IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 19 OKTOBER 2016
“KITAB KOLOSE”
(SERI: 98)
Subtema: APA YANG
DITAKUTKAN ITU YANG MENIMPA SESEORANG.
Shalom saudaraku!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah
Doa Penyembahan.
Sebelum kita tersungkur di bawah kaki Tuhan,
terlebih dahulu kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1: 21
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari
Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari
perbuatanmu yang jahat,
Kita perhatikan kalimat: “Juga kamu yang dahulu
hidup jauh dari Allah”, ini menunjuk kepada :
- Bangsa kafir = orang-orang yang tidak bersunat.
- Orang fasik dengan segala perbuatan fasik mereka.
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah; banyak melakukan
pelanggaran juga banyak melakukan dosa, sedangkan upah dosa adalah maut.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti
jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang
sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung
di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Penyebab-penyebab terjadinya dosa:
1. Mengikuti
jalan dunia ini.
Menunjukkan
bahwa dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk mempengaruhi dan
menghanyutkan
kerohanian anak-anak Tuhan.
2. Mentaati penguasa kerajaan angkasa.
Pertanyaannya:
Siapakah mereka yang mentaati penguasa kerajaan angkasa?
Jawabnya:
mereka adalah orang-orang yang dikuasai roh pendurhakaan.
Roh
pendurhakaan = melawan/pemberontakan kepada Tuhan.
3. Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging.
Perlu
untuk diketahui:
- Hidup
menurut keinginan daging memikirkan hal-hal yang dari daging, berarti; tidak
memikirkan hal-
hal yang
dari roh, itulah perkara di atas, perkara rohani, yaitu ibadah dan pelayanan.
- Hidup menurut keinginan daging menunjukkan
bahwa seseorang berada di bawah hukum Taurat.
Hukum
Taurat; “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, arti rohaninya ialah
kejahatan dibalas dengan
kejahatan
= orang yang berbuat salah tidak luput dari penghukuman = binasa.
Mereka
yang hidup di bawah hukum Taurat tidak mengenal belas kasih, jauh dari kasih
karunia, maka
kebenaran
yang diperoleh karena hasil usaha sendiri. Orang yang seperti ini biasanya suka
menggagahi
kebenaran
dan kerajaan sorga merasa diri kuat, sehingga yang tertindas tetap tertindas.
Pendeknya,
setiap orang yang berada di bawah hukum Taurat akan binasa, berujung pada
kematian
yang kekal.
Ibadah Taurat =
ibadah yang dijalankan secara lahiriah. Misalnya, mulutnya memuji Tuhan tetapi
hatinya
jauh dari Tuhan = mempersembahkan tubuh jasmaninya kepada Tuhan tetapi
manusia
batiniah/manusia
dalam tidak dipersembahkan.
Lebih jauh kita melihat orang yang dahulu hidup
jauh dari Allah.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu --
sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak
bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat
lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia,
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak
termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan
yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah, berarti: “tanpa
Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam
dunia” = binasa, berujung kepada kematian yang kekal.
Keterangan: TANPA
PENGHARAPAN.
Dikaitkan dengan pribadi Ayub...
Tanpa pengharapan -> orang yang putus asa, mudah
kecewa, mudah goyah, dan orang yang seperti ini suka bersungut-sungut/tidak
tahu bersyukur.
Ayub 1:1
(1:1) Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama
Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Ayub adalah orang yang saleh, jujur, ia takut akan
Allah, dan ia menjauhi kejahatan.
Ayub1:2-3
(1:2) Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga
anak perempuan.
(1:3) Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba,
tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan
budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang
terkaya dari semua orang di sebelah timur.
Ayub mempunyai sepuluh anak; tujuh laki-laki dan tiga
perempuan, ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima
ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang
sangat besar, sehingga Ayub adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah
timur pada masa itu.
Tetapi pada akhirnya Ayub menghadapi ujian demi
ujian, di mulai dari...
Ujian pertama, yaitu: harta bendanya ludes, lenyap,
sepuluh anak-anaknya mati.
Ujian yang kedua, yaitu: baraK yang berbau busuk
dari telapak kaki sampai batu kepala... Ayub 2:7, dan Ayub juga
mengalami tekanan yang hebat dari sang isteri... Ayub 2:8.
Ayub 2:10
(2:10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau
berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari
Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub
tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Namun, dalam semuanya itu, Ayub tetap bertekun
dalam kesalehannya menunjukkan bahwa Ayub masih menaruh pengharapannya kepada
Allah.
Ayub 2:11-12
(2:11) Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar
tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari
tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Téman, dan Bildad, orang Suah,
serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa
kepadanya dan menghibur dia.
(2:12 )Ketika mereka memandang dari jauh, mereka
tidak mengenalnya lagi. Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring. Mereka
mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit.
Sahabat-sahabat Ayub memandang Ayub dari kejauhan, namun
mereka tidak mengenalnya lagi, berarti penderitaan yang dialami Ayub begitu
hebat/penderitaan di atas penderitaan.
Sekarang kita melihat Pasal 3...
Ayub 3:1
(3:1) Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan
mengutuki hari kelahirannya.
Namun pada akhirnya Ayub membuka mulutnya ->
Ayub sudah tidak mampu lagi menanggung penderitaan yang hebat.
Membuka mulut -> suara daging, adapun suara
daging Ayub, yaitu; “mengutuki hari kelahirannya”.
Ayub 3:2-3
(3:2) Maka berbicaralah Ayub:
(3:3) "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku
dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.
Ayub kembali berkata: "Biarlah hilang
lenyap hari kelahiranku”. Dalam hal ini Ayub betul-betul tidak ingin
dilahirkan oleh karena beban penderitaan yang sedang dialaminya.
Ayub 3:4
(3:4) Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah
kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang
menyinarinya.
Sampai pada Akhirnya, Ayub menginginkan kegelapan =
menginginkan kematian/kebinasaan, sesuai dengan perkataan Ayub pada Ayub
3:11.
Perlu diketahui: dalam kegelapan, Iblis berkuasa 1
Yohanes 5:19, berarti kalau menginginkan kegelapan = menginginkan kematian.
Ayub 3:25-26
(3:25) Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa
aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.
(3:26) Aku tidak mendapat ketenangan dan
ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang
timbul."
Sesungguhnya, lewat peristiwa ini (ujian demi ujian
yang dihadapi Ayub) terlihatlah ketakutan dan kecemasan Ayub, di mulai dari
harta benda lenyap, kematian anaknya, sampai ditimpa oleh baraK berbau busuk
dari ujung kaki sampai batu kepala.
Yang ditakutkan Ayub, itulah yang menimpa Ayub dan
yang mencemaskan Ayub itulah yang mendatangi Ayub.
Apa yang kita takutkan itu yang akan menimpa, dan
apa yang kita cemaskan justru itu yang mendatangi kita.
Kalau kita hindari untuk berkorban, justru kita
akan diproses oleh hal itu, kalau kita takut mengembalikan sepersepuluh, itu
yang mengejar-ngejar kita.
Kemudian, Ayub tidak mengalami ketenangan dan
ketentEraman itu -> bahwa Ayub hidup tanpa harapan.
Sesungguhnya, kalau kita terbiasa memikul salib dan
merendahkan diri, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan di hadapan Tuhan, maka
tidak ada sesuatu apapun yang harus ditakutkan dan dicemaskan, termasuk dalam
hal merendahkan diri, untuk menempatkan Kristus sebagai kepala, itu bukan
sesuatu yang menakutkan bahkan membuang harga diri, serta mempersembahkan
korban, yaitu: tenaga, pikiran, dan materi atau uang.
Pasal 4, sahabat-sahabat
Ayub mulai angkat suara terhadap Ayub.
Ayub 4:5
(4:5) tetapi sekarang, dirimu yang tertimpa, dan
engkau kesal, dirimu terkena, dan engkau terkejut.
Pada saat Ayub mengalami ujian, dia mulai kesal
dan terkejut oleh hal itu. Berarti tidak dapat menerima kenyataan yang
ada.
Jadi apa yang ditakutkan Ayub justru itu yang
menimpanya dan apa yang dicemaskan justru itu yang mendatangi dia.
Ayub 4:6
(4:6) Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu,
dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?
Elifas berkata: “Bukankah kesalehan hidupmu
menjadi pengharapanmu?” dalam hal ini, Elifas mengingatkan kembali
kesalehan Ayub supaya ia tetap menaruh harapannya kepada Allah.
Kesimpulannya:
- Ayub fasal 1-2 -> Ayub masih bertahan
dalam kesalehan.
- Ayub fasal 3 -> Ayub mulai membuka
mulut dengan mengutuki hari kelahirannya -> suara daging.
- Ayub fasal 4 dan 5 -> percakapan Ayub
dengan sahabat-sahabatnya dan sekaligus menerima
nasihat Elifas.
- Ayub fasal 6 -> Ayub kecewa terhadap
sahabat-sahabatnya karena tidak membela perkaranya.
Sekarang kita memperhatikan bagian dari pasal 7...
Ayub 7:1
(7:1) "Bukankah manusia harus bergumul di
bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?
Hidup itu berat karena, manusia harus bergumul di
atas muka bumi ini, memikul salibnya. Pergumulan itu digambarkan seperti
hari-hari orang upahan, bekerja satu hari maka ia akan mendapat upah satu hari.
Jadi bagi anak-anak Tuhan, terutama yang sudah
melayani jangan biasakan bermalas-malasan. Malas = jahat... Matius 25:26.
Kalau di tempat pekerjaan kita bisa rajin, terlebih
lagi untuk Tuhan.
Ayub 7:11-12
(7:11) Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan
mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan
hatiku.
(7:12) Apakah aku ini laut atau naga, sehingga
Engkau menempatkan penjaga terhadap aku?
Ayub berkata: “Apakah aku ini laut atau
naga, sehingga Engkau menempatkan penjaga terhadap aku?”
Laut atau naga -> sesuatu yang menakutkan,
membahayakan, serta liar, sehingga harus diwaspadai.
Pendeknya, Ayub tidak dapat lagi menahan mulutnya,
dia berbicara dalam kesesakan jiwanya, mengeluh dalam kepedihan hatinya. Tetapi
ini adalah pembelaan diri, di mulai dari pasal 3 Ayub membuka
mulut, bahkan pada pasal 7 tidak lagi menahan mulutnya, sehingga ia
berkeluh kesah dalam kepedihannya.
Kalau satu kali kita berani membuka mulut,
seterusnya tidak bisa menahan mulut ini. Daging satu kali dibiarkan bersuara,
maka seterusnya daging ini akan merajalela dan tidak bisa lagi ditahan.
Oleh sebab itu berhati-hatilah terhadap mulut,
daging jangan dibiarkan bersuara.
Perkataan “Apakah aku ini laut atau naga” ->
Ayub adalah pribadi yang berbahaya, menakutkan, dan mencelakakan.
Ayub 7:13-14
(7:13) Apabila aku berpikir: Tempat tidurku akan
memberi aku penghiburan, dan tempat pembaringanku akan meringankan keluh
kesahku,
(7:14) maka Engkau mengagetkan aku dengan impian
dan mengejutkan aku dengan khayal,
Ayub berharap, tempat tidur dan pembaringannya
sebagai penghiburan dan akan meringankan keluh kesahnya. Tetapi sebaliknya,
Ayub merasa ujian yang menimpanya, mengagetkan impiannya dan mengejutkan dia.
Ayub 7:15
(7:15) sehingga aku lebih suka dicekik dan mati
dari pada menanggung kesusahanku.
Sampai akhirnya, Ayub lebih suka dicekik mati
daripada hidup namun menanggung kesusahan (memikul salib). Akhirnya menjadi
bodoh, seolah-olah salib itu membuat dia susah.
Sebenarnya simple, seandainya salib adalah sesuatu
yang tidak menakutkan, seharusnya semua peristiwa-peristiwa itu harus dipikul,
tetapi karena bagi dia itu adalah sesuatu yang menakutkan, justru ketakutan itu
yang menimpa dia, lalu pada saat dia menghadapi ujian itu, dia kaget, dia
terkejut, dia kesal.
Ayub lebih suka dicekik mati daripada menanggung
kesusahan, karena apa yang ditakutkan, dan dicemaskan Ayub justru itu yang
menimpa dan mendatangi Ayub.
Ayub 7:16
(7:16) Aku jemu, aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya.
Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja.
Dan Ayub mulai jemu dalam hidupnya, karena ia merasa hidupnya hanya seperti hembusan nafas saja, yang sebentar berlalu.
Berarti sudah bertolak belakang dengan apa yang dikerjakan Yesus di atas kayu
salib, oleh karena salib Yesus harus menanggung penderitaan bahkan mati dan
hari yang ketiga Dia bangkit.
Pasal 8 sampai dengan pasal
28, masih tetap percakapan antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya.
Bagian-bagian dari percakapan Ayub dengan
sahabat-sahabatnya...
Ayub 22:2
(22:2) "Apakah manusia berguna bagi Allah?
Tidak, orang yang berakal budi hanya berguna bagi dirinya sendiri.
Sesungguhnya Tuhan tidak butuh kita, sebaliknya
kitalah yang membutuhkan Tuhan. Jadi jangan ada orang bermegah karena memiliki
kemampuan, potensi, dan berkata, karena saya. Tuhan tidak butuh orang
seperti itu.
Kalaupun kita dipercaya melayani Tuhan itu karena
kemurahan hati Tuhan, anugerah Allah, bukan karena siapa-siapa, oleh sebab itu
jangan suka bermegah.
Ayub 22:3-5
(22:3) Apakah ada manfaatnya bagi Yang Mahakuasa,
kalau engkau benar, atau keuntungannya, kalau engkau hidup saleh?
(22:4) Apakah karena takutmu akan Allah, maka
engkau dihukum-Nya, dan dibawa-Nya ke pengadilan?
(22:5) Bukankah kejahatanmu besar dan kesalahanmu
tidak berkesudahan?
Perlu untuk diketahui; Ayub menghadapi ujian bukan
karena ia benar, saleh, takut akan Tuhan, tetapi karena dosanya yang
besar itu, karena kejahatannya yang besar itu. Di mulai dari membuka mulut,
sampai dengan tidak bisa menahan mulut, itu dosa besar.
Sebab itu jangan pernah merasa kita ini sudah
berbuat baik, saleh, benar, jujur, takut Tuhan, karena salib Kristus harus
tetap ditegakkan di tengah ibadah dan pelayanan ini.
Berarti harus bergumul di atas muka bumi. Jangan
mengukur rencana Tuhan dengan kebaikan dan pengorbanan kita, karena salib
adalah tolak ukur segala sesuatu di dalam pengikutan, pengiringan kita kepada
Tuhan bukan yang lain-lain.
Terkadang kita salah mengerti karena kita sudah
banyak berbuat baik, banyak berkorban, seolah-olah kita bisa unjuk diri, tetapi
Tuhan tak butuh itu, karena salib tetap ditegakkan.
Kita bersyukur, siapa lagi yang meluruskan cara
berpikir kita kalau bukan Tuhan. Kalau tidak mengerti tentang kebenaran
yang berasal dari salib maka yang kita bawa adalah kebenaran kita
sendiri.
Ayub pasal 1, Ayub saleh,
jujur, takut akan Tuhan, tapi Elifas berkata : apa artinya itu semua kalau tidak
pikul salib, apa artinya pengorbanan, perbuatan baik kalau tidak memikul salib?
Seirama dengan pernyataan Rasul Paulus, biarpun dia membakar dirinya,
kalau tidak memiliki kasih semuanya tidak ada artinya...1 Korintus 13:1-3.
Ayub Pasal 31, Ayub
mengeluh, mengaku tidak bersalah. Berarti masih tetap merasa diri benar (tidak
bersalah).
Ayub Pasal 32, Elihu
turut angkat suara, selain tiga sahabat Ayub yang lain.
Dari pasal 4, pembelaan Ayub disanggah oleh
ketiga orang sahabat-sahabatnya, tapi pada pasal 32:1, ketiga sahabatnya
berhenti menyanggah pembelaan atau keluh kesah Ayub.
Ayub 32:1
(32:1) Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan
mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.
Tiga sahabat Ayub menghentikan sanggahan mereka
terhadap Ayub, karena Ayub masih membela dirinya. Merasa diri saleh, benar,
jujur, takut akan Tuhan, sehingga salib Kristus yang salah.
Ayub 32:2-3
(32:2) Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang
Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih
benar dari pada Allah,
(32:3) dan ia juga marah terhadap ketiga orang
sahabat itu, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan
sanggahan.
Disini kita melihat, Elihu marah terhadap Ayub dan
kepada ketiga sahabat Ayub, yaitu:
- Karena Ayub menganggap dirinya lebih benar
dari pada Allah.
- Marah terhadap ketiga sahabat Ayub, karena mereka
mempersalahkan Ayub dalam kesalahan Ayub.
Sahabat
Ayub mempersalahkan Ayub = mempersalahkan yang salah. Mempersalahkan yang salah
dan membenarkan yang benar itu salah, kita tidak berhak untuk
menghakimi siapapun, yang benar tidak boleh kita benarkan dan
yang salah tidak boleh kita salahkan, yang terpenting memikul salibnya
saja.
Kesimpulannya, tidak berpihak kepada yang benar
atau kepada yang salah menunjukkan bahwa Elihu berpihak kepada salib Kristus,
dengan segala kerelaan dan kerendahan hatinya.
Ayub pasal 33 ->
Allah berfirman kepada manusia dengan berbagai-bagai cara dan dalam hal ini
Elihu mulai meluruskan segala sesuatunya.
Ayub 33:7
(33:7) Jadi engkau tak usah ditimpa kegentaran
terhadap aku, tekananku terhadap engkau tidak akan berat.
Sidang jemaat tidak usah takut kepada gembala
sidang, karena firman yang disampaikan gembala sidang itu tidak berat, dengar
saja. Takut hanya kepada Tuhan Allah saja, namun soal hormat 2 X lipat kepada
orang yang memberi pengajaran itu boleh.
Ayub 33:8-12
(33:8) Tetapi engkau telah berbicara dekat
telingaku, dan ucapan-ucapanmu telah kudengar:
(33:9) Aku bersih, aku tidak melakukan pelanggaran,
aku suci, aku tidak ada kesalahan.
(33:10) Tetapi Ia mendapat alasan terhadap aku, Ia
menganggap aku sebagai musuh-Nya.
(33:11) Ia memasukkan kakiku ke dalam pasung, Ia
mengawasi segala jalanku.
(33:12) Sesungguhnya, dalam hal itu engkau tidak
benar, demikian sanggahanku kepadamu, karena Allah itu lebih dari pada manusia.
Elihu menyanggah Ayub, karena Ayub merasa diri
lebih baik, merasa diri lebih benar, lebih suci dan menuduh, bahwa Tuhan telah
memasung kakinya.
Ujian demi ujian terjadi atas seijin Tuhan dan cara
Tuhan mendidik seorang dengan yang lain berbeda-beda.
Tuhan mempunyai cara untuk mendidik seseorang, bisa
lewat menghabiskan hartanya agar semakin rendah hati, bisa lewat kematian
anak-anaknya, cara Tuhan tidak sama seperti cara manusia. Tuhan bukan manusia
dan manusia bukan Tuhan.
Inilah (Elihu) yang benar, tidak berpihak
kepada yang benar dan tidak mempersalahkan yang salah, tetapi kebenaran salib
diluruskan. Itulah beban dari seorang gembala yang bertanggung jawab dan harus
berpihak kepada salib, tidak boleh berpihak kepada siapa-siapa.
Ayub 33:14-16
(33:14) Karena Allah berfirman dengan satu dua
cara, tetapi orang tidak memperhatikannya.
(33:15) Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam,
bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur,
(33:16) maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan
mereka dengan teguran-teguran.
Allah berfirman dengan berbagai-bagai cara, tetapi
banyak orang tidak memperhatikannya.
Allah berfirman dengan cara; lewat mimpi,
penglihatan waktu malam, tujuannya yaitu:
- Untuk membuka telinga manusia = dengar-dengaran.
- Mengejutkan mereka dengan teguran-teguran,
artinya supaya tidak tidur rohani/tidak mati rohani =
disadarkan kembali.
Sebetulnya, pengalaman kematian itu sangat unik
sekali, tidak dapat diselami oleh akal pikiran, manusia, justru lewat pengalaman
kematian, kita menjadi pribadi yang dengar-dengaran, dan disadarkan dari setiap
kesalahan-kesalahan yang kita perbuat selama ini. Dari salib kita dapat
menyerap hikmat Allah yang tidak dimiliki oleh manusia duniawi.
Waktu di luar Tuhan, kita banyak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan, tetapi sekarang kita memperoleh hikmat
lewat sengsara salib dan pengalaman kematian.
Kalau saya tidak melewati tanda di dalam pengalaman
kematian dan kebangkitan bersama dengan Tuhan, saya juga tidak dipercayakan
untuk menyampaikan hal ini, itu sudah pasti.
Pengalaman salib beberapa tahun yang lalu berbeda
dengan pengalaman salib yang saya alami sekarang, karena ujiannya berbeda-beda.
Ayub 33: 17-18
(33:17) untuk menghalangi manusia dari pada
perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang,
(33:18) untuk menahan nyawanya dari pada liang
kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.
Tujuan dari teguran-teguran Tuhan
yang menimpa Ayub, yaitu:
1. Untuk menghalangi manusia dari pada
perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan.
2. Untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur,
dan penderitaan/kesakitan.
Ayub pasal 34 ->
Elihu memberitahukan kepada Ayub, bahwa Allah tidak berlaku curang dengan
pengadilan-Nya.
Ayub pasal 35 ->
Allah memperhatikan penderitaan manusia.
Ayub pasal 36
-> Elihu memberitahukan tujuan penderitaan/sengsara adalah pertobatan.
Ayub 36:15
(36:15) Dengan sengsara Ia menyelamatkan
orang sengsara, dengan penindasan Ia membuka telinga mereka.
Tujuan dari sengasara salib/penderitaan, yaitu;
- Dengan sengsara, Allah menyelamatkan orang
sengsara, yaitu; orang yang lemah dan tertindas.
- Dengan penindasan, Tuhan membuka telinga mereka,
supaya dengar-dengaran.
Ayub 36:18-21
(36:18) janganlah panas hati membujuk engkau
berolok-olok, janganlah besarnya tebusan menyesatkan engkau.
(36:19) Dapatkah teriakanmu meluputkan engkau dari
kesesakan, ataukah seluruh kekuatan jerih payahmu?
(36:20)Janganlah merindukan malam hari, waktu
bangsa-bangsa pergi dari tempatnya.
(36:21) Jagalah dirimu, janganlah berpaling kepada
kejahatan, karena itulah sebabnya engkau dicobai oleh sengsara.
Syarat-syarat untuk menanggung
penderitaan/sengsara salib.
1. Jangan membiarkan panas
hati merayu/membujuk untuk berolok-olok kepada Tuhan.
Orang yang berolok-olok kepada Tuhan adalah
orang yang panas hati, jadi panas hati itu jangan
dibiarkan membujuk kita untuk memberontak kepada Tuhan.
2. Janganlah besarnya tebusan
menyesatkan engkau, artinya jangan karena perbuatan besar kita membela
diri.
3. Jangan merindukan malam hari
-> kegelapan dosa, dimana Iblis berkuasa di dalamnya.
4. Janganlah berpaling kepada
kejahatan, sekalipun berat dan susah saat memikul salib. Itulah sebabnya,
seseorang dicobai oleh sengsara.
Saat mengalami sengsara, kita jangan menjauh,
justru itu yang akan membuat seseorang mengalami
sengsara yang berat.
Masih tetap pada pasal 36...
Ayub 36: 22
(36:22) Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam
kekuasaan-Nya; siapakah guru seperti Dia?
Sesungguhnya Allah itu mulia di dalam
kekuasaan-Nya.
Kalimat: “siapakah guru seperti Dia?”, Allah
telah menyatakan kemuliaan-Nya lewat sengsara salib -> Dia adalah guru
yang ajaib, Dia guru di atas segala guru.
Ayub 36:23-24
(36:23) Siapakah akan menentukan jalan bagi-Nya,
dan siapa berani berkata: Engkau telah berbuat curang?
(36:24) Ingatlah, bahwa engkau harus menjunjung
tinggi perbuatan-Nya, yang selalu dinyanyikan oleh manusia.
Karya Allah yang terbesar adalah salib Kristus, itu
yang selalu kita junjung tinggi. Tidak usah kita bantah apa yang diajarkan-Nya.
Dan tidak usah ragu, yang terpenting junjung tinggi korban Kristus, itulah
karya Allah yang terbesar.
Itulah semua yang disampaikan/diajarkan oleh Elihu
kepada Ayub, sebab Elihu adalah hamba Tuhan yang berpegang teguh kepada
kebenaran, karena menjunjung tinggi salib Kristus.
Pertanyaannya, siapakah Elihu?
Ayub 32:7
(32:7) Pikirku: Biarlah yang sudah lanjut usianya
berbicara, dan yang sudah banyak jumlah tahunnya memaparkan hikmat.
Biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara, dan
yang lebih tua berbicara kepada yang lebih muda(Elihu), dan yang sudah banyak
pengetahuannya memaparkan hikmat dari Allah itulah yang benar. Perkataan ini
menunjukkan bahwa Elihu adalah seorang yang rendah hati.
Ayub 32:8-9
(32:8) Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas
Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian.
(32:9) Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai
hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan.
Kalimat “Tetapi roh yang di dalam manusia, dan
nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian” -> kepada
firman Kristus. Elihu adalah orang yang memiliki firman tentang salib
Kristus.
Elihu memiliki hikmat Kristus, firman tentang salib
Kristus , sehingga ia bisa mengajarkan segala sesuatunya tentang salib kepada
Ayub, sehingga sekalipun usianya lebih muda dia bisa ajarkan.
Manusia diciptakan oleh firman dengan hembusan
nafas Allah, itulah firman Kristus. Itu yang menjadikan, dan dari situlah hikmat
Tuhan, bukan dari banyaknya pengetahuan seseorang, dan bukan umur karena
seseorang tua. Inilah yang harus kita miliki, supaya kita jangan berbuat bodoh
lagi, dan jangan bermegah, merasa diri benar.
Sekalipun usia masih muda, tetapi kalau seseorang
memperhatikan firman tentang salib Kristus, di situ seseorang memiliki hikmat
dan itu bisa kita nyatakan kepada orang-orang di luaran sana, sekalipun usia
mereka lebih tua.
Ayub pasal 37 -> Ayub mulai sadar atas kemuliaan Allah di alam semesta.
Jadi seseorang hanya bisa disadarkan oleh
pemberitaan firman tentang salib Kristus. Mungkin memang sakit bagi daging
karena secara to the point menunjuk dosa, namun berkuasa menyadarkan
seseorang. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment