalah tempat kediaman Allah di dalam roh, sedangkan berhala adalah allah
asing, yang tidak boleh disembah, sesuatu yang tidak bisa dipercaya, artinya;
tidak memberi keselamatan.
Allah Israel adalah Allah yang hidup, Allah Abraham,
Ishak, Yakub, Dia memberi iman, harap dan kasih, sedangkan berhala tidak bisa
dipercayakan, tidak memberi masa depan, tidak memberi keuntungan, dan tidak
memberi jaminan keselamatan.
2 Korintus 6: 17
(6:17) Sebab itu: Keluarlah kamu
dari antara mereka, dan pisahkanlah
dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah
menjamah apa yang najis, maka Aku
akan menerima kamu.
Oleh sebab itu, perhatikanlah di bawah ini;
-
Keluarlah kamu dari antara mereka,
-
dan pisahkanlah dirimu dari mereka,
-
janganlah menjamah apa yang najis
Dua tangan yang Tuhan berikan ini gunakanlah untuk
melayani Tuhan, sehingga menjadi dua tangan yang cakap, seperti Daud memiliki
dua tangan yang cakap, dia melayani Tuhan dengan ketulusan hati.
Kita kembali memperhatikan ...
Ulangan 7: 4
(7:4) sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku,
sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit
terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera.
Kawin mengawinkan harus dhindari, jangan menjadi pasangan
yang tidak seimbang di hadapan Tuhan, sebab mereka akan membuat anak laki-laki
menyimpang dari Tuhan, sehingga mereka beribadah kepada allah lain.
Sebagai contoh; raja besar, raja yang palimg kaya, itulah
Salomo, memiliki 300 isteri, 700 gundik, tetapi seluruhnya adalah perempuan
yang bukan berasal dari Israel, sehingga pada akhirnya pada masa tuanya dia
menjadi goyah, dan menyembah allah lain. Kalau Salomo saja bisa goyah, apa lagi
kita?
Yang ketiga.
Ulangan 7: 5
(7:5) Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka
haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang
berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis.
-
mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan,
-
tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan,
-
tiang-tiang berhala
mereka kamu hancurkan
-
dan patung-patung mereka kamu bakar habis.
Yang tidak kalah penting untuk kita perhatikan adalah: “tiang-tiang
berhala kamu hancurkan”
Tiang berhala, berarti penopang, penunjang utama di dalam
penyembahan berhala.
Berhala adalah segala sesuatu yang melebihi Tuhan, baik
itu pekerjaan, anak, orang tua, perut, segala sesuatu yang melebihi Tuhan
adalah berhala.
Oleh sebab itu di sini dikatakan, untuk menjadi sokoguru
dalam Bait Suci, maka tiang berhala, segala sesuatu yang menjadi penopang dalam
penyembahan berhala harus dirubuhkan.
Janganlah kita menjadi tiang penopang bagi berhala, itu
harus dirubuhkan, supaya kita layak menjadi sokoguru, menjadi tiang penopang
dalam ibadah dan pelayanan kepada Tuhan.
Sejenak kita melihat tiang-tiang berhala.
Matius 23: 1-2
(23:1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada
murid-murid-Nya, kata-Nya:
(23:2) "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki
kursi Musa.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa, berarti melayani dalam bentuk hukum Taurat atau melayani dengan cara-cara
manusia duniawi.
SEBAGAI BUKTI;
Matius 23: 16-19
(23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah
demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci,
sumpah itu mengikat.
(23:17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih
penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?
(23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi
persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.
(23:19) Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan
atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
Ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi melayani tetapi
terikat dengan perkara-perkara lahiriah.
Bagi mereka yang terpenting adalah perkara-perkara
lahiriah, bukan Bait Suci yang menguduskan emas, bukan mezbah yang menguduskan
persembahan di atasnya.
Pendeknya; ahli Taurat dan orang Farisi jatuh dalam dosa penyembahan berhala.
Matius 23: 20-21
(23:20) Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi
mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya.
(23:21) Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait
Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ.
Perlu diketahui; kalau bersumpah demi mezbah, berarti
terikat dengan mezbah yang menguduskan segala persembahan yang di atasnya.
Kalau bersumpah demi Bait Suci, berarti terikat dengan Bait Suci yang menguduskan
emas dalam Bait Suci.
Pendeknya; terikat dalam kesucian/hidup dalam kekudusan
bila terikat dengan mezbah dan Bait Suci yang menguduskan segala sesuatu.
Sebaliknya, kalau terikat dengan perkara lahiriah,
mengecilkan kemurnian, kekudusan dan kesucian.
Roma 12: 1
(12:1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati.
Persembahkanlah tubuh sebagai persembahan yang hidup,
sebagai persembahan yang kudus dan berkenan kepada Allah, sebab itu merupakan
ibadah yang sejati, bukan perkara lahiriah, bukan hanya mujizat semata.
Biarlah kita memperhatikan nasihat firman Tuhan malam
hari ini, supaya keadaan kita menjadi lebih baik di hadapan Tuhan.
Dalam 1 Petrus 1:
15-16, dikatakan: kuduslah kamu sebab
Aku kudus.
Dalam hal ini, dapat kita simpulkan; ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi adalah pemimpin-pemimpin buta karena terikat dengan perkara
lahiriah.
Kalau lebih mengutamakan pengudusan dari pada perkara
lahiriah, ini adalah teladan yang baik dari seorang pemimpin/teladan yang layak
bagi sidang jemaat. Kalau seorang pemimpin buta menuntun orang buta, maka akan
terperosok pada lubang yang sama.
Itu sebabnya saya dan isteri, tidak akan pernah bekerja
untuk hal lahiriah, karena pemberita injil hidup dari injil, sebab hal-hal yang
lahiriah (bisnis) dapat mempersulit keadaan seorang hamba Tuhan untuk menyembah
Tuhan, untuk mencari kebenaran firman Tuhan, bahkan untuk menguduskan diri di
hadapan Tuhan.
Penyebab terjadinya penyembahan berhala.
Matius 23: 6-9
(23:6) mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat
terdepan di rumah ibadat;
(23:7) mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
(23:8) Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu
dan kamu semua adalah saudara.
(23:9) Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya
satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi gila hormat karena mereka suka
menerima penghormatan, inilah yang menjadi tiang penopang dari penyembahan
berhala tersebut.
Gila hormat bukanlah dimensi Tuhan, bukan dimensi
sorgawi, ini adalah dimensi bumi, yang sudah menjadi satu paket dengan mempertahankan
harga diri, kepentingan diri sendiri, keangkuhan, kesombongan, penonjolan diri,
merasa diri mampu, merasa diri bisa.
Praktek gila hormat:
-
Suka menerima penghormatan di
pasar, berarti dikuasai roh jual beli = roh antikris.
Dalam injil Matius
21: 12-13 dikatakan pasar (tempat jual & beli) adalah sarang penyamun. Kalau
suka menerima penghormatan di pasar adalah suatu kekeliruan.
Sebaliknya kalau
kita melayani Tuhan dengan sistim kerajaan sorga, di dalamnya ada kebenaran,
damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus maka akan dihormati manusia dan
dikenan oleh Tuhan (Roma 14: 17-18).
-
Suka dipanggil rabi.
Rabi = tuan.
sedangkan tuan dari hamba-hamba Tuhan adalah Tuhan Yesus Kristus.
Selain Rabi,
janganlah disebut bapa di bumi ini, karena hanya satu bapa, yaitu Tuhan di
sorga.
Kemudian, jangan
pula disebut pemimpin, karena hanya satu pemimpin yaitu Mesias yang diurapi,
Dialah Yesus Kristus, kepala dari tiap-tiap gereja.
-
Mereka suka duduk di tempat
terhormat dan terdepan di dalam rumah-rumah ibadah.
Matius 23: 11
(23:11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu.
Barangsiapa terbesar, hendaklah ia menjadi pelayan,
sesungguhnya inilah yang benar di dalam Tuhan.
Besar di hadapan Tuhan adalah karena mau melayani Tuhan
Kalau diberi kepercayaan oleh Tuhan, layani saja, jangan
membesar-besarkan diri dan akui kemurahan Tuhan supaya dipakai oleh Tuhan.
Lukas 22: 25-26
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa
memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka
disebut pelindung-pelindung.
(22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara
kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai
pelayan.
Untuk ukuran dunia: "Raja-raja
bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa
atas mereka disebut pelindung-pelindung”
Pelindung-pelindung = pemimpin.
Tetapi di dalam Tuhan:
-
Yang terbesar hendaklah menjadi yang paling muda.
Muda berarti mau
diajar, karena muda à minim pengalaman.
-
Pemimpin sebagai pelayan.
Pemimpin yang
sejati adalah melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Kesimpulannya; pemimpin di dunia tidak sama dengan pemimpin
di dalam Tuhan.
Lukas 22: 27
(22:27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang
melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu
sebagai pelayan.
Yesus adalah pemimpin sejati sepanjang masa karena Dia
melayani Tuhan dan manusia.
Sebagaimana Yesus Kristus berada di antara 12 murid,
memberi makan dan minum.
Ciri-ciri tiang berhala.
Matius 23: 4-5
(23:4) Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di
atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
(23:5) Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat
orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang
panjang;
Yang pertama: Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu
orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
Artinya; beribadah dan melayani tetapi tidak terbeban.
Kalau beribadah & melayani Tuhan hanya karena aturan,
maka ia tidak akan terbeban, buktinya; di luar ibadah menjadi pemimpin/merasa
diri besar.
Contoh; si A beribadah & melayani, lalu si B
ikut-ikutan, itu karena aturan, tidak terbeban.
Kalau hanya ikut-ikutan, ibadah karena aturan, maka ia
tidak menjadi tiang penopang, tidak menjadi sokoguru.
Yang kedua: mereka beribadah dan melayani
hanya untuk dilihat orang = penonjolan diri.
Itu sebabnya di sini dikatakan: “mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang”,
dengan tujuan; supaya orang lain melihat, sekalipun atribut yang melekat pada
tubuh mereka tidak sesuai dengan ukuran selayaknya di mata Tuhan.
Orang semacam ini suka bermegah, merasa diri besar,
merasa diri dipakai, sesungguhnya tidak.
Sesungguhnya, yang Tuhan rindukan/nantikan adalah supaya
kita menjadi sokoguru, tiang penopang dalam rumah Tuhan sehingga ada
kelangsungan ibadah & pelayanan dalam Bait Suci Allah.
Kita sudah melihat ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, mereka menjadi tiang berhala, juga bangsa Israel yang dibebaskan dari
Mesir untuk beribadah kepada Tuhan di Kanaan, justru kompromi dengan 7 penduduk
negeri, Israel tidak menghabisi atau menumpas habis 7 penduduk negeri Kanaan,
dan akhirnya mereka turut menyembah berhala bahkan ironisnya menjadi tiang
berhala.
Jalan keluar untuk menjadi sokoguru (tiang penopang dalam
Bait Suci).
Ulangan 7: 7-8
(7:7) Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka
hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu -- bukankah kamu ini yang paling
kecil dari segala bangsa? --
(7:8) tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang
telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu
keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari
tangan Firaun, raja Mesir.
Bangsa Israel dijadikan harta kesayangan, bukan karena
gagah hebat dan kuat mereka, tetapi oleh karena kasih karunia.
Saat ini kita menghadap takhta kasih karunia, lewat
ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan, semua karena kasih karunia Tuhan.
Dahulu kita tidak bisa apa-apa, maksudnya di sini belum
menerima karunia-karunia dan jabatan-jabatan dan belum memiliki talenta, namun
Tuhan membawa kita sampai sejauh ini, dipercaya untuk beribadah melayani sesuai
dengan karunia-karunia yang kita peroleh, itu semua oleh karena kasih karunia
Tuhan.
Sedikit kesaksian; ketika saya masuk sekolah Alkitab
benar-benar dari nol, tidak mengerti apa-apa, tidak mengerti pelayanan, dan
saya direndahkan beberapa bulan lamanya. Lalu, saat melihat guru menyampaikan firman
Tuhan, saya berpikir apakah saya bisa menyampaikan firman Tuhan selama 1 jam?
Tetapi karena kemurahan Tuhan, jika Tuhan kehendaki,
semuanya bisa.
Kita bukan siapa-siapa, hanya sebatas debu tanah yang
hina karena dosa, namun kita dapat beribadah melayani Tuhan hanya oleh karena
darah anak domba, semua karena kemurahan Tuhan (Wahyu 1: 5-6, Wahyu 5: 10).
1 Korintus 15: 8-10
(15:8) Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga
kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
(15:9) Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak
layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
(15:10) Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada
sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi
bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
Paulus menerima jabatan rasul, jabatan yang penting dari
Allah, semua karena kasih karunia, bukan karena gagah hebat dan kuatnya dia,
sesungguhnya dia adalah orang yang paling hina karena dosa, karena dia adalah
penganiaya jemaat.
Kasih karunia = kemurahan Tuhan = tidak layak menjadi
layak.
Gambarannya sama seperti anak yang lahir sebelum waktunya
= prematur.
Bayi prematur itu lemah tak berdaya, kepalanya besar,
kaki tangannya kecil, artinya; lemah tak berdaya, tetapi kalau akhirnya ia
dipercayakan jabatan rasul, itu semua karena kasih karunia Tuhan.
Oleh sebab itu, jangan sia-siakan kasih karunia Tuhan
lewat ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan, terlebih firman pengajaran
dalam terang tabernakel.
Itu sebabnya dia berkata: “kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi
bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”
Jadi, marilah kita berlomba-lomba untuik melakukan banyak
pekerjaan, bukan menghindari, sebagai bukti kita menghargai kasih karunia
Tuhan.
Bukan karena hasil usaha kita bisa hidup, melainkan
karena kasih karunia.
Sebagaimana jemaat di Filadelfia ...
Wahyu 3: 8
(3:8) Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu
bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu
tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak
menyangkal nama-Ku.
Kekuatan dari jemaat di Filadelfia tidak seberapa, tetapi
mereka menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal nama Tuhan.
Kalau kita dipercaya suatu imamat rajani, itu bukan
karena gagah, hebat dan kuatnya kita, tetapi semua hanya oleh karena kasih
karunia Tuhan.
Kalau jemaat di Filadelfia menjadi sokoguru dalam Bait
Suci Allah, bukan karena gagah hebat dan kuat mereka, melainkan karena mereka menuruti
firman Tuhan dan tidak menyangkal nama Tuhan, meskipun kekuatan mereka tidak seberapa.
Wahyu 3: 10
(3:10) Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku,
maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas
seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.
Karena mereka menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal
nama Tuhan, selanjutnya jemaat di Filadelfia tekun menantikan Tuhan.
Jadi, yang terpenting bukanlah gagah, hebat, kuat,
pintar, cakap, namun yang terpenting berusaha untuk menuruti firman Tuhan dan
tidak menyangkal nama Tuhan, selanjutnya tekun
menantikan Tuhan.
Tekun à kesetiaan seseorang di hadapan Tuhan.
Ibrani 10: 35-36
(10:35) Sebab itu janganlah kamu
melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.
(10:36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu
melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
Di hari-hari terakahir ini kita memerlukan ketekunan.
Jangan melepaskan kepercayaan kita terhadap ketekunan, mengingat kedatangan
Tuhan sudah tidak lama lagi.
Mari kita lihat ketekunan yang dimaksud di sini ...
Ibrani 10: 22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus
ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan
dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan
kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Kita memerlukan ketekunan.
1.
Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai
perjamuan suci.
Dalam pola
Tabernakel terkena pada MEJA ROTI SAJIAN.
Ibadah ini
menghasilkan IMAN.
2.
Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu.
Dalam pola
Tabernakel terkena pada PELITA EMAS, menjadi kesaksian.
Ibadah ini menghasilkan
PENGHARAPAN.
3.
Ketekunan dalam Ibadah Doa penyambahan.
Dalam pola
Tabernakel terkena pada MEZBAH DUPA.
Ibadah ini menghasilkan
KASIH.
Jangan melepaskan kepercayaan kita terhadap ketekunan
itu, kita sangat membutuhkan dan memerlukannya, sebab dalam Imamat 21: 12 dikatakan: “Janganlah ia keluar dari tempat kudus,
supaya jangan dilanggarnya kekudusan tempat kudus Allahnya, karena minyak
urapan Allahnya, yang menandakan bahwa ia telah dikhususkan, ada di atas
kepalanya; Akulah TUHAN.”
Ibrani 10: 25-26
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah
kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling
menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh
pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk
menghapus dosa itu.
Jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, maksudnya
dari ketekunan dalam 3 macam ibadah utama/pokok, karena kedatangan Tuhan sudah
tidak lama lagi, biarlah saling menasihati satu dengan yang lain, saling
mendorong dalam kasih.
Kalau kita mengabaikan ketekunan dalam 3 macam ibadah
utama/pokok, maka korban penghapus dosa tidak berlaku lagi atas dia, terlebih
imam-imam (yang telah melayani Tuhan) yang melepaskan diri dari ibadah &
pelayanan.
Ibrani 10: 36
(10:36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan
kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
Kalau kita melakukan kehendak Allah, tekun dalam 3 macam
ibadah utama/pokok, maka akan memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan, yaitu; menerima mahkota selanjutnya menjadi sokoguru, seperti sidang jemaat
di Filadelfia, mereka tekun menantikan Tuhan, berarti tekun beribadah dan melayani Tuhan sampai
selama-lamanya di dalam Bait Suci Allah.
1 Timotius 3: 15
(3:15) Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus
hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang
penopang dan dasar kebenaran.
Untuk menjadi jemaat/keluarga Allah harus menjadi tiang penopang dalam
ibadah dan pelayanan, itulah dasar kebenaran.
Kalau orang-orang benar saja hampir-hampir tidak selamat,
lalu bagaimana dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh beribadah dan melayani
Tuhan.
Dasar kebenaran adalah ketika kita dipancangkan dalam
Bait Suci Allah, untuk menjadi tiang penopang, penunjang utama dalam Bait Suci,
untuk kelangsungan ibadah dan pelayanan, inilah yang disebut keluarga Allah, jemaat
Allah. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment