IBADAH
DOA PENYEMBAHAN 22 SEPTEMBER 2016
“KITAB KOLOSE”
(SERI 95)
Subtema : BERTEKUN KARENA PENGHARAPAN.
Shalom…!!!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita
sekaliannya, salam dalam kasih Kristus.
Dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya
yang abadi, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan malam
ini.
Sebelum kita tersungkur di kaki Tuhan,
terlebih dahulu kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan dari surat yang dikirim Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1:21
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh
dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari
perbuatanmu yang jahat,
Kita perhatikan kalimat: “Kamu yang
dahulu hidup jauh dari Allah.”
Ini menunjuk kepada:
-
Bangsa kafir = orang-orang yang tidak
bersunat.
-
Orang fasik dengan segala perbuatan fasik
mereka.
Orang yang dahulu hidup jauh dari Allah
memusuhi Allah dalam hati dan pikiran mereka, itu terlihat dari setiap
perbuatan jahat.
Pendeknya, setiap perbuatan jahat
menunjukkan bahwa seseorang hidup jauh dari Allah sekalipun dia berada di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Lebih rinci kita melihat; ORANG YANG DAHULU HIDUP JAUH DARI ALLAH.
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah banyak
melakukan pelanggaran dan banyak melakukan dosa, sedangkan upah dosa adalah
maut.
Inilah akhir hidup daripada orang-orang
yang hidup jauh dari Allah.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga
terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan
menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Penyebab-penyebab terjadinya dosa:
1.
“Mengikuti jalan dunia
ini”.
Dunia ini mempunyai arus
yang begitu deras untuk mempengaruhi kehidupan anak-anak Tuhan, dan
menghanyutkan/menenggelamkan, sampai anak-anak
Tuhan mengalami kematian rohani.
Kalau anak-anak Tuhan mengalami kematian rohani
maka yang berduka adalah Roh Kudus.
Bagi manusia duniawi, kematian rohani itu tidak
mempengaruhi kehidupan mereka.
2.
“Mentaati penguasa
kerajaan angkasa”.
Siapakah orang yang mentaati penguasa kerajaan
angkasa?
Jawabnya: Mereka adalah orang yang dikuasai oleh roh
pendurhakaan.
Roh pendurhakaan = memberontak dan melawan kepada
Allah.
3.
“Hidup di dalam hawa
nafsu daging dan menuruti kehendak daging”.
Perlu untuk diketahui:
-
Hidup menurut daging memikirkan hal-hal
yang dari daging sesuai Roma 8:5, berarti; tidak memikirkan hal-hal
yang dari Roh, itulah perkara-perkara di atas atau perkara rohani, yaitu ibadah dan
pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatannya di dalam kandang
penggembalaan yang Tuhan percayakan ini.
-
Hidup menurut daging menunjukkan bahwa
seseorang berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat, berarti;
“mata ganti mata, gigi ganti gigi.”
Arti rohaninya; kejahatan
dibalas dengan kejahatan = orang yang berbuat salah tidak luput dari hukuman
= jauh dari kasih karunia/tanpa belas kasih Tuhan.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu
kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut
orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat",
yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa
Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam
dunia.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah, berarti:
“tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di
dalam dunia.”
Pendeknya, yang dahulu hidup
jauh dari Allah binasa dan berujung pada kematian yang kekal.
Kita bersyukur kepada Tuhan oleh darah
salib Kristus, yang dahulu hidup jauh sudah menjadi dekat. Semua
karena kemurahan hati Tuhan.
Dulu kita hidup dalam kegelapan dosa,
sekarang kita dipanggil dan berada dalam terang-Nya yang ajaib dan beribadah
kepada Tuhan.
Keterangan: TANPA PENGHARAPAN.
Kita sudah menikmati pemaparan firman
tentang tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, tidak
mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.
Sekarang kita akan melihat “tanpa
pengharapan”.
Tanpa pengharapan -> orang yang mudah
putus asa dan kecewa. Jadi orang yang dahulu hidup jauh dari Allah mudah putus
asa dan mudah kecewa.
Mudah sekali putus asa, mudah sekali
kecewa, mudah sekali bersungut-sungut, seolah-olah tidak ada lagi
hari esok, itulah orang yang hidup tanpa harapan.
Sedikit menyinggung Esau...
Kejadian 25:29-34
(25:29) Pada suatu kali Yakub sedang
memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang.
(25:30) Kata Esau kepada Yakub:
"Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena
aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom.
(25:31) Tetapi kata Yakub: "Juallah
dahulu kepadaku hak kesulunganmu."
(25:32) sahut Esau: "Sebentar
lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?"
(25:33) Kata Yakub: "Bersumpahlah
dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak
kesulungannya kepadanya.
(25:34) Lalu Yakub memberikan roti dan
masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan
pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.
Kalimat “sebentar lagi aku akan
mati” -> bahwa Esau adalah orang yang tidak memiliki hari esok (tanpa
pengharapan).
Apa bukti bahwa Esau tidak
memiliki hari esok (tanpa pengharapan)?
Kejadian 25:34
(25:34) Lalu Yakub memberikan roti dan
masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan
pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.
“Esau memandang ringan hak kesulungannya”, berarti menganggap kecil atau rendah ibadah dan
pelayanan. Hak kesulungan -> ibadah dan pelayanan.
Jadi orang yang menganggap kecil ibadah
dan pelayanan itu adalah orang yang tidak memiliki pengharapan
kepada Tuhan. Andaikata seseorang menaruh pengharapannya kepada Tuhan, dia akan
menghargai ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan.
Perlu untuk diketahui ibadah dan pelayanan
ini seharga dengan darah Yesus Kristus. Puji Tuhan.
Esau lebih menaruh pengharapannya kepada
sepiring sop kacang merah = tanpa pengharapan.
Sesungguhnya, manusia tidak hidup dari
roti ataupun makanan, manusia hidup dari setiap perkataan-perkataan yang keluar
dari mulut Allah...Matius 4.
Orang yang menaruh pengharapan kepada
Tuhan, menghargai ibadah dan pelayanan kepada Tuhan. Dia tidak menaruh
pengharapan kepada sepiring sop kacang merah, tidak menaruh pengharapan kepada
makanan, minuman, kedudukan, jabatan, harta, kekayaan, uang, dan ijazahnya.
Sesungguhnya, Esau rapuh sekali, sesuai
dengan pengakuannya kepada Yakub “aku lelah”.
Kalau tidak masuk kepada hari perhentian,
maka ia akan mengalami kelelahan seperti bangsa Israel diperbudak oleh bangsa
Mesir selama 430 tahun. Mereka diperbudak dengan kerja paksa sampai memahitkan
hati mereka = lelah.
Demikian juga orang yang diperbudak dosa
tanpa hari perhentian, akan mengalami kepahitan. Jadi orang yang tidak memiliki
pengharapan itu rapuh sekali, lelah, tidak mampu menghadapi ujian.
Saya juga seperti itu kalau tidak
beribadah (jauh dari Tuhan), rasanya kering-kering, tidak mampu menghadapi
ujian.
Pada hari perhentian itu kita diberi
kekuatan baru seperti dicarger kembali, sehingga kita memperoleh kekuatan yang
baru dari Tuhan.
Pendeknya orang yang mudah kecewa, mudah
putus asa tidak memiliki kekuatan, seperti Esau.
Ibrani 6:18-20
(6:18) supaya oleh dua kenyataan yang
tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang
mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan
yang terletak di depan kita.
(6:19) Pengharapan itu adalah sauh yang
kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,
(6:20)di mana Yesus telah masuk sebagai
Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar
sampai selama-lamanya.
Pengaharapan itu adalah sauh yang kuat.
Sauh = jangkar kapal.
Kalau seseorang memiliki pengharapan, dia
akan memiliki kekuatan yang luar biasa, dia tidak mudah putus asa dan tidak
mudah kecewa, kekuatannya besar.
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita. Kalau tidak ada pengharapan, jiwa kita seperti kapal yang
diombang-ambingkan di tengah lautan, tanpa arah dan tujuan yang pasti.
Apa buktinya pengharapan itu adalah sauh
yang kuat, dan aman bagi jiwa kita?
Ibrani 6: 19
(6:19) Pengharapan itu adalah sauh
yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang
tabir,
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita, sebagai bukti; karena telah dilabuhkan sampai ke belakang
tabir, menunjuk Ruangan Maha Suci.
Istilah dilabuhkan, berarti dibawa sampai
pada pelabuhan yang kekal, itulah Ruangan Maha Suci.
Pelabuhan yang kekal (belakang
tabir/Ruangan Maha Suci) -> kerajaan sorga.
Yesus Kristus, Dia telah melintasi kemah
yang lebih besar, yang bukan buatan tangan manusia, kemah yang sempurna itulah
pribadi-Nya sendiri.
Dia turun dari sorga dan mencari pelabuhan
hati kita untuk selanjutnya dinahkodai sampai akhirnya kita dibawa kepada
pelabuhan yang kekal itulah kerajaan sorga.
Di dalam Ruangan Maha Suci terdapat satu
alat yang utama itulah yang disebut dengan Tabut perjanjian, yang terdiri dari
dua bagian, yaitu:
1. Tabut atau peti dari Tabut perjanjian -> gereja Tuhan yang sempurna, Mempelai Anak
Domba.
2. Tutup pendamaian dengan kedua kerub di atasnya -> Allah Trinitas, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Dialah
Mempelai laki-laki sorga.
Lalu bagaimana jadinya dengan orang yang
dahulu hidup jauh dari Allah, yaitu; bangsa kafir, dan orang fasik, atau mereka
yang tidak memiliki pengharapan?
Roma 8:23
(8:23) Dan bukan hanya mereka saja, tetapi
kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita
sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
Selama kita mendiami tubuh kemah kita ini,
pasti mengalami keluhan, kita menderita banyak, tapi nanti akan dibongkar.
Supaya kita berada di dalam kemah yang sejati/abadi yaitu; kerajaan
sorga/dilabuhkan sampai ke belakang tabir.
Roma 8:24
(8:24) Sebab kita diselamatkan dalam
pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab
bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
Perlu untuk diketahui, pengharapan yang
dilihat bukan pengharapan lagi. Segala sesuatu yang di atas muka bumi itu bukan
pengharapan lagi.
Tidak mungkin kita berharap terhadap
sesuatu yang dilihat oleh mata.
Roma 8: 25
(8:25) Tetapi jika kita mengharapkan apa
yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
Kalau pengharapan yang dilihat tidak usah
ditunggu lagi dengan tekun. Tapi kalau kita mengharapkan apa yang tidak kita
lihat, disitu kita akan menantikannya dengan tekun (dibutuhkan
ketekunan).
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, pengharapan terkena
pada Ruangan Suci, sedangkan iman terkena pada halaman, dan kasih itu
terkena pada Ruangan Maha Suci.
Menantikan-Nya dengan tekun, berarti tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sesuai dengan
tiga macam alat di dalam Ruangan Suci, yaitu:
Alat yang pertama: Meja roti sajian -> ketekunan dalam ibadah
pendalaman alkitab disertai dengan perjamuan suci = domba-domba diberi makan.
Hasil dari ibadah pendalaman alkitab, kita
didewasakan sampai menjadi tua-tua.
Alat yang kedua: pelita emas -> ketekunan dalam ibadah raya minggu
disertai dengan kesaksian = domba-domba diberi minum.
Hasil dari ibadah raya minggu kita
diperlengkapi dengan karunia-kaunia roh dan diperlengkapi dengan
jabatan-jabatan yang Tuhan percayakan sehingga menjadi kesaksian yaitu, menjadi
tujuh mata Allah.
Alat yang ketiga : Mezbah dupa -> ketekunan dalam ibadah doa
penyembahan = domba-domba diberi nafas hidup.
Lewat doa penyembahan inilah kita bertemu
dengan Allah di dalam kasih-Nya sama seperti asap dupa kemenyan yang naik di
hadirat Tuhan.
Jadi betul-betul pengharapan itu adalah
sauh yang kuat dan aman bagi jiwa dan melabuhkan kita sampai kepada kerajaan
yang kekal, Yerusalem yang baru.
Pengharapan itu hanya kepada yang tidak
terlihat, karena memerlukan ketekunan -> kerajaan sorga.
Kesimpulannya, tekun dalam tiga macam
ibadah pokok adalah sauh, yang melabuhkan kita sampai ke belakang tabir,
Ruangan Maha Suci itulah kerajaan yang kekal.
Ada tujuh kali Ayub menyatakan diri bahwa
dia tidak memiliki pengharapan kepada Allah;
Yang pertama:
Ayub 7:6-7
(7:6) Hari-hariku berlalu lebih cepat
dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan.
(7:7 ) Ingatlah, bahwa hidupku hanya
hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik.
Ayub berkata; “Hari-hariku berlalu
lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan”.
Torak -> gulungan benang tenunan.
Kemudian, dilanjutkan dengan kalimat; “mataku
tidak akan lagi melihat yang baik”.
Sebetulnya
Ayub ini adalah orang yang paling saleh di atas muka bumi ini, tidak ada orang
yang melebihi kesalehan daripada Ayub. Lalu Setan mencobai Ayub atas seijin
Tuhan.
Ujian yang pertama harta kekayaannya
habis, ujian yang kedua, semua anak-anaknya mati, ujian yang ketiga adalah bara
di sekujur tubuhnya dari batok kepala sampai ujung kaki.
Lalu melihat kondisi itu, isterinya
bersungut-sungut dan berkata; kutukilah Allahmu itu, sumpahilah Allah itu.
Tapi Ayub masih berpihak kepada Tuhan dan
berkata; apakah engkau menerima yang baik saja? tetapi engkau tidak
mau menerima yang tidak baik. Dalam semuanya itu Ayub tidak berdosa dengan
bibir dan mulutnya.
Awalnya memang seperti itu, dia tetap mau
berpihak kepada Tuhan, pikul salib, tetapi lama kelamaan salib itu terlalu
berat bagi dia, sampai pada akhirnya tujuh kali menyatakan diri, bahwa dia
tidak memiliki pengharapan, di mulai dari kitab Ayub pasal 7, untuk
yang pertama kali dia mengeluh. Dia memang saleh, tapi ketika
kesalehan Ayub diuji, kekuatannya terbatas.
Musa adalah orang yang paling lemah lembut
di atas muka bumi, tidak ada lagi orang yang paling lemah lembut sampai hari
ini. Disitu juga dia diuji, sebab Tuhan mau melihat kesetiaan seseorang
terhadap kelebihan dari seseorang.
Kalau seseorang tidak punya kelebihan,
tidak ada ujian yang berarti.
Yang kedua:
Ayub 13:14-15
(13:14) Dagingku akan kuambil dengan
gigiku, dan nyawaku akan kutatang dalam genggamku.
(13:15) Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak
ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya.
Ayub masih membela perkaranya, perilakunya
di hadapan Tuhan, berarti merasa diri benar.
Jadi pergumulan yang dialami atas seijin
Tuhan sepertinya itu salah. Itu sebabnya Ayub membela diri.
Terlalu berat salib itu bagi dia, sehingga
dia membela diri dan berkata bahwa dia tidak memiliki pengharapan.
Orang yang suka membela diri, tidak
memiliki pengharapan kepada Tuhan.
Yang ketiga:
Ayub 14:18-19
(14:18) Tetapi seperti gunung runtuh
berantakan, dan gunung batu bergeser dari tempatnya,
(14:19) seperti batu-batu dikikis air, dan
bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kau hancurkan harapan
manusia.
Harapan daripada Ayub seperti batu-batu
dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah
harapan Ayub di hadapan Tuhan.
Sesuai dengan judulnya: setelah
mati tidak ada harapan. Seolah-olah tidak ada lagi kebangkitan.
Inilah keadaan hidup rohani dari pada
Ayub di mata Tuhan, setelah mengalami pergumulan yang begitu berat. Tidak
ada lagi harapan, gambarannya sudah saya sampaikan di atas tadi.
Yang keempat:
Ayub 17:13-15a
(17:13) Apabila aku mengharapkan dunia
orang mati sebagai rumahku, menyediakan tempat tidurku di dalam kegelapan,
(17:14) dan berkata kepada liang kubur:
Engkau ayahku, kepada berenga: Ibuku dan saudara perempuanku,
(17:15a) maka di manakah harapanku?
Ayub bertanya : “di manakah
harapanku...? “
Pertanyaan Ayub tersebut -> bahwa, dia
tidak memiliki pengharapan kepada Tuhan, karena begitu beratnya beban
penderitaan yang dia alami.
Memang beban hidup seperti dia jarang
sekali dialami oleh orang-orang lain. Sangat langka orang bisa bertahan
dengan penderitaan seperti ini.
Ayub tidak memiliki pengharapan, gambarannya:
a.
Ayub berkata kepada liang kubur, engkau
ayahku.
b.
Liang kubur = dunia orang mati, tidak pernah berkata
cukup, selalu kurang.
-
Seperti padang gurun, sekalipun berapa
banyak hujan turun di atas padang gurun, tetap saja tidak terlihat
bekasnya.
-
Seperti si lintah mempunyai dua anak,
yaitu: untukku dan untukku. Anak pertama untukku, anak kedua untukku. Akhirnya
takut mempersembahkan persepuluhan dan persembahan khusus sesuai dengan Maleakhi
3:10, sementara itu adalah miliknya Tuhan.
b.
Ayub berkata kepada berenga, “Ibuku dan
saudara perempuanku”
Berengga -> ulat-ulat
bangkai.
Yang kelima:
Ayub 17: 15b
(17:15b) Siapakah yang melihat adanya
harapan bagiku?
Ayub bertanya, “siapakah
yang melihat adanya harapan bagiku?” -> bahwa Ayub tidak memiliki
pengharapan lagi.
Kalau dia bertanya kepada orang lain, siapakah
yang melihat adanya harapan bagiku? Itu tidak benar.
Harusnya dia melihat salib Kristus yang
memberi kekuatan supaya dia selalu bertanya kepada Tuhan bukan kepada manusia.
Tapi disini kita melihat, dia bertanya
kepada orang lain (siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?).
Yang keenam:
Ayub 19:10
(19:10) Ia membongkar aku di semua tempat,
sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.
Harapan Ayub digambarkan seperti pohon
yang tercabut. Itu menunjukkan bahwa Ayub tidak memiliki pengharapan,
karena masih membenarkan diri.
Dia tidak terima salib Kristus untuk
ditegakkan dalam kehidupannya.
Yang ketujuh:
Ayub 27:7-8
(27:7) Biarlah musuhku mengalami seperti
orang fasik, dan orang yang melawan aku seperti orang yang curang.
(27:8) Karena apakah harapan orang
durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?
Ayub pasrah terhadap musuh = putus asa =
tanpa pengharapan.
Kemudian, Ayub berkata, apakah harapan orang
durhaka, kalau Allah menghabisinya.
Kesimpulan dari semua ini; tujuh kali Ayub
menyatakan diri, bahwa ia tidak memiliki pengharapan. Penyebabnya karena
merasa diri benar, yang salah adalah salib Kristus.
Persamaan dari Ayub dengan bangsa
Israel...
Matius 27:40-44
(27:40) mereka berkata: "Hai Engkau
yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,
selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"
(27:41) Demikian juga imam-imam kepala
bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka
berkata:
(27:42) "Orang lain Ia selamatkan,
tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia
turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.
(27:43) Ia menaruh harapan-Nya pada Allah:
baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia
telah berkata: Aku adalah Anak Allah."
(27:44) Bahkan penyamun-penyamun yang
disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga.
Orang-orang Yahudi, imam kepala, ahli
Taurat, tua-tua tidak menaruh pengharapan kepada Kristus (Anak tunggal
Bapa), mereka tersandung terhadap salib Kristus.
Sama seperti Ayub, tidak memiliki pengharapan
karena ia tersandung terhadap salib Kristus. Salib membuat
hidupnya berat, sampai berkata yang bukan-bukan kepada Tuhan.
Memang awalnya, Ayub betul-betul
saleh, tapi karena begitu beratnya ujian demi ujian, hari demi hari
yang dia lalui itu semakin berat, mulutnya tidak dapat ditutup lagi.
Seseorang kalau mundur dari pelayanan mulutnya akan
bersuara (daging bersuara).
Peristiwa dalam Matius 27:
40-44 ini, persis seperti peristiwa yang dialami Ayub, tidak menaruh
pengharapannya karena tidak sanggup memikul salib.
Saudaraku, pemberitaan firman tentang
salib, itulah firman yang to the point menunjuk dosa, itu
menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi. Karena mereka hanya menghendaki
tanda-tanda heran ataupun mujizat-mujizat.
Demikian juga pemberitaan
firman tentang salib bagi orang Yunani, itu suatu kebodohan. Karena
mereka hanya menginginkan hikmat, pengertian saja, tetapi tidak menjadi pelaku.
Mengetahui tapi tidak menjadi pelaku,
salib menjadi suatu kebodohan dan batu sandungan.
1 Korintus 15:12-19
(15:12) Jadi, bilamana kami beritakan,
bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di
antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
(15:13) Kalau tidak ada kebangkitan orang
mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
(15:14) Tetapi andaikata Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan
kamu.
(15:15) Lebih dari pada itu kami ternyata
berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah
membangkitkan Kristus — padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata
benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
(15:16) Sebab jika benar orang mati tidak
dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
(15:17) Dan jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam
dosamu.
(15:18) Demikianlah binasa juga
orang-orang yang mati dalam Kristus.
(15:19) Jikalau kita hanya dalam hidup
ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang
yang paling malang dari segala manusia.
Kalau pengharapan kita hanya hidup satu
kali, kita adalah orang-orang yang paling malang dari semua
manusia. Kalau pengharapan terhadap hidup satu kali = tidak ada
kebangkitan.
Kalau tidak ada kebangkitan maka
sia-sialah ibadah dan pelayanan kita, sia-sialah pemberitaan firman, sia-sialah
kita hidup di dalam Kristus.
Itu sebabnya Rasul Paulus berkata kepada
jemaat di Korintus; kita adalah orang-orang yang paling malang dari
segala manusia, apabila tidak ada kebangkitan orang mati.
Kalau menaruh pengharapan terhadap yang
kelihatan itulah hidup satu kali, sia-sia segala sesuatu yang kita korbankan
kepada Tuhan.
Pengharapan kepada yang kelihatan = tanpa
kebangkitan, semuanya menjadi sia-sia.
Itulah kehidupan orang-orang yang dahulu
hidup jauh dari Allah, semuanya menjadi kesia-siaan.
Ayub 27
sampai pasal 39, Ayub masih membela diri, kemudian Ayub pasal
40, Allah bertindak dengan menentang Ayub, sesuai dengan judul yang
ada, Tuhan menentang Ayub.
Tujuannya supaya tamatnya daging, artinya
daging tidak bersuara lagi, tidak merasa diri benar lagi, tetap sangkal diri, pikul
salib. Angka 40 -> tamatnya daging.
Kita sudah melihat beberapa banyak angka
40. Waktu Musa di gunung Sinai selama 40 hari 40 malam, bukan hanya untuk
menerima dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum Allah saja. Kalau hanya
menerima dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum Allah, beberapa detik saja
itu sudah selesai. Karena ujung jari Allah yang menulis/menukiknya.
Musa menerima petunjuk dari Allah di
atas gunung Sinai selama 40 hari 40 malam, untuk mendirikan Tabernakel.
Jadi untuk mendapatkan pola itu, disitu
Musa belajar sampai tamatnya daging.
Sampai hari ini kita belum tamat, masih
terus belajar baik dalam nikah, baik dalam hidup, baik dalam
ibadah dan pelayanan, sampai daging tidak bersuara lagi (tamatnya daging).
Disini kita melihat Ayub masih
banyak bicara, merasa diri benar, dia tidak mau pikul salib, justru
mempersalahkan salib, sampai akhirnya tidak memiliki pengharapan. Binasalah
orang yang tidak mengalami kebangkitan.
Jalan keluarnya.
Ayub 40:1-4
(40:1) Maka dari dalam badai TUHAN
menjawab Ayub:
(40:2) "Bersiaplah engkau sebagai
laki-laki; Aku akan menanyai engkau, dan engkau memberitahu Aku.
(40:3) Apakah engkau hendak meniadakan
pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?
(40:4) Apakah lenganmu seperti lengan
Allah, dan dapatkah engkau mengguntur seperti Dia?
Tuhan menantang Ayub, seperti badai
untuk menjawab keluhan-keluhan Ayub.
Lalu Tuhan berkata: Bersiaplah
engkau sebagai laki-laki.
Berarti, Kuat dan teguh hati, tidak
menyimpang ke kiri dan ke kanan = jujur terhadap tantangan
Tuhan.
Kalau laki-laki seperti perempuan
keinginannya banyak, mulutnya banyak, dagingnya bersuara.
Sebab itu mengikut Tuhan harus bersikap seperti
laki-laki.
Bersikap sebagai laki-laki, berarti; panas
ya panas, dingin ya dingin, tidak suam-suam mengikut Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan sebagai tantangan
Tuhan kepada Ayub, yaitu:
Yang pertama: Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku?
Artinya: mempersalahkan salib Kristus
untuk membenarkan diri.
Yang kedua: Apakah lenganmu seperti lengan Allah?
Artinya: kita tidak dapat berbuat seperti
apa yang diperbuat oleh Tuhan.
Kemudian, ada dua perkara yang harus
diperhatikan oleh Ayub:
Ayub 40:5-8
(40:5) Hiasilah dirimu dengan
kemegahan dan keluhuran, kenakanlah keagungan dan semarak!
(40:6) Luapkanlah marahmu yang bergelora;
amat-amatilah setiap orang yang congkak dan rendahkanlah dia!
(40:7) Amat-amatilah setiap orang yang congkak,
tundukkanlah dia, dan hancurkanlah orang-orang fasik di tempatnya!
(40:8) Pendamlah mereka bersama-sama dalam
debu, kurunglah mereka di tempat yang tersembunyi.
Yang pertama: Tuhan berkata; hiasilah dirimu
dengan kemegahan dan keluhuran, kenakanlah keagungan dan
semarak!
Pada bagian yang pertama ini, ada dua hal
yang harus diperhatikan, yaitu:
a.
Hiasilah dirimu dengan
kemegahan dan keluhuran.
Kalimat: “Hiasilah dirimu” berarti Ayub harus
memiliki perhiasan.
1 Petrus 3:4-5
(3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah
lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
(3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan
kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya
kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
Perhiasan manusia batiniah ialah: ketundukan seorang
isteri kepada suami.
Kristus adalah kepala, Dia suami, sedangkan sidang
jemaat adalah tubuh = isteri.
Tunduk, sumbernya dari roh yang lemah lembut
dan tenteram.
b.
Kenakanlah keagungan dan
semarak.
Kenakanlah, berarti memakai pakaian -> kasih Allah.
Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain,
sebab kasih menutupi banyak sekali dosa...1
Petrus 4:8.
Kolose 3:13-14
(3:13) Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan
ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap
yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat
jugalah demikian.
(3:14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih,
sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Kenakanlah kasih yang berfungsi sebagai: pengikat yang mempersatukan
dan menyempurnakan.
Prakteknya:
sabar terhadap orang lain, mengampuni orang yang bersalah dan orang yang
menaruh dendam.
Yang kedua: luapkanlah marahmu yang bergelora,
kemudian amat-amatilah setiap orang yang congkak,
untuk: direndahkan, ditundukkan, sekaligus menghancurkannya, karena mereka
adalah orang-orang fasik.
Orang congkak harus dipendam di dalam
debu, dan dikurung di tempat yang tersembunyi.
Sebab congkak orang fasik giat memburu
yang tertindas...Mazmur 10:2.
Ayub 40:9
(40:9) Maka Aku pun akan memuji engkau,
karena tangan kananmu memberi engkau kemenangan."
Dengan memperhatikan dua perkara tersebut,
dapat menyenangkan hati Tuhan.
Sebab memperhatikan dua perkara di atas, disebut tangan
kanan yang berkemenangan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment