IBADAH PENDALAMAN
ALKITAB, 02 DESEMBER 2016
Subtema:
PEMBELAAN TUHAN NYATA BAGI ORANG YANG MENGANDALKAN-NYA.
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh
karena kemurahan hati Tuhan, kita dapat kembali melangsungkan Ibadah Pendalaman
Alkitab disertai perjamuan suci pada malam hari ini.
Segera
kita perhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari kitab
Maleakhi.
Maleakhi
4: 1
(4:1) Bahwa
sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang
gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan
terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak
ditinggalkannya akar dan cabang mereka.
Terlebih
dahulu kita perhatikan kalimat: “Bahwa
sesungguhnya hari itu datang.”
Ini
berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus untuk yang kedua kalinya ke bumi,
dimana Ia akan tampil sebagai Raja yang berkuasa untuk menghakimi semua bangsa
= hari penghakiman.
Sebagai
gambaran dari hari penghakiman: “Menyala
seperti perapian”, maka yang akan terbakar pada hari penghakiman itu adalah
jerami.
Jerami adalah batang
padi/gandum yang kering sesudah dituai -> kerohanian yang kering-kering =
tidak berbuah = tidak dapat berbuat apa-apa -> seseorang yang hidup tanpa
persekutuan dengan Tuhan atau hatinya jauh dari Tuhan.
Kalau
tidak ada persekutuan yang indah dengan Tuhan, seperti ranting tidak melekat
pada pokoknya, sehingga ranting tidak menghasilkan buah, kering-kering, sudah
dekat dengan kutuk pembakaran.
Pertanyaannya:
SIAPAKAH YANG DISEBUT DENGAN JERAMI?
Yaitu
semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik.
Keterangan:
ORANG FASIK.
Maleakhi
3: 15B
(3:15) Oleh sebab
itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang gegabah: bukan saja mujur
orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka
luput juga."
“Bukan saja mujur orang-orang yang berbuat
fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga”, inilah faham
yang dianut oleh orang-orang fasik, suka mencobai Tuhan.
Saya
tambahkan sedikit;
- Orang-orang yang bersungut-sungut
di dalam kesesakan, juga disebut mencobai Tuhan.
- Mengandalkan manusia
dan kekuatannya sendiri, itu juga disebut mencobai Tuhan.
Mazmur
10: 4
(10:4) Kata orang
fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut!
Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya.
Kata
orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!”, itulah seluruh
pemikiran dari orang-orang fasik, sehingga wajar saja, mereka tidak segan-segan
untuk mencobai Tuhan, mereka tidak takut untuk mencobai Tuhan.
Orang
fasik dikaitkan dengan pribadi Saul.
1
Samuel 24: 12-13
(24:12) Lihatlah
dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari
kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau,
dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan
pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun
engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.
(24:13) TUHAN
kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku
kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau;
Bagian
dari perkataan Daud kepada Saul: “Walaupun
engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.” Pendeknya, Saul berusaha
untuk membunuh Daud.
1
Samuel 24: 14
(24:14) seperti
peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi
tanganku tidak akan memukul engkau.
Kemudian,
perkataan Daud kepada Saul: “Dari orang
fasik timbul kefasikan.” Perkataan ini menunjukkan bahwa Saul adalah orang
fasik.
Kefasikan,
antara lain; kejahatan, ketidakbenaran, tidak timbul dari salib, tetapi
kebenaran dan keadilan datang dari salib, dan dusta tidak datang dari salib,
melainkan datang dari orang fasik.
Jadi,
sepandai-pandainya seseorang menutup-nutupi dosa kejahatannya yaitu
kefasikannya, suatu kali nanti, dosa itu akan muncul ke permukaan, apabila
orang fasik tidak segera bertobat.
Ini
harus dipahami dengan baik.
Bukti-bukti
kefasikan Saul (seri kefasikan Saul yang keempat bagian D)
1
Samuel 18: 6-8
(18:6) Tetapi pada
waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin
itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja
Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria
dan dengan membunyikan gerincing;
(18:7) dan perempuan
yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan
beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa."
(18:8) Lalu
bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya,
sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi
kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun
jatuh kepadanya."
Saul
benci kepada Daud setelah ia mendengarkan nyanyian berbalas-balasan dari
perempuan-perempuan yang menari-nari. Adapun bunyi
nyanyian dari perempuan yang menari-nari itu adalah “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.”
Kita
lihat KEBENCIAN.
1
Yohanes 3: 15
(3:15) Setiap orang
yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa
tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam
dirinya.
Setiap
orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia.
Persamaannya;
dosa membenci setara dengan dosa membunuh.
Banyak
orang seringkali jengkel, marah, melihat seorang pembunuh. Apalagi korbannya
itu dibunuh dengan sadis, dimutilasi, bagian-bagian tubuh dipotong-potong. Tetapi
pernahkah kita sadari ketika kita benci kepada seseorang, sesungguhnya itu
adalah dosa yang sama/dosa yang setara dengan dosa membunuh?
Kita
hanya bisa melihat kekurangan orang lain.
Perlu
untuk diketahui; tidak ada seorang pembunuh memiliki hidup yang kekal. Oleh
sebab itu hati-hati dalam hal dosa membenci, hal ini harus diperhatikan dengan
sungguh-sungguh.
1
Samuel 18: 9
(18:9) Sejak hari
itu maka Saul selalu mendengki Daud.
“Sejak hari itu” maksudnya, sejak mendengar nyanyian perempuan-perempuan yang
menari-nari itu, maka Saul selalu mendengki Daud.
Dengki,
artinya; menaruh perasaan marah dan benci karena iri hati melihat keberhasilan
orang lain. Itu bisa kita lihat dari perkataan Saul: “Akhir-akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya.”
Sebelum
ada nyanyian berbalas-balasan dari perempuan-perempuan yang menari-nari itu,
Saul tidak membenci, tidak mendengki Daud, tetapi sejak mendengar itu, Saul
mendengki Daud.
Sebagai
pembuktian;
1
Samuel 18: 10-11
(18:10) Keesokan
harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia
kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari.
Adapun Saul ada tombak di tangannya.
(18:11) Saul
melemparkan tombak itu, karena pikirnya: "Baiklah aku menancapkan Daud ke
dinding." Tetapi Daud mengelakkannya sampai dua kali.
Pada
saat Saul kerasukan roh jahat, ia berusaha membunuh dengan melemparkan
tombaknya kepada Daud.
Tetapi
saat tombak itu dilempar, Daud mengelak dua kali, berarti menghindar dari
kematian, namun Saul tidak habis akal, dia berupaya mencari jalan supaya
keinginannya untuk membunuh Daud terwujud, itu bisa kita lihat di dalam 1 Samuel 18: 13-27, Saul dengan siasat
buruknya berusaha untuk membunuh Daud.
Ada
dua siasat buruk Saul untuk membunuh Daud;
1. Saul mengangkat Daud
sebagai kepala pasukan seribu, maksudnya supaya Daud mati di tangan tentara
orang Filistin.
2. Saul memberikan
Mikhal, anak perempuannya, kepada Daud, tetapi sebagai jerat. Tujuannya; supaya
tangan orang Filistin juga membunuh Daud.
Tetapi
kita lihat ayat 28 ...
1
Samuel 18: 28
(18:28) Lalu
mengertilah Saul dan tahulah ia, bahwa TUHAN menyertai Daud, dan bahwa seluruh
orang Israel mengasihi Daud.
Tuhan
melepaskan Daud dari maut, dari niat-niat jahat Saul untuk membunuh Daud, sebab
Tuhan menyertai Daud. Bahkan orang Israel pun mengasihi Daud.
1
Samuel 19: 1
(19:1) Saul
mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud
harus dibunuh. Tetapi Yonatan, anak Saul, sangat suka kepada Daud,
Saul
dengki kepada Daud, berarti keinginan Saul membunuh Daud kuat sekali.
Maka
dalam 1 Samuel pasal 19 ini, Saul
menyampaikan kepada Yonatan (anaknya), dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus
dibunuh.
1
Samuel 19: 4-5
(19:4) Lalu Yonatan
mengatakan yang baik tentang Daud kepada Saul, ayahnya, katanya:
"Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak
berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu!
(19:5) Ia telah
mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan TUHAN
telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. Engkau sudah
melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa
terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa
alasan?"
Setelah
mendengarkan pernyataan itu, Yonatan berusaha menyadarkan Saul ayahnya dengan menceritakan
hal ihwal Daud kepada Saul, yaitu bahwa;
1. Daud tidak berbuat
dosa kepada Saul, bahkan pada 1 Samuel 24
pun ada kesempatan bagi Daud untuk membunuh Saul, tetapi Daud tidak lakukan
itu.
2. Daud telah
mempertaruhkan nyawanya terhadap orang Filistin dan mengalahkan orang Filistin karena
Tuhan memberi kemenangan besar bagi orang Israel.
Dampak kemenangan yang diberikan oleh Daud: Saul
bersukacita karena kemenangan itu.
1
Samuel 19: 6
(19:6) Saul
mendengarkan perkataan Yonatan dan Saul bersumpah: "Demi TUHAN yang hidup,
ia tidak akandibunuh."
Saul mendengarkan perkataan Yonatan,
anaknya, dan ia pun bersumpah demi Tuhan,
bahwa Daud tidak akan dibunuh. Saul bersumpah demi nama Tuhan di hadapan
Yonatan, anaknya.
Kita
lihat ayat 7-8, setelah Saul
disadarkan.
1
Samuel 19: 7-8
(19:7) Lalu Yonatan
memanggil Daud dan Yonatan memberitahukan kepadanya segala perkataan itu. Yonatan
membawa Daud kepada Saul dan ia bekerja padanya seperti dahulu.
(19:8) Ketika perang
pecah pula, maka majulah Daud dan berperang melawan orang Filistin; ia
menimbulkan kekalahan besar di antara mereka, sehingga mereka melarikan diri
dari depannya.
Setelah
Saul bersumpah, Yonatan membawa Daud kembali dan memberitahukan janji Saul,
ayahnya, bahwa Daud tidak akan dibunuh.
Kemudian
dibawalah Daud kepada Saul untuk mengabdi, bahkan ketika perang pecah, Daud
mengalahkan Filistin dengan kekalahan yang besar.
Ini
adalah perhatian Daud kepada Saul. Daud luar biasa, dia setia, dan dia tidak
mau membalas kejahatan dengan kejahatan, dua tangannya tidak digunakan untuk
melakukan kejahatan, karena dia sadar, bahwa dia adalah seorang raja, dia
seorang pemimpin, dia seorang hamba Tuhan, dia harus menggunakan dua tangannya untuk
melayani Tuhan, dua tangannya bersih, dua tangan Daud cakap. Dua tangan Daud
terbuka untuk melayani Tuhan.
Sekarang
pertanyaannya; APAKAH JANJI SAUL DI HADAPAN YONATAN DIPEGANG TEGUH ATAU TIDAK?
1
Samuel 19: 10
(19:10) Lalu Saul
berikhtiar menancapkan Daud ke dinding dengan tombaknya, tetapi Daud
mengelakkan tikaman Saul, sehingga Saul mengenai dinding dengan tombak itu.
Sesudah itu Daud melarikan diri dan luputlah ia pada malam itu.
Saul
berikhtiar membunuh Daud dengan tombaknya, namun Daud mengelak dan melarikan diri dari Saul.
Kesimpulannya;
dalam hal ini Saul tidak menepati
sumpahnya di hadapan Tuhan, dia tidak berpegang teguh terhadap
janjinya/sumpahnya.
Matius
5:33-37
(5:33)
Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan
bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
(5:34)
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit,
karena langit adalah takhta Allah,
(5:35)
maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem,
karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
(5:36) janganlah
juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan
atau menghitamkan sehelai rambut pun.
(5:37) Jika ya,
hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang
lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Firman
Tuhan kepada kita: “Janganlah bersumpah
palsu, melainkan peganglah sumpahmu
di depan Tuhan.”
Maksudnya
ialah, jika ya, hendaklah mengatakan ya, sebaliknya jika tidak,
hendaklah katakan tidak, apapun resikonya, sebab apa yang lebih dari pada itu
berasal dari pada si jahat.
Jadi,
ya di atas ya, tidak di atas tidak. Jangan sampai ditambahkan, dikurangkan.
Jangan sampai diubah-ubah, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Berarti, Saul berasal dari si jahat. Dia mengingkari perjanjiannya, sumpahnya
di hadapan Tuhan.
Hati-hati,
jangan suka menambahkan perkataan, jangan suka mengurangkan perkataan, jangan
mengarang-ngarang, jangan mengada-ngada. Orang yang mengurangkan dan menambahkan
suatu perkara/peristiwa, menunjukkan bahwa ia berasal dari si jahat.
Kalimat
sebelumnya; “Kamu telah mendengar pula
yang difirmankan kepada nenek moyang kita.”
Kita
sudah banyak dengar firman Allah, yang telah memberi pengertian tentang
kebenaran dan mendapat kesempatan untuk melayani Tuhan, oleh sebab itu, segala
sesuatu perlu untuk diperhatikan, jangan biasakan diri bersumpah palsu.
Pendeknya;
Saul berasal dari si jahat.
Yohanes
8: 44
(8:44) Iblislah yang
menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah
pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam
dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya
sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Iblis
(si jahat) adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Berarti,
kalau seseorang suka berdusta, dia adalah anak Iblis, dan ia berasal dari si
jahat.
Saya
tambahkan sedikit; yang berjanji, belajar untuk menepati janji, jangan suka
memutar balik fakta (ya berubah menjadi tidak).
Janganlah
sekali-kali bersumpah, baik;
- Demi langit (cakrawala), karena langit
adalah takhta Allah, di situ ada kebenaran, artinya kalau mengingkari sumpah, merusak kebenaran.
- Demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki
Tuhan (jejak), artinya kalau mengingkari sumpah, tidak dapat mengikuti
jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Tuhan, tidak bisa mengikuti contoh teladan
Tuhan.
- Demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota
raja besar, pusat kerajaan damai, tempat kita beribadah dan melayani.
Kalau kita mengingkari sumpah (mengingkari janji), maka
sama dengan kita merusak ibadah dan pelayanan, sehingga jangan heran dunia akan
mempersalahkan ibadah dan pelayanan dari anak-anak Tuhan.
- Demi kepala, karena kita tidak berhak
menghitamkan atau memutihkan sehelai rambut di kepala.
Kepala -> pribadi Yesus Kristus. Dia yang berkuasa
untuk menyelamatkan tubuh (menghitamkan dan memutihkan rambut).
Sekali
lagi saya tandaskan; Ya di atas ya,
tidak di atas tidak, apapun resikonya, apapun sanksinya. Jangan diubah-ubah,
sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Dan Saul memang berasal dari
si jahat, sudah terlihat karakter, tabiat dari si jahat, pembunuh manusia sejak
semula, sejak di taman Eden, dengan cara memutar balik fakta
kebenaran, firman Allah terlebih dahulu dipelintir, karena Iblis tidak hidup
dalam kebenaran juga adalah bapa pendusta.
Itu
sebabnya Saul mudah sekali mengingkari perjanjiannya, ia tidak berpegang pada
sumpahnya. Sebetulnya, tidak perlu pakai sumpah, baik demi ini dan itu.
Bukti
bahwa Saul berasal dari si jahat (anak Iblis).
1
Samuel 19: 9
(19:9) Tetapi roh
jahat yang dari pada TUHAN hinggap pada Saul, ketika ia duduk di rumahnya,
dengan tombaknya di tangannya; dan Daud sedang main kecapi.
Kalimat:
“Tetapi roh jahat yang dari pada TUHAN
hinggap pada Saul” = dikuasai oleh roh jahat, menunjukkan bahwa Saul
berasal dari si jahat, bahkan ia adalah anak si jahat, benih yang dilahirkan
dari si jahat.
1
Samuel 16: 14
(16:14) Tetapi Roh
TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang
dari pada TUHAN.
Seseorang
akan kehilangan Roh Tuhan dan tabiat-tabiat Roh Tuhan itu sendiri, apabila
seseorang dikuasai oleh si jahat.
Ada
tujuh tabiat Roh Kudus;
1. Penolong (Yohanes 14:16).
2. Menyertai (Yohanes 14:17).
3. Penghibur (Yohanes 14:26).
4. Mengajar (Yohanes 14:26).
5. Mengingatkan (Yohanes 14:26).
6. Menginsafkan dunia akan dosa (Yohanes 16:8).
7. Memimpin (Yohanes 16:13).
Saul
kehilangan Roh Tuhan, karena ia berasal dari si jahat, anak yang dilahirkan
dari benih si jahat.
Itu
sebabnya pada diri Saul terlihat karakter si jahat, berusaha membunuh Daud.
Kalau
kita kehilangan Roh Tuhan, tidak ada artinya kita melayani Tuhan. Pendeknya,
tidak ada artinya dia hidup. Daging atau tubuh itu mati, Rohlah yang memberi
kehidupan.
Jadi,
kalau seseorang tidak memiliki Roh Tuhan = mayat hidup; binasa, sebelum
dihakimi.
Saul
ada di dalam kegiatan Roh, diangkat menjadi raja, dan terlebih dahulu diurapi,
tetapi tidak memberi diri dipimpin oleh Roh, tidak terlihat tujuh
tabiat/karakter Roh Kudus, sama seperti orang dunia; hidup tetapi mati (mayat
hidup).
Jangan
terpaksa beribadah, jangan terpaksa melayani Tuhan, jangan terpaksa berkorban.
Kita ini sekarang berada dalam kegiatan Roh, baiklah ia memberi diri dipimpin
Roh.
Karunia-karunia
Roh Kudus, adalah harta yang indah (perhiasan rohani). Kumpulkan hartamu di
sorga, sebab orang yang mengumpulkan harta di bumi, ngengat dan karat akan
merusaknya, binasa. Jadi, jangan bangga melihat orang kaya di luaran sana
tetapi jauh dari kegiatan Roh.
Banggalah
terhadap kemurahan Tuhan karena sekarang berada dalam kegiatan Roh.
Kita
akan melihat ...
Tabiat Roh Kudus
yang keempat
adalah mengajar tentang segala sesuatu dan pengajarannya itu benar, tidak
dusta. Sebaliknya, Iblis adalah pendusta.
Tabiat Roh Kudus
yang keenam
adalah mengisafkan dunia akan dosa. Sebaliknya, Iblis tidak menginsafkan dunia
akan dosa, justru menimbulkan dosa dan
mengingatkan dosa untuk diulangi, seperti yang dilakukan oleh Saul.
1 Samuel 18: 10-11, Saul berusaha
membunuh Daud dengan tombaknya. Dan untuk yang kedua kali, Saul berusaha
membunuh Daud dengan tombaknya, namun Daud melarikan diri...1 Samuel 19:9-10.
Jadi
sudah bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang keenam.
1
Samuel 19: 9
(19:9) Tetapi roh
jahat yang dari pada TUHAN hinggap pada Saul, ketika ia duduk di rumahnya,
dengan tombaknya di tangannya; dan Daud sedang main kecapi.
Daud
sedang main kecapi, tetapi justru Saul berikhtiar untuk membunuh Daud dengan
tombaknya.
Jadi,
pekerjaan Iblis/Setan bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang keenam.
Kita lihat dahulu sejenak
mengenai kecapi.
Wahyu
5: 8-9
(5:8) Ketika Ia
mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh
empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi
dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
(5:9) Dan mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan
kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan
dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan
bahasa dan kaum dan bangsa.
Empat
makhluk dan dua puluh empat tua-tua, masing-masing memegang satu kecapi,
selanjutnya mereka menyanyikan suatu nyanyian baru.
Jadi
memang alat musik petik seperti kecapi, pasti digunakan untuk mengiringi orang
yang bernyanyi. Pendeknya, ada kecapi, ada nyanyian.
Wahyu
14: 2-3
(14:2) Dan aku
mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru
guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain
kecapi yang memetik kecapinya.
(14:3) Mereka menyanyikan
suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua
itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada
seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Tidak
ada seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain mereka yang
menyanyikannya, yaitu 144.000 orang yang telah ditebus dari bumi.
Kesimpulannya;
nyanyian baru adalah hubungan intim antara tubuh dengan kepala, berarti ada
persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Suami
isteri, apabila hubungan mereka intim, di situ akan terdengar nyanyian baru,
perkataan baru. Perkataan yang lama tidak akan terlihat dan tidak akan terdengar
di situ, tidak ada di situ bahasa-bahasa yang kotor, tidak ada di situ
bahasa-bahasa yang buruk, tidak ada di situ bahasa-bahasa yang sifatnya
menyakiti hati. Yang ada adalah nyanyian baru, perkataan yang baru kalau
hubungan itu intim.
Kalau
hubungan kita intim dengan Tuhan, di situ ada nyanyian baru. Tidak ada orang
yang dapat memahami nyanyian baru, tidak ada orang yang dapat mempelajari
nyanyian baru, selain orang yang melangsungkan hubungan intim itu sendiri
dengan Tuhan.
Oleh
sebab itu, kita tidak boleh ingin mengetahui hubungan nikah (intim suami isteri) orang lain, karena itu
adalah roh najis, hormati nikah.
Saya
adalah hamba Tuhan yang menerima jabatan gembala, sekaligus bapa rohani, sedangkan
sidang jemaat, adalah anak rohani saya. Isteri saya adalah ibu gembala saudara.
Hormati nikah rumah tangga gembalamu. Ruben
adalah anak sulung tetapi tidak memiliki kelebihan. Kemudian, Ham mempermalukan bapanya, sehingga
akhirnya diinjak-injak, itulah Kanaan. Oleh sebab itu, hormati nikah, tidak
perlu kita ingin tahu lebih dalam tentang nikah orang lain, sebab itu adalah pekerjaan
dari roh najis.
1
Korintus 14: 2
(14:2) Siapa yang
berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi
kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia
mengucapkan hal-hal yang rahasia.
Ketika
seseorang berbahasa lidah, itulah yang disebut dengan nyanyian baru,
menunjukkan bahwa dia sedang melangsungkan hubungan intim dengan Tuhan. Tidak
seorang pun dapat mengetahui, bahasa lidah (bahasa roh), kecuali orang yang
sedang melangsungkan hubungan intim itu dengan Tuhan.
Tujuan
Daud main kecapi (melangsungkan hubungan intim)
1
Samuel 16: 14-16
(16:14) Tetapi Roh
TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang
dari pada TUHAN.
(16:15) Lalu
berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: "Ketahuilah, roh jahat yang dari
pada Allah mengganggu engkau;
(16:16) baiklah
tuanku menitahkan hamba-hambamu yang di depanmu ini mencari seorang yang
pandai main kecapi. Apabila roh jahat yang dari pada Allah itu hinggap
padamu, haruslah ia main kecapi, maka engkaumerasa nyaman."
Daud
dipanggil untuk main kecapi di hadapan Saul, tujuannya hanya untuk menghibur Saul.
Apabila
Saul dirasuki oleh roh jahat, maka Daud harus memetik kecapi (nyanyian baru),
supaya ia merasa nyaman, merasa lega, terjadi kelepasan.
Tetapi
Saul justru hendak membunuh Daud, hal ini diluar akal sehat? Daud hendak
berusaha menolong Saul, tetapi Saul hendak membunuh Daud sang penolong, Saul
tidak memiliki akal sehat.
Itu
seringkali terjadi dialami oleh anak-anak Tuhan. Salib bermaksud untuk menolong
kita, tetapi seringkali kita bersungut-sungut karena Salib. Daud adalah pribadi
yang memikul Salib, tetapi Saul tidak menghargai itu.
Apa
yang dilakukan Daud itu dasarnya adalah Salib. Untuk menyalakan pelita, maka apinya
berasal dari mezbah korban bakaran. Sampai membakar ukupan di atas mezbah juga
apinya dari mezbah korban bakaran. Tetapi Saul tidak menghargai salib, tidak
menghargai kemurahan Tuhan, tidak menghargai kasih karunia.
Wahyu
14: 3
(14:3) Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk
dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu
selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari
bumi itu.
Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan:
- Di hadapan takhta menunjukkan bahwa mereka memuliakan
Tuhan.
- Di hadapan empat makhluk, sehingga pada
akhirnya empat makhluk tidak henti-hentinya berseru siang dan malam (Wahyu 4: 8), empat makhluk senantiasa
memuliakan Tuhan.
- Di hadapan dua puluh empat tua-tua, sampai pada
akhirnya kita melihat dua puluh empat tua-tua menyembah Dia yang hidup sampai
selama-lamanya (Wahyu 4: 10).
Kalau
kita senantiasa memuliakan Tuhan siang dan malam seperti empat makhluk juga mengambil posisi rendah di bawah kaki Tuhan (sujud
menyembah Tuhan) seperti dua puluh empat
tua-tua, itu akan membuat hidup kita merasa nyaman.
Ketika
kita tersungkur, tercampak di kaki Tuhan, persis seperti pujian yang kita
angkat: “Di kaki-Mu kutercampak penuh
dosa. Hukuman dan kematian menantikanku. Penuh kasih Kau tuliskan firman di
hatiku. Kau mengampuniku dan berkata: Jangan berbuat lagi”
Pendeknya,
tujuan Daud menghibur Saul adalah supaya Saul merasa nyaman, bebas dari roh
jahat, tetapi Saul tidak menghargai kasih karunia, karena Saul tidak mengerti
rencana Tuhan, sebab ia tidak memiliki akal sehat.
Kita
semua dipakai Tuhan untuk menjadi alat kemuliaan, juga membawa diri kita rendah
di kaki Tuhan tujuannya, untuk membebaskan kita dari roh jahat, kalau kita
sudah dilepaskan, rasa nyaman akan kita alami. Sesungguhnya, dosalah yang
membuat seseorang menderita dan
sengsara, salib tidak pernah membuat kita susah, dosa yang membuat kita susah.
Yang
letih lesu dan berbeban berat (yang ditimbulkan dosa), pikullah kuk/salib untuk
mendapat kelegaan, seperti Daud menghibur Saul, tujuannya untuk memberi rasa
nyaman.
Yesaya
28: 11-12
(28:11) Sungguh,
oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa
asing akan berbicara kepada bangsa ini
(28:12) Dia yang
telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah
perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi
mereka tidak mau mendengarkan.
Saul
tidak mau mendengarkan perkataan-perkataan orang-orang yang berlogat ganjil,
Saul tidak menghargai Daud saat memetik kecapi di hadapannya.
Tujuan
Daud menghibur adalah untuk memberi hari perhentian bagi yang lelah karena
beban dosa, tetapi Saul justru memburu Daud. Sesungguhnya kemurahan Tuhan besar
sekali kepada Saul, sekalipun Allah telah menolak Saul dua kali karena dua kali
kesalahan fatal yang dilakukan oleh Saul, tetapi Tuhan masih kirim Daud, itu
adalah kasih karunia, tetapi Saul tidak mau menghargai orang-orang yang
berlogat ganjil, tidak menghargai kemurahan Tuhan, tidak menghargai hari
perhentian, suatu kebodohan, tindakan yang keliru dari Saul, itu membahayakan
dirinya.
Yesaya
28: 13
(28:13) Maka mereka
akan mendengarkan firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti
begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!" supaya dalam berjalan mereka
jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan.
Orang
yang tidak menghargai hari perhentian, tidak menghargai hubungan intim dengan
Tuhan, akan mengalami tiga hal, yaitu:
1. Tertangkap dan tertawan = masih terikat
dengan dosa.
Bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang pertama, yaitu penolong (Yohanes 14: 16).
2. Supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, berarti; tidak berdaya.
Bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang kedua,
yaitu menyertai (Yohanes 14: 17).
3. Sehingga luka-> orang yang menderita.
Bertolak belakang dengan tabiat Roh Kudus yang ketiga, yaitu penghibur (Yohanes 14: 26).
Jadi
kita sudah melihat tabiat-tabiat dari Iblis si jahat, bertolak belakang dengan
tabiat Roh Kudus.
Tabiat Roh Kudus yang
kelima
adalah mengingatkan (Yohanes 14: 26), sebaliknya Saul (yang
adalah anaknya Iblis) melupakan segala
kebaikan-kebaikan Daud = tidak menghargai kasih karunia Allah lewat salib
Kristus.
Itu
adalah pekerjaan Iblis; melupakan kebaikan Tuhan, melupakan kemurahan Tuhan.
Kalau kita lupa kemurahan Tuhan, yang kita ingat nanti adalah kebaikan diri
sendiri, ada yang lebih parah, mengingatkan seseorang untuk mengungkit-ungkit kesalahan
orang lain.
Kesimpulannya;
kalau hidup di dalam kuasa si jahat atau bertabiatkan kuasa si jahat, akan
menuju kepada kebinasaan.
Jalan
keluarnya.
1
Samuel 19: 11-17
(19:11) Kemudian
Saul mengirim orang-orang suruhan ke rumah Daud untuk mengamat-amatinya dan
untuk membunuh dia pada waktu pagi. Tetapi Mikhal, isteri Daud, memberitahukan
kepadanya, demikian: "Jika engkau tidak dapat meluputkan dirimu malam ini,
maka besok engkau akan dibunuh."
(19:12) Lalu Mikhal
menurunkan Daud dari jendela, ia pergi melarikan diri dan luputlah ia.
(19:13) Sesudah itu
Mikhal mengambil terafim dan menaruhnya di tempat tidur; ditaruhnya sehelai
tenunan bulu kambing di bagian kepala dan ditutupinya dengan selimut.
(19:14) Lalu Saul
mengirim orang-orang suruhan untuk mengambil Daud, tetapi perempuan itu
berkata: "Ia sakit."
(19:15) Sesudah itu
Saul mengirim orang-orang suruhan itu untuk melihat Daud, katanya:
"Bawalah dia di atas tempat tidur itu ke mari, supaya ia dibunuh."
(19:16) Lalu
masuklah para suruhan itu ke dalam, dan tampaklah ada terafim di tempat tidur
dengan sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala.
(19:17) Berkatalah
Saul kepada Mikhal: "Mengapa engkau menipu aku demikian itu dan melepas
musuhku pergi, sehingga ia luput?" Tetapi jawab Mikhal kepada Saul:
"Ia berkata kepadaku: Biarkanlah aku pergi, apa perlunya aku membunuh
engkau?"
Daud
luput/lepas dari kematian, melarikan diri dari rumahnya.
Kalau
kita mengetahui bahwa tempat dimana kita berdiri, tempat dimana kita berada
akan mempengaruhi kerohanian kita sampai mematikan kerohanian kita, tinggalkan
itu supaya jangan binasa. Lepaskan diri dari situ jangan bertahan.
Saya
tambahkan sedikit; yang lebih rohani, kita atau Lot? Tentu Lot. Tetapi Lot saja
bisa dipengaruhi oleh Sodom dan Gomora, apalagi kita? Kita tidak ada seujung
kukunya. Tidak perlu menggunakan alasan untuk menyelamatkan jiwa. Kembalilah
kepada firman. Kalau tempat itu membawa kepada kematian, tinggalkan.
Jangan
sampai kita hidup karena uang, hidup karena kekayaan, itu adalah mayat hidup.
Tetapi bila karena sangkal diri, pikul salib kita harus kehilangan nyawa, itu
adalah hidup, itulah yang benar. Ini adalah langkah Daud yang luar biasa yang
harus kita ikuti dan perhatikan.
1
Samuel 19: 18
(19:18) Setelah Daud
melarikan diri dan luput, sampailah ia kepada Samuel di Rama dan memberitahukan
kepadanya segala yang dilakukan Saul kepadanya. Kemudian pergilah ia
bersama-sama dengan Samuel dan tinggallah mereka di Nayot.
Pada
saat Daud melepaskan diri dari Saul (meluputkan diri dari kematian itu), ada dua tindakan Daud, yaitu:
1.
Daud datang
menjumpai Samuel.
Kita memiliki bapa
jasmani, tetapi lebih dari pada itu masih ada bapa rohani, karena bapa jasmani
belum tentu rohani. Hal yang rohani hanya bisa diselesaikan oleh bapa rohani,
datanglah kepada bapa rohani. Tetapi masih ada lagi di atasnya, yaitu Bapa
Sorgawi. Dalam menghadapi masalah situasi yang begitu pelik, berat, datanglah
kepada Bapa, jangan datang kepada yang lain-lain. Apalagi mau mengandalkan
manusia dan kekuatannya sendiri, menunjuk kepada kerohanian yang kering-kering (tidak berbuah).
Yesus adalah Gembala
Agung, telah menunjuk gembala kecil (bapa rohani). Tetapi kalau seseorang
coba-coba mengandalkan kekuatannya sendiri, itu tidak akan menyelesaikan
masalah, justru memperbesar masalah, inilah yang disebut denagn letih lesu,
beban berat.
2. Ceritakan segala persoalanmu kepada Tuhan, Bapa di
sorga.
Jadi, setelah tiba
kepada Samuel, Daud langsung menceritakan segala sesuatunya kepada Samuel. Berarti Daud tidak bertindak sendiri, dia
tidak menyelesaikan masalahnya dengan caranya, kemampuannya, dengan
kekuatannya, tetapi dia menyerahkan segala persoalannya kepada Tuhan. Datang
kepada Bapa di sorga, dan menceritakan segala sesuatunya kepada Tuhan. Malam
ini kita datang kepada Tuhan membawa segala persoalan kepada Tuhan, tanda bahwa
kita mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu. Padahal kita mengetahui, Goliat
saja yang tingginya enam hasta sejengkal (kurang lebih tiga meter)dapat
dikalahkan, apalagi hanya Saul?
Tetapi dia datang
kepada bapa, dia menceritakan, segala persoalannya. Bukan kita tidak mengerti
ini dan itu, tentu mengerti, tetapi yang Tuhan mau adalah segala beban dan segala persoalan yang kita alami kita serahkan kepada Tuhan, menunjukkan
bahwa Daud mengandalkan Tuhan.
Kalau memang firman
ini murni firman Tuhan mengoreksi kita, akuilah, menangislah di kaki Tuhan,
supaya kita jangan lelah karena beban dosa.
1
Petrus 2: 20-21
(2:20) Sebab
dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa?
Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu
adalah kasih karunia pada Allah.
(2:21) Sebab untuk
itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Biarlah
kita semua mengikuti jejak Kristus, yaitu menanggung penderitaan yang tidak
harus ditanggung.
Kalau
kita harus menanggung penderitaan yang tidak harus kita tanggung, itu adalah
kasih karunia.
Kita
dipanggil, berada dalam terang yang ajaib adalah untuk kasih karunia itu, bukan
untuk yang lain-lain.
1
Petrus 2: 22-23
(2:22) Ia tidak
berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
(2:23) Ketika Ia
dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia
tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan
adil.
Jejak
Kristus antara lain;
- Tidak berbuat dosa, berarti: hidup suci, bahkan
sempurna.
- Tipu tidak ada di dalam mulut-Nya, berarti: tidak ada
kata-kata dusta, ya di atas ya, tidak di atas tidak.
- Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci
maki, berarti;
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
- Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam,tetapi Ia
menyerahkannya kepada Dia yang menghakimi dengan adil, berarti; membawa
segala persoalannya kepada Tuhan.
Untuk
inilah kita dipanggil, yaitu untuk mengikuti jejak Tuhan.
1
Petrus 2: 24
(2:24) Ia sendiri
telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang
telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu
telah sembuh.
Kesimpulannya;
kita harus memikul salib, memikul kelemahan orang lain, supaya kita tidak
binasa.
Kalau
kita memikul salib, berarti hidup dalam kebenaran = tidak binasa.
Jadi,
tidak usah mengeluh ketika menderita (memikul salib), itu adalah kasih karunia.
Yesus
sudah menanggungnya di atas kayu salib, sehingga Dia hidup dalam kebenaran.
Kita pun bisa hidup dalam kebenaran kalau kita mengikuti jejak Kristus.
Dampak
positifnya.
1
Samuel 19: 20-21
(19:20) maka Saul
mengirim orang-orang suruhan untuk mengambil Daud. Tetapi orang-orang ini
melihat sekumpulan nabi kepenuhan, dengan dikepalai oleh Samuel. Dan Roh Allah
hinggap pada orang-orang suruhan Saul, sehingga mereka pun kepenuhan seperti
nabi.
(19:21) Lalu hal itu
diberitahukan kepada Saul; ia mengirim orang-orang suruhan yang lain, tetapi
orang-orang itu pun juga kepenuhan seperti nabi. Saul mengirim sekali lagi
orang-orang suruhan, rombongan yang ketiga, dan orang-orang ini pun juga
kepenuhan.
Ketika
Saul mengetahui bahwa Daud melarikan diri ke Nayot dekat Rama bersama dengan
Samuel, lalu ia menyuruh tiga gelombang suruhannya, dan tiga gelombang suruhan
Saul ini, semuanya kepenuhan Roh Kudus seperti nabi.
Kalau
seseorang kepenuhan Roh Kudus seperti nabi, maka otomatis niat jahat tidak
terlaksana.
Apapun
rencana manusia, apapun rencana Setan, apapun rencana si jahat, semuanya akan
digagalkan oleh Tuhan sendiri. Oleh sebab itu, jangan lagi mengandalkan manusia
dan kekuatannya, itu semua adalah kesia-kesiaan.
Sedikit
kesaksian: waktu mau ke Pakistan, terlebih dahulu bertanya kepada Tuhan, saya
telepon seorang hamba Tuhan yang diurapi untuk mengerti rencana Tuhan. Jawaban
dari beliau: urus saja semua, passport dan visa, kalau berjalan baik, berarti
itu dari Tuhan. Saya urus semua sampai ke kedutaan Pakistan di Jakarta. Kalau
memang bisa, berarti itu dari Tuhan, kalau tidak, berarti Tuhan tidak ijinkan. Untuk
sementara ini Tuhan belum ijinkan.
Banyak
bertanya. Ingat, di atas daging masih ada daging, maksudnya: jangan
mengandalkan manusia dan kekuatan sendiri. Jangan enggan apalagi menolak firman
hanya karena mengendarai kuda tangkas. Belajar datang kepada bapa, bawa
persoalanmu. Dampak positifnya; Tuhan yang membela.
Niat jahat orang tidak terlaksana. Niat jahat diubah menjadi sebuah kebenaran.
Roh
Kudus itu menolong, menyertai, menghibur, menginsafkan, tidak ada keinginan
jahat untuk membunuh manusia, kemudian nabi tugasnya adalah bernubuat, berarti membangun, menasihati dan menghibur.
Kalau
kepenuhan Roh Kudus dan menjadi seperti nabi, berarti terlepas dari niat jahat,
karena Tuhan yang bela.
Daud
dalam Kisah Para Rasul berkata: Daud memandang kepada Tuhan, Ia yang duduk di
sebelah kanan tampil sebagai Pembela. Jangan pandang uangmu, jangan pandang ini
dan itu, pandang Tuhan, Dia tampil sebagai Pembela.
Tidak
hanya tiga gelombang suruhan Saul ...
1
Samuel 19: 22-24
(19:22) Lalu ia
sendiri pergi ke Rama. Sesampainya ke dekat perigi besar yang di Sekhu,
bertanyalah ia, katanya: "Di mana Samuel dan Daud?" Jawab orang:
"Ada di Nayot, dekat Rama."
(19:23) Lalu
pergilah ia ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada dia pun hinggaplah Roh
Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi,
hingga ia sampai ke Nayot dekat Rama.
(19:24) Ia pun
menanggalkan pakaiannya, dan ia pun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah
terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah
sebabnya orang berkata: "Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?"
Sampai
pada akhirnya, juga Saul kepenuhan Roh Kudus seperti seorang nabi.
Hanya
perbedaannya dengan tiga gelombang utusannya adalah Saul rebah terhantar dengan telanjang.
Mendatangi
Daud dan Samuel, itu sama dengan menelanjangi dirinya sendiri. Dia kepenuhan
Roh Kudus seperti seorang nabi, akhirnya kebenaran itu, menunjukkan jati
dirinya (menelanjangi dirinya) seperti apa, menunjukkan keberadaannya bahwa dialah
seorang pembunuh itu.
Tuhan
akan memberitahukan segala sesuatu, karena Dia yang berkuasa maka kalau seseorang tidak mengandalkan Tuhan,
itu sama dengan menunjukkan jati dirinya, menunjukkan ketelanjangannya,
kebodohannya di hadapan manusia dan Tuhan.
Kisah
Para Rasul 2: 23-26
(2:23) Dia yang
diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu
bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
(2:24) Tetapi Allah
membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak
mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
(2:25) Sebab Daud
berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri
di sebelah kananku, aku tidak goyah.
(2:26) Sebab itu
hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan
tenteram,
Daud
senantiasa memandang Tuhan, sebab Dia ada di sebelah kanan kita sebagai pembela.
Pandanglah
Tuhan, Dia tampil sebagai Pembela. Jangan pandang yang lain-lain. Kita harus
mengerti firman, sebab umat Tuhan binasa karena tidak punya pengertian tentang
firman. Kalau kita mengerti firman, berarti kita tahu rumus hidup. Sebaliknya,
kalau tidak mengerti firman, tidak tahu rumus hidup, dia hanya tahu hidupnya sejauh
pengertiannya.
Sampai
pada akhirnya, hati Daud bersukacita
dan jiwanya bersorak-sorai dan tubuhnya akan diam dengan tenteram.
-
Jiwa bersorak-sorai,
berarti, jiwa disegarkan, tidak stres.
-
Hati bersukacita,
berarti hatinya tidak susah.
-
Tubuhnya diam dengan
tenteram, berarti tidak capek dengan ini dan itu.
Kisah
Para Rasul 2: 27
(2:27) sebab Engkau
tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang
Kudus-Mu melihat kebinasaan.
Kesimpulannya:
-
Tuhan
tidak membiarkan orang benar kepada dunia orang mati.
-
Tuhan
tidak membiarkan orang Kudus melihat kebinasaan.
Kisah
Para Rasul 2: 28
(2:28) Engkau
memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan
sukacita di hadapan-Mu.
Tuhan
memberitahukan kepada Daud jalan kehidupan sampai pada akhirnya Tuhan melimpahi
Daud dengan sukacita besar dalam hidupnya di hadapan Tuhan.
Pelajaran
yang sudah kita terima dari Daud, menyerahkan segala persoalan hidupnya kepada
Tuhan (mengandalkan Tuhan), Dia akan berdiri di sebelah kanan, tampil sebagai
Pembela. Dia akan memulihkan hati, dan
menyegarkan jiwa sehingga mengalami
sukacita besar di hadapan Dia. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment