IBADAH DOA
PENYEMBAHAN 28 SEPTEMBER 2016
“KITAB KOLOSE”
(SERI 95)
Subtema
: PENGHIBURAN YANG DITIMBULKAN OLEH IMAM BESAR MENURUT PERATURAN MELKISEDEK.
Shalom…!!!
Selamat
malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya, salam dalam kasih Kristus.
Dengan
kasih sayang dan kasih setia-Nya yang abadi, kita dimungkinkan untuk melangsungkan
Ibadah Doa Penyembahan malam ini.
Sebelum
kita tersungkur di kaki Tuhan, terlebih dahulu kita memperhatikan firman
penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim Rasul Paulus
kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1:21
(1:21) Juga kamu yang
dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran
seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,
Kita
perhatikan kalimat: “Kamu yang dahulu
hidup jauh dari Allah.”
Ini
menunjuk kepada:
- Bangsa kafir = orang-orang yang tidak
bersunat.
- Orang fasik dengan segala perbuatan fasik
mereka.
Orang
yang dahulu hidup jauh dari Allah memusuhi Allah dalam hati dan pikiran mereka
itu terlihat dari setiap perbuatan jahat.
Pendeknya,
setiap perbuatan jahat menunjukkan bahwa seseorang hidup jauh dari Allah
sekalipun dia berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Lebih rinci kita
melihat;
ORANG YANG
HIDUP JAUH DARI ALLAH.
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu
sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Yang
dahulu hidup jauh dari Allah banyak melakukan pelanggaran dan banyak melakukan
dosa, sedangkan upah dosa adalah maut.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di
dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa
kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang
durhaka.
(2:3) Sebenarnya
dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam
hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat.
Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka
yang lain.
Penyebab-penyebab
terjadinya dosa:
1. “Mengikuti
jalan dunia ini”.
Dunia
ini memiliki arus yang begitu deras untuk mempengaruhi kehidupan anak-anak
Tuhan, sampai
menghanyutkan/menenggelamkan kerohanian
anak-anak Tuhan.
Pendeknya;
anak-anak Tuhan akan mengalami kematian rohani oleh karena arus dunia ini.
2. “Mentaati
penguasa kerajaan angkasa”.
Siapakah
orang yang mentaati penguasa kerajaan angkasa?
Jawabnya:
Mereka adalah orang yang dikuasai oleh roh pendurhakaan.
Roh
pendurhakaan = memberontak dan melawan kepada Allah.
3. “Hidup
di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging”.
Perlu untuk diketahui:
- Hidup menurut daging memikirkan hal-hal yang
dari daging, berarti; tidak memikirkan hal-
hal yang dari Roh, itulah perkara-perkara di
atas atau perkara rohani yaitu ibadah dan pelayanan
kepada Tuhan.
- Hidup menurut daging menunjukkan bahwa
seseorang berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat, berarti; “mata ganti mata, gigi ganti gigi.”
Arti rohaninya; kejahatan dibalas
dengan kejahatan = tidak luput dari penghukuman, berarti binasa,
berujung pada kematian yang kekal.
Pendeknya, orang yang berada di bawah
hukum Taurat tidak mengenal belas kasih/jauh dari kasih
karunia Tuhan.
Lebih
jauh kita melihat yang dahulu hidup jauh dari Allah.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu
ingatlah, bahwa dahulu kamu sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging,
yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya
"sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia,
(2:12) bahwa waktu
itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat
bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa
Allah di dalam dunia.
Yang
dahulu hidup jauh dari Allah, berarti: “tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan
Israel, tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa
pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia ini.”
Pendeknya,
yang dahulu hidup jauh dari Allah binasa dan berujung pada kematian yang kekal.
Dari
referensi ayat-ayat yang sudah kita terima ini sangat membuktikan sekali, bahwa
orang-orang yang dahulu hidup jauh dari Allah, itulah bangsa kafir, dan orang
fasik dengan segala kefasikan mereka akan berujung kepada kematian. Ini tidak
bisa terbantahkan.
Sebab
itu, kita patut bersyukur, kita yang dahulu hidup jauh dari Allah, sekarang
kita berada di dalam Tuhan oleh darah Yesus Kristus, oleh karena kemurahan hati
Tuhan. Dan kesempatan ini jangan disia-siakan.
Keterangan:
TANPA
PENGHARAPAN.
Tanpa
pengharapan = putus asa/putus harap, mudah goyah, mudah kecewa, selalu pesimis tidak
optimis dalam dirinya sendiri, mudah dipengaruhi oleh situasi kondisi, suasana, keadaan yang
ada disekitarnya.
Tanpa pengharapan dikaitkan
dengan pribadi Ayub.
Ada
tujuh kali Ayub berkata TANPA PENGHARAPAN, antaralain:
Yang pertama:
Ayub 7:6
(7:6) Hari-hariku
berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan.
Ayub
berkata: berakhir (hidupnya) tanpa
harapan.
Dasar
pemikiran Ayub: Hari-harinya berlalu lebih cepat dari pada torak.
Torak
= alat tenun berupa tabung yang di dalamnya berisi kumparan/gulungan benang.
Yang kedua:
Ayub 13:15
(13:15) Lihatlah,
Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak
membela perilakuku di hadapan-Nya.
Ayub
berkata: Tak ada harapan bagiku =
tanpa pengharapan.
Dasar
pemikiran Ayub: Ia (Allah) hendak membunuh Ayub.
Ini
adalah pemikiran konyol, karena Tuhan tidak pernah mempunyai rencana
untuk membunuh siapapun ciptaan-Nya. Kalaupun akhirnya seseorang binasa, berada
di dalam lautan api yaitu, kematian yang kedua , itu datangnya dari,
pedang yang keluar dari mulut Allah sebagai hakim yang
adil.
Yang ketiga:
Ayub 14:19
(14:19) seperti
batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat,
demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.
Ayub
berkata: demikianlah Kau hancurkan harapan manusia = tanpa
pengharapan.
Dasar
pemikiran Ayub: seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya
oleh hujan lebat.
Yang keempat:
Ayub 17:15a
(17:15a) maka di
manakah harapanku?
Ayub
berkata: maka di manakah harapanku? = tanpa
pengharapan.
Dasar
pemikiran Ayub: tidak melihat adanya
sebuah harapan, sehingga Ayub berkata seperti
itu.
Yang kelima:
Ayub 17:15a
(17:15b) siapakah
yang melihat adanya harapan bagiku?
Ayub
berkata: siapakah yang melihat adanya
harapan bagiku?
Dasar
pemikiran Ayub: harapan menurut sudut pandang manusia.
Sebetulnya
itu bukan lagi pengharapan, karena pengharapan yang dilihat itu bukan lagi
pengharapan, tetapi pengharapan
itu adalah sesuatu yang tidak dilihat, sehingga kita bertekun di situ untuk
menantikan pengharapan itu.
Yang keenam:
Ayub 19:10
(19:10) Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga
aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.
Ayub
berkata: seperti pohon harapanku dicabut-Nya = tanpa pengharapan.
Dasar
pemikiran Ayub: Ia (Allah) membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap.
Yang ketujuh:
Ayub 27:8
(27:8) Karena apakah
harapan orang durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?
Ayub
berkata: Karena apakah harapan orang
durhaka = tanpa pengharapan.
Dasar
pemikiran Ayub: kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya maka
tidak ada pengharapan.
Kesimpulannya:
Ayub berkata tanpa pengharapan sebanyak tujuh kali, karena dasar pemikirannya
yang salah.
Seringkali
kita melihat apa yang terjadi di dalam kehidupan kita dari sudut pandang
pemikiran kita.
Ayub memandang segala sesuatu yang terjadi
menimpa kehidupannya itu menurut dasar pemikirannya sendiri, sehingga
salah-salah melihat keputusan yang Tuhan nyatakan.
Saat
susah seringkali kita berkata Tuhan tidak baik, ini adalah dasar pemikiran
yang tidak baik. Saat menganggur (belum mendapat pekerjaan) kita
berkata, Tuhan kejam, tidak peduli, tidak memperhatikan, meninggalkanku,
melupakanku, inilah dasar pemikiran yang salah.
Sebagai
pembuktiannya.
Ayub 6:8-10
(6-8) Ah, kiranya terkabul permintaanku dan Allah
memberi apa yang kuharapkan!
(6:9) Kiranya Allah
berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi
nyawaku!
(6:10) Itulah yang
masih merupakan hiburan bagiku, bahkan aku akan melompat-lompat kegirangan di
waktu kepedihan yang tak kenal belas kasihan, sebab aku tidak pernah menyangkal
firman Yang Mahakudus.
Disini
kita melihat, Ayub mengharapkan kematiannya karena kepedihan yang tak kenal
belas kasihan. Bahkan menurut Ayub, dia tidak pernah merasa menyangkal
firman yang Maha Kudus.
Tadi
sewaktu membaca ayat ini, saya berpikir,
kepedihan yang dialami Ayub ini jarang sekali dialami banyak orang, sampai
akhirnya Ayub ingin meminta kematian.
Dan
saya berpikir, belum seperti Ayub, kebanyakan orang sudah
mempersalahkan Tuhan yang bukan-bukan. Ayub menanggung penderitaan itu dari
hari kehari, minggu ke minggu
bulan ke bulan, tahun ke tahun,
sampai dia inginkan kematian.
Bayangkan
dari orang kaya menjadi miskin, dan semua anaknya
mati, kemudian bara di sekujur tubuhnya dari batok kepala sampai ujung kaki
tidak berhenti sampai di situ,
penderitaan yang hebat ini tidak ditopang seorang isteri.
Sampai
dia berharap kematiannya menjadi penghiburan baginya, karena betapa beratnya
penderitaan yang dia alami, penderitaan Ayub disebut penderitaan yang tak kenal
belas kasihan.
Tetapi
saya berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan bagi kita semua dan biarlah firman
ini menjadi berkat bagi kita semua.
Kalau
misalnya, seorang suami menderita, isteri tetap mendukung,
kondisi ini mungkin masih terasa ringan. Tetapi yang terjadi pada Ayub tidak
mendapat dukungan dari isterinya, dan tidak mendapat
penghiburan dari anaknya karena semua anak-anaknya sudah
mati dan seluruh hartanya sudah habis.
Dan
bahkan pada ayat yang lain dalam kitab
Ayub, orang yang hina (pembantunya) tidak mengakui dia lagi, menganggap
Ayub hina. Betapa hinanya Ayub, lebih hina dari orang-orang hina, inilah yang
dialami oleh Ayub.
Sehingga
dia meminta kematiannya, sebagai penghiburan bagi
dia. Karena kepedihan yang tidak mengenal belas kasih = kepedihan di atas
kepedihan.
Ayub 17:13-14
(17:13) Apabila aku
mengharapkan dunia orang mati sebagai rumahku, menyediakan tempat tidurku di
dalam kegelapan,
(17:14) dan berkata kepada liang kubur: Engkau
ayahku, kepada berenga: Ibuku dan saudara perempuanku,
Ayub
mengharapkan dunia orang mati sebagai rumahnya, tempat tidurnya di dalam
kegelapan.
1.
Dunia
orang mati:
tidak pernah berkata cukup, selalu kurang dan kurang.
Digambarkan seperti
dua hal, yaitu:
- Padang
gurun, sekalipun hujan turun di atasnya tidak terlihat bekasnya.
- Si
lintah, mempunyai dua anak, yaitu: untukku dan untukku.
Anak yang pertama untukku, anak yang
kedua untukku juga, itulah dunia orang mati, dan sampai
akhirnya orang seperti ini tidak mau
mempersembahkan korban, antara lain; persepuluhan sebagai
miliknya Tuhan dan persembahan khusus
= kikir.
2.
Kegelapan:
tempat menyembunyikan segala dosa dan Setan berkuasa dalam kegelapan.
Ayub sudah pasrah, sekalipun hal itu
terjadi, karena kepedihan yang tidak mengenal belas kasihan.
Ayub 30:26
(30:26) Tetapi,
ketika aku mengharapkan yang baik, maka kejahatanlah yang datang; ketika aku
menantikan terang, maka kegelapanlah yang datang.
Alasan Ayub
mengharapkan kematian: Ayub mengharapkan yang baik, sebaliknya
yang datang kejahatan menimpa dia, menantikan terang sebaliknya kegelapan yang
datang menimpa dia.
Respon
sahabat-sahabat Ayub terhadap reaksi Ayub dalam kesusahannya:
Ayub 5:16
(5:16) Demikianlah ada harapan bagi orang kecil, dan
kecurangan tutup mulut.
Elifas
berkata; ada harapan bagi orang kecil, sehingga kecurangan tutup mulut. Inilah
teguran Elifas sahabat Ayub.
Elifas membangun, menasihati, menghibur Ayub, dalam kesusahannya.
Jangan
putus asa/jangan putus harap karena ada harapan bagi orang kecil.
Ayub 4:5
(4:5) tetapi
sekarang, dirimu yang tertimpa, dan engkau kesal, dirimu terkena, dan engkau
terkejut.
(4:6) Bukankah
takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi
pengharapanmu?
Elifas
berkata kepada Ayub; “bukankah yang menjadi sandaranmu (Ayub) ialah: takut akan Tuhan dan membenci kejahatan”.
Kemudian Elifas berkata lagi;
“bukankah kesalehan hidupmu menjadi
pengharapanmu?”
Jadi
sebetulnya Ayub ini adalah orang yang saleh jujur dan takut akan Tuhan, hal itu diingatkan
kembali oleh Elifas (sahabat Ayub) supaya Ayub jangan
kesal terhadap keputusan Tuhan, jangan terkejut terhadap apa yang dia derita.
Elifas berkata hal itu untuk mengingatkan Ayub kembali:
Kalau
ada di antara kita atau diantara keluarga besar GPT BETANIA Serang & Cilegon mengalami
kesusahan, mari kita saling membangun, menghibur, dan saling menasihati. Itulah
pekerjaan firman Pengajaran yang rahasia-Nya dibukakan.
Mari
kita lihat bukti bahwa Elifas benar-benar mengingatkan.
Ayub 1:1
(Ayub 1:1) Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama
Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Jadi
Elifas betul-betul mengingatkannya
kembali, karena memang Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan, menjahui kejahatan.
Tapi
pada saat Ayub diuji dengan bertubi-tubi dan begitu berat dari hari kehari,
semua jadi sirna. Tidak terlihat lagi kesalehan, kejujuran dan tidak terlihat
lagi takut akan Tuhan. Justru sebaliknya Ayub lebih menyukai hal-hal yang tidak
baik, antara lain; dunia orang mati sebagai rumahnya, kegelapan yang menjadi
tempat tidurnya.
Jadilah
sahabat yang baik, Mazmur 17:17
menaruh kasih di setiap waktu.
Jalan
keluarnya.
Kita
bandingkan dengan Imam besar menurut
peraturan Melkisedek.
Ibrani 7:17-19
(7:17) Sebab tentang
Dia diberi kesaksian: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut
peraturan Melkisedek."
(7:18) Memang suatu
hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan, kalau hukum itu tidak mempunyai
kekuatan dan karena itu tidak berguna,
(7:19) sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa
kesempurnaan — tetapi sekarang ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, yang
mendekatkan kita kepada Allah.
Lewat
pelayanan daripada Imam besar menurut peraturan Melkisedek, sekarang ditimbulkan
pengharapan yang lebih baik yaitu, mendekatkan kita kepada Allah.
Sedangkan
menurut peraturan yang pertama, yaitu, menurut peraturan hukum Taurat tidak
membawa kepada kesempurnaan, dan tidak membawa kita dekat
kepada Tuhan.
Pelayanan
tubuh itulah pelayanan yang dijalankan secara lahiriah, tidak membawa kita
kepada kesempurnaan atau tidak membawa kita mendekat kepada Tuhan. Tapi
kita bersyukur kita telah memiliki seorang Imam besar menurut peraturan
Melkisedek, yang membawa kita mendekat kepada
Allah/kesempurnaan.
Saya
percaya malam ini Yesus hadir sebagai Imam
besar menurut cara/peraturan Melkisedek di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan ini. Dia tampil sebagai Imam besar melayani,
berdoa, memperdamaikan dosa kita kepada Allah, buktinya Tuhan membukakan
Rahasia firman-Nya kepada kita. Sekarang ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, supaya kita mendekat kepada Tuhan.
Setiap
kali beribadah, seorang pemimpin pujian harus berdoa; “supaya
Tuhan hadir di tengah ibadah ini sebagai Imam besar
untuk melayani, berdoa, memperdamaikan dosa”, selalu ingat doa itu selain mengusir
Setan, supaya Tuhan bukakan rahasia firman-Nya. Ibadah tanpa pelayanan Roh dosa
tidak diperdamaikan kepada Tuhan, dan ibadah itu tidak akan berarti.
Tadi
kita sudah melihat memang Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut Tuhan,
benci akan kejahatan. Tapi rupanya pengharapannya belum kuat, mudah goyah, muda
dipengaruhi oleh situasi keadaan.
Dulu
kita mendekat kepada uang dan yang lain, sekarang kita mendekat kepada Tuhan,
karena ada pengharapan oleh Imam besar menurut peraturan Melkisedek.
Ibrani 7:25-26
(7:25) Karena itu Ia
sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang
kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.
(7:26) Sebab Imam
Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa
noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada
tingkat-tingkat sorga,
Imam
besar menurut peraturan Melkisedek menjadi perantara, antara Allah dengan
manusia. Dia memperdamaikan dosa manusia di atas kayu salib. Imam besar seperti
ini yang kita butuhkan/perlukan, sebab Ia saleh. Saleh =
tanpa salah, tanpa noda, terpisah dari orang-orang yang berdosa dan lebih
tinggi daripada tingkat-tingkat yang ada di sorga =
mulia.
Kesalehan
seperti ini tidak bisa diombang-ambingkan, tidak mudah dipengaruhi, tidak dapat digoyahkan.
Berbanding terbalik dengan kesalehan Ayub.
Ibrani 7:20-21
(7:20) Dan sama
seperti hal ini tidak terjadi tanpa sumpah — memang mereka telah menjadi imam
tanpa sumpah,
(7:21) tetapi Ia
dengan sumpah, diucapkan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Tuhan telah bersumpah
dan Ia tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk
selama-lamanya"
Allah
telah bersumpah dan tidak menyesal menjadikan Yesus Kristus sebagai Imam besar
menurut peraturan Melkisedek untuk selama-lamanya. Artinya ; Allah tahu bahwa
Imam besar yang seperti ini menimbulkan pengharapan yang lebih baik, untuk
mendekatkan kita kepada Allah. Berarti, tidak mudah goyah, tidak mudah
dipengaruhi oleh situasi, kondisi, tidak mudah putus asa, dan tidak mudah
kecewa, sekalipun menderita.
Sebab
itu, Bapa tahu siapa yang berkenan kepada Dia, untuk dijadikan sebagai Imam
besar menurut peraturan Melkisedek.
Saya yakin, yang sudah melayani
Tuhan, baik sebagai seorang pemimpin pujian,
pembaca firman, singer, kolektan, pemain musik, guru sekolah minggu,
multimedia, infokus, bendahara, sekrEtaris, dan apapun, saya yakin Tuhan tidak
menyesal memilih kita untuk menjadikan kita sebagai Imam-imam bagi Dia. Puji Tuhan.
Ibrani 7:15-16
(7:15) Dan hal itu
jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara
Melkisedek,
(7:16) yang menjadi
imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup
yang tidak dapat binasa.
Imam
besar menurut peraturan Melkisedek, tidak dapat binasa sifatnya
kekal, Tidak berubah-ubah, abadi.
Kenapa
ada sebutan Melkisedek? karena Melkisedek itu telah membuktikan diri-Nya, dan telah memberikan roti dan anggur kepada Abraham. Dan Abraham memberikan sepersepuluh kepada
Melkisedek.
Memberi roti dan anggur, artinya, Ia telah
memperpersembahkan tubuh dan darah-Nya kepada Abraham.
Roti dan anggur -> korban Kristus.
Imam
besar menurut peraturan Melkisedek yang tidak berubah-ubah, tidak mudah
dipengaruhi = sifatnya kekal. Sebab itu, Allah tidak menyesal menjadikan Imam
besar, menjadi perantara untuk memperdamaikan dosa kita di atas kayu salib.
Penderitaan
Yesus Kristus jauh lebih berat daripada penderitaan Ayub, namun Dia tidak berubah-ubah
= kekal/abadi.
Mari,
kita yang masih berubah-ubah belajarlah kepada cara atau
menurut peraturan Melkisedek, jangan kepada peraturan
manusiawi. Beribadah jangan menurut hukum Taurat/ibadah lahiriah.
Ibrani 6:19-20
(6:19)Pengharapan
itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai
ke belakang tabir,
(6:20) di mana Yesus
telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan
Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.
Pengharapan
itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita sebab, pengharapan itu telah
dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Dikaitkan pada pola Tabernakel terkena
kepada Ruangan Maha Suci, gambaran dari Yerusalem baru.
Ruangan
Maha suci 4 persegi dan Yerusalem baru, juga 4 persegi...Wahyu 21:16.
Sebab
Yesus sebagai Imam besar menurut peraturan Melkisedek, sudah masuk, sebagai
perintis bagi kita. Jadi benarlah, Dia sekarang telah menimbulkan pengharapan yang
baik bagi kita untuk mendekatkan kita kepada Tuhan. Karena Dia sudah merintis dan masuk membawa
darah-Nya.
Kita
bersyukur, kita mempunyai seorang Imam besar menurut peraturan Melkisedek, Ia telah membawa
anggur dan roti/tubuh dan darah, korban-Nya di atas kayu salib untuk Abraham dan keturunan-Nya, baik Yahudi maupun bangsa kafir.
Ibrani 10:23
(10:23) Marilah kita
teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya,
setia.
Sekarang
kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita
yang ditimbulkan Imam besar menurut peraturan (cara) Melkisedek, sebab Ia
menjanjikannya, Setia. Amin.
TUHAN YESUS
KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberitaan
Firman oleh:
Gembala sidang: Daniel.U.Sitohang
No comments:
Post a Comment