IBADAH RAYA MINGGU, 02 AGUSTUS 2015
Tema: JEMAAT DI LAODIKIA (dari Wahyu 3:
14-22)
(Seri 14)
Subtema: MENANGGUNG GANJARAN
Shalom! Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kritus, dengan kasih sayang dan kasih
setia-Nya yang abadi, kita dimungkinkan untuk melangsungkan
Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
Kita
memperhatikan sidang jemaat di Laodikia dari Wahyu 3:14-22.
Kita memperhatikan ayat 19
Wahyu
3:19
(3:19) Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu
relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Terlebih dahulu kita memperhatikan kalimat: “Barangsiapa
Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar”
Dalam hal ini, Allah menegor dan menghajar orang-orang
yang dikasihi-Nya, sebaliknya Allah tidak menegor dan tidak menghajar
orang-orang yang tidak dikasihi-Nya.
Siapa di antara kita merindu menjadi orang-orang yang
dikasihi? Oleh sebab itu, relakan diri untuk ditegor dan dihajar.
Ibrani
12:5-6
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu
seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan
Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah
orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Di sini dikatakan: “Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia
menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak”
Jadi, bukan hanya dikasihi tetapi juga diakui sebagai
Anak.
Enak punya orangtua seperti Tuhan Yesus, kalau kita
mempunyai orangtua yang baik yang menyayangi dan mengasihi anaknya, maka anak
pasti bahagia, dan tentunya saya dan saudara sebagai anak-anak Allah juga tentu
berbahagia.
Ibrani
12:7
(12:7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu
seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Jika harus menanggung ganjaran, dalam hal ini Allah
memperlakukan kita sebagai anak.
Menanggung ganjaran, berarti dengan rela menerima teguran
dan hajaran lewat nasihar firman Tuhan.
Kalau seseorang menanggung ganjaran, itu merupakan sinyal
positif, karena orang yang mau menanggung ganjaran; diakui sebagai anak +
dikasihi oleh Allah.
Kita akan melihat; PERLAKUAN ALLAH KEPADA ANAK-ANAK
TUHAN.
Yesaya 46: 3-4
(46:3) "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang
yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak
dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim.
(46:4) Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku
menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau
memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
Sampai masa tua rambut putih, Tuhan tetap menggendong, berarti
kita diperlakukan sebagai anak, sebab yang digendong adalah anak.
Berhagailah, gereja Tuhan diperlakukan sebagai anak-anak
Allah. Tidak ada kebahagiaan yang melebihi dari anak-anak Tuhan.
Kalau kita perhatikan anak-anak balita ketika berada
dalam gendongan dua tangan, berada dalam kehangatan kasih sayang dan kasih
setia, di situ ia merasa nyaman sekali. Oleh sebab itu, jangan heran kalau anak
balita selalu ingin berada dalam gendongan dua tangan baik bapa terlebih
ibunya.
Kalau anak dilepaskan dari gendongan / orangtuanya tidak
mau menggendong barangkali karena kesibukan, maka anak itu akan
merengek/menangis minta digendong. Perhatikan orang di luaran sana; mengakui
diri sebagai orang Kristen, namun banyak kali merengek/menangis, sampai
bersungut-sungut, itu adalah tanda bahwa mereka tidak berada dalam gendongan
dua tangan Tuhan, tidak berada dalam pelukan kasih sayang Tuhan.
Kalau berada dalam gendongan dua tangan Tuhan, berada
dalam pelukan kasih sayang dan kasih setia Tuhan, maka kebahagiaan akan
terpancar dari raut wajahnya.
Sekarang kita perhatikan, pada ayat 3, Tuhan telah
mendukung keturunan Israel dari sejak kandungan bahkan dijunjung sejak dari
rahim.
Kita semua adalah Israel secara rohani, kita telah
didukung, dijunjung tinggi dari sejak kandungan, dari rahim, buktinya kita
dibela, dipelihara, dilindungi hingga malam hari ini, kita berada dalam rumah
Tuhan, beribadah dan melayani, tergembala dengan baik = berada dalam gendongan
dua tangan Tuhan, berada dalam pelukan kasih sayang dan kasih setia Tuhan.
Suasana saat berada gendongan tangan Tuhan.
SUASANA PERTAMA: “MAU MENANGGUNG KAMU TERUS.”
Berarti, ditanggung; lahir batin ditanggung, segala
sesuatu ditanggung oleh Tuhan, dijamin oleh Tuhan.
Jadi, Tuhan memperlakukan kita sedemikian rupa.
Belajarlah menjadi anak-anak Tuhan yang mau ditanggung,
anak kecil tidak tahu apa-apa, belajarlah seperti anak kecil.
Tidak perlu ragu sebagai anak-anak Tuhan, tidak perlu
ragu ketika menerima didikan Tuhan, tidak perlu ragu ketika menerima teguran
dan hajaran, sebab Tuhan menjamin/menanggung segala sesuatu.
Mari kita lihat; KETIKA ANAK DITANGGUNG.
Matius 7: 7-8
(7:7) "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
(7:8) Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang
mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
- Mintalah, maka akan diberikan kepadamu
Kalau seorang bapa
memberikan kepada anak, berarti anaknya ditanggung.
- Carilah, maka kamu akan mendapat.
- Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Pada saat malam hari
ini, kita sedang mengetok pintu kemurahan hati Tuhan. Di sini dikatakan: Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu,
Tuhan membuka hati, dan pada saat Tuhan membuka hati, maka kita akan melihat
segala sesuatu yang berada di dalam isi hati Tuhan terlihat dengan jelas,
rencana-rencana apa saja yang disusun oleh Tuhan kepada kita sebagai anak di
situ terlihat, berarti; anak ditanggung.
Itu sebabnya pada ayat 8 dikatakan:
-
setiap orang yang meminta, menerima
-
dan setiap orang yang mencari, mendapat
-
dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan
jadi, sebagai anak-anak Tuhan yang dikasihi dan diakui
sebagai anak, 3 perkara ini biarlah menjadi bagian kita karena Tuhan menanggung
kita. Jangan pernah berhenti meminta, mencari dan mengetok.
Matius 7: 9,10
(7:9) Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia
meminta roti,
(7:10) atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
Tuhan diumpamakan sebagai Bapa yang baik dalam 2 hal;
HAL PETAMA: “Adakah seorang dari padamu yang memberi
batu kepada anaknya, jika ia meminta roti”
Tuhan tidak memberi batu jika anak-Nya meminta roti. Ini
bukti bahwa Tuhan itu Bapa yang baik, tidak memberi batu ketika anaknya meminta
roti.
Saya adalah seorang bapa, kalau anak saya meminta roti,
saya akan berikan roti, tidak mungkin saya berikan batu.
Biarlah kita meminta roti, percayalah Tuhan akan
memberikan roti, Dia tidak akan memberikan batu, bahkan sebelum kita meminta,
Dia sudah mengetahui segala sesuatu yang kita butuhkan, Dia yang sudah
menjunjung/mendukung dari sejak kandungan, Dia sudah dijalin dengan rapi dari
sejak kita berada di dalam rahim ibu kita masing-masing.
Yohanes 6: 32-33
(6:32) Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku
yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.
(6:33) Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang
memberi hidup kepada dunia."
Bapa di sorga telah memberi roti hidup untuk memberi
hidup kepada dunia, itulah roti yang turun dari sorga, roti yang benar.
Bukan Musa yang memberi roti, tetapi Bapa di sorga telah
memberikan roti hidup untuk memberikan hidup kepada dunia, inilah yang benar.
Yohanes 6: 35
(6:35) Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia tidak akan haus lagi.
Yesus adalah roti hidup, roti yang turun dari sorga,
supaya manusia tidak lapar dan haus lagi.
Petrus yang seharusnya binasa, tetapi oleh karena teguran
firman Tuhan (roti hidup), ia tertolong. Tiga kali ia menyangkal Yesus.
Sesungguhnya syarat untuk mengikuti Tuhan adalah sangkal diri dan pikul salib,
tetapi ketika Yesus berada di hadapan imam besar Kayafas, tiga kali Petrus
menyangkal Yesus. Namun oleh karena teguran dan didikan firman, dia tertolong,
tidak lapar lagi.
Perempuan Samaria seorang perempuan yang haus, buktinya
dia telah mempersuamikan lima laki-laki dan satu lagi laki-laki yang ada
padanya pada saat ia berbicara dengan Yesus. Pada saat Yesus memberikan air hidup,
perempuan samaria mengakui segala kekurangannya termasuk dosa kenajisannya.
Pada saat keberadaannya dinyatakan oleh karena kebenaran, maka mata rohaninya
pun terbuka, sehingga ia berkata: “Nyatalah bagiku bahwa Engkau seorang nabi.”
Nabi tugasnya bernubuat, mebangun, menghibur dengan kata
lain; mengoreksi, menyelidiki segala sesuatu yang terkanduang dalam hati.
Dialah roti hidup untuk memberikan hidup kepada dunia,
Dia menyerahkan diri-Nya di atas kayu salib.
Itu sebabnya dalam ayat 54, Yesus berkata dengan tegas
kepada orang-orang yang mengikutinya: tubuhKu adalah makanan dan darah Ku benar-benar minuman, telah
dipersembahkan di atas kayu salib.
Benar-benar Yesus adalah roti hidup yang turun dari
sorga, Dia berasal dari Bapa, Allah adalah Bapa yang baik.
Allah Bapa tidak memberikan batu ketika anak meminta roti.
Kebenaran yang sejati terletak pada salib, di luar salib
tidak ada lagi kebenaran.
Dalam Yohanes 17: 17, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, sebab firman-Mu adalah kebenaran”
Jadi, bapa yang baik tidak memberikan batu ketika anaknya
meminta roti.
Perlu diketahui; ketika bapa yang baik memberikan roti,
itu selalu disertai dengan kasih.
Yohanes 8: 2-5
(8:2) Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat
datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
(8:3) Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya
seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
(8:4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada
Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat
zinah.
(8:5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari
perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
Pada saat Yesus mengajar di Bait Allah, ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi membawa perempuan yang kedapatan berzinah ke hadapan
Yesus, lalu mereka berkata: “Musa dalam
hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang
demikian.”
Menurut hukum Taurat, kalau perempuan kedapatan berzinah;
akan dilempari, dirajami dengan batu sampai mati.
Tetapi kita perhatikan sikap Yesus terhadap pernyataan
ahli-ahli Taurat dan orang Farisi ...
Yohanes 8: 6
(8:6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka
memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis
dengan jari-Nya di tanah.
Yesus tidak mau menjawab. Kalau Yesus menjawab, maka
Yesus pasti terjebak dengan pertanyaan itu, sebab ahli Taurat dan orang Farisi
datang hanya untuk mencobai saja, bukan untuk mendapatkan kebenaran yang
sejati.
Andaikata Yesus berkata: “Lempari dia sampai mati”, maka ahli Taurat dan orang Farisi akan
berkata kepada orang Yahudi bahwa Yesus adalah seorang pembunuh.
Atau kalau Yesus berkata: “Tidak boleh, harus diampuni”, maka Yesus harus berurusan dengan
pemerintahan Romawi, Pilatus.
Dalam hal ini, Yesus tidak mau menjawab, Dia membuktikan
diri, Dia membungkuk dan segera menulis dengan ujung jari-Nya di tanah. Hikmat
Tuhan luar baisa.
Yohanes 8: 7-8
(8:7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit
berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(8:8) Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
Karena Yesus terus didesak, Ia bangkit dan berkata: "Barangsiapa di antara kamu tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Setelah mengatakan itu, Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
Ketika Yesus memberikan roti, menyatakan kebenaran, di
sertai dengan kasih.
Tulisan yang pertama -> kasih kepada Tuhan. Tulisan yang kedua -> kasih kepada sesama.
Dia yang memberi kebenaran disertai dengan kasih.
Ada kalanya kita memberi disertai dengan sungut-sungut
dan motivasi lain, tetapi di sini kita melihat, ketika Yesus memberikan roti
disertai dengan kasih.
Ketika Yesus memberikan roti, kebenaran disertai dengan
kasih, lewat kuasa kematian dan kebangkitan-Nya.
Membungkuk lalu bangkit, turun lalu naik -> kuasa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Sungguh heran Tuhan kita, Dia adalah Bapa yang baik.
Yohanes 8: 9-11
(8:9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka
seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang
diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
(8:10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai
perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
(8:11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku
pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang."
Setelah Yesus memberikan roti (kebenaran) yang disertai
dengan kasih, maka perempuan yang kedapatan berzinah itu tertolong,
diselamatkan. Tidak ada satu orang pun yang melempari perempuan itu dengan
batu.
Kemudian, kata terakhir dari Yesus kepada perempuan itu:
“Pergilah”, syaratnya: “Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Inilah kebenaran yang disertai dengan kasih, perkataan
Yesus ini didasari oleh karena kasih.
Dalam 1 Korintus
13: 3-7, ada 14 kasih, dan inti dari kasih adalah mengampuni.
Dalam injil Yohanes 6, bukan Musa yang memberikan roti
dari sorga, tetapi Bapa dari sorga. Musa memberikan hukum Taurat.
Hukum Taurat itu tangan ganti tangan, mata ganti mata,
gigi ganti gigi, artinya; kejahatan di dalam kejahatan. Berarti, orang yang
bersalah tidak mendapat pengampunan.
Jadi, ketika orang meminta keadilan, yang salah harus
dilempari dengan batu, sehingga ketika bangsa Israel menerapkan hukum ini,
semua bangsa Israel yang keluar dari Mesir, mayat mereka bergelimpangan di
padang gurun, tidak ada yang sampai ke tanah Kanaan, kecuali Kaleb dan Yosua.
Kaleb -> kehidupan yang diurapi Roh Kudus. Yosua -> kehidupan yang dipenuhi oleh firman.
Tuhan diumpamakan sebagai Bapa yang baik dalam 2 hal;
HAL KEDUA: “Adakah seorang dari padamu yang memberi
ular, jika ia meminta ikan”
Ikan -> kehidupan yang diurapi Roh Kudus.
Peristiwa ketika Yesus menghampiri Simon Petrus yang
semalam-malaman menjala ikan tetapi tidak mendapat ikan seekorpun. Setelah kematian Yesus, Simon Petrus kembali
ke profesi semula, yaitu penjala ikan.
Yesus menghampiri mereka lalu berseru: “Hai anak-anak”, sapaan ini menunjukkan
bahwa 12 murid Yesus diakui sebagai anak + dikasihi, sekalipun mereka kembali
pada profesi semula, kembali pada tabiat yang lama.
Pada saat Yohanes melihat Yesus, ia segera berkata: “itu Guru”
Kalau hubungan tubuh dan kepala begitu erat, kehadiran
Tuhan dalam hidupnya sangat ia rasakan, ia peka dan tidak ada penonjolan dalam
dirnya. Kalau ada kasih, maka tidak ada penonjolan diri, persis seperti pohon
zaitun tumbuk; tidak ingin dilihat dan tidak diperhatikan.
Mendengar perkataan Yohanes, Petrus langsung terjun ke
laut, lalu mereka menghampiri Yesus ke tepi pantai, lalu berkata: sudah
semalam-malaman mencari ikan, namun tidak mendapat apa-apa. Lalu Yesus berkata:
“kembali” Baru beberapa meter dari
tepi pantai, Yesus berkata: “Sebarkan jala
di sebelah kanan”. Selanjutnya, mereka menebarkan jala di sebelah kanan dan
mendapat sejumlah besar ikan.
Ketika murid-murid mendengar perkataan Yesus dan
melakukannya, mereka mendapatkannya, mereka menerimanya.
Sebetulnya, untuk mendapat ikan, efektif sekali diwaktu
malam, tetapi sepanjang malam mereka tidak mendapat ikan, namun pada saat fajar
menyingsing mereka justru mendapat ikan saat bersama dengan Yesus.
Saudaraku, dengar-dengaran tanda bahwa kita diurapi oleh
Roh Kudus. Kalau orang menuruti keinginan daging adalah tanda bahwa ia tidak
hidup menurut urapan Roh Kudus.
Bapa yang baik tidak memberi ular ketika anaknya memberi
ular, seperti itulah Yesus kepada murid-murid.
Bandingkan ketika Adam dan Hawa diperdaya oleh ular,
kehidupan mereka sangat menderita sekali, pertama-tama mereka menjadi telanjang.
Orang yang telanjang sangat merepotkan sekali, sebab ia berusaha menutupi
kekurangan-kekurangannya. Tidak berhenti sampai di situ, mereka diusir dari
taman Eden, berarti jauh dari kasih karunia, tidak lagi menikmati buah pohon
kehidupan dan buah pohon yang menarik untuk dimakan buahnya.
Kasih karunia, berarti hidup dalam kekekalan, tetapi
setelah mereka diusir dari taman Eden, mereka jauh dari kasih karunia.
Tidak berhenti sampai di situ, setelah keluar dari taman
Eden, mereka harus mengusahakan tanah dari mana ia dibentuk, artinya; jauh dari
kasih karunia = terkutuk.
Oleh sebab itu bapa yang baik tidak mau memberikan ular
ketika anaknya meminta ikan. Jadilah kehidupan yang diurapi.
Mari kita lihat; KEHIDUPAN YANG DIURAPI.
Roma 8: 5-6
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari
daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah
hidup dan damai sejahtera.
Mereka yang hidup menurut Roh memikirkan hal-hal yang
dari Roh, perkara-perkara di atas, perkara-perkara rohani, yaitu segala sesuatu
yang berkaitan dengan ibadah dan pelayanan, itu saja yang dipikirkan, tidak
sempat memikirkan hal-hal yang dari daging.
Kalau dalam kesibukan masih sempat memperhatikan daging,
ingat; daging ditunggangi oleh perempuan kekejian, roh jahat dan roh najis. Ada
saja yang sibuk melayani, namun masih sempat memperhatikan keinginan daging.
Keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
Jangan rusak damai sejahtera itu, jadilah manusia rohani,
pikirkan hal-hal yang dari Roh.
Saya sudah berkali-kali sampaikan; jangan seperti kucing,
yang di depan manis, tetapi di belakang, jiwa-jiwa habis.
Jadilah manusia rohani, pikirkan hal-hal yang dari Roh,
jangan menyempatkan diri untuk memikirkan hal-hal dari daging, supaya ada hidup
dan damai sejahtera.
Tuhan Yesus itu baik, Ia tidak memberikan ular ketika
anaknya meminta ikan.
Suasana saat berada gendongan tangan Tuhan.
SUASANA KEDUA: “AKU MAU MEMIKUL KAMU”
Semasa kecil di kampung halaman, saya banyak melihat
bapa-bapa yang memikul anaknya di atas pundaknya.
Saya juga pernah melakukan itu kepada anak saya, saya
menaruh anak saya di atas pundak saya.
Bapa yang baik tidak bersungut-sungut sewaktu memikul.
Kita juga melihat, ketika Yesus di atas kayu salib, tidak satu kali pun Ia
bersungut-sungut. Anak-anak Tuhan, terlebih imam-imam, pikullah tanggung jawab
di atas pundak masing-masing dengan tidak perlu bersungut-sungut, tidak perlu mengomel.
Jangan merongkol, dongkol supaya nafas jangan bau
jengkol. Jangan jengkel, bete, supaya nafas tidak batu pete. Hidupnya menjadi
tidak jelas.
Lukas 15: 1-3
(15:1) Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada
Yesus untuk mendengarkan Dia.
(15:2) Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan
mereka."
(15:3) Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
1 dari 100 ekor domba hilang, tersesat di padang gurun.
Ketika tersesat di padang gurun, domba yang tersesat ini tidak bisa kembali
kepada gembala pemilik kawanan domba itu, karena di padang gurun tidak ada
petunjuk jalan, semua hanyalah hamparan padang pasir, padang gurun.
Saat tersesat, domba itu menderita sekali. Ada keinginan
untuk kembali tetapi tidak ada jalan.
Bekas tapak kaki telah tertutup tiupan angin, sehingga
kehilangan arah dan tersesatlah ia. Hati-hati, tergembalalah sungguh-sungguh,
jangan liar.
Dunia ini gambaran hamparan padang gurun, pada saat
tersesat, akan sangat susah sekali untuk kembali.
Pada saat tersesat, domba hanya bisa mengembek, menjerit,
terhilang, tertindas. Itulah keadaan kalau terhilang, tersesat dari gembala
agung. Jadi, jangan biasakan tidak beribadah, sebab ujungnya terhilang,
akhirnya menderita.
Tetapi Yesus Kristus adalah gembala yang baik.
Lukas 15: 4-5
(15:4) “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan
jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh
sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia
menemukannya?
(15:5) Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya
dengan gembira,
Yesus adalah seorang gembala yang baik, Dia meninggalkan
99 ekor domba untuk mencari 1 domba yang sesat.
Kemudian, kalau ia
telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
berarti; dipikul dengan gembira.
Itulah gembala yang baik; berupaya mencari orang yang
tertindas, terhilang, tersesat karena mengambil jalannya masing-masing, Ia mencari
sampai benar-benar ditemukannya, dan apabila Ia menemukannya, Ia meletakkannya
di atas bahunya dengan gembira.
Yesaya 53: 6
(53:6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita
sekalian.
Domba itu tersesat karena mengambil jalan masing-masing,
tidak mendengar suara gembala dan tidak mengikuti gembala, tetapi sebagai
gembala Agung, Yesus berusaha mencari, dan setelah menemukannya, Ia
meletakkannya di atas bahu-Nya dengan gembira.
Ketika domba mengambil jalan masing-masing, itu adalah
kejahatan. Kalau kita mengikuti jalan benar, tidak mungkin melakukan suatu
kejahatan.
Ketika kejahatan kita ditimpakan kepada-Nya, Ia tidak
bersungut-sungut, Ia pikul dengan gembira.
Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka
mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka
mulutnya.
Dia pikul dengan gembira, Dia tidak berbantah-bantah.
Siapa pun di antara kita, jangan mengambil jalan
masing-masing supaya jangan tersesat. Tuhan itu baik.
Mari kita lihat; KESESATAN DOMBA.
Lukas 15: 2
(15:2) Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan
mereka."
Orang Farisi dan ahli Taurat bersungut-sungut.
Ahli Taurat adalah orang yang mengerti firman tetapi
tidak melakukannya, orang semacam ini suka bersungut-sungut.
Kalau mengerti firman, seharusnya menjadi pelaku, memikul
tanggung jawab yang Tuhan percayakan dengan gembira. Kalau bersungut-sungut
berarti tidak mau memikul tanggung jawab yang Tuhan percayakan dengan gembira.
Saya kira, kita semua cukup mengerti tentang kebenaran.
Jadi, apabila anak Tuhan masih bersungut-sungut ketika memikul tanggung jawab,
itu tidak masuk akal, ia sama seperti ahli Taurat. Ini merupakan kesesatan.
Berada dalam kandang penggembalaan tetapi tersesat karena mengambil jalan
masing-masing.
Orang-orang Farisi adalah golongan inetelektual di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan tetapi juga bersungut-sungut.
Dalam Matius 23, orang Farisi duduk di kursi Musa,
melayani dengan sistim hukum Taurat. Kemudian, mereka mamakai jubah yang begitu
panjang dan selendang yang lebar, untuk menunjukkan bahwa mereka rohaniawan.
Apa artinya rohaniawan, golongan intelektual tetapi bersungut-sungut.
Seharusnya segala yang Tuhan percayakan dalam kandang penggembalaan dipikul
dengan gembira.
Lukas 15: 6-7
(15:6) dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan
tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama
dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
(15:7) Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga
karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena
sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Ada sukacita besar di sorga ketika satu orang bertobat,
sama seperti domba yang terhilang ditemukan kembali; "Ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata
kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang
hilang itu telah kutemukan."
Seperti itulah keadaan di dalam Kerajaan Sorga karena
pertobatan satu orang, ada sukacita besar di Sorga.
Itulah yang dimaksud dipikul dengan gembira, ada sukacita
sorga. Setiap hari harus bertobat, supaya ada sukacita di sorga, sebaliknya,
kalau tidak bertobat, ada sukacita di bumi, itulah roh jahat dan roh najis merajalela.
Suasana saat berada gendongan tangan Tuhan.
SUASANA KETIGA: “MENYELAMATKAN KAMU”
Berarti, diselamatkan. Tempat orang-orang yang
diselamatkan berada di dalam kerajaan Sorga, di dalam kerajaan yang kekal.
Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, Ia
mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya orang berdosa diselamatkan.
Yohanes 3: 16
(3:16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Kalau kita memperoleh hidup yang kekal, berarti
diselamatkan, dan itu karena kasih Allah, sebab oleh karena kasih Allah ini, Ia
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Anak satu-satunya.
Anak Allah hanya satu, yang Ia persembahkan supaya kita
memperoleh keselamatan.
Ketika Abraham mempersembahkan anaknya Ishak sebagai
korban bakaran kepada Tuhan, saya kira secara manusiawi itu sangat sukar untuk
diterima oleh akal/logika manusia, tetapi Abram mempersembahkannya sebagai
korban bakaran.
Korban bakaran adalah kasih Allah, dan ketika
dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran, korban bakaran itu dibiarkan
semalam-malaman sampai pagi, berarti sampai hangus = daging tidak bersuara
lagi, sehingga dengan demikian kita memperoleh hidup yang kekal.
Darah dan daging tidak mewarisi Kerajaan Sorga, berarti
mau tidak mau kita harus mempersembahkan korban bakaran, sampai hangus.
Luar biasa kehidupan anak-anak Tuhan dengan menerima
teguran dan hajaran, diperlakukan sebagai anak dan mendapat kasih. Luar biasa
kehidupan anak-anak Tuhan yang mendapat perlindungan dan belas kasih Tuhan,
siapakah kita yang tidak sadar diri? Seringkali kita mengulagi kesalahan yang
sama, seperti anjing menjilat muntah dan babi yang berkubang, tetapi Tuhan
memperlakukan kita dengan 3 hal di atas; ditanggung, dipikul, sampai akhirnya
diselamatkan.
Kita ingin diperlakukan dengan 3 hal ini, tetapi kita
menolak teguran dan hajaran, ini adalah hal yang tidak mungkin. Miliki kunci
supaya kita menerima 3 hal, yaitu terima didikan, teguran dan hajaran dengan
segala kerelaan hati, mau menanggung ganjaran.
Yohanes 3: 14-15
(3:14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian
juga Anak Manusia harus ditinggikan,
(3:15) supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang
kekal.
Biarlah kita meninggikan korban Kristus berarti
mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan.
Perhatikan firman ini dengan baik.
Kita kembali memperhatikan ...
Ibrani 12: 7C
(12:7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu
seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Kita memperhatikan kalimat: “Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?”
Berarti, tidak ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya.
Kalau ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya, perlu dipertanyakan; apakah
bapanya benar? Kalau bapanya benar, pasti anaknya dihajar, ditegor, supaya
anaknya menanggung ganjaran.
Misalnya, saya menyampaikan tentang sepersepuluh, saya
hajar dan saya tegur, mengapa? Karena saya sudah lakukan terlebih dahulu. Saya
hajar dan tegur tentang penyembahan, mengapa? Karena saya sudah melakukannya
lebih dahulu.
Saya hajar dan tegur tentang taat, setia, dan
dengar-dengaran, mengapa? Karena saya sudah melakukannya lebih dahulu.
Kalau saya tidak melakukannya lebih dahulu, berarti saya
tidak setia terhadap Gembala Agung.
Kalau ada ayah tidak berani berkata: Jangan mencuri, itu
berarti ia adalah ayah yang tidak benar, karena ia juga pasti mencuri.
Kalau ada anak yang tidak ditegur ayahnya, berarti
ayahnya tidak benar. Itu dari sisi ayah, sekarang kita lihat dari sisi anak.
Ibrani 12: 8
(12:8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap
orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Kalau tidak menerima ganjaran, menolak teguran, hajaran,
didikan yang datang dari Tuhan, itu menunjukkan bahwa ia adalah anak-anak
gampangan.
Anak-anak gampang adalah anak-anak yang lahir di luar
nikah. Sama seperti Daud berzinah dengan Batsyeba, isteri Uria, orang Het, dari
perzinahan ini lahirlah anak laki-laki, itulah anak-anak gampang.
Anak gampang tidak ada artinya, sebab pada akhirnya anak
gampang Daud pada akhirnya mati. Sebelum anak itu mati, Daud tidak mau makan
dan minum, Daud hanya berbaring di atas tanah, karena anak yang lahir itu,
tetapi sekalipun ia menyiksa diri seperti itu, Tuhan tidak mendengar doa dari
Daud, anak itu tetap mati.
Orang yang menolak didikan, tidak mau menerima ganjaran,
pada akhirnya akan binasa, tidak ada gunanya didoakan, justru doa yang
dinaikkan itu adalah kekejian bagi Tuhan. Orang yang didoakan adalah orang yang
mau menerima didikan dan teguran.
Dalam Amsal, doa orang yang memalingkan telinganya dari
firman, maka doa yang ia naikkan adalah kekejian.
Terimalah didikan supaya doa jangan menjadi kekejian.
Seberapa sakitnya hati kita ditegur, terima saja, jangan
bersungut-sungut, sebab itu adalah untuk kebaikan kita dan orang di sekitar
kita, bukan untuk siapa-siapa.
Dalam hal ini saya selalu berjuang supaya ada damai dalam
nikah, ada damai dalam kandang penggembalaan ini, tetapi orang yang berjuang
pasti mendapatkan hasil, asalkan selalu menyerahkan segala perkara kepada
Tuhan.
Saya terbeban dengan pengajaran mempelai!
Sedikit kesaksian; ketika seorang anak Tuhan berkata,
bahwa ia mau berusaha untuk berubah, oleh karena Firman Pengajaran Mempelai.
Dia percaya bahwa Tuhan mendengar doa-doa.
Semua oleh karena kemurahan Tuhan, sehingga kita semua
diperlakukan 3 hal. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment