IBADAH RAYA MINGGU, 27 SEPTEMBER 2015
Tema: JEMAAT
DI LAODIKIA (Wahyu 3: 14-22)
(Seri 19)
Subtema: MENDENGAR
SUARA TUHAN
Shalom!
Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus dengan kasih sayang dan kasih
setia-Nya yang abadi, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu,
disertai kesaksian, semua karena kemurahan hati Tuhan tentunya.
Kita
kembali memperhatikan firman penggembalaan dalam Ibadah Raya Minggu
mengenai
SIDANG JEMAAT DI LAODIKIA dari Wahyu 3: 14-22.
Kita
memperhatikan ayat 20.
Wahyu
3: 20
(3:20)
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar
suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan
bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
Kalimat
yang kita perhatikan dari ayat ini: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan
mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu.”
Dari
pihak Tuhan: berdiri di muka pintu dan mengetok.
Dari
pihak kita: mendengar suara Tuhan & membuka pintu bagi Dia.
Di
awali dengan mendengar suara Tuhan lalu ditindaklanjuti dengan membuka pintu,
namun mendengar suara Tuhan bukan suatu perkara yang mudah, sebab kebanyakan orang
lebih suka mendengar suara asing dari pada mendengarkan suara Tuhan.
Jangankan
orang-orang di luaran sana, anak-anak Tuhan yang sudah tergembala dengan baik
saja masih suka mendengarkan suara asing dari pada mendengar suara Tuhan, sehingga hampir
tidak mungkin ia mampu membuka pintu bagi Tuhan.
Berkali-kali
kita telah mendengar suara Tuhan, tetapi rupanya suara lain lebih kuat sehingga
kita terpengaruh. Bukan suara Tuhan tidak berkuasa, tetapi rupanya kebanyakan
orang lebih suka mendengar suara asing.
Itu
telah kita lihat/perhatikan dalam Kidung Agung 5: 2-6, mempelai laki-laki sorga
berada di muka pintu dan mengetok, tetapi mempelai perempuan menunda-nunda
untuk membuka pintu dengan segudang alasan = lebih suka mendengar suara asing.
Matius
13: 4-7
(13:4) Pada waktu ia menabur,
sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya
sampai habis.
(13:5) Sebagian jatuh di tanah
yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera
tumbuh, karena tanahnya tipis.
(13:6) Tetapi sesudah matahari
terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
(13:7) Sebagian lagi jatuh di
tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
Benih
yang ditabur di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di semak duri adalah
gambaran dari gereja Tuhan yang lebih suka mendengar suara asing dari pada mendengarkan
suara Tuhan.
- Di pinggir jalan
= lebih suka mendengar suara Iblis/Setan, yaitu roh jahat dan roh najis.
Penyebabnya:
mendengar firman tetapi tidak sampai mengerti.
- Di tanah yang berbatu-batu
= lebih suka mendengar suara daging.
Penyebabnya: keras hati.
- Di tengah semak duri
= telah dipengaruhi oleh dunia
dan arusnya.
Penyebabnya: oleh kekuatiran yang hebat dan keinginan untuk kaya lebih besar dari
pada keinginan untuk mencintai Tuhan.
Kita
bandingkan dengan TANAH YANG BAIK.
Matius
13: 8,23
(13:8) Dan sebagian jatuh di
tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh
kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
(13:23) Yang ditaburkan di tanah
yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia
berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat."
Tanah
yang baik/subur artinya; mendengar firman Tuhan/suara Tuhan sampai mengerti =
dengar-dengaran.
Sehingga
ia berbuah 100, 60, 30 kali lipat.
- 100
kali lipat = tergembala dengan baik.
Berbicara
100 domba berbicara tentang kandang penggembalaan. Ini adalah buah yang bagus.
Tergembalalah dengan baik selama kita hidup di muka bumi ini, supaya kelak kita
berada di dalam penggembalaan yang kekal.
- 60
kali lipat = menghargai hak kesulungan dan kemurahan Tuhan serta menghargai firman
Allah yang disampaikan, itulah pribadi Yakub. Ia lahir pada saat Ishak berumur
60 tahun.
- 30
kali lipat = menghargai kegiatan-kegiatan dan pekerjaan Tuhan. Itu bisa kita
lihat pada waktu Yesus Kristus mengawali pelayanan-Nya pada usia 30 tahun.
Jadilah
pribadi yang berbuah, diawali dengan DENGAR-DENGARAN.
Sekarang kita akan melihat
pribadi yang mendengar suara Tuhan.
1
Samuel 3: 4-8
(3:4) Lalu TUHAN memanggil:
"Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa."
(3:5) Lalu berlarilah ia kepada
Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi
Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah
ia tidur.
(3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel
sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata:
"Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata:
"Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali."
(3:7) Samuel belum mengenal
TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.
(3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel
sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli
serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu
mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.
Tiga
kali Samuel mendengar suara Tuhan = dengar-dengaran.
- Dengar-dengaran
yang pertama = dengar-dengaran kepada bapa
jasmani, buktinya: hormat kepada orang tua.
- Dengar-dengaran
yang kedua = dengar-dengaran kepada bapa
rohani, buktinya: tergembala dengan baik dalam satu kandang penggembalaan.
Kalau domba-domba tergembala dengan baik, ia akan mendengar suara gembala &
mengikuti gembala.
- Dengar-dengaran
yang ketiga = dengar-dengaran kepada Bapa
di sorga, buktinya: taat dan tunduk. Taat = patuh pada ajaran yang benar.
Bukti
Samuel dengar-dengaran:
Ketika
dipanggil ia selalu menjawab: “Ya bapa.”
Artinya;
di dalam diri orang yang dengar-dengaran, hanya ada satu kata, yaitu: “YA”,
tidak lebih tidak kurang.
Perlu
diketahui; menambahkan kata lebih dari ya = pemberontakan = roh kedurhakaan.
Sesungguhnya,
Samuel adalah seorang yang sabar dan dapat menguasai diri. mengapa tidak?
Sedang enak tidur, ia dipanggil sebanyak 3 kali. Tetapi ia tidak
bersungut-sungut, tidak ngomel, tidak memberontak, tidak marah.
Bagaimana
ketika saudara sedang tidur lalu dipanggil? Oleh sebab itu tadi saya katakan;
Samuel adalah orang yang sabar dan dapat menguasai dirinya. Pendeknya, Samuel
mengerti arti sebuah panggilan.
Sedikit
kesaksian, ketika saya sakit, tengah malam terpaksa saya menelepon Bp. Barita
dan ibu Tugiyah, akhirnya mereka datang, lalu menolong saya karena seluruh
anggota tubuh saya terasa sakit.
2
Korintus 1: 19
(1:19) Karena Yesus Kristus, Anak
Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh
Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi
sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".
Di dalam pemberitaan firman tentang Yesus Kristus hanya ada kata: “Ya”, tanda dengar-dengaran.
2
Korintus 1: 20
(1:20) Sebab Kristus adalah
"ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan
"Amin" untuk memuliakan Allah.
Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah, dimana janji Allah itu telah digenapi oleh-Nya di atas kayu salib.
Matius
26: 42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua
kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin
lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Yesus
Kristus minum cawan Allah, artinya; Yesus harus menanggung penderitaan di atas
kayu salib sehingga dengan demikian jadilah kehendak Allah.
Pendeknya;
Yesus Kristus telah menggenapi seluruh kehendak Allah di atas kayu salib.
Di
sini kita lihat, tidak ada kata-kata penolakan. Yesus harus meminum cawan Allah
dan Ia tidak menolak apa saja yang menjadi rencana Allah, semuanya Ia kerjakan,
sehingga kehendak Allah tergenapi di atas kayu salib.
Kolose
1: 19
(1:19) Karena seluruh kepenuhan
Allah berkenan diam di dalam Dia,
Seluruh
kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.
Jadi, sekali lagi saya katakan; orang yang dengar-dengaran hanya ada satu kata di dalam dirinya, yaitu “ya”, tidak ada penolakan, sehingga tadi sudah kita lihat; seluruh kehendak Allah tergenapi di atas kayu salib.
Kolose
1: 15-20
(1:15)
Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari
segala yang diciptakan,
(1:16)
karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan
yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana,
maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu
diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
(1:17)
Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
(1:18)
Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari
antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
(1:20)
dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada
di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah
salib Kristus.
- Ia adalah gambar Allah yang tidak
kelihatan = sempurna.
- Ia adalah yang sulung.
Berarti, yang terlebih dahulu atau yang lebih utama dari segala yang
diciptakan.
Kemudian,
Ia ada terlebih dahulu dari segala
sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
- Di dalam Dia telah diciptakan
segala sesuatu = firman Allah sanggup menjadikan yang tidak ada
menjadi ada, karena firman Allah berkuasa menjadikan segala sesuatu dan
menopang dalam kekuasaan.
Kemudian
kita perhatikan di sini; di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu yang ada
di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik
singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa. Segala sesuatu
diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
- Ialah kepala tubuh,
berarti penyelamat tubuh.
- Ialah yang sulung,
yang pertama bangkit dari antara orang mati, kuasa-Nya menjadikan kita manusia
baru.
- Dan
Ia memperdamaikan dosa manusia oleh
darah Salib Kristus, Ia menjadi pendamaian, pengantara antara Allah dengan
manusia.
Jadi nyatalah seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di
dalam Dia.
Kalau kita lebih suka mendengarkan suara Tuhan, maka
hal ini menjadi bagian kita semua; Ia adalah gambar Allah (sempurna), yang
sulung (lebih utama), segala sesuatu diciptakan untuk Dia dan oleh Dia, Ialah
kepala tubuh (penyelamat tubuh), Ialah yang sulung yang berkuasa menjadikan
kita manusia baru, dan dosa kita diperdamaikan.
Oleh darah salib Kristus, dosa kita diperdamaikan,
inilah bagian kita.
Yesus Kristus adalah ya di dalam segala sesuatu.
Tetapi anehnya kebanyakan orang lebih suka mendengar
suara asing. Biarpun mulut ini berbusa-busa menyuarakan bahwa kenajisan dan
kejahatan tidak baik, tetap saja orang lebih suka mendengar suara asing.
Kalau kita perhatikan, sesungguhnya Yesus Kristus
adalah ya di dalam segala sesuatu, oleh sebab itu, jadilah pribadi yang lebih
suka mendengar suara Tuhan dari pada mendengar suara asing, supaya semua ini
menjadi bagian kita; seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.
Jadi, apa yang ada di dalam Dia, itu menjadi bagian
kita, kalau saja kita lebih suka mendengar suara Tuhan, dan ketika dipanggil
hanya ada satu kata: “Ya”, tidak lebih tidak kurang.
2 Korintus 1: 20
(1:20)
Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya
oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
Itulah sebabnya, oleh doa kita mengatakan: “Amin”
untuk memuliakan Allah.
Amin
adalah bahasa Ibrani, yang artinya; sungguh, benar, pasti. Itu nyata
dalam kehidupan kita masing-masing/nyata dalam perkataan dan perbuatan.
Berkuasa dalam perkataan = ya, dan dengan berkata
amin; kita berkuasa dalam perbuatan -> perkataan & perbuatan sama.
Kalau perkataan tidak sama dengan perbuatan, berarti
tidak berkuasa dalam perkataan, tidak berkuasa dalam perbuatan.
Seringkali saat mendengar firman Tuhan kita menangis,
tetapi tidak “Amin”, tidak nyata dalam perbuatan.
Kalau hanya ada satu kata: “Ya”, maka perbuatan kita
memuliakan Tuhan = Amin.
Kalau lebih tertarik dengan suara asing, itu bisa
terlihat jelas, dan ini harus diakui, supaya beroleh belas kasih Tuhan.
Tetapi dengan satu kata: “Ya”, maka kita memuliakan
Tuhan.
2 Korintus 1: 17-18
(1:17)
Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah
aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak
terdapat "ya" dan "tidak"?
(1:18)
Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya"
dan "tidak".
Tidak bertindak serampangan dalam merencanakan banyak
hal, dalam merencanakan segala sesuatu di tengah-tengah ibadah pelayanan,
itulah pribadi Rasul Paulus.
Serampangan artinya; di dalam dirinya ada ya dan
tidak. Seharusnya hanya ada satu kata: “ya” saja, saat kita dengar suara Tuhan,
tidak lebih tidak kurang.
Namun Rasul Paulus tidak serampangan di tengah-tengah
ibadahnya kepada Tuhan = tidak serentak ya dan tidak.
Serampangan = tidak dingin, tidak panas, pengikutannya
suam-suam, tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Kalau serampangan, di dalam
dirinya ada ya dan tidak, orang yang demikian tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Dampak
positif dengar-dengaran.
1 Samuel 3: 9-10
(3:9)
Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: "Pergilah tidur dan apabila Ia
memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini
mendengar." Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya.
(3:10)
Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah:
"Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab
hamba-Mu ini mendengar."
Setelah ketiga kalinya Samuel menjumpai imam Eli, maka Eli berkata: “Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah:
Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.”
Kalau tadi Samuel berkata: “Ya bapa”, tetapi sekarang
ia berkata: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu
ini mendengar”, artinya menjadi hamba Tuhan = hamba kebenaran.
Maria adalah seorang hamba Tuhan, sehingga ia menaruh
setiap perkataan Tuhan di dalam hatinya, dan ia berkata: “jadilah kehendak-Mu”,
dia adalah hamba Tuhan, hamba kebenaran. Kehendak Tuhan yang jadi dalam setiap
hamba kebenaran, bukan kehendak daging, bukan kehendak Iblis/Setan, bukan
kehendak arus dan pengaruh dunia.
Jadilah hamba kebenaran diawali dengan
dengar-dengaran.
Jadi, hamba Tuhan itu bukan karena predikat S1, S2, S3
Theologia, bukan diukur dari sekolah yang tinggi, bukan dilihat dari kecakapan
seseorang, bukan dilihat dari harta kekayaan yang dimiliki seseorang, tetapi
hamba Tuhan diawali dengan dengar-dengaran, dan tidak suka memberontak. Kalau
ada kata lebih dari ya, itu adalah pemberontak, dikuasai roh pendurhakaan.
“Berbicaralah,
sebab hamba-Mu ini mendengar.”
Kalau seseorang dengar-dengaran, itu sanggup
membahagiakan si pembicara. Demikian juga kalau kita dengar-dengaran, maka kita
mampu membahagiakan Tuhan, mampu menyukakan hati Tuhan.
Disaat diberikan kesaksian, ada alasan ini dan itu,
sibuk dengan ini dan itu. Saya tidak tertarik dengan hal yang demikian.
Kalau saudara tidak sungguh-sungguh mendengar firman
Tuhan, saya juga tidak bahagia. Jadi, saudara jangan tersinggung bila ditegor
saat tidak baik mendengar firman Tuhan.
Jadilah hamba Tuhan, hamba kebenaran, dan kebenaran
itu harus permanen, supaya terbukti bahwa dalam setiap ibadah yang kita ikuti,
merasakan pelayanan Roh bukan pelayanan tubuh.
Pelayanan tubuh; hari ini kita bisa menangis, tetapi
tidak ditindaklanjuti dengan amin, tidak ditindaklanjuti dengan pembaharuan
hidup, itu tidak ada artinya. Tetapi pelayanan Roh; menjangkau manusia batin
sampai terjadi pembaharuan manusia batin.
Ada kabar gembira, saya mendengar kotbah dari seorang
hamba Tuhan lewat TV, beliau mengatakan; kalau dalam satu gereja lebih banyak
perempuan maka gereja itu tidak hidup. Tetapi kenyataannya, di dalam suatu
gereja lebih banyak perempuan. Kalau laki-laki dengar-dengaran / pemimpin
dengar-dengaran, itu adalah gereja yang hidup. Tetapi kiranya ada keseimbangan;
jumlah jiwa antara perempuan dan laki-laki ada keseimbangan, oleh sebab itu
doakan.
Yang laki-laki tetap setia, yang perempuan lebih
sungguh-sungguh lagi, supaya jumlah jiwa bertambah.
“Berbicaralah,
sebab hamba-Mu ini mendengar.” Tuan dari setiap
hamba-hamba Tuhan adalah Tuhan Yesus Kristus, bahagiakanlah Dia! Dengan jalan
mendengar suara Tuhan.
1 Samuel 3: 19
(3:19)
Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari
firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.
Tidak satu pun dari firman Tuhan yang didengar Samuel,
dibiarkannya gugur = firman itu hidup & mendarah daging di dalam diri
Samuel.
Kita sudah awali dari Wahyu 3: 20, selanjutnya setiap
ayat demi ayat, pasal demi pasal yang telah disampaikan, jangan satu pun
dibiarkan gugur, biarlah firman itu hidup, mendarah daging.
Logos menjadi rema, yaitu; firman Allah yang hidup dan
yang diurapi.
Ibrani 4: 12
(4:12)
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua
mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan
sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Kalau firman Allah itu hidup dan mendarah daging dalam
diri seseorang, berarti mengalami penyucian terhadap 3 perkara;
1. Penyucian
terhadap jiwa dan roh.
Roh adalah motor
penggerak tubuh.
2. Penyucian
terhadap sendi-sendi dan sumsum= penyucian terhadap tubuh.
3. Penyucian
terhadap pertimbangan dan pikiran hati = penyucian terhadap perasaan yang
salah.
Pendeknya; kalau firman itu mendarah daging, tidak
akan membiarkan satu pun dari firman-Nya itu gugur, berarti; mengalami
penyucian terhadap tubuh, jiwa dan roh.
1 Samuel 3: 20
(3:20)
Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah
dipercayakan jabatan nabi TUHAN.
Samuel dipercayakan jabatan nabi.
Tugas nabi: bernubuat, berarti; menyelidiki,
mengoreksi segala sesuatu yang terkandung dalam hati.
Sekali lagi; penyucian itu sampai akhirnya ia layak menerima
jabatan nabi.
Saya ini seorang hamba Tuhan telah menerima jabatan dari Tuhan, yaitu; Jabatan gembala. Kalau akhirnya Tuhan mempercayakan jabatan nabi,
puji Tuhan, untuk menyelidiki, mengoreksi keadaan kita semua, supaya terjadi
penyucian terhadap tubuh, jiwa dan roh.
Kalau segala sesuatu yang terkandung dalam hati
terkoreksi, maka keadaan kita nyata di hadapan Tuhan sehingga banyak orang
datang kepada Tuhan = mengatakan Amin untuk memuliakan Tuhan.
Lukas 1: 70-71
(1:70)
-- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya
yang kudus --
(1:71)
untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang
membenci kita,
Kalau kita mengalami penyucian, musuh juga akan
dikalahkan.
Ada 2 musuh abadi:
1. Daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginannya = musuh dalam selimut.
2. Iblis/Setan,
itulah roh jahat & roh najis.
Di sekretariat gereja; jangan ada kenajisan, jangan
sampai ada kenajisan di situ, musuh abadi harus dikalahkan. Dalam
kandang penggembalaan ini, kalau saudara melihat ada yang lemah, jangan
diturut-turuti.
Dengarlah suara Tuhan, jangan dengar suara asing,
supaya akhirnya kita dilepaskan dari musuh dan juga dilepaskan dari tangan
semua orang yang membenci = daging.
1 Samuel 3: 1-3
(3:1)
Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa
itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
(3:2)
Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan
baik, sedang berbaring di tempat tidurnya.
(3:3)
Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci
TUHAN, tempat tabut Allah.
Sesungguhnya pada waktu firman Tuhan jarang dan
penglihatan pun tidak sering, tetapi anehnya Samuel adalah pribadi yang
dengar-dengaran.
Kalau seandainya firman Tuhan seringkali didengarkan/disampaikan
demikian juga penglihatan sering, maka bukan hal yang aneh kalau seseorang
dengar-dengaran.
Syarat
menjadi pribadi yang dengar-dengaran.
YANG PERTAMA: “Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN
di bawah pengawasan Eli.”
Berarti dibutuhkan penyerahan secara total. Ibu dari Samuel
menyerahkan Samuel sepenuhnya di bawah pengawasan imam Eli.
Di antara kita ada beberapa pemuda antara lain; Gideon
telah diserahkan oleh orangtuanya di tempat ini, Kevin telah diserahkan oleh
gembalanya dari Siantar, demikian juga kita di sini berada dalam pengawasan
kandang penggembalaan GPT Betania Serang & Cilegon, biarlah memberi diri
secara total dalam penyerahan, dalam ketekunan, dalam kesetiaan kepada Tuhan,
tidak boleh bermain-main.
Penyerahan diri kepada Tuhan tidak boleh setengah-setengah.
Kita melihat Habel, dia mempersembahkan kambing domba
yang tambun kepada Tuhan, artinya; dia memberikan yang terbaik kepada Tuhan =
ini adalah penyerahan diri secara total.
Berbanding terbalik dengan Kain; ia hanya mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya, artinya; tidak mengasihi Tuhan dengan sepenuhnya, sehingga Tuhan tidak mengindahkan Kain dan korban persembahannya = penyerahan tidak sepenuhnya, tidak mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Biasanya orang yang seperti ini cenderung uring-uringan.
Berbanding terbalik dengan Kain; ia hanya mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya, artinya; tidak mengasihi Tuhan dengan sepenuhnya, sehingga Tuhan tidak mengindahkan Kain dan korban persembahannya = penyerahan tidak sepenuhnya, tidak mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Biasanya orang yang seperti ini cenderung uring-uringan.
Sungguh-sungguh kepada Tuhan, penyerahan harus secara
total. Saya berani menyampaikan hal ini, karena saya sudah mengalami apa yang
baik dari Tuhan.
Penyerahan harus total sehingga kita bertindak dengan berani
melakukan sesuatu hal yang sifatnya menyenangkan hati Tuhan.
Syarat
menjadi pribadi yang dengar-dengaran.
YANG KEDUA: “Lampu rumah Allah belum lagi padam, Samuel
telah tidur.”
Samuel telah tidur, artinya; masuk dalam pengalaman
kematian = daging tidak lagi bersuara.
Roma 6: 3-4
(6:3)
Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus,
telah dibaptis dalam kematian-Nya?
(6:4)
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan
dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang
baru.
Jadi, pengalaman kematian itu: berarti daging tidak
bersuara sampai akhirnya mengubur kehidupan yang lama.
Kalau mati harus dikubur. Kemudian, perhatikan juga
saat penguburan, jangan sampai saat dikubur, namun ada anggota tubuh yang
terlihat. Misalnya, dikubur namun mulut masih terlihat, artinya; berada di
tengah ibadah & pelayanan, tetapi mulut masih bersuara. Badan sudah dikubur
namun mata masih terlihat, artinya; masih menuruti keinginan mata.
Hal ini membuat orang tidak tertarik, membuat orang
lain terkaget-kaget.
Kalau tidak dikubur dengan baik, yang terjadi adalah
bau bangkai, dan ini membuat orang terutama Tuhan tidak tertarik.
Yohanes 11: 11-14
(11:11)
Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka:
"Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk
membangunkan dia dari tidurnya."
(11:12)
Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan
sembuh."
(11:13)
Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka
Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.
(11:14)
Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati;
Tidur di sini arti rohaninya adalah masuk dalam
pengalaman kematian, berarti daging tidak lagi bersuara, kehidupan yang lama
segera dikubur, nanti pada hari yang ketiga akan dibangkitkan; menjadi manusia
baru.
Kematian satu paket dengan kebangkitan.
Kembali kita baca ...
1 Samuel 3: 3
(3:3)
Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci
TUHAN, tempat tabut Allah.
Di sini kita perhatikan: “Lampu rumah Allah belum lagi padam, Samuel telah tidur.”
Artinya; tidak susah masuk dalam pengalaman kematian.
Oleh karena kematian Yesus di atas kayu salib, kita
dibenarkan. Jangan susah masuk dalam pengalaman kematian, jangan biarkan daging
itu terus menerus bersuara.
Saya tahu, pada awal kita mulai berubah, bagi daging
rasanya sakit dan tidak enak bagi daging. tetapi itu tidak mengapa, itu jauh
lebih baik. Segeralah masuk dalam
pengalaman kematian.
Tempat Samuel tidur : “Samuel telah tidur di dalam bait
suci TUHAN, tempat tabut Allah.”
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada
Ruangan Maha Suci, di dalamnya terdapat satu alat utama, itulah tabut
perjanjian.
Imamat 16: 2-3
(16:2)
Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia
jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan
tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku
menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.
(16:3)
Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa
seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan
untuk korban bakaran.
Yang berhak masuk ke dalam Ruangan Maha Suci adalah
imam besar dengan membawa seekor lembu jantan untuk korban penghapus dosa dan
seekor domba jantan untuk korban bakaran.
Imamat 16: 14-15
(16:14)
Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya
dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup
pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh
kali.
(16:15)
Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa
bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah
diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu
jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan
tutup pendamaian itu.
Kemudian, mengadakan pendamaian dengan tujuh kali
percikan darah di atas tutup pendamaian dan tujuh kali percikkan di depan tabut
perjanjian.
Tujuh kali percikkan di atas tutup pendamaian,
artinya; sengsara yang dialami Yesus Kristus untuk menanggung dosa manusia.
Tujuh kali percikkan di depan tabut perjanjian,
artinya; sengsara yang dialami oleh gereja Tuhan di dalam penyuciannya untuk
mengalami kesempurnaannya.
Tujuh kali percikkan ini berarti menanggung sengsara,
aniaya karena firman = menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Jadi,
menanggung penderitaan bukan karena kesalahan sendiri.
Bersungut-sungut dalam penderitaan di tengah-tengah
ibadah & pelayanan, berarti dosa belum diperdamaikan dengan Allah.
Yesus telah mengalami tujuh kali percikkan darah di
atas tutup pendamaian, maka kita juga harus mengalami tujuh kali percikkan
darah untuk sampai kepada kesempurnaan.
Tidak ada yang sampai kepada Allah Bapa tanpa darah
salib Kristus, salib adalah pengantara antara langit dan bumi.
Lalu pertanyaannya: di sini belum jelas keberadaan
Samuel, hanya dikatakan; “Samuel telah
tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.”
Tugas seorang imam hanya sampai Ruangan Suci dengan
mengenakan pakaian putih/lenan halus, sedangkan yang masuk ke dalam Ruangan
Maha Suci hanyalah Imam besar dengan membawa darah tadi.
Jadi, dapat kita simpulkan; Samuel telah mengalami
penyucian untuk membawa hidupnya sempurna, dia banyak menanggung penderitaan,
dia banyak mengalami percikkan darah.
Mari kita lihat; dia adalah seorang imam besar.
1 Samuel 2: 18-19
(2:18)
Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang
tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.
(2:19)
Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya,
apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan
tahunan.
Tubuh Samuel berlilitkan kain efod, adalah tanda bahwa
ia adalah seorang imam besar yang berhak masuk dalam Ruangan Maha Suci. Seorang
imam besar mengenakan baju efod. Samuel seorang imam besar, saya tidak ragu
mengatakan hal ini. Oleh sebab itu, ia bisa tidur di dalam Ruangan Maha Suci,
ia mengalami penyucian, tujuh kali percikkan.
Perhatikan firman ini sungguh-sungguh, jangan dengar
suara asing, jangan dengar suara daging, jangan dengar suara dari roh najis.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment