IBADAH RAYA MINGGU, 11
SEPTEMBER 2016
“WAHYU PASAL LIMA”
(Seri 5)
Subtema : SATU KECAPI DENGAN NYANYIAN BARU.
Shalom...!
Selamat malam, salam
sejahtera, salam dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya,
kita dapat melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 5.
Sekarang kita berada
di ayat 8 dan 9 namun tidak salah kita
membaca ayat 1 dan 7.
Maka aku melihat di
tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang
ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh
meterai...Wahyu 5:1.
Ayat ini sengaja kita
bacakan kembali walaupun sudah diterangkan beberapa waktu lalu.
Jadi, gulungan kitab
yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya namun dimeterai
dengan tujuh meterai -> Injil yang tertutup karena rahasianya
belum terbuka.
Ini suatu kerugian
besar, itu sebabnya pada ayat 5 Rasul Yohanes menangis.
Menangis itu adalah
tanda kesedihan di mana masalah belum selesai. Kesimpulannya, kalau tidak
terjadi pembukaan rahasia firman; yang sakit tetap sakit, yang jahat tetap
jahat, yang najis tetap najis, yang suam tetap suam, tertindas
sampai memahitkan hati dan air mata tidak bisa dibendung.
Kemudian pada ayat 5 ini juga kita
dapat melihat; satu dari dua puluh empat tua-tua berkata kepada Rasul Yohanes:
jangan menangis, sebab singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud telah menang,
Dia sanggup membuka gulungan kitab dan ketujuh meterainya, Dia sanggup menyingkapkan rahasia
firman, yang berkuasa untuk menyingkapkan segala rahasia yang terselubung,
terkandung di dalam hati (segala dosa yang terselubung disingkapkan).
Masalah selesai, sakit
penyakit disembuhkan karena dosa telah dibongkar lewat pembukaan rahasia
firman. Dia melukai tapi Dia juga yang membebat hati kita.
Pendeknya; Tuhan
menghapus air mata, dan menjadikan segala sesuatu baru.
Kemudian, di
tengah-tengah takhta itu ada seekor Anak Domba seperti telah disembelih...ayat
6.
Dia telah disembelih
maka Dia sanggup membuka gulungan kitab dan ketujuh meterainya. Puji Tuhan.
Dua minggu yang lalu
telah saya sampaikan, dan biarlah kita datang mendekat kepada Anak Domba yang
telah disembelih itu supaya kita juga turut disembelih.
Anak Domba yang telah
disembelih itu hubungannya dengan tugas dari pada imam besar, yaitu
memperdamaikan dosa dengan membawa darah domba jantan dan darah lembu jantan
muda dari Mezbah Korban Bakaran sampai kepada Ruangan Maha Suci.
Kemudian mengadakan
tujuh kali percikan darah di atas tutup pendamaian, dan tujuh kali percikan di
depan tabut perjanjian untuk mengadakan pendamaian dosa.
- Tujuh kali percikan di
atas tutup pendamaian itu adalah sengsara Yesus atas dosa manusia.
- Tujuh kali percikan di
depan tabut perjanjian -> sengsara gereja Tuhan untuk mengadakan penyucian
sampai kepada kesempurnaan.
Percikan darah,
berarti; menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
Orang lain yang
berbuat salah kita yang menanggungnya, itulah yang disebut percikan
darah.
Jadi, kalau
tidak mengalami percikan darah maka anak-anak Tuhan
tidak sampai kepada kesempurnaan, sehingga kita disucikan sampai
nanti kepada kesempurnaan dari pada Mempelai Wanita Tuhan.
Kita patut bersyukur kepada
Tuhan, karena firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel telah
membentuk kehidupan kita, kalau tidak; habislah kita diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa pengajaran palsu.
Ada sebuah pelayanan mungkin
firmannya tidak langsung menyatakan kepalsuan itu, tapi ibadahnya
sudah palsu tidak sesuai dengan firman.
Jadi, Pengajaran
Mempelai harus disertai dengan Pengajaran Tabernakel untuk mengetahui ukuran
rohani.
Supaya layak menjadi
Mempelai harus ada polanya. Tidak mungkin disebut mempelai tetapi tidak
menggunakan pola Tabernakel, yaitu miniatur Kerajaan Sorga, ukurannya ada di situ.
Kalau kita tetap setia
dalam penggembalaan ini, Tuhan akan membawa kita sampai kepada penggembalaan
yang kekal, Yerusalem baru.
Dipanggil, dipilih dan
setia sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Tibalah
saatnya untuk memperhatikan...
Wahyu 5:8-9
(5:8) Ketika
Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh
empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi
dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
(5:9) Dan mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima
gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah
disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari
tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
“Ketika Ia mengambil
gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua
itu di hadapan Anak Domba itu”, ini -> suatu kerinduan yang
mendalam dari empat makhluk dan dua puluh empat tua-tua terhadap pembukaan
rahasia firman Tuhan.
Kita bisa melihat
reaksi dari pada empat makhluk dan dua puluh empat tua-tua terhadap pembukaan
rahasia firman Tuhan.
Kalau gereja Tuhan
memiliki suatu kerinduan yang berapi-berapi dan yang begitu mendalam
terhadap pembukaan rahasia firman Tuhan dapat dilihat dari penyerahan dirinya
(sikap dan perbuatannya), sama seperti empat makhluk yang langsung menyerah dan
tersungkur.
Jadi, kerinduan yang
mendalam terhadap pembukaan rahasia firman dilihat dari penyerahan diri (sikap dan
perbuatan); apakah menyerah dan tersungkur, atau keras kepala?.
Dan kemudian,
masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas penuh
dengan kemenyan.
Kita akan
memperhatikan terlebih dahulu: masing-masing memegang SATU KECAPI.
Memegang satu kecapi
ini ada kaitannya dengan kalimat: "Dan mereka menyanyikan suatu
nyanyian baru"... ayat
9, karena alat musik fungsinya untuk mengiringi lagu.
Berarti, pada saat
mereka memegang satu kecapi, juga disertai dengan menyanyikan suatu nyanyian
baru.
Kita lihat persamaan
ini supaya kita mengerti arti rohaninya.
Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan
aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru
guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi
pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(14;3) Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat
makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian
itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus
dari bumi itu.
Rasul Yohanes
mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru
guruh yang sangat dahsyat dan suara yang didengar itu seperti bunyi
pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
Bunyi pemain-pemain
kecapi yang memetik kecapinya dan kemudian mereka menyanyikan suatu
nyanyian baru di hadapan Takhta Anak Domba -> adanya persekutuan yang
indah, itulah yang disebut dengan hubungan intim = hubungan nikah.
Kalau ada hubungan
intim antara tubuh dengan kepala, antara isteri dengan suami, di situ akan
terdengar nyanyian-nyanyian baru. Nyanyian baru itu tidak seorangpun yang dapat
mempelajarinya.
Inilah nyanyian yang
terdengar yang tidak dapat diucapkan. Kalau ada persekutuan yang indah atau
hubungan intim antara suami dan isteri disitu ada kata-kata yang baru yang
tidak dapat diucapkan oleh siapapun kecuali oleh orang yang melangsungkan
hubungan intim itu sendiri.
Nyanyian baru itu
hasil dari hubungan intim, hubungan nikah antara tubuh dengan kepala, gereja
Tuhan dengan Kristus sebagai suami.
Kalau hubungan kita
intim dengan Tuhan pasti ada nyanyian baru yang tak dapat diucapkan oleh
siapapun, Amin saudaraku.
2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus
bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku
hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang
kuterima dari Tuhan.
(12:2) Aku tahu
tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau entah di dalam
tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
(12:3) Aku juga tahu
tentang orang itu, entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu,
Allah yang mengetahuinya
(12:4) ia tiba-tiba diangkat
ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak
boleh diucapkan manusia.
Tuhan mengangkat Rasul
Paulus ke tingkat yang ketiga dari sorga disebut juga Firdaus dan pada saat itu
dia mendapat penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang hebat dari
Tuhan dan mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak
dapat diucapkan oleh siapapun (manusia).
Ini menunjukan adanya
persekutuan yang indah kepada Tuhan, adanya hubungan intim, itulah yang disebut
hubungan nikah antara tubuh dengan kepala menyatu erat sekali sehingga
terdengar nyanyian baru.
Sebaliknya kalau
hubungan itu tidak intim dengan Tuhan; tidak ada persekutuan yang indah dengan
Tuhan, karena masih mempertahankan hidup lama, maka yang keluar dari mulut
adalah nyanyian lama, perkataan yang lama dari hidup yang lama.
Itu sebabnya kalau
kita perhatikan dalam Kidung Agung: hubungan antara mempelai wanita dan
Mempelai Pria begitu erat sekali dan di situ ada suatu nyanyian yang baru dari
Mempelai Pria terhadap mempelai wanita dengan puji-pujian,
misalnya: hai manisku, matamu, rambutmu, pipimu, tubuhmu bagaikan
dan semuanya bagaikan, itulah hubungan intim.
Jika tidak ada hubungan intim maka yang keluar hanya kata-kata yang lama, kata-kata jorok, kebun binatang dan lain sebagainya.
Jika tidak ada hubungan intim maka yang keluar hanya kata-kata yang lama, kata-kata jorok, kebun binatang dan lain sebagainya.
Tingkat yang ketiga
dari sorga yang disebut juga dengan Firdaus, kalau dikaitkan dengan pola
Tabernakel maka terkena pada Ruangan Maha Suci.
- Tingkatan yang pertama:
HALAMAN.
- Tingkatan yang kedua:
RUANGAN SUCI.
- Tingkat ketiga dari
sorga yang disebut dengan Firdaus, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel maka
terkena pada RUANGAN MAHA SUCI itu berbicara tentang kesempurnaan gereja Tuhan
sebagai Mempelai wanita Tuhan, Mempelai Anak Domba.
Di dalam Ruangan Maha
Suci terdapat satu alat yang utama, itulah yang disebut tabut
perjanjian.
Tabut perjanjian
terdiri dari dua bagian, yaitu:
- Tabut (petinya) -> mempelai
wanita Tuhan yang sempurna.
- Tutup pendamaian
dengan kedua kerub di atasnya -> Allah Trinitas di dalam Tuhan Yesus Kristus
sebagai Mempelai Pria Sorga.
Arti rohani Tabut
perjanjian yaitu:
1. Takhta Allah, berarti; Allah berkuasa, memerintah dan berfirman di atasnya. Itulah
kehidupan kita sebagai Tabut perjanjian.
2. Hubungan nikah antara Kristus
sebagai Mempelai Pria Sorga dengan sidang jemaat sebagai mempelai wanita-Nya
= tubuh dengan kepala menyatu.
Kita bersyukur, dengan
Pengajaran Mempelai ini membawa kita menyatu dengan Kristus
sebagai Kepala supaya kita boleh merasakan suatu persekutuan yang indah
dalam nikah jasmani teramat lebih dalam nikah rohani.
Begitu banyak nikah-nikah
yang hancur di muka bumi. Korban dari perang dunia yang pertama dapat dihitung
jumlahnya, korban dari perang dunia kedua juga bisa dihitung jumlahnya, tetapi
korban dari nikah yang hancur tidak terhitung, sebab itu kita patut bersyukur
telah mendengar firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel untuk
menolong nikah-nikah yang hancur.
Efesus 5:23
(5:23) karena suami
adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.
Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Kristus adalah kepala
= suami. Sidang jemaat adalah tubuh = isteri.
Gereja Tuhan harus
menempatkan Kristus sebagai kepala tanda ketundukan gereja Tuhan dan di dalam
ketundukan inilah hubungan intim antara sidang jemaat dengan Tuhan akan nyata
yaitu, suatu persekutuan yang indah.
Yesaya 28:11
(28:11) Sungguh, oleh
orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa
asing akan berbicara kepada bangsa ini.
Berlogat ganjil=
bahasa asing = berbahasa lidah = berbahasa Roh.
Bahasa Roh dihasilkan
oleh hubungan intim, hubungan nikah, tubuh kepala menyatu, lalu terjadilah
logat ganjil, itulah yang disebut bahasa lidah (bahasa Roh).
Bahasa Roh, bahasa asing,
dan bahasa lidah; tidak ada yang dapat mengartikan ini selain orang itu sendiri
dengan Tuhan. Jadi, terwujudnya nyanyian baru karena adanya hubungan nikah atau
hubungan intim.
Sudah sejauh mana
persekutuan kita dengan Tuhan? Sibuk dengan pekerjaan, sibuk dengan kegiatan di
dunia ini, sibuk mencari uang, sampai lupa pada Sang Khalik, Sang Pencipta
langit dan bumi dengan segala isinya yang membentuk manusia dari debu tanah,
segambar serupa dengan Dia.
Dia yang memberikan
kita pekerjaan tapi kita lupa terhadap sumber yang memberikan kita pekerjaan sampai
tidak ada nyanyian baru, tidak terlihat logat ganjil.
1 Korintus 14:1-2
(14:1) Kejarlah kasih
itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia
untuk bernubuat.
(14:2) Siapa yang berkata-kata
dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada
Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh
Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
Tidak ada orang yang
dapat mengerti bahasa Roh (logat ganjil) selain orang itu sendiri, dan oleh Roh
Tuhan kita mengucapkan hal-hal yang rahasia untuk membangun dirinya kepada
Tuhan.
1 Korintus 14:4
(14:4) Siapa yang berkata-kata
dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang
bernubuat, ia membangun Jemaat.
Kalau orang sudah
sampai berbahasa lidah menunjukkan kualitas hubungannya dengan Tuhan
begitu intim sekali, asal jangan dibuat-buat, harus jujur.
Itu pengalaman saya
sewaktu sekolah Alkitab; karena saya adalah salah satu dari dua orang murid
yang paling lama untuk mendapatkan karunia berbahasa lidah, saya
masuk sekolah Alkitab sebelum pertobatan, tidak mengerti apa-apa =
nol.
Sehingga awal pertama
saya masuk sekolah Alkitab, saya gunakan ukuran logika manusia, saya melihat
yang datang dari Sumatera, Sulawesi, Kalimatan, Papua dan lain-lain. Mereka
berasal dari dusun-dusun, desa-desa, dan saya menganggap saya yang lebih hebat
karena saya menggunakan ukuran manusia daging.
Tapi setelah sekolah Alkitab
mulai berjalan satu-dua bulan, mulai terlihat keberadaan saya,
bahkan setelah bulan ketiga ternyata sayalah yang paling
bodoh dari para siswa-siswi yang mengikuti sekolah Alkitab LEMPIN-EL di
Makassar, dan bulan yang keempat saya menyadari bahwa saya adalah orang yang
paling bodoh dari antara semuanya, namun saya berusaha kejar ketertinggalan
saya dengan kelebihan yang saya miliki yaitu bekerja keras, walaupun tidak
mengerti lagu rohani, tidak mengerti firman Tuhan.
Saya kerjakan dengan
keras dan akhirnya Tuhan pakai sampai sekarang, Tuhan tolong sampai sekarang.
Dan akhirnya satu bulan menjelang penamatan datanglah guru Galatia dari
Kalimantan, yaitu guru kepenuhan Roh Kudus, dan di situ saya menangis
sejadi-jadinya.
Saya tidak tahu lagi
bagaimana keadaan saya ketika menangis, mohon maaf, air liur dan
ingus yang banyak di lantai, tetapi barulah terdengar bahasa lidah itu dan
tidak ada orang yang tahu apa yang keluar dari mulut.
Dan saat hubungan itu
intim terlihat dari bahasa lidah, dan pada saat itu saya merasakan hidup yang
begitu indah sekali sehingga lupa masalah/penderitaan.
Jadi, salib sebenarnya
bukan untuk menyakiti saudara dan saya, hanya orang bodoh
saja yang mengatakan bahwa salib itu adalah suatu batu sandungan.
Salib itu bukan batu
sandungan, justru karena salib, kita mencapai kepada hubungan yang intim itu.
Kalau tidak ada salib, tidak ada hubungan yang intim dengan Tuhan.
Ijinkan penderitaan
itu menggali sedalam-dalamnya lubuk hatimu paling dalam untuk menjadi wadah dari
kemurahan hati Tuhan supaya kita bisa melangsungkan hubungan intim dengan Tuhan.
Yesaya 28:12
(28:12) Dia yang telah
berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian
kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi
mereka tidak mau mendengarkan.
Logat ganjil itu
adalah hari perhentian bagi yang lelah.
Orang yang berbeban
berat, orang yang mengalami kesusahan hati, orang yang mengalami penderitaan
yang begitu berat bagi merekalah hari perhentian itu.
Jangan saudara
tersandung dengan salib Kristus apalagi oleh karena banyaknya kegiatan di
tengah ibadah dan pelayanan di dalam kandang penggembalaan ini, itu suatu
kebodohan.
Kesimpulannya;
nyanyian baru atau berlogat ganjil (bahasa roh/lidah) adalah hari perhentian
bagi mereka yang lelah/berbeban berat.
Mendengar harus sampai
menjadi pelaku. Tadi malam dalam kesempatan Ibadah Kaum Muda Remaja saya telah
sampaikan, bahwa firman Tuhan harus dijunjung lewat sengsara dan kematian
Yesus.
Roma 8:35-36
(8:35) Siapakah yang
akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan
atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau
bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada
tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari,
kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
Rasul Paulus
menghadapi tujuh perkara ini oleh karena Kristus, kemudian ia ada dalam
bahaya maut sepanjang hari, ia telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.
Tidak terpisah dari
kasih Kristus, berarti; tetap menjaga hubungan intim dengan Tuhan,
apapun harga kita bayar, bahkan sampai tetes darah yang terakhir, yaitu:
menjadi domba sembelihan, dan supaya kita boleh merasakan hari
perhentian/berlogat ganjil.
Rasul Paulus telah
membuktikan dirinya bahwa dia telah melangsungkan hubungan intim ... 2 Korintus:1-4.
Tapi aktualisasinya
juga di dalam Roma 8:35-36, jadi bukan hanya dalam perkataan saja
tetapi ini benar-benar dialami.
Ketika Rasul Paulus
diangkat ke tingkat yang ketiga, tidak ada orang yang tahu dan tidak ada orang
yang melihat, tetapi di bumi dia telah membuktikan hubungannya, dia tidak
terpisah dari hubungan intim/kasih Kristus. Hubungan intim tetap terjaga
sekalipun sampai tetes darah penghabisan, tetes darah yang terakhir, dan malam
ini kita sudah melihat.
Roma 8:37-39
(8:37) Tetapi dalam
semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah
mengasihi kita.
(8:38) Sebab aku
yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
(8:39) atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita.
Apapun dan siapapun
dan oleh kondisi apapun tidak ada yang dapat memisahkan hubungan intim antara
Rasul Paulus dengan Tuhan, entah hidup sekarang diberkati atau besok jauh lebih
diberkati, tidak akan bisa menghalangi hubungan intimnya dengan Tuhan.
Baik para
malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun
yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah,
ataupun sesuatu makhluk lain, pekerjaan, uang, hari ini situasi menguntungkan,
besok menguntungkan, atau besok tidak menguntungkan tetap saja keadaan itu
tidak bisa menghalangi hubungan intimnya dengan Tuhan.
Sepatutnya kita
bersyukur kepada Tuhan, sebab Dia baik. Orang-orang seperti inilah yang
merindukan pembukaan rahasia firman.
2 Korintus 12:6
(12:6) Sebab sekiranya
aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan
kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang
menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang
mereka dengar dari padaku.
Perkataan Rasul Paulus
tidak lebih besar dari perbuatannya. Kalau perkataan tidak sesuai dengan
perbuatan, nanti orang bisa memperhitungkan. Jadi, dia juga menjaga mulutnya.
Dia langsung buktikan,
dia memang menceritakan kepada jemaat di Korintus ketika ia diangkat ke tingkat
yang ketiga setelah empat belas tahun melayani Tuhan, namun dia buktikan juga
di dalam Roma 8 kepada sidang jemaat di Asia kecil
dan termasuk juga pada perorangan, dia ceritakan pengalaman itu.
Jadi, perkataan dan
perbuatannya sama, bahkan perbuatannya jauh lebih besar daripada perkataannya karena
dia bukan orang bodoh lagi.
Sudah melayani Tuhan, namun
adakalanya perkataan lebih besar daripada perbuatan, buktinya tidak ada dan
akhirnya kita malu sendiri.
Buktikan saja hubungan
intimmu itu dengan Tuhan, jaga dan peliharalah terus supaya ada
nyanyian-nyanyian baru yang tidak bisa diucapkan oleh siapapun.
Tanda-tanda memetik
kecapi dengan nyanyian baru, yaitu:
YANG PERTAMA:
Mazmur 33:2-3
(33:2) Bersyukurlah
kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali!
(33:3) Nyanyikanlah
bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!
Orang yang sedang
melangsungkan hubungan intim; ada ucapan syukur di dalam
dirinya, bukan persungutan.
YANG KEDUA:
Wahyu 15:1
(15:1) Dan
aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat
dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka
Allah.
Tujuh meterai dibuka
kemudian tujuh sangkakala ditiup, yang terakhir tujuh bokor atau
tujuh cawan murka Allah yang ditumpahkan oleh para malaikat ke atas bumi maka
segalanya telah berakhir.
Tuhan masih memberi
kesempatan kepada kita untuk melangsungkan hubungan intim lewat tiga macam
ibadah pokok di dalam kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan ini.
Manfaatkan dan gunakan dengan baik-baik selagi masih ada kesempatan.
Wahyu 15: 2
(15:2) Dan aku melihat
sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri
orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan
namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.
Orang-orang yang
telah mengalahkan binatang (yang keluar dari dalam laut, yaitu antikris, dan
binatang yang keluar dari dalam bumi, yaitu nabi-nabi palsu) juga mengalahkan
patungnya dan bilangan namanya (enam ratus enam puluh enam). Pada orang yang
menang ada kecapi Allah (ada nyanyian baru).
Wahyu 15:3
(15:3) Dan mereka menyanyikan
nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya:
"Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa!
Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!
Memainkan kecapi
dengan nyanyian baru itu adalah tanda kemenangan.
Menyanyikan dua
nyanyian sebagai tanda kemenangan, yaitu:
a. Nyanyian Musa -> tanda kemenangan terhadap Mesir
(dunia).
Semua yang ada di dalam dunia, yaitu: keinginan
daging, keinginan mata, keangkuhan hidup ... 1 Yohanes 2:16.
b. Nyanyian Anak Domba -> tanda kemenangan terhadap
Iblis atau Setan, itulah roh-roh jahat dan roh najis.
Kemenangan ini
menunjukkan bahwa:
- Besar dan ajaib segala
pekerjaan Allah, karena Dia Allah Yang Mahakuasa.
- Adil dan besar segala
jalannya, Dia Raja segala bangsa.
Orang-orang seperti
inilah yang memiliki kerinduan yang mendalam terhadap pembukaan rahasia firman
Allah.
Sekali lagi saya
tandaskan hubungan intim adalah: tanda ucapan syukur yang
mendalam dan tanda kemenangan terhadap dosa yang
ditimbulkan oleh dunia, dan oleh roh jahat dan roh najis. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel.U. Sitohang
No comments:
Post a Comment