IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 05 OKTOBER 2016
“KITAB KOLOSE”
(SERI: 96)
Subtema: KASIH MULA-MULA
MEMBERI KEKUATAN.
Shalom
saudaraku!
Selamat malam,
salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan
untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan.
Sebelum kita tersungkur di bawah kaki Tuhan, terlebih dahulu kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang
dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1: 21
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah
dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari
perbuatanmu yang jahat,
Kita perhatikan kalimat: “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”, ini menunjuk kepada :
- Bangsa kafir = orang-orang yang tidak bersunat.
- Orang fasik dengan segala perbuatan fasik mereka.
Saudaraku, mari
kita memperhatikan firman Tuhan. Jangan sampai kita menjalankan ibadah secara
lahiriah; ibadah tetapi tidak mengandung janji, tidak mau tahu dengan firman
Tuhan, tidak mau berubah, tidak mau menjadi manusia rohani.
Kalau kita bisa
melakukan firman itu karena kemurahan hati Tuhan.
Tidak mungkin kita bisa melakukan firman, kalau tidak mengerti firman. Dengan mendengar sampai mengerti/mendengar sampai menjadi pelaku,
sehingga menjadi manusia rohani.
Manusia rohani
semuanya rohani; perkataannya rohani, cara berpikirnya rohani, segala sesuatu
yang ada padanya menjadi rohani. Terlebih yang sudah tergembala harus menjadi
manusia rohani, jangan di depan terlihat baik tetapi di belakang sebaliknya
(tidak baik).
Lebih rinci kita
melihat; ORANG
YANG DAHULU HIDUP JAUH DARI ALLAH.
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran
dan dosa-dosamu.
Yang dahulu
hidup jauh dari Allah banyak melakukan pelanggaran dan banyak melakukan dosa,
sedangkan upah dosa adalah maut.
Itulah akhir hidup
orang yang dahulu hidup jauh dari Allah.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan
dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh
yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara
mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak
daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang
yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Penyebab-penyebab terjadinya dosa bagi mereka yang dahulu
hidup jauh dari Allah:
1.
Mengikuti jalan dunia ini.
Menunjukkan
bahwa dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk mempengaruhi dan
menghanyutkan anak-anak Tuhan sampai mengalami kematian rohani.
Kalau
anak-anak Tuhan mengalami kematian rohani, yang berduka adalah Roh Kudus.
Hal
yang seperti ini pun dianggap sepele bagi orang-orang dunia, mereka tidak
peduli sekalipun Roh Kudus berduka, tetapi bagi kita, itu sangat merugikan
bahkan membahayakan diri sendiri, sebab Roh Kudus adalah meterai sebagai tanda
milik Kristus.
2.
Mentaati penguasa kerajaan angkasa.
Pertanyaannya:
Siapakah mereka yang mentaati penguasa kerajaan angkasa?
Jawabnya:
mereka adalah orang-orang yang dikuasai roh pendurhakaan.
Roh
pendurhakaan = pemberontakan kepada Tuhan.
3.
Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak
daging.
Perlu
untuk diketahui:
- Orang yang hidup menurut keinginan daging memikirkan hal-hal
yang dari daging, berarti; tidak memikirkan hal-hal yang dari roh, perkara di
atas, perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan.
Tidak memikirkan ibadah dan pelayanan, berarti; tidak
memikirkan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam ibadah dan pelayanan itu
sendiri, tidak memikirkan kemajuan dalam kandang penggembalaan.
Kemajuan dari kandang penggembalaan terjadi kalau kerohanian
kita semakin maju dan semakin meningkat, sebaliknya kalau kerohanian kita tidak
maju/tidak meningkat, kandang penggembalaan pun tidak meningkat dan tidak maju.
Tidak mungkin penggembalaan maju sementara diri sendiri saja tidak maju.
- Hidup menurut keinginan daging menunjukkan bahwa seseorang berada
di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat; “mata
ganti mata, gigi ganti gigi”, arti rohaninya ialah kejahatan dibalas dengan
kejahatan = orang yang berbuat salah tidak luput dari penghukuman. Berarti,
mereka yang hidup di bawah hukum Taurat; tidak kenal belas kasih atau jauh dari
kasih karunia.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai
orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat
oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang
dikerjakan oleh tangan manusia, --
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak
termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa
Allah di dalam dunia.
Yang dahulu
hidup jauh dari Allah, berarti: “tanpa
Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam
dunia” = binasa, berujung kepada kematian yang kekal.
Itulah akhir
hidup orang yang dahulu hidup jauh dari Allah.
Keterangan: TANPA PENGHARAPAN.
Tanpa
pengharapan -> orang yang mudah putus asa, mudah kecewa, dan orang yang
seperti ini suka bersungut-sungut, suka ngomel,
dan dalam omelan itu suka mempersalahkan Tuhan dan sesama.
Perkara tanpa
pengharapan dikaitkan dengan PRIBADI AYUB.
Tujuh kali Ayub mengaku “tanpa
pengharapan”, yaitu:
1. Ayub 7: 6
(7:6)
Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan.
Ayub berkata: “Hari-hariku
berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan” = hidup tanpa pengharapan.
2. Ayub 13: 15
(13:15) Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan
bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya.
Ayub
berkata: “Lihatlah, Ia hendak membunuh
aku, tak ada harapan bagiku...”
Perkataan
ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa harapan.
3. Ayub 14: 19
(14:19) seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan
tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.
Ayub
berkata: “seperti batu-batu dikikis air,
dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.”
Perkataan
ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.
4. Ayub 17: 15a
(17:15) maka di manakah harapanku? Siapakah yang
melihat adanya harapan bagiku?
Ayub
berkata: “maka di manakah harapanku?”, menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa
pengharapan.
5. Ayub 17: 15b
(17:15) maka di manakah harapanku? Siapakah yang melihat adanya
harapan bagiku?
Ayub
berkata: “Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?”
Perkataan
ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.
6. Ayub 19: 10
(19:10) Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku
lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.
Ayub
berkata: “Ia membongkar aku di semua
tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.”
Perkataan
ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.
7. Ayub 27: 8
(27:8) Karena apakah harapan orang durhaka, kalau
Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?
Ayub
berkata: “Karena apakah harapan orang durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia
menuntut nyawanya?”
Perkataan
ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.
Inilah semua
perkataan Ayub yang menunjukkan bahwa dia hidup tanpa pengharapan.
Penyebab Ayub berkata bahwa hidupnya tanpa pengharapan.
Ayub 1: 1
(1:1) Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang
itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Ayub adalah
seorang yang saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Orang yang takut
akan Tuhan benci kejahatan, benci kecongkakan, benci ketinggian hati, dan lain
sebagainya, itulah Ayub.
Dan tidak ada orang yang lebih saleh dan lebih
jujur daripada Ayub pada masa itu.
Tetapi bagaimana bisa pada akhirnya Ayub
mengaku/berkata bahwa hidupnya tanpa pengharapan?
Ayub 1: 2-3
(1:2) Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga
anak perempuan.
(1:3) Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu
ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak
dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya
dari semua orang di sebelah timur.
Ayub mempunyai
sepuluh anak; tujuh laki-laki dan tiga perempuan. Kemudian, Ayub adalah orang yang terkaya dari semua orang di
sebelah Timur, karena dia mempunyai tujuh
ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima
ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar.
Ayub tinggal di
sebelah Timur, berarti dia tidak tinggal di Kanaan.
Ayub 1: 14-19
(1:14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata:
"Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,
(1:15) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya
serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput,
sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
(1:16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain
dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan
habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga
dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
(1:17) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain
dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu
unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya
aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada
tuan."
(1:18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain
dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang
makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
(1:19) maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang
padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa
orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput,
sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
Pada akhirnya,
semua harta kekayaan dan harta benda yang dipunyai oleh Ayub habis, ludes, lenyap.
Dengan empat
kali musibah, semua harta kekayaan Ayub habis lenyap.
Musibah yang
menimpa Ayub, antara lain:
1. “Sedang lembu sapi
membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,datanglah
orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya”.
2. “Api
telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan
penjaga-penjaga”.
3. “Orang-orang
Kasdim menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata
pedang”.
4. Tujuh anak lelaki dan tiga anak perempuan mati.
Inilah UJIAN YANG PERTAMA yang dihadapi oleh
Ayub. Harta kekayaan ludes, habis, oleh karena empat musibah yang terjadi
menimpa Ayub.
Saya kira, kalau
seseorang kehilangan/kehabisan harta, barangkali pergumulannya tidak berat
kalau anaknya tidak mati, tetapi Ayub; hartanya lenyap dan anaknya juga mati,
sangat menderita sekali.
Saudaraku, anak
adalah penghiburan bagi orangtua, titipan Tuhan, karunia Ilahi. Maka kalau
sidang jemaat sungguh-sungguh beribadah dan melayani itu adalah penghiburan
bagi gembala sidang, merupakan upah dari Tuhan Yesus. Tetapi kalau sidang
jemaat mati rohani, itulah yang menyusahkan, mengeringkan tulang seorang gembala sidang.
Betapa beratnya penderitaan
Ayub, namun mari kita lihat sikap Ayub saat menghadapi musibah yang pertama,
kedua, ketiga dan keempat.
Ayub 1: 20
(1:20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya,
dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
Sikap Ayub terhadap empat musibah yang menimpanya: mengoyak jubahnya,
dan mencukur kepalanya.
- Mengoyak jubah menunjukkan hati yang hancur.
- Mencukur kepala menunjukkan bahwa dia merasa diri tidak
layak di hadapan Tuhan.
Dalam
ketidaklayakan itu, kita lihat apa yang Ayub lakukan ...
Ayub 1: 21-22
(1:21) katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan
ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang
memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
(1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan
tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Ayub mengambil sikap
sujud menyembah kepada Tuhan = merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Tanda kerendahan hati Ayub di hadapan Tuhan: mengakui
segala keputusan Tuhan, dengan berkata: “TUHAN
yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”
Dalam semuanya
itu, Ayub tidak berdosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut = tidak
mempersalahkan keputusan Tuhan.
Ayub mau
menerima segala yang terjadi, tidak mempersalahkan keputusan Tuhan sehingga
dalam perkara ini dia tidak bersalah, tidak berdosa.
Biasanya, ketika
kebanyakan orang mengalami sedikit masalah dan musibah, langsung menuduh dan
berkata Tuhan tidak memperhatikan, Tuhan lupa = mempersalahkan Tuhan.
Sampai sejauh
ini, Ayub adalah pribadi yang luar biasa.
Ayub 2: 7-8
(2:7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu
ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu
kepalanya.
(2:8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk
menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
Ayub mengalami UJIAN YANG KEDUA, yaitu barah yang
busuk dari telapak kakinya sampai batu kepalanya, sehingga Ayub harus mengambil
sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
- Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk
badannya menunjukkan bahwa Ayub menerima apapun yang terjadi, dia tidak
bersungut-sungut, dia menerima keputusan Tuhan.
- Ayub duduk di tengah-tengah abu, menunjukkan bahwa ia
menyadari diri sebagai orang berdosa.
Ayub tetap
menunjukkan sikap yang rendah hati di hadapan Tuhan.
Ayub 2: 9
(2:9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih
bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Dari semua
musibah/penderitaan yang dialami Ayub, ia tidak mendapat dukungan atau penghiburan dari isterinya.
Di sini kita
melihat isterinya berkata:
- “Masih bertekunkah
engkau dalam kesalehanmu?”
- “Kutukilah
Allahmu dan matilah!"
Suami sendiri sedang
menanggung penderitaan tetapi isteri Ayub justru berkata demikian, bahkan
memerintahkan supaya Ayub mengutuki Allah, kalau tidak, matilah. Ayub
betul-betul tidak mendapatkan dukungan dari isterinya, justru menginginkan
kematiannya.
Sewaktu Ayub
kaya, isterinya mendukung Ayub untuk tekun dalam kesalehan, tetapi setelah
kehilangan harta, dan anak-anaknya, bahkan Ayub mengalami barah berbau busuk
dari ujung kaki sampai ujung kepala, isterinya justru membuat hati Ayub hancur.
Coba kita bayangkan, penderitaan macam apa lagi seperti ini, tidak ada
lagi penderitaan seperti Ayub ini, dimana ia tidak mendapat dukungan dari
isterinya.
Kalau pun harta
habis, anak dipanggil oleh Yang Mahakuasa, tetapi isteri masih tetap mendukung,
hatinya masih bisa terobati, tetapi isteri Ayub justru tidak mendukung. Isteri
macam apa seperti ini?
Pendeknya: Ayub
menanggung sendiri penderitaannya, tanpa dukungan dan tanpa penghiburan dari
sang isteri.
Ayub 2: 10
(2:10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara
seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi
tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat
dosa dengan bibirnya.
Jawab Ayub
kepada isterinya: “Engkau berbicara
seperti perempuan gila!”, selanjutnya Ayub berkata: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau
menerima yang buruk?”
Dalam semuanya
itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya karena ia tidak mau mengutuki
Tuhan seperti permintaan isterinya. Ayub tetap menjaga mulutnya.
Biarlah kita
juga tetap menjaga mulut bibir saat dalam kesusahan dan penderitaan, jangan sembarangan dalam berbicara.
kesimpulannya; kesusahan atau penderitaan yang dialami Ayub adalah
penderitaan di atas penderitaan.
Ayub 2: 11-12
(2:11) Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang
segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya
masing-masing, yakni: Elifas, orang Téman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar,
orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan
menghibur dia.
(2:12) Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak
mengenalnya lagi. Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring. Mereka mengoyak
jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit.
Kemudian, tiga
sahabat Ayub, yakni Elifas, orang Téman,
dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama, mengucapkan belasungkawa
dan menghibur Ayub.
Namun pada saat
mereka memandang Ayub, mereka tidak lagi mengenali Ayub, sampai akhirnya mereka
menangis dengan suara yang nyaring, ini menunjukkan bahwa penderitaan Ayub adalah
penderitaan di atas penderitaan.
Saudaraku, kalau
hanya menderita karena tidak ada uang, saya kira, orang itu masih mudah
dikenali, sekalipun mungkin terlihat lebih kurus karena kurang makan, karena
kurang tidur atau karena tidak terurus.
Tetapi kalau sampai
tidak dikenali, berarti penderitaan itu betul-betul di atas penderitaan.
Pengalaman yang
dialami oleh Ayub ini juga dialami oleh pribadi Yesus Kristus.
Yesaya 53: 1-5
(53:1) Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar,
dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai
tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga
kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.
(53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh
kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga
orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
(53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang
ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia
kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
(53:5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita,
dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan
keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi
sembuh.
Sebagai tunas
dari tanah kering: Ia tidak tampan dan
semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang Dia, dan rupa pun tidak
sehingga kita menginginkannya.
Ini terjadi
karena begitu hebatnya penderitaan yang dialami Yesus Kristus di atas kayu
salib, sampai tidak dikenali lagi.
Jadi, pengalaman
Ayub ada persamaannya dengan pengalaman Yesus Kristus.
Ayub yang
tertindas karena ujian dari Iblis atas seijin Tuhan, sebab Tuhan mau lihat
kesetiaannya di hadapan Tuhan, berbeda dengan Yesus yang menjadi tidak tampan dan tidak semarak, itu
karena Dia ditikam dan karena pemberontakan, karena dosa manusia.
Yesaya 53: 2
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai
tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada
sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita
menginginkannya.
Jadi, ketika
Ayub mengalami penderitaan yang begitu hebat, itulah yang Tuhan inginkan.
Tuhan
menginginkan kita semua, seperti Tuhan menginginkan Ayub.
Cara berpikir
manusia duniawi untuk diinginkan adalah dengan cara-cara duniawi, baik itu
dengan hartanya, dengan kekayaannya, dengan pemanisnya, dan lain-lain.
Tetapi di dalam
Tuhan tidak seperti itu; semakin hebat seseorang
dalam pergumulan dan tetap setia, maka ia semakin diinginkan oleh Tuhan.
Sebab ketika
manusia batiniah kita dibaharui, maka otomatis manusia lahiriah kita akan
merosot, maka kalau terjadi pembaharuan manusia batiniah dari sehari ke sehari
oleh karena banyaknya tekanan dan penderitaan, maka yang lahiriah semakin
merosot.
Itulah yang
Tuhan mau dari saya dan saudara, dan tentu kita juga menginginkannya.
Dalam Ayub pasal
1-2, Ayub masih bertahan dalam kesalehannya.
Tetapi kita mau
lihat; APAKAH AYUB BERTAHAN DI DALAM
KESALEHANNYA SEPERTI YESUS KRISTUS?
Ayub 3: 1-3
(3:1) Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari
kelahirannya.
(3:2) Maka berbicaralah Ayub:
(3:3) "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam
yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.
Dua hal
terlihat, antara lain:
1.
Ayub membuka mulutnya.
Artinya;
daging mulai bersuara, daging mulai memberontak, daging mulai ngomel.
2.
Mengutuki hari kelahirannya.
Berarti;
dia tidak menginginkan dirinya lahir dari kandungan ibunya = menyesal dilahirkan.
Ayub 3: 10-11
(3:10) karena tidak ditutupnya pintu kandungan ibuku, dan
tidak disembunyikannya kesusahan dari mataku.
(3:11) Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa
waktu aku keluar dari kandungan?
Ayub tidak
menginginkan hari kelahirannya dengan alasan supaya ia tidak melihat kesusahan
yang sedang menimpanya.
Akhirnya,
semakin terlihat kesalahan: ketika mulut bersuara, mulai terlihat kesalahan
demi kesalahan.
Kesalahan yang
pertama ketika mulut bersuara: Ayub
mengutuki hari kelahirannya.
Kemudian,
kesalahan yang kedua ...
Ayub 3: 12
(3:12) Mengapa pangkuan menerima aku; mengapa ada buah dada,
sehingga aku dapat menyusu?
Yang kedua
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Ayub berkata:
a.
“Mengapa
pangkuan menerima aku?”
Menunjukkan
bahwa Ayub tidak mau berada dalam
penggembalaan.
Kalau
kita berada dalam penggembalaan, itu seperti anak yang sedang diasuh oleh
ibunya, berarti ada dalam gendongan dua tangan. Namun hal ini disesali oleh
Ayub.
Penyesalan
Ayub ini tanda bahwa ia berubah setia. Oleh sebab itu wajar saja jika sampai
tujuh kali Ayub berkata hidupnya tanpa pengharapan.
b.
“Mengapa ada buah dada,
sehingga aku dapat menyusu?”
Menunjukkan
bahwa Ayub menyesali kasih Allah.
Buah
dada -> kasih Allah bapa, bagaikan dua loh batu di mana inti dari dua loh
batu adalah kasih; inti loh batu pertama adalah kasih kepada Tuhan dan inti loh
batu kedua adalah kasih kepada sesama.
Namun
hal ini juga disesali oleh Ayub; Ayub menyesali kasih Allah.
Kalau
kita hanya membaca sekejap, kita tidak akan bisa memahami kesalahan yang begitu
rupa ini, tetapi puji Tuhan, dengan segala hikmat dan rahasia yang dikaruniakan
kepada kita, sampai akhirnya kita dapat memahami kesalahan Ayub yang begitu
rupa, ia tidak lagi menginginkan kasih Allah, sebab terlalu berat penderitaan
yang dialami oleh Ayub.
Pada
awal mula mengalami penderitaan, Ayub masih bertahan, tetapi semakin lama beban
itu semakin terasa berat dia pikul, dan akhirnya dia mulai mengutuki Tuhan.
Hal
yang sama bisa terjadi dalam kehidupan kita kalau tidak mengerti rencana Tuhan;
menyesal digembalakan, menyesal mengenal kasih Tuhan.
Ayub 3: 13
(3:13) Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku
tertidur dan mendapat istirahat
Seandainya Ayub
tidak mengalami pergumulan, musibah tidak menimpa Ayub, ia berkata: “...aku sekarang berbaring dan tenang; aku
tertidur dan mendapat istirahat”.
Ini menunjukkan
jati diri Ayub sebagai si pemalas. Si pemalas itu suka istirahat, suka tidur,
tidak mau memikirkan pekerjaan Tuhan = orang yang malas tidak mau pikul salib.
Tetapi kalau
kita giat memikul salib di tengah-tengah ibadah pelayanan itu bukanlah si
pemalas.
Semakin parahlah kejatuhan
Ayub ini, sampai pada akhirnya dia mengaku bahwa hidupnya tanpa pengharapan sebanyak
tujuh kali.
Sekarang kita
lihat ...
Kesimpulan dari kejatuhan
Ayub.
Ayub 3: 4-9
(3:4) Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya
Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.
(3:5) Biarlah kegelapan dan kekelaman menuntut hari itu,
awan-gemawan menudunginya, dan gerhana matahari mengejutkannya.
(3:6) Malam itu -- biarlah dia dicekam oleh kegelapan;
janganlah ia bersukaria pada hari-hari dalam setahun; janganlah ia termasuk
bilangan bulan-bulan.
(3:7) Ya, biarlah pada malam itu tidak ada yang melahirkan,
dan tidak terdengar suara kegirangan.
(3:8) Biarlah ia disumpahi oleh para pengutuk hari, oleh
mereka yang pandai membangkitkan marah Lewiatan.
(3:9) Biarlah bintang-bintang senja menjadi gelap; biarlah
ia menantikan terang yang tak kunjung datang, janganlah ia melihat merekahnya
fajar,
Sampai akhirnya
Ayub menginginkan kegelapan, tidak lagi menginginkan terang itu, dia tidak suka
berada dalam terang.
Ada tiga
benda-benda penerang di cakrawala:
1. Matahari -> terang kasih dari Allah Bapa.
Fungsi
kasih: menutupi banyak sekali dosa, mengikat, mempersatukan dan menyempurnakan
hidup kita.
Orang
yang mengasihi Tuhan menyerahkan hidupnya sebagai persembahandan korban…. Efesus 5:2
2. Bulan -> terang kebenaran (firman) dari Anak Allah.
Yesus
adalah Anak Allah = firman Allah.
Pekerjaan
dari Allah Anak adalah melakukan kehendak Allah Bapa, dan itu adalah kebenaran.
3. Bintang ->terang dari Allah
Roh Kudus.
Pekerjaan
dari Roh Kudus: menghibur, menguatkan, menolong, mengingatkan, menyertai,
memimpin, mengajar dan menginsafkan kita.
Namun oleh
karena beratnya penderitaan itu, Ayub lebih menyukai kegelapan daripada terang,
dia tidak menginginkan lagi terang dari Allah Trinitas
di dalam nama Tuhan Yesus Kristus/ Bapa, Anak, Roh Kudus.
Saya berharap
kita kuat di dalam Tuhan, apalagi sudah menerima pembukaan rahasia
firman.Jangan sampai terjadi kejatuhan yang seperti ini, sangat mencelakakan
diri sendiri.
Jalan keluarnya.
YANG PERTAMA.
Ayub 1: 20-22
(1:20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan
mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
(1:21) katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari
kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang
memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
(1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan
tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Pendeknya; kembali kepada kasih mula-mula/ kasih yang semula.
Kalau kita tetap
berada dalam kasih mula-mula, kita tetap bisa menerima segala apapun yang
sedang terjadi.
Kasih mula-mula
itu; saat pertama kita bertobat, di situ kita menggebu-gebu untuk terus
melayani Tuhan.
Tanda pertobatan
adalah darah mengalir di atas kayu salib. Mezbah korban bakaran
-> tanda pertobatan.
Pertobatan yang
terlihat di sini: Ayub tidak berbuat dosa
dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Kasih mula-mula
itu pertobatan, tandanya: tidak pernah mempersalahkan Tuhan apapun yang
terjadi, selain berkobar-kobar melayani Tuhan, sampai puncaknya nanti kita satu
dalam tanda pengalaman kematian dan tanda dalam pengalaman
kebangkitan Yesus Kristus.
YANG KEDUA.
Ayub 2: 10
(2:10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara
seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi
tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat
dosa dengan bibirnya.
Ayub berpihak kepada Tuhan, mau menerima segala keputusan-keputusan Tuhan.
Kalau andaikata
Ayub berpihak kepada isterinya, pasti mulut dan bibirnya berdosa, tetapi di
sini kita lihat Ayub menjaga mulut dan bibirnya.
Kembalilah
kepada kasih mula-mula, cinta mula-mula -> pertobatan.
Pada saat kita
bertobat, cinta itu berkobar-kobar kepada Tuhan. Jangan redupkan kasih
mula-mula.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment