IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 07 DESEMBER 2016
Tema:
ORANG-ORANG
MALAM.
(SERI:103)
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan-Nya, kita dapat kembali beribadah pada malam hari ini dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan-Nya, kita dapat kembali beribadah pada malam hari ini dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Segera
kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari kitab
Kolose.
Kolose
1: 21
(1:21) Juga kamu
yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran
seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,
Kita
terlebih dahulu memperhatikan kalimat: “Juga
kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”
ini menunjuk kepada:
ini menunjuk kepada:
- Bangsa kafir = orang
yang tidak bersunat.
- Orang fasik dengan
segala perbuatan fasik mereka.
Yang
dahulu hidup jauh dari Allah memusuhi Allah dalam hati dan pikiran mereka, itu
terlihat dari perbuatan-perbuatan jahat mereka.
Pendeknya;
setiap orang yang berbuat jahat menunjukkan bahwa dia masih hidup jauh dari
Allah sekalipun ia berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Lebih
jauh kita melihat tentang YANG DAHULU HIDUP JAUH DARI ALLAH.
Efesus
2: 1
(2:1) Kamu dahulu
sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Yang
dahulu hidup jauh dari Allah banyak melakukan pelanggaran dan banyak melakukan
dosa, sedangkan upah dosa adalah maut.
Kita
bersyukur, dahulu kita jauh dari Tuhan dan banyak melakukan pelanggaran dan
banyak melakukan dosa kejahatan dan kenajisan, disengaja maupun tidak
disengaja.
Dan
sekarang kita dalam perhimpunan ini, ada di tengah-tengah ibadah pelayanan
dalam kandang penggembalaan GPT Betania, semua karena kemurahan Tuhan, berarti
ada dalam terangnya yang ajaib.
Efesus
2: 2-3
(2:2) Kamu hidup di
dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa
kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang
durhaka.
(2:3) Sebenarnya
dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam
hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat.
Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka
yang lain.
Penyebab-penyebab
terjadinya dosa:
1.
Mengikuti jalan
dunia ini.
Dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat sekali untuk
menghanyutkan dan menenggelamkan sampai pada akhirnya rohani mengalami kematian.
2.
Mentaati penguasa
kerajaan angkasa.
Siapakah mereka yang mentaati penguasa kerajaan
angkasa? Yaitu orang-orang yang dikuasai oleh roh pendurhakaan.
Mendurhaka = memberontak atau berani melawan Allah.
Tandanya; berani memberontak kepada gembala.
3.
Hidup di dalam hawa
nafsu daging dan menuruti kehendak daging.
Perlu untuk diketahui;
- Hidup menurut hawa
nafsu daging, memikirkan hal-hal yang dari daging, berarti tidak memikirkan
hal-hal yang dari Roh, itulah perkara rohani, yaitu ibadah dan pelayanan, serta
kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
- Hidup menurut
keinginan daging menunjukkan seseorang masih berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat; mata ganti mata, gigi ganti gigi, arti
rohaninya; kejahatan dibalas dengan kejahatan = orang yang berbuat salah tidak
luput dari penghukuman, berarti mereka yang berada di bawah hukum Taurat;
binasa, berujung pada kematian. Kemudian, mereka yang berada di bawah hukum
Taurat tidak mengenal belas kasih, jauh dari kasih karunia Tuhan. Orang yang
seperti ini sudah dekat dengan kebinasaan.
Efesus
2: 11-12
(2:11) Karena itu
ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging,
yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya
"sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
(2:12) bahwa waktu
itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat
bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa
Allah di dalam dunia.
Yang
dahulu hidup jauh dari Allah, berarti tanpa
Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam
dunia, berarti; binasa, berujung pada kematian yang kekal.
Keterangan:
TANPA
PENGHARAPAN.
Tanpa
pengharapan = putus asa -> orang-orang yang tidak mempunyai pendirian yang
kuat, berlaku timpang di hadapan Tuhan.
Biasanya
orang yang seperti ini suka bersungut-sungut, suka mengomel, menggerutu, dan
sebagainya, bahkan suka mempersalahkan Tuhan, sesama, bahkan mempersalahkan
ibadah dan pelayanan.
Tanpa
pengharapan dikaitkan dengan PRIBADI AYUB.
Pada
akhirnya, Ayub putus asa atau hidup tanpa pengharapan.
Penyebabnya
adalah sahabat-sahabat Ayub tidak berkata benar tentang Tuhan (Ayub 42: 7-8),
kemudian sahabat-sahabat Ayub merasa memiliki hikmat dan mengerti keadilan
(Ayub 32: 9), sehingga dengan alasan itu, mereka leluasa berkata-kata kepada
Ayub, bahkan mengecam Ayub (Ayub 32: 12).
Akibat
perkataan dari tiga sahabat Ayub ini, maka Ayub menjadi putus asa atau hidup
tanpa pengharapan, dan ia mengatakan itu sebanyak tujuh kali.
Kalau
dikaitkan dengan pelita emas, maka;
- pengakuan yang
pertama, kedua, dan ketiga, itu berarti ada pada tiga cabang pada sisi yang
satu,
- kemudian pengakuan
yang keempat terkena pada kandilnya, batangnya, yang ada di tengah-tengah itu,
itu adalah pribadi Yesus adalah pokoknya, kita adalah carang-carangnya.
- Pengakuan yang
kelima, keenam, ketujuh, itu terkena pada tiga cabang pada sisi yang lainnya.
Kesimpulannya;
pengakuan Ayub sebanyak tujuh kali berkata tanpa pengharapan, bila dikaitkan
dengan pelita emas, berarti; dia hidup dalam kegelapan.
Ayub
3: 4, 10-11
(3:4) Biarlah hari
itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya,
dan janganlah cahaya terang menyinarinya.
(3:10) karena tidak
ditutupnya pintu kandungan ibuku, dan tidak disembunyikannya kesusahan dari
mataku.
(3:11) Mengapa aku
tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?
Ayub
lebih merindukan kegelapan daripada terang, sebab ia tidak membutuhkan cahaya
terang, tidak membutuhkan perhatian daripada Tuhan, berarti menginginkan
kematian daripada hidup dengan menanggung penderitaan, menanggung sengsara
salib, teraniaya karena firman. Dia tidak menginginkan itu.
Kita
lihat lebih jauh tentang ORANG YANG HIDUP DALAM KEGELAPAN.
1
Tesalonika 5: 5-7
(5:5) karena kamu
semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang
malam atau orang-orang kegelapan.
(5:6) Sebab itu
baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan
sadar.
(5:7) Sebab mereka
yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.
Pekerjaan
dari orang malam atau hidup dalam kegelapan adalah TIDUR dan MABUK.
Keterangan;
TIDUR.
Amsal
24: 3-34
(24:30) Aku melalui
ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi.
(24:31) Lihatlah,
semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya
sudah roboh.
(24:32) Aku memandangnya,
aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran.
(24:33) "Tidur
sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk
tinggal berbaring,"
Tidur
adalah pekerjaan dari seorang pemalas.
Pemalas
berarti tidak memperhatikan ladangnya, sehingga ladang itu mengalami dua
perkara:
1. Ditumbuhi onak ->
orang yang suka menusuk atau menyakiti orang lain, persis seperti imam-imam
kepala, tua-tua sampai
Onak adalah pohon atau kayu yang berduri.
2. Tanahnya tertutup dengan
jeruju.
Jeruju adalah tumbuhan semak yang berduri.
Ditumbuhi
onak dan juruju -> pribadi yang hanya menyakiti saja, seperti imam-imam
kepala, tua-tua orang Yahudi dan ahli Taurat, menyalibkan Yesus Kristus.
Menyalibkan
berarti menyakiti pibadi Yesus dari ujung kepala sampai ujung kaki Tuhan Yesus
Kristus di atas kayu salib.
Orang-orang
yang suka tidur menunjukkan bahwa ia seorang pemalas, tidak memperhatikan
ladang hatinya, hanya bisa menyakiti/menusuk perasaan orang lain = tidak
menghargai korban Kristus = tidak menghargai kasih dan kemurahan Tuhan,
Kita
ini ada sebagaimana ada, itu karena kasih karunia, itu karena kemurahan Tuhan.
Kita boleh berada dalam kandang penggembalaan ini untuk tekun dalam tiga macam
ibadah pokok, lalu diberi kesempatan untuk melayani Tuhan lewat tiga macam
ibadah pokok, itu adalah kemurahan Tuhan. Tetapi orang yang suka menyakiti hati
Tuhan, tidak akan pernah menghargai kemurahan Tuhan.
Kemudian
selain ladangnya ditumbuhi onak dan jeruju, “Temboknya sudah roboh.” Perkara yang sama, hal yang sama dalam Yesaya 5: 5.
Yesaya 5:5
(5:5) Maka sekarang,
Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun
anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu
dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak;
“Aku akan menebang pagar durinya, dan melanda
temboknya,” menunjukkan tembokya sudah rubuh.
Ladang
anggur itu tidak lagi dijaga sebab temmboknya sudah rubuh, sehingga kebun itu
diinjak-injak, artinya;
a. Tidak berharga dan
tidak bernilai di mata Tuhan -> orang yang tidak bermartabat, tidak ada
nilainya, tidak berharga di mata Tuhan.
b. Hatinya dikuasai
oleh binatang buas.
Kalau temboknya sudah rubuh, binatang buas bebas keluar
masuk, itulah daging dan tabiat-tabiatnya.
Amsal
24: 34
(24:34) maka
datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang
yang bersenjata.
Sampai
akhirnya menjadi miskin dan berkekurangan -> orang kikir, pelit, tidak
mengerti pekerjaan Tuhan.
Kalau
dia kaya, pasti kaya dalam kebajikan, kaya dalam kemurahan, mengerti pekerjaan
Tuhan, mengerti soal korban. Kalau orang miskin dan kekurangan, tidak mampu
berkorban, tidak mengerti pekerjaan Tuhan, hanya karena tidur saja.
Tidak
mungkin orang yang suka tidur, orang yang malas menjadi kaya. Kalau seseorang
kaya, mempunyai uang, harta, tetapi tidak mengerti pekerjaan Tuhan, disebut
miskin rohani, merasa selalu kekurangan.
Inilah
keadaan orang-orang yang suka tidur.
Keterangan:
MABUK.
2
Petrus 2: 13
(2:13) dan akan
mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada
siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang
mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama
dengan kamu.
Mabuk
di sini berarti mabuk dalam hawa nafsu berarti; berfoya-foya pada siang hari,
dia menghabiskan hartanya pada siang hari = tidak menghargai karunia-karunia
Roh Kudus dan jabatan-jabatan yang Tuhan percayakan sebagai harta yang indah.
Orang
siang = anak-anak terang. Malam, berarti hidup dalam kegelapan.
Orang-orang
siang (anak-anak terang) -> orang-orang yang melayani Tuhan sesuai dengan
karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh Tuhan tetapi
karena pekerjaan mereka hanya mabuk oleh hawa nafsu = berfoya-foya pada siang
hari, berarti tidak menghargai pelayanan dan karunia-karunia Roh Kudus dan
jabatan-jabatan yang Tuhan percayakan.
Itu
namanya berfoya-foya/memboroskan hartanya, perhiasan rohani adalah harta yang
indah dari orang-orang terang yang seharusnya dipergunakan untuk melayani
Tuhan, tetapi justru berfoya-foya pada waktu siang hari. Itu terjadi karena
mabuk hawa nafsu, dia boroskan hartanya pada siang hari.
Sebagai
anak-anak terang, anak-anak siang, layani Tuhan. Jangan lewatkan siang hari
begitu saja karena hawa nafsumu. Pada waktu siang seharusnya dipergunakan
semaksimal mungkin untuk melayani Tuhan.
Ciri-ciri
hidup dalam kegelapan/orang malam.
Amsal
24: 30
(24:30) Aku melalui
ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi.
Cirinya;
tidak berakal budi, berarti tidak bijaksana, tidak memiliki hikmat dan
pengertian dari Tuhan, tidak memiliki roh hikmat dan wahyu dari Tuhan.
Sementara
kegunaan dari roh hikmat adalah untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang jahat.
Hikmat
itu datang dari firman Allah yang kita dengar. Lewat kebenaran firman Allah ini
kita memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, sehingga dengan
demikian kita memiliki hikmat, menjadi bijaksana, sehingga dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang jahat, tentu untuk menyenangkan hati Tuhan, tetapi
orang malam ciri-cirinya tidak berakal budi, tidak memiliki hikmat, dan tidak
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, apalagi dalam kegelapan,
tidak dapat memilah-milah mana yang baik, mana yang jahat.
Ayub 31: 1-40 adalah ayat
terakhir tentang percakapan antara Ayub dengan tiga sahabat-sahabat Ayub.
Sekali
lagi Ayub mengaku tidak bersalah, itulah inti dari Ayub 31: 1-40.
Kalau
mengaku tidak bersalah, berarti merasa diri benar.
Orang
yang merasa diri benar, pada hakekatnya adalah orang yang tidak berakal budi.
Hanya orang yang tidak berakal budi mengaku bahwa dirinya tidak bersalah
(merasa diri benar).
Kalau
dirinya tidak bersalah, berarti yang salah adalah Tuhan, yang salah adalah
salib, yang salah adalah ibadah dan pelayanan, yang salah adalah pengorbanan
ini dan itu.
Pada Ayub 31:1-40, sebanyak 23 kali Ayub
merasa diri benar, berarti tidak merasa diri bersalah, menunjukkan Ayub tidak
berakal budi, tidak memiliki hikmat, tidak lagi bijaksana.
Orang
yang bijaksana pasti mengakui bahwa Tuhan yang benar, sebaliknya kita yang
salah.
Kalau
Ayub merasa diri benar, berarti ada yang salah, yaitu salib Tuhan. Ibadah,
pelayanan, pengorbaan, itu yang salah. Tetapi kalau seseorang mempersalahkan
Tuhan, salib Tuhan, ibadah, pelayanan, pengorbanan, menunjukkan bahwa dia tidak
berakal budi = manusia antik.
Sampai
begitu rupa kejatuhan Ayub.
Salahkah
kita memikul salib? Salahkah kita melayani? Salahkah kita berkorban? Tentu
tidak.
Tetapi
kalau kita merasa tidak bersalah, berarti kita merasa diri benar, dengan kata
lain, kita mempersalahkan salib, pelayanan, pengorbanan, mempersalahkan Tuhan
dan sesama.
Ayub
40: 3
(40:3) Apakah engkau
hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat
membenarkan dirimu?
Tuhan
mengetahui kondisi rohani Ayub yang merasa diri benar, tidak bersalah, Tuhan
yang salah dan tidak benar.
Tuhan
tahu, siapapun di antara kita, apabila merasa diri tidak bersalah, apabila merasa
diri benar, walaupun itu hanya tersirat dalam hati dan pikiran.
Membenarkan
diri berarti mempersalahkan Tuhan, tujuannya; untuk meniadakan pengadilan Tuhan.
Artinya;
meniadakan salib Kristus.
Perlu
untuk diketehui; kebenaran dan keadilan bersumber/berasal dari salib. Kebenaran
dan keadilan tidak datang dari orang fasik.
Biasanya
kalau orang membenarkan diri, tidak merasa salah, Tuhan yang salah, tujuannya
hanyalah untuk mengelakkan diri dari salib.
Pengadilan
yang datang dari Tuhan adalah kebenaran dan keadilan. Pengadilan itu untuk
memberi kebenaran dan keadilan.
Tetapi
kalau seseorang merasa diri benar, tidak bersalah, tujuannya hanya satu, tidak
lain, tidak bukan, untuk meniadakan Salib, menghindarkan diri dari salib,
melepaskan diri dari tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan. Itu saja,
tidak lebih, tidak kurang.
Jadi,
kalau orang biasa menolak salib, menghindari salib, sudah tahu tetapi pura-pura
tidak tahu, sebetulnya itu adalah orang yang merasa diri benar, orang yang
tidak merasa salah, sebab yang dia lakukan tujuannya hanya untuk menghindari
Salib saja. Pelajaran ini untuk tidak dilupakan.
Yesaya
9: 6
(9:6) Besar
kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud
dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan
keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN
semesta alam akan melakukan hal ini.
Dasar
dari Kerajaan Sorga atau dasar kita untuk beribadah melayani kepada Tuhan
adalah keadilan dan kebenaran -> Salib.
Keadilan
dan kebenaran datangnya hanya dari Salib, tidak datang dari yang lain-lain. Di
luar salib tidak ada lagi keadilan, tidak ada lagi kebenaran. Jangan sampai kita
berharap keadilan dan kebenaran dari manusia, dari orang lain. Terkadang, suami
isteri saja tidak bisa mengharapkan keadilan dan kebenaran dari pasangannya.
Jadi,
keadilan dan kebenaran sumbernya dari Salib, dan itu adalah dasar kita untuk
melayani Tuhan. Salib adalah dasar kita untuk beribadah kepada Tuhan. Salib
adalah dasar kita untuk mengasihi Tuhan dan sesama.
Jadi
jangan ada motiv-motiv lain untuk melayani Tuhan, itu bukan dasar dari Kerajaan
Sorga.
Batu
penjuru adalah dasar yang kokoh, itulah korban Kristus, itulah Salib, dasar
kita untuk melayani Tuhan.
Sekarang
kita akan melihat kembali ...
Ayub
40: 3
(40:3) Apakah engkau
hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat
membenarkan dirimu?
Kembali
saya tandaskan, Ayub merasa diri benar, tidak bersalah, sebaliknya dia
mempersalahkan Tuhan, tujuannya untuk meniadakan pengadilan Tuhan, meniadakan
Salib.
Kalau
salib ditidakan, di situ tidak terlihat keadilan dan kebenaran.
Kondisi
ini telah menguasai kehidupan atau pribadi Ayub, tetapi Tuhan tetap tahu
sekalipun itu hanya tersirat dalam hati dan pikiran, Tuhan tetap tahu, tidak
ada yang tersembunyi, maka kita datang beribadah harus dengan tulus, hati yang
murni, tidak boleh ada kepentingan lain, tidak boleh ada tujuan lain, tidak
boleh ada motiv lain.
Kerajaan
Sorga menjadi kokoh karena dasarnya adalah salib, yaitu keadilan dan kebenaran,
dan dasar ini tidak boleh dirubah dengan dasar yang lain. Seperti pembangunan
menara Babel; batu bata mereka jadikan batu, ini adalah kesalahan.
Dasar
kita melayani adalah salib, korban Kristus, dari situ akan terlihat keadilan
dan kebenaran, tidak boleh diganggu gugat, maka dilukiskan dengan dua hal;
Lukisan yang pertama
adalah
tentang KUDA NIL (Ayub 40: 10-19).
Sekilas
kita ambil penggalan ayatnya ...
Ayub
40: 10-11
(40:10)
"Perhatikanlah kuda Nil, yang telah Kubuat seperti juga engkau. Ia makan
rumput seperti lembu.
(40:11)
Perhatikanlah tenaga di pinggangnya, kekuatan pada urat-urat perutnya!
Tenaga terletak di
pinggangnya dan kekuatan pada
urat-urat perutnya, itulah sekilas tentang kuda nil.
Pinggang
dan urat-urat, itu berbicara tentang pelayanan dan orang-orang yang melayani
atau hamba-hamba Tuhan.
Ayub
40: 18
(40:18)
Sesungguhnya, biarpun sungai sangat kuat arusnya, ia tidak gentar; ia tetap
tenang, biarpun sungai Yordan meluap melanda mulutnya.
Dasar
dari Kerajaan Sorga tidak boleh diganggu gugat oleh apapun.
Lukisannya
seperti kuda nil; memiliki tenaga dan kekuatan yang luar biasa, sehingga tidak dapat
dipengaruhi oleh arus sungai yang begitu hebat. Tidak boleh berubah-ubah. Dasar
yang sudah Tuhan tentukan tidak boleh berubah-ubah.
Ingat
firman malam ini, tidak untuk dirubah. Dasar kita melayani adalah salib, tidak
boleh ada dasar yang lain.
Lukisan
pertama adalah kuda nil; kuat dan memiliki tenaga yang luar biasa, sehingga
arus sungai yang besar tidak dapat mempengaruhi. Jangan coba-coba pengaruhi
Tuhan dengan pengertian sendiri.
Lukisan yang kedua adalah tentang BUAYA
(Ayub 40: 20-28).
Ayub
40: 20-28
(40:20)
"Dapatkah engkau menarik buaya dengan kail, atau mengimpit lidahnya dengan
tali?
(40:21) Dapatkah
engkau mengenakan tali rotan pada hidungnya, mencocok rahangnya dengan kaitan?
(40:22) Mungkinkah
ia mengajukan banyak permohonan belas kasihan kepadamu, atau berbicara dengan
lemah lembut kepadamu?
(40:23) Mungkinkah
ia mengikat perjanjian dengan engkau, sehingga engkau mengambil dia menjadi
hamba untuk selama-lamanya?
(40:24) Dapatkah
engkau bermain-main dengan dia seperti dengan burung, dan mengikat dia untuk
anak-anakmu perempuan?
(40:25) Mungkinkah
kawan-kawan nelayan memperdagangkan dia, atau membagi-bagikan dia di antara
pedagang-pedagang?
(40:26) Dapatkah
engkau menusuki kulitnya dengan serampang, dan kepalanya dengan tempuling?
(40:27) Letakkan
tanganmu ke atasnya! Ingatlah pertarungannya! -- Engkau takkan melakukannya
lagi!
(40:28)
Sesungguhnya, harapanmu hampa! Baru saja melihat dia, orang sudah terbanting.
Dasar
kita melayani Tuhan tetap salib Kristus, tidak boleh diubah-ubah oleh dasar
yang lain.
Ini
dilukiskan tentang buaya yang memiliki kekuatan, kemudian tidak bisa diajak
kompromi.
Jadi
jangan coba-coba mengubah dasar kita melayani Tuhan dengan cara mengajak
kompromi, Tuhan tidak akan mau. Tetap dasar kita melayani adalah Salib, tidak
bisa dirubah, tidak bisa kompromi dengan Tuhan, itu dilukiskan tentang buaya.
Dan
buaya tidak akan memohon belas kasih. Sekali untuk bertempur, hidup atau mati,
dia harus tetap bertempur, dan dia tidak akan memohon belas kasih. Kalah atau
mati, tetap bertempur.
Mulai
malam ini ambil suatu komitmen di hadapan Tuhan dan berkata; “Malam ini saya mau melayani Tuhan dengan
segala ketulusan dan kemurnian hatiku, ya Tuhan. Dasar saya melayani Engkau
hanyalah korban-Mu, dan mulai detik ini, saya mau selalu memandang korban-Mu
supaya aku kuat” jangan ubah itu. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment