IBADAH RAYA MINGGU, 13 SEPTEMBER 2015
Tema: JEMAAT
DI LAODIKIA (Wahyu 3: 14-22)
(Seri 18)
Subtema: DARAH ANAK DOMBA ADALAH METERAI
KEMENANGAN
Shalom!
Selamat malam, salam
sejahtera, salam dalam kasih Kristus dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya
yang abadi, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu, disertai
kesaksian.
Mengingat
kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, berarti pengikutan kita kepada Tuhan
juga harus lebih sungguh-sungguh lagi.
Kita kembali
memperhatikan SIDANG JEMAAT DI LAODIKIA dari Wahyu 3: 14-22.
Kita
memperhatikan ayat 20.
Wahyu 3: 20
(3:20) Lihat, Aku
berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku
dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama
dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
“Lihat,
Aku berdiri di muka pintu dan mengetok”
Saat ini Tuhan
sedang berada di muka pintu dan mengetok, buktinya;
1.
Tuhan memberikan ibadah & pelayanan.
2.
Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk
melayani Dia.
Kidung Agung 5: 2-3
(5:2)
Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah
pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun,
dan rambutku penuh tetesan embun malam!"
(5:3)
"Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku
telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"
Mempelai laki-laki
berada di muka pintu dan mengetok, tetapi mempelai
perempuan menunda-nunda untuk
membuka pintu.
-
Orang yang suka menunda-nunda pekerjaan adalah orang yang sangat sukar untuk berubah.
Banyak
pekerjaan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini di hadapan Tuhan, selain
ibadah dan pelayanan kita, termasuk mencetak majalah, mengirim firman Tuhan
lewat media internet, mengasuh Buli Buli Emas Berisi Manna, mengasuh facebook,
itu semua kegiatan-kegiatan dalam kandang penggembalaan.
-
Mempelai perempuan menunda-nunda membuka pintu dengan menggunakan alasan-alasan.
Satu
kali seseorang beralasan, maka untuk yang kedua kali, Setan sudah menyediakan
alasan berkeranjang-keranjang bahkan jauh lebih tepat dan lebih banyak.
Jadi
jangan senang atau bangga apabila dengan alasan itu kita lolos, kita bebas,
sebab untuk yang kedua kali Setan sudah menyediakan alasan
berkeranjang-keranjang lebih benar, lebih menarik dan lebih tepat.
Tetapi
justru dengan alasan-alasan itu mempelai perempuan menunda-nunda untuk membuka
pintu bagi mempelai Laki-Laki.
Ada dua alasan mempelai perempuan.
ALASAN PERTAMA: “Bajuku
telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi?”
Menunjukkan seolah-olah ketelanjangan atau dosa dapat
ditutupi dengan kebenaran manusia.
Kejadian 3: 6
(3:6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada
suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
Akhirnya, Adam dan Hawa melanggar hukum Allah = jatuh
dalam dosa. Pelanggaran hukum Allah adalah dosa.
Kejadian 3: 7
(3:7) Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
Pada saat Adam dan isterinya jatuh dalam dosa, menjadi
telanjang, kemudian mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat = berusaha
menutupi dosa ketelanjangan lewat kebenaran diri sendiri.
Daun pohon ara = kebenaran diri sendiri.
Kebenaran manusia/kebenaran diri sendiri tidak mampu
menutupi dosa ketelanjangan, cepat atau lambat segala kelemahan, kekurangan akan
terlihat juga, demikian halnya bau yang ditutup-tutupi, cepat atau lambat akan
tercium juga tercium juga.
Sama seperti daun pohon ara; pada akhirnya akan menjadi
rapuh sehingga terlihat kembali segala kekurangan, kelemahan yang memalukan.
Bandingkan dengan KEBENARAN ALLAH.
Kejadian 3: 21
(3:21) Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia
dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.a
Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk
menutupi dosa ketelanjangan Adam dan isterinya.
Binatang yang dikuliti à korban Kristus, itulah kebenaran yang sejati. Di luar salib, tidak ada lagi
kebenaran.
Pendeknya; kebenaran yang sejati sanggup menutupi dosa
manusia.
Ada dua alasan mempelai perempuan.
ALASAN KEDUA: “Kakiku
telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"”
Menunjukkan seolah-olah manusia mampu menyucikan diri
dari kotoran-kotoran/dosa-dosa perjalanan hidup rohani.
Efesus 5: 26
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya
dengan air dan firman,
Hanya Kristus, kepala dari tiap-tiap gereja, yang mampu
menguduskan dan menyucikan gereja Tuhan/tubuh-Nya dengan air dan firman.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, Air terkena
pada kolam pembasuhan à baptisan air = kematian & kebangkitan Yesus Kristus.
Kuasa kematian Yesus; mengubur hidup yang lama. Kuasa
kebangkitan Yesus Kristus; hidup dalam hidup yang baru (Roma 6: 3-4).
Keadaan Mempelai Laki-Laki pada saat di muka pintu dan mengetok...
Kidung Agung 5: 2
(5:2) Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk.
"Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku
penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"
“Kepalaku penuh
embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam.”
Artinya; mempelai laki-laki rela menanggung kehinaan.
Bagaimana dengan pengikut-pengikut-Nya? Bagaimana dengan
saya dan saudara sebagai pengikut-Nya?
Markus 9: 12
(9:12) Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan
segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak
Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan?
Anak manusia, Ia akan banyak menderita dan akan
dihinakan.
Itu terlihat, ketika Mempelai Laki-Laki sorga berada di
muka pintu dan mengetok, kepala dan rambut-Nya penuh tetesan embun malam.
Tetesan embun malam merupakan gambaran dari hasil dosa-dosa
yang diperbuat manusia, baik itu dosa kejahatan dan dosa kenajisan. Karena
semakin banyak dosa, maka kasih manusia semakin dingin, itulah tetesan embun
malam.
Tetapi Yesus rela menerimanya, Anak Manusia rela
menanggung penderitaan dan kehinaan supaya mempelai perempuan membuka pintu
bagi Mempelai Laki-Laki.
Sesungguhnya, kerinduan dari Mempelai Laki-Laki adalah; supaya
dapat bersatu dengan mempelai perempuan-Nya, dengan demikian agung dan mulialah
rencana Allah atas gereja Tuhan, tubuh-Nya.
Yesaya 53: 3
(53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan
yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup
mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
Mempelai laki-laki, Ia dihina dan dihindari orang,
seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan, dan itu
telah dibuktikan ketika Ia berada di muka pintu dan mengetok.
Jadi, pernyataan nubuatan Yesaya ini digenapi di dalam injil Markus. Dalam sebuah kiasan juga
dinyatakan dalam Kidung Agung 5.
2 Korintus 5: 21
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena
kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa
karena kita.
= Menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung.
= Rela menerima hukumam karena dosa manusia.
tujuannya; supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Bukti mempelai laki-laki menanggung kehinaan.
Kidung Agung 5: 4-5
(5:4) Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu,
berdebar-debarlah hatiku.
(5:5) Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan
mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.
Pada pegangan kancing pintu penuh dengan tetesan cairan mur.
Pada saat Mempelai Laki-Laki berada di muka pintu dan
mengetok Ia memasukkan tangan-Nya melalui lobang pintu.
Sejenak kita perhatikan MINYAK MUR / GETAH DAMAR.
Dalam arti harafiah....
-
Dalam bahasa Gerika/Yunani, mur artinya; segala sesuatu yang menetes.
-
Dalam bahasa Ibrani artinya; pahit.
Sedangkan dalam arti rohaninya; penderitaan atau sengsara
yang pahit dialami Yesus Kristus di atas kayu salib, darah-Nya menetes untuk
membasuh dosa manusia.
Sebetulnya, itulah pekerjaan dari mempelai laki-laki
sorga ketika ia berada di muka pintu dan mengetok.
Sayangnya, mempelai perempuan itu menunda-nunda untuk
membuka pintu.
Hari-hari ini adalah hari terakhir, waktu yang tersisa
tinggal sedikit, sangat singkat sekali, jangan bodoh seperti Esau, waktu yang
singkat dipergunakan Esau untuk berburu daging.
Kalau daging tidak dipimpin oleh kepala, maka akan
ditunggangi oleh roh jahat dan roh najis, dan sudah menjadi satu bagian dari
pada itu adalah kepentingan diri sendiri (egosentris) dan harga diri ada di
dalamnya, serta kekerasan hati.
Selama 3,5 tahun Yesus melayani, Dia selalu berhadapan dengan imam-imam kepala, ahli-ahlli Taurat dan tua-tua, tetapi persis seperti rel
kereta api, dua garis lurus berdampingan yang tidak pernah bertemu ujung
pangkalnya.
Berbeda dengan 12 rasul dalam kekurangan mereka tetap
bersanding dengan Mempelai Laki-Laki.
-
Imam-imam kepala melayani tetapi untuk menyombongkan diri.
-
Ahli-ahli Taurat mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku.
-
Tua-tua berarti memiliki pengalaman yang banyak di tengah-tengah
ibadah pelayanan, namun kerohanian mereka masih kanak-kanak.
Yesus telah merendahkan diri-Nya di atas kayu salib, namun
tidak untuk dua kali. Saatnya bagi kita untuk segera menaklukkan diri di bawah
kaki salib Tuhan, tunduk kepada Kristus sebagai kepala, jangan mengharapkan
Yesus Kristus disalibkan untuk yang kedua kalinya, berarti kesempatan datang
hanya satu kali.
Akibat menunda-nunda membuka pintu.
Kidung Agung 5: 6
(5:6) Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap.
Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui,
kupanggil, tetapi tak disahutnya.
Pada saat mempelai perempuan membuka pintu, Mempelai
Laki-Laki sudah pergi, lenyap dari pandangan mempelai perempuan.
Itu menunjukkan bahwa kesempatan hanya datang satu kali,
tiadk dua kali. Oleh sebab itu, kesempatan, waktu yang ada jangan disia-siakan,
jangan bodoh seperti Esau dimana waktu yang singkat digunakan untuk berburu
daging.
Doa penyembahan imam setiap sabtu pagi dilakukan untuk
persiapan hari Minggu, Ibadah Raya Minggu, harus dipersiapkan, tetapi Sabtu
pagi ada yang tidak bisa, ada yang terlambat, ada yang menyembah terpaksa,
buktinya tidur. Apakah kita melayani hanya di mimbar saja? Tetapi selebihnya
hati pikiran tidak tertuju kepada Tuhan. Yang luar biasanya, pada sabtu pagi
setelah penyembahan dilanjutkan pembacaan firman, yang diawali Yesaya 3-4 kemudian perjanjian baru, 2 Korintus 1 lalu membaca Mazmur 72.
Dalam Yesaya 3-4,
di situ tertulis dengan jelas, bahwa mereka yang melayani tetapi masih berbau
daging harus disingkirkan, kemudian diakhiri dengan kitab Mazmur, tentang Daud;
dia raja, imam, untuk selama-lamanya.
Maka dari situ saya ambil kesimpulan; saya hentikan
pelayanan musik kecuali gitar.
Tuhan mau lihat penyerahan diri, bukan dilihat dari gagah
hebat, bukan dilihat dari fisik, bukan dilihat dari lahiriahnya, ,Allah memilih
Daud dari antara kandang kambing domba bukan karena dia yang terbesar. Justru
menurut penglihatan Samuel, abang/kakak Daud lebih perkasa, itu sebabnya saat
melihat anak pertama sampai ketujuh anak Isai dia mengira itulah yang diurapi.
Manusia hanya melihat apa yang dilihat mata, tetapi Tuhan
berkata: Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Tuhan, tetapi Tuhan melihat hati.
Dalam Zakharia dikatakan; untuk menjadi kesaksian, bukan
karena gagah, bukan karena keperkasaan, namun oleh Roh Tuhan. Kesempatan hanya
satu kali. Semakin jumlah jiwa bertambah, kita akan kompetitif melayani Tuhan.
Tadi pagi di Cilegon saya sedikit menceritakan pengalaman
saya dalam melayani Tuhan, bagaimana saya mengejar ketertinggalan, maka saya
mengadakan kelipatan. Misalnya; kalau normalnya seseorang berjalan / melangkah 45
cm, maka maka saya akan melakukannya dengan tiga kali lipat, walaupun lelah dan
capek, untuk mengejar ketertinggalan.
Itulah yang terjadi sekarang, sehingga dari awal saya
sudah ekstrim terhadap diri saya sendiri, dan akhirnya Tuhan mempercayakan kita
dalam banyak hal.
Harus ekstrim untuk mengejar ketinggalan, sebab waktu
yang tersisa sangat sedikit, jangan mengikuti keinginan daging. Yang rugi
bukanlah Tuhan tetapi kita, kalau tidak mendapatkan kesempatan yang rugi
bukanlah Tuhan tetapi kita.
Ingat satu hal; jangan berharap dua kali Yesus
Kristus disalibkan (untuk kedua kalinya berada dimuka pintu dan mengetok), kesempatan
hanya datang satu kali. Ini saatnya bagi kita untuk taat, setia, dengar-dengaran.
Ibrani 12: 16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu
yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring
makanan.
Jangan ada orang yang menjadi cabul = mempunyai nafsu
rendah = murahan seperti seperti Esau.
Dimana letak bahwa Esau mempunyai nafsu rendah? Ia menggantikan hak kesulungan hanya untuk
sepiring makanan, sepiring sop kacang merah.
Orang yang menjadi cabul = mempunyai nafsu rendah = recehan. Mengapa saya mengatakan
recehan? Karena untuk receh-receh, seseorang harus meninggalkan ibadah dan
pelayanan. Dia gantikan ibadah pelayanan hanya untuk receh-receh, itu murahan,
nafsu cabul, nafsu rendah.
Kalau murahan berarti tidak berharga, tidak mulia, tidak
berarti bagi Tuhan.
Ibrani 12: 17
(12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat
itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Tetapi pada akhirnya Esau tidak beroleh kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata,
ia ditolak ketika ia hendak menerima berkat itu.
Di sini pernyataan mencucurkan air mata hanya sebatas
pengertian yang sederhana, tetapi lebih dari pada itu, bisa kita temukan dalam Kejadian 27.
Kejadian 27: 33-34
(27:33) Lalu terkejutlah Ishak dengan sangat serta berkata: "Siapakah
gerangan dia, yang memburu binatang itu dan yang telah membawanya kepadaku? Aku
telah memakan semuanya, sebelum engkau datang, dan telah memberkati dia; dan
dia akan tetap orang yang diberkati."
(27:34) Sesudah Esau mendengar perkataan ayahnya itu, meraung-raunglah ia
dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya serta berkata kepada ayahnya:
"Berkatilah aku ini juga, ya bapa!"
Lebih dari mencucurkan air mata, di sini dikatakan; Esau meraung-raung dengan sangat keras
dalam kepedihan hatinya, serta berkata kepada ayahnya: "Berkatilah aku ini juga, ya bapa!, tetapi ia tidak lagi
mendapat kesempatan.
Esau tidak mendapat kesempatan lagi, kesempatan hanya
satu kali, tidak dua kali.
Biasanya, orang yang seperti ini suka menyesal, tetapi
penyesalan selalu datang terlambat. Penyesalan tidak pernah mendahului, selalu
terlambat. Berarti; seribu kali menyesal tetap saja tidak ada artinya.
Oleh sebab itu, pergunakan kesempatan yang ada, terimalah
belas kasih dan kemurahan Tuhan, kesempatan hanya datang satu kali.
Yang harus kita perhatikan...
Ibrani 12: 14
(12:14) Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan,
sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
-
Berusahalah hidup damai dengan semua orang, tanda bahwa
hidupnya telah diperdamaikan oleh darah salib Kristus.
-
Kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang
pun akan melihat Tuhan.
Ibrani 12: 15
(12:15) Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih
karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan
dan yang mencemarkan banyak orang.
Perhatian besar bagi gereja Tuhan dihari-hari terakhir
ini; “Jangan ada seorang pun menjauhkan
diri dari kasih karunia Allah.”
Kasih karunia Allah = ibadah dan pelayanan yang
dipercayakan = jangan menjauhkan diri dari kasih karunia = jangan menjauhkan
diri dari ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan.
Kalau seseorang menjauhkan diri dari kasih karunia Allah,
maka yang tumbuh adalah akar yang pahit.
Kalau tumbuh akar pahit, maka menimbulkan kerusuhan, suka
membuat rusuh suasana.
Rusuh itu bisa bisa terjadi dalam dalam bentuk roh, rusuh
bisa juga dalam bentuk tubuh/lahiriah.
Kalau dalam bentuk roh, yang melihatnya adalah roh Tuhan
yang ada pada kita, sedangkan dalam bentuk tubuh dapat dilihat oleh mata.
Tetapi yang biasa terjadi dalam kandang penggembalaan
adalah rusuh yang timbul dalam bentuk roh, ini sangat menghambat pemberitaan
firman, menghambat pembangunan tubuh Kristus. Roh bisa membuat rusuh, ini harus
diperhatikan baik-baik.
Rusuh dalam bentuk tubuh / fisik seperti yang dilakukan
orang-orang yang di luaran sana, misalnya; demonstrasi, tawuran antar kampung,
antar geng, antar sekolah dan ain sebagainya.
Tidak menerima kebenaran Allah, bisa tumbuh akar pahit.
Tidak menerima kasih karunia, bisa timbul akar pahit. Tubuhnya beribadah tetapi
hatinya kemana-mana tidak jelas, inilah yang ditimbulkan akar pahit, karena
tidak menerima kasih karunia, teguran dan hajaran Allah.
Selain menimbulkan kerusuhan, juga mencemarkan banyak orang, mempengaruhi orang lain, supaya cemar
dalam dosa kejahatan dan dosa kenajisan.
Itu bisa terjadi; karena sakit hati, lalu terjadi
sabotase dan membabi-buta.
Penyebab mempelai perempuan tidak membuka pintu.
Kidung Agung 5: 2
(5:2) Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk.
"Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku
penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"
“Aku tidur, tetapi
hatiku bangun”. Tidur tidak tidur, bangun tidak bangun = suam-suam.
Persis seperti jemaat di Laodikia, pengikutan mereka
suam-suam, tidak dingin dan tidak panas, arti rohaninya; tidak sungguh-sungguh
mengasihi Tuhan; tidak sungguh-sungguh beribadah, tidak sungguh-sungguh melayani
Tuhan, tidak sungguh-sungguh mengasihi sesama.
Kalau tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan maka ia juga
tidak sungguh-sungguh mengasihi sesama, buktinya; memburu yang tertindas,
itulah orang-orang yang lemah, memburu yang sarat dengan dosa. Jangan lagi
memburu yang tertindas. Seseorang pernah mempunyai kelemahan, bahkan setiap
orang pernah mempunyai pengalaman pahit akibat kesalahan dan kelemahan yang
terjadi, tetapi jangan terulang untuk yang kedua kalinya.
Sama halnya dengan jemaat di Laodikia, mereka mengaku
kaya karena memperkayakan diri dengan harta di bumi dan tidak kekurangan
sesuatu apapun, tetapi sebaliknya di mata Tuhan, mereka melarat malang miskin,
buta dan telanjang.
Telanjang = tidak mempunyai kebenaran, tidak hidup dalam
kesucian.
Tadi, baju sudah ditanggalkan dan kaki sudah dibasuh =
tidak mempunyai kebenaran dan tidak hidup dalam kesucian, itulah telanjang.
Kemudian, kalau memperkaya diri dan mengaku tidak
kekurangan apa-apa = bergantung pada harta kekayaan, berarti; tidak bergantung
kepada kemurahan hati Tuhan.
Yang Tuhan mau malam ini; kita membuka pintu bagi Tuhan
supaya Dia masuk dan Dia ada di dalam hati kita, kita ada di dalam Dia = hati
kita menyatu dengan hati Tuhan.
Perlu diketahui; andai saja mempelai perempuan membuka pintu,
maka Mempelai Laki-Laki akan masuk, Dia ada di dalam hati, sehingga dosa
kejahatan dan dosa kenajisan menyingkir, sebab Anak Manusia, Yesus Kristus,
Mempelai Laki-Laki sorga, lebih berkuasa, Ia telah disalibkan 2015 tahun lalu,
di atas kayu salib, tumit Yesus telah meremukkan kepala ular.
Bagian Tuhan; berada di muka dan mengetok pintu. Bagian
mempelai perempuan; mendengar dan
membuka pintu supaya Dia masuk. Jangan keraskan hati.
Kembali kita perhatikan ...
Wahyu 3: 20
(3:20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan
masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku.
Bagian dari mempelai perempuan adalah mendengar dan
membuka pintu, mendengar suara Mempelai Laki-Laki dan membuka pintu bagi Dia.
Berarti, jangan keraskan hati dan jangan pertahankan harga
diri.
Ketika Herodes mempertahankan takhtanya, ia menolak Yesus
sebagai raja = mendirikan takhta atas diri sendiri. Pada saat mendengar
kelahiran Yesus, raja orang Yahudi, Herodes terkejut.
Bagian kita adalah mendengar suara Tuhan dan membuka
pintu bagi Dia, syaratnya;
1.
Jangan keraskan hati.
2.
Jangan pertahankan harga diri.
Prakteknya: Mengakui segala dosa, segala kekurangan,
segala kelemahan dengan tuntas.
Kalau tidak mengakui kekurangan = tidak membuka pintu
karena keras hati dan masih mempertahankan harga diri, itu sangat merugikan
diri sendiri dan sangat berbahaya.
1 Yohanes 1: 8-10
(1:8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri
kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
(1:9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga
Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
(1:10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita
membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
Kalau kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka
kerugiannya;
1. Menipu diri sendiri.
Kalau seseorang menipu
sesamanya, itu adalah kebodohan, tetapi kalau seseorang menipu diri sendiri
adalah suatu kebodohan yang lebih bodoh dari orang bodoh. Inilah yang terjadi
kalau tidak mau mengakui dosanya, tidak mau mengakui kelemahannya.
Berkali-kali Yesus menyampaikan
hal-hal yang baik dengan tulus ikhlas, tetapi orang-orang Yahudi menolak, tidak
mau mendengar perkataan Yesus, tidak mau membuka pintu ketika Ia mengetok =
menipu diri sendiri dan kebodohannya dua kali lipat, lebih bodoh dari orang
bodoh.
2.
Kalau tidak mengaku dosa, kerugiannya: membuat Allah menjadi pendusta.
Kalau seseorang menyatakan kebenaran, kemudian dia
menyangkal. Yang dia sangkal bukan orang yang menyatakan kebenaran itu, tetapi
yang dia sangkal adalah salib Kristus = menjadikan Tuhan pendusta.
Kalau firman sudah dinyatakan, tetapi kita tidak mengaku
kebenaran firman Tuhan, berarti kita menjadikan Tuhan pendusta.
Oleh sebab itu saya sarankan, kalau saudara mendengar firman Tuhan dan
merasa ditegor firman, larilah dari tempat duduk lalu sujud menyembah Tuhan, jangan
pertahankan zona kenyamanan. Yang Tuhan tunggu adalah hati setiap orang, sebab
Dia mau masuk malam ini dan tinggal dalam hati kita.
3.
Selain menjadikan Tuhan pendusta, firman tidak ada di dalam dia.
= tidak ada pegangan.
Hidup tanpa pegangan; tidak ada kekuatan, tidak ada daya.
Pegangan kita datang
dari firman. Firman Allah yang dinyatakan adalah pertolongan bagi kita untuk
memberikan jalan keluar dari setiap masalah, bagaikan dua tangan Tuhan yang
terulur.
Orang yang tidak mau mengaku dosa dengan tuntas = tidak
membuka pintu = keras hati, sebetulnya ia sedang menipu diri sendiri, tidak ada
kebenaran dan menjadikan Tuhan pendusta, kemudian firman-Nya tidak ada di dalam
dia, tidak mempunyai pegangan hidup, tidak ada kekuatan, diombang-ambingkan
oleh pengajaran palsu, diombang-ambingkan oleh suara asing.
Kalau malam ini kita mengakui dosa dengan tuntas, maka
tanda darah ada di dalam hati. Darah Yesus Kristus itu sangat mahal, buktinya; seseorang
sukar mengakui dosanya, di situlah kita bisa mengetahui betapa mahalnya darah
Kristus, sehingga apabila ada tanda darah dalam hati, orang seperti ini sangat
sukar untuk melakukan dosa, dia takut melakukan dosa.
Sebaliknya, kalau pengakuan belum tuntas = tidak ada
tanda darah pada hati, apa pegangan kita, apa kekuatan kita? Hari ini bisa
terharu mendengar firman, tetapi besok tidak lagi, karena apa? Karena tidak ada
tanda darah.
Biarlah tanda darah termeterai di dalam hati, itulah
darah Anak Domba Allah, darah yang mahal. Dosa kita ditebus bukan dengan barang
fana, bukan dengan harta, bukan dengan uang, bukan dengan emas, bukan dengan
perak, tetapi oleh darah Yesus, darah yang mahal.
Kalau mau mengakui segala kekurangan baik dosa kejahatan
dan dosa kenajisan = membuka hati = tanda darah, seharga itulah keberadaan kita
di hadapan Tuhan, seharga dengan darah Yesus Kristus.
Mungkin malam ini kita membuat komitmen, tetapi kalau
pintu tidak dibuka, belum ada pengakuan yang tuntas, dan belum ada tanda darah,
maka itu semua tidak ada artinya.
Walau beribu-ribu kali seseorang berkomintem dan sejuta
kerindua, tetapi kalau tidak ada tanda darah, maka musuh akan masuk menyerang
dan dosa terulang kembali.
Mengapa saya mengadakan pengakuan kepada sidang jemaat?
Supaya ada tanda darah dalam diri saya, sehingga tulah pemusnah tidak akan
masuk. Tulah pemusnah itu membuat seseorang jauh dari ibadah dan pelayanan.
Wahyu 12: 10-11
(12:10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di
hadapan Allah kita.
(12:11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka
sampai ke dalam maut.
Mengalahkan musuh hanya oleh darah Anak Domba, bukan
karena komitmen, bukan karena keinginan. Sejuta kali saudara berjanji kepada
Tuhan, tetapi kalau tidak membuka pintu, tidak mengadakan pengakuan, maka tidak
akan bisa mengalahkan dosa. Harus ada cap meterai / tanda darah.
Sebelum kita meraung-raung tidak mendapat kesempatan,
akui sekarang juga, tuntaskan apa yang belum tuntas, buka pintu sampai ada tanda
darah pada kedua tiang pintu dan ambang atas pintu = tubuh, jiwa dan roh ada
tanda darah.
Tidak perlu bertanya: Mengapa saya belum bisa mengalahkan
dosa? itu karena belum ada tanda darah.
Buka pintu hati, jangan keraskan hati, akui dengan tuntas
sampai tidak mempertahankan harga diri = ada tanda darah pada hati, supaya tidak
dimasuki tulah pemusnah.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment