Subtema:
7 MALAIKAT
DENGAN 7 SANGKAKALA
Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera,
salam di dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, oleh karena kemurahan hati
Tuhan, kita dimungkinkan untuk menyelenggarakan kebaktian, itulah Ibadah Raya
minggu. Kita boleh mengadakan perhimpunan raya kita malam ini, semua karena
kemurahan Tuhan.
Kiranya Tuhan melawat kita
lewat pembukaan rahasia firman yang akan kita terima sebagai tanda belas kasih
Tuhan untuk memulihkan segala sesuatu.
Juga saya menyapa anak-anak
Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang ada di dalam dan di luar negeri, selamat
menikmati kemurahan Tuhan dan salam persekutuan di antara kita.
Selamat malam juga saya ucapkan
kepada Bapak Pendeta Mamahit dan ibu, yang sudah bersama-sama kita malam ini.
Mungkin ini adalah awal
persekutuan kita dan seterusnya, sesuai dengan kerinduan kita, di mana supaya
ada persekutuan di dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci,
telah diawali, dan nanti menyusul hamba-hamba Tuhan yang lain. Itu kerinduan
kita, jika Tuhan berkenan.
Kita kembali memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 8.
Wahyu 8 ini terbagi menjadi dua bagian.
-
Bagian
pertama: ayat 1-5, di sini ada suasana kebahagiaan, ketenangan yang
tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata.
-
Bagian
kedua: ayat 6-13, di sini terjadi suatu malapetaka, penghancuran.
Kedua hal ini kontradiksi,
bertolak belakang.
Di mana kitab Wahyu dalam
susunan Tabernakel terkena pada Tabut Perjanjian. Kemudian Wahyu 8 ini
dalam susunan tabut perjanjian terkena pada dua loh batu, itulah kasih
Allah yang bersifat permanen, peningkatan dari Mezbah Dupa (doa penyembahan).
Dan selanjutnya kita telah
melihat Wahyu 8: 1, di mana pada saat Anak Domba itu membuka meterai
yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, suatu ketenangan, kedamaian, penuh
kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan, dengan kata-kata yang telah kita terima
pada minggu yang lalu.
Dan lanjut kita akan melihat ayat
kedua ...
Wahyu 8: 2
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri
di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.
Perhatikan kalimat: “...
ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka
diberikan tujuh sangkakala.”
Pendeknya; kepada tujuh
malaikat diberikan tujuh sangkakala.
Sangkakala yang ditiup ->
firman Allah yang disampaikan oleh malaikat sidang jemaat, yaitu hamba-hamba
Tuhan yang diurapi sebagai pemimpin-pemimpin di dalam rumah Tuhan.
Dan perkara ini sudah pernah
dikerjakan dan terjadi untuk memimpin perjalanan bangsa Israel selama empat
puluh tahun di padang gurun.
Bilangan 10: 8
(10:8) Nafiri-nafiri itu harus ditiup
oleh anak-anak imam Harun; itulah yang harus menjadi ketetapan untuk
selama-lamanya bagimu turun-temurun.
Nafiri-nafiri itu harus ditiup oleh
anak-anak imam Harun, artinya; yang bertugas untuk menyampaikan firman Allah
adalah seorang hamba Tuhan yang diurapi, tidak boleh diganti dengan sembarangan
orang, sekalipun dia terkenal, sekalipun dia orang hebat, sekalipun dia
selebritis, sekalipun dia orang yang penuh kekuasaan di bumi ini, tidak boleh
diganti, tidak boleh sembarang orang.
Jadi yang menyampaikan firman
Allah adalah hamba-hamba Tuhan yang diurapi oleh Tuhan.
Bilangan 10: 1-2
(10:1) TUHAN berfirman kepada Musa:
(10:2) "Buatlah dua nafiri dari perak.
Dari perak tempaan harus kaubuat itu, supaya dipergunakan untuk memanggil
umat Israel dan untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat.
Di sini kita melihat ada suatu
perintah untuk membuat dua nafiri dari perak tempaan.
Menempa dua nafiri dari perak,
bukan tiga, bukan satu, tetapi harus dua. Itulah firman Allah dalam Perjanjian
Lama dan Firman Allah dalam Perjanjian Baru. Itu harus disampaikan dengan baik
oleh hamba Tuhan yang diurapi, yaitu pemimpin-pemimpin di dalam rumah Tuhan,
tidak boleh diganti dengan sembarangan orang, apalagi orang awam.
Selanjutnya, kegunaan dua nafiri perak atau dua
sangkakala yang ditiup:
1.
Untuk memanggil umat Israel.
Firman Tuhan yang
disampaikan berkuasa untuk mengarahkan
umat Israel, mengarahkan umat Tuhan, sehingga umat Tuhan selalu berpadanan
dengan panggilan Tuhan, berarti mau meninggikan korban Kristus lebih dari yang
lain.
Berpadanan dengan
panggilan Tuhan, berarti; meninggikan korban Kristus lebih dari apa yang ada di
dunia ini.
2.
Untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat.
Sedangkan firman
Allah yang disampaikan kepada laskar-laskar
atau tentara-tentara Tuhan, supaya segera bertindak dan segera maju
berperang untuk menghadapi dua musuh abadi, yaitu daging dengan segala tabiat-tabiatnya
dan Iblis atau Setan dengan segala tipu daya dan kelicikannya.
Jadi dua nafiri yang ditiup itu
berguna untuk memanggil umat Tuhan, mengarahkan umat Tuhan supaya tetap
berpadanan dengan panggilan Tuhan, supaya mau meninggikan korban Kristus dari
segala yang ada ini.
Kemudian untuk laskar-laskarnya
supaya segera bertindak dan segera maju berperang untuk menghadapi dua musuh
abadi, yaitu daging dengan segala tabiat-tabiatnya dan Iblis atau Setan dengan
segala tipu daya dan kelicikannya.
Maka, seorang tentara Tuhan
tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupan, selain hanya untuk menyenangkan
hati Tuhan sebagai pemimpin perang yang tertinggi.
Bilangan 10: 3
(10:3) Apabila kedua nafiri itu ditiup, segenap
umat itu harus berkumpul kepadamu di depan pintu Kemah Pertemuan.
Apabila kedua nafiri ditiup,
maka segenap umat Tuhan berkumpul di depan pintu kemah pertemuan.
Berkumpul di depan pintu kemah,
berarti ada kaitannya dengan kegiatan Roh, yaitu menyelenggarakan kebaktian.
Bilangan 10: 7
(10:7) tetapi untuk menyuruh jemaah itu berkumpul
kamu harus meniup saja tanpa memberi tanda semboyan.
Tetapi untuk menyuruh jemaat
itu berkumpul, Tuhan berkata: “Kamu harus meniup saja tanpa memberi tanda
semboyan.” Artinya; beribadah itu harus dengan segala kerelaan, tidak harus
diperintah, berarti tidak susah diatur dalam hal menyelenggarakan kebaktian,
tidak susah diatur untuk beribadah melayani kepada Tuhan.
Bilangan 10: 4
(10:4) Jikalau hanya satu saja ditiup, maka para
pemimpin, para kepala pasukan Israel harus berkumpul
kepadamu.
Kemudian, supaya para pemimpin,
supaya para kepala pasukan berkumpul, hanya satu saja nafiri ditiup.
Artinya; seorang pelayan Tuhan,
imam-imam harus peka untuk melayani Tuhan di tengah-tengah perkumpulan itu.
Imam-imam juga tidak boleh
susah diatur untuk melayani Tuhan. Harus peka. Jadi cukup hanya satu saja
ditiup. Tidak usah dipaksa-paksa, tidak susah untuk melayani Tuhan.
Oleh sebab itu, seorang imam,
seorang pelayan Tuhan tidak perlu sibuk memikirkan soal siapa yang terbesar, di
antara sesama pelayan Tuhan, serta tidak perlu pusing soal apakah kita diakui
manusia atau tidak.
Yang terpenting; peka untuk
melayani Tuhan, tidak usah susah-susah untuk diatur.
Sebab kalau seorang imam atau
pelayan Tuhan sibuk memikirkan tentang siapa yang terbesar, atau sibuk apakah
kita diakui atau tidak, itu yang membuat seseorang tidak peka dengan
hubungannya kepada
Tuhan.
Maka untuk memanggil pelayan (pemimpin-pemimpin
pasukan) nafiri itu, cukup satu kali saja ditiup, berarti
harus ada kepekaan. Melayani Tuhan harus ada kepekaan. Hubungan yang intensif
dengan Tuhan. Tidak perlu diatur-atur soal ini dan itu. Supaya ada kepekaan, maka
untuk memanggil pelayan, supaya kepekaan itu terus terjalin, terus
dipertahankan, maka seorang pelayan tidak perlu sibuk soal siapa yang terbesar,
kemudian tidak perlu pusing apakah kita diakui manusia atau tidak, atau adakah
orang memberi apresiasi terhadap apa yang kita perbuat atau tidak? Tidak perlu.
Supaya kepekaan itu terus ada di dalam diri seorang imam, seorang pemimpin,
seorang pelayan Tuhan.
Kita lihat dulu;
PRIBADI SAMUEL, untuk memiliki kepekaan ...
1 Samuel 3: 4-8
(3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!",
dan ia menjawab: "Ya, bapa."
(3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya:
"Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata:
"Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur.
(3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi.
Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya,
bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku
tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali."
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum
pernah dinyatakan kepadanya.
(3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi,
untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta
katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu
mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.
Dari pembacaan ini kita
perhatikan, Samuel yang masih kecil begitu peka terhadap suara Tuhan.
Seorang imam, seorang pelayan
dalam Tabernakel (rumah Tuhan), harus memiliki kepekaan.
Coba kita lihat ayat
7...
1 Samuel 3: 7
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman
TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.
Malam ini Tuhan telah
menyatakan isi hati-Nya, telah menyuarakan isi hati-Nya, itulah sangkakala yang
ditiup.
Beda dengan Samuel, pada waktu
itu sebetulnya dia belum mengenal Tuhan, lalu firman Tuhan juga belum pernah
dinyatakan kepadanya.
Orang tidak akan bisa mengenal
Tuhan sebelum firman dinyatakan. Malam ini sangkakala telah ditiup, firman
Tuhan telah disampaikan dengan jelas, dengan terang benderang, maka kita akan
mengenal Tuhan dengan jelas, dengan terang.
1 Samuel 3: 1-2
(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di
bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan
pun tidak sering.
(3:2) Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur
dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya.
Pada masa itu firman Tuhan
jarang, lalu penglihatan-penglihatan pun tidak sering, sebab imam Eli matanya
telah kabur, tidak dapat melihat dengan baik, dan ia hanya dapat berbaring
saja.
Memang hamba Tuhan kalau hidup
di dalam kegelapan selain mengantuk sebentar, lipat tangan sebentar, untuk
segera berbaring saja. Padahal tugas dari seorang hamba Tuhan tadi harus meniup
sangkakala, firman Tuhan harus disampaikan.
Maka ini yang harus kita selidiki,
mengapa ini bisa terjadi? Kepekaan semacam ini datangnya dari mana?
Penglihatan jarang, firman juga
tidak dinyatakan kepada dia. Rahasia ini harus kita temukan.
1 Samuel 2: 18-19
(2:18) Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN;
ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain
lenan.
(2:19) Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah
kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya
pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan.
Samuel yang masih kecil namun
tubuhnya telah BERLILITKAN BAJU EFOD = jubah yang maha indah.
Samuel memakai jubah yang maha
indah, artinya; melayani ditandai dengan kematian, kebangkitan, dan di
dalam kemuliaan Yesus Kristus.
Sebab jubah yang maha indah itu terdiri dari, antara lain;
1.
Efod,
itu pengalaman KEMATIAN Yesus Kristus.
2.
Gamis baju efod, itu tanda di dalam KEBANGKITAN Yesus Kristus,
artinya; melayani Tuhan di dalam kesucian atau tahbisan yang benar.
3.
Lenan halus, baju dalam berjala-jala atau kemeja beragi; tanda di
dalam KEMULIAAN.
Tanda di dalam kemuliaan akan terlihat dua hal:
-
Pengorbanan yang besar.
-
Penyembahan yang besar.
Waktu imam besar
Harun masuk ke dalam Ruangan Maha Suci maka dia harus menanggalkan baju efod
dan gamis baju efod, hanya dengan mengenakan baju lenan halus, dengan membawa
dua hal; bokor ukupan kemenyan dan bokor berisi darah untuk
mengadakan tujuh kali percikan di atas tabut perjanjian dan tujuh kali percikan di depan tabut perjanjian.
Pendeknya; tidak ada kemuliaan tanpa pengorbanan, tidak ada kemuliaan tanpa
penyembahan, penyerahan diri.
Ini rahasia sehingga Samuel
begitu peka dengan suara Tuhan, persis seperti perintah Tuhan tadi; khusus
untuk pemimpin (pelayan), nafiri cukup satu kali ditiup, tidak perlu dengan semboyan.
Ini harus menjadi pelajaran
yang baik dan penting untuk diperhatikan bagi seorang yang mau melayani Tuhan.
Kita kembali memperhatikan ...
Bilangan 10: 5-6
(10:5) Apabila kamu meniup tanda semboyan, maka
haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah timur;
(10:6) apabila kamu meniup tanda semboyan kedua
kalinya, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah
selatan. Jadi tanda semboyan harus ditiup untuk menyuruh mereka berangkat;
Tetapi khusus untuk
laskar-laskar (untuk tentara-tentara Tuhan), harus meniup nafiri itu dengan
tanda semboyan.
Artinya; laskar-laskar (tentara-tentara
Tuhan) maju berperang dengan pasti, dengan yakin, tidak perlu ragu.
Di dalam hal memerangi musuh,
tentara Tuhan tidak perlu takut, tidak perlu ragu, harus yakin dengan firman
Allah yang disampaikan, itulah semboyan yang ditiupkan. Yakin dengan firman
yang dia dengar.
Itu sebabnya khusus untuk
laskar memang harus dengan tanda semboyan, maka seorang tentara Tuhan saat maju
berperang harus yakin dengan firman. Bukan yakin karena fisik yang kuat atau
mempunyai kelebihan ini dan itu, tidak. Tetapi dia maju berperang karena dia
yakin dengan firman.
Kita boleh melihat di dalam Injil
Matius 4; di dalam peperangan rohani, Yesus berkemenangan terhadap musuh
abadi, itulah Iblis, sebab Dia yakin dengan firman Allah, Dia menang.
Oleh Roh itu Dia dibawa ke
padang gurun, kemudian Dia berpuasa. Setelah berpuasa, di situ Dia menghadapi
peperangan.
Matius 4: 1-10
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk
dicobai Iblis.
(4:2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat
puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata
kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini
menjadi roti."
(4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis:
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah."
(4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan
menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
(4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak
Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia
akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di
atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
(4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula
tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang
sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan
kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan
kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya:
"Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Saat menghadapi musuh, Yesus
berkata sebanyak tiga kali: “Ada tertulis.”
YANG PERTAMA: “Manusia
hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah.”
YANG KEDUA: “Janganlah engkau mencobai Tuhan,
Allahmu!”sebab kesucian Ilahi jauh lebih berharga dari segala-galanya.
Banyak anak-anak Tuhan, banyak orang Kristen, jatuh dalam pencobaan karena
posisi yang tinggi seperti Yesus dibawa ke posisi yang tinggi (bubungan Bait
Allah). Karena posisi yang tinggi, jabatan yang tinggi, atau menginginkan
sesuatu perkara yang tinggi, harta kekayaan dan sebagainya, ijazah yang tinggi,
rela jatuh dalam pencobaan = mengabaikan kesuciannya. Tetapi di sini kita
melihat, Yesus tidak menjatuhkan diri-Nya, sebab kesucian Ilahi jauh lebih
berharga dari segalanya.
YANG KETIGA: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu,
dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Terlepas dari daya tarik bumi
yaitu kerajaan dunia dengan kemegahannya.
Lalu kita lihat ayat 11 ...
Matius 4: 11
(4:11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah,
malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Yesus berkemenangan di dalam
peperangan, karena Yesus yakin dengan firman Allah, Dia tidak ragu. Yakin
dengan “Ada tertulis” yaitu, firman
Allah sebagai senjata perang (pedang Roh).
Kalau kita berkemenangan
terhadap musuh abadi, karena yakin dengan firman, selanjutnya, di sini ada
himbauan; “Lihatlah”. Apa yang kita lihat? Di sini kita melihat dengan
jelas, dengan mata batin kita melihat dengan jelas: “Malaikat-malaikat datang melayani Yesus.”
Malaikat-malaikat datang
melayani, artinya;
-
Kita
hidup dan dipelihara oleh pelayanan FIRMAN.
-
Kita
hidup di dalam kesucian oleh pelayanan ROH.
-
Kita
hidup di dalam penyerahan diri di dalam penyembahan oleh karena
pelayanan KASIH.
Itu yang akan kita lihat nanti.
Itu bisa kita lihat terjadi di dalam diri kita, di dalam nikah kita pribadi
lepas pribadi.
Bilangan 10: 9
(10:9) Dan apabila kamu maju berperang di negerimu
melawan musuh yang menyesakkan kamu, kamu harus memberi tanda semboyan
dengan nafiri, supaya kamu diingat di hadapan TUHAN, Allahmu, dan diselamatkan
dari pada musuhmu.
Kemudian, ketika laskar-laskar
(tentara Tuhan) sedang menghadapi musuh yang menyesakkan di negerimu, di
manapun kita berada, harus memberi tanda semboyan dengan nafiri. Artinya;
berpegang teguh dan yakin kepada firman, maka Tuhan akan tampil sebagai
Pembela.
Tuhan itu tidak tidur, tidak
terlelap. Telinga-Nya dengan tajam mendengar seruan permohonan kita. Tangan-Nya
tidak pendek untuk menjangkau kita. Dia sanggup mengulurkan tangan-Nya untuk
segera memberi pertolongan.
Bilangan 10: 10
(10:10) Juga pada hari-hari kamu bersukaria, pada
perayaan-perayaanmu dan pada bulan-bulan barumu haruslah kamu meniup
nafiri itu pada waktu mempersembahkan korban-korban bakaranmu dan
korban-korban keselamatanmu; maksudnya supaya kamu diingat di hadapan
Allahmu; Akulah TUHAN, Allahmu."
Pendeknya; nafiri atau firman
Allah harus selalu disampaikan, terkhusus pada saat;
1.
Pada
perayaan-perayaan,
artinya; setiap kali kita mengadakan ibadah, di tengah-tengahnya firman Allah
harus disampaikan. Jadi ibadah tanpa firman (karena kesaksian), itu tidak
benar, dan ibadah semacam ini tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Ini harus diketahui
sidang jemaat dan saudara-saudaraku yang ada di dalam dan di luar negeri, anak
Tuhan, hamba Tuhan di manapun berada.
2.
Pada
bulan-bulan baru. Ada dua
belas bulan dalam satu tahun, kuasa firman terus menerus membaharui kita dan
menjadikan kita baru.
3.
Pada
waktu mempersembahkan korban, antara lain;
-
Korban
bakaran.
Berarti
potongan-potongan daging yang dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran
dibiarkan sampai pagi, sampai hangus, artinya; daging tidak bersuara lagi.
-
Korban
keselamatan.
Kita yakin terhadap
firman Allah, dari Sion datang keselamatan.
Kesimpulannya; firman Allah
yang disampaikan dengan terang menjadi komando kapan harus berjalan, kapan
harus berkumpul dan kapan harus maju dalam peperangan, dan saat memuji Tuhan
dan sebagainya, firman Allah harus menjadi komando.
Sesuai dengan apa yang kita
lihat dalam Bilangan 10: 11-36. Bangsa Israel dalam perjalanan mereka di
padang gurun untuk menuju tanah perjanjian, tanah Kanaan, puncaknya gunung
Sion, dikomandoi oleh firman Allah yang disampaikan, itulah dua nafiri yang
ditiup oleh anak-anak imam Harun. Dari situlah mereka menyadari kapan harus
berhenti, berkumpul untuk menyelenggarakan kebaktian, kapan
maju berjalan dan kapan berperang.
Kalau firman Allah yang menjadi
komando, di dalam hidup kita, di tengah ibadah pelayanan ini, semua akan
berjalan dengan baik dan tertib. Berjalan dengan teratur, tidak simpang siur.
Sampai nanti tiba di tanah
Kanaan, puncaknya nanti gunung Sion, itulah pembentukan tubuh Kristus yang
sempurna, menjadi pengantin perempuan mempelai Anak Domba sebagai sasaran akhir
dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Kalau tidak dikomandoi oleh
firman Allah, maka nanti tersesat di jalan, sebab padang gurun itu belum pernah
dilalui oleh mereka, dan tidak ada seorang pun yang pernah naik ke sorga selain
Dia yang turun ke bumi, Yesus Kristus. Jangan sampai ada hamba Tuhan yang
dengan berani berkata dia pernah naik ke sorga, tidak ada ayatnya.
Tetapi sekalipun padang gurun
itu belum pernah mereka lalui, karena mereka dikomandoi oleh dua nafiri dari
perak, semuanya itu terlaksana dengan baik sampai tiba di hari perhentian
(tanah perjanjian), puncaknya
gunung Sion, menjadi pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.
Saudaraku, inilah suasana di
dalam ketenangan, kedamaian yang luar biasa. Kita senantiasa menikmati suara
nafiri, sangkakala yang ditiup.
Pada saat Allah turun ke atas
gunung Sinai, itu disertai dengan suara sangkakala yang ditiup. Kemudian
sangkakala itu terdengar kian lama kian keras, artinya; semakin hari semakin
jelas, firman Allah diperdengarkan seperti rembang tengah hari.
Jadi, suara sangkakala yang
keras itu bukan diukur dari suara si hamba Tuhan yang keras (kencang), bukan
itu. Tetapi kerasnya suara sangkakala yang dimaksud di sini adalah semakin hari
firman yang disampaikan itu semakin terang bagaikan rembang tengah hari. Ketika
terjadi pembukaan rahasia firman, maka segala yang terselubung akan tersingkap.
Itu ukuran firman yang keras. Bukan suara si pengkotbah yang
keras atau lembut, bukan itu
ukurannya.
Kita kembali membaca Bilangan
10: 11-36 ini, betul-betul perjalanan bangsa Israel dikomandoi oleh dua nafiri,
sehingga Tuhanlah yang menentukan perjalanan mereka, kapan mereka berhenti,
kapan mereka maju berperang dan sebagainya, sampai mereka tiba di tanah Kanaan.
Bilangan 10: 11-14, 18, 22, 25
(10:11) Pada tahun yang kedua, pada bulan yang kedua,
pada tanggal dua puluh bulan itu, naiklah awan itu dari atas Kemah Suci, tempat
hukum Allah.
(10:12) Lalu berangkatlah orang Israel dari padang
gurun Sinai menurut aturan keberangkatan mereka, kemudian diamlah awan
itu di padang gurun Paran.
(10:13) Itulah pertama kali mereka berangkat menurut
titah TUHAN dengan perantaraan Musa.
(10:14) Terdahulu berangkatlah laskar yang di bawah
panji-panji bani Yehuda menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu
ialah Nahason bin Aminadab;
(10:18) Kemudian berangkatlah laskar yang di bawah
panji-panji Ruben menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu ialah
Elizur bin Syedeur;
(10:22) Kemudian berangkatlah laskar yang di bawah
panji-panji bani Efraim menurut pasukan mereka;
(10:25) Sebagai barisan penutup semua laskar itu berangkatlah
laskar yang di bawah panji-panji bani Dan menurut pasukan mereka; yang
mengepalai laskar itu ialah Ahiezer bin Amisyadai;
Keberangkatan mereka itu sesuai
dengan aturan Tuhan, dengan empat panji;
-
Yang
pertama; panji-panji bani Yehuda menurut pasukan mereka semua.
-
Kemudian
di bawah panji-panji Ruben menurut pasukan mereka.
-
Di
bawah panji-panji Efraim menurut pasukan mereka.
-
Terakhir;
laskar itu berangkat, laskar yang di bawah panji-panji Dan menurut
pasukan mereka.
Jadi, sudah jelas di sini; berangkatlah orang Israel dari padang gurun Sinai menurut aturan
keberangkatan mereka, menurut aturan-aturan Tuhan. jadi semuanya berjalan
dengan baik.
Tetapi empat panji ini tidak
ada kesempatan untuk diterangkan, saya hanya fokus soal sangkakala, tujuh
sangkakala yang diberikan kepada tujuh malaikat yang akan ditiup.
Bilangan 10: 35-36
(10:35) Apabila tabut itu berangkat, berkatalah Musa:
"Bangkitlah, TUHAN, supaya musuh-Mu berserak dan orang-orang yang
membenci Engkau melarikan diri dari hadapan-Mu."
(10:36) Dan apabila tabut itu berhenti, berkatalah ia:
"Kembalilah, TUHAN, kepada umat Israel yang beribu-ribu laksa
ini."
Perhatikan; di sini kita
melihat, Musa berkata:
-
Yang
pertama: "Bangkitlah, TUHAN, supaya
musuh-Mu berserak dan orang-orang yang membenci Engkau melarikan diri dari
hadapan-Mu."
Artinya; Tuhan menjadi Pembela maka musuh
dikalahkan. Inilah kuasa dari firman pengajaran mempelai dalam terangnya
Tabernakel, menjadi pembela bagi kita semua, musuh dikalahkan.
Saat ini kita
sedang memikul tabut perjanjian di tengah ibadah pelayanan ini, itulah Pengajaran
Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Tuhan tampil sebagai Pembela, musuh
dikalahkan, si pembenci dikalahkan.
-
Yang
kedua: "Kembalilah, TUHAN, kepada
umat Israel yang beribu-ribu laksa ini."
Artinya; Tuhan berhadirat di tengah-tengah
kumpulan orang-orang yang beribadah dan melayani Tuhan.
Jadi pengertian
dari beribu-ribu laksa itu berbicara soal orang-orang yang beribadah melayani
Tuhan.
Tuhan Pembela dan Tuhan
berhadirat di tengah-tengah kumpulan ini.
Ayo, perhatikanlah firman Allah
yang disampaikan. Sebagai umat Tuhan yang belum melayani Tuhan, sebagai
pemimpin, kepala-kepala pasukan, laskar-laskar, perhatikan semboyan.
Hanya satu kali saja ditiup,
artinya; peka terhadap suara Tuhan. kemudian, untuk laskar-laskar saat
bertindak untuk berperang, perhatikan semboyan, artinya; di
dalam peperangan, yakin dengan
firman.
1 Tesalonika 4: 16-17
(4:16) Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu
penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan
sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih
dahulu bangkit;
(4:17) sesudah itu, kita yang hidup, yang masih
tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong
Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan
Tuhan.
Sangkakala ditiup untuk
mengangkat gereja Tuhan di dalam kemuliaan-Nya untuk selama-lamanya.
Ini adalah pengangkatan Tuhan
bagi kita. Sekalipun kita masih ada di muka bumi ini, teramat lebih pengajaran
Tabernakel dan Pengajaran
Mempelai yang kita terima, ini pengangkatan Tuhan bagi kita. Sampai pada
akhirnya kita berada di awan-awan nan permai untuk menyongsong Dia pada saat
Dia datang pada kali yang kedua, tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Berbahagialah yang sudah
menerima Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, pengangkatan bagi dia
akan terjadi, jika hidup di dalamnya.
Tadi sudah jelas pengangkatan
itu semuanya teratur berbaris, semua berjalan dengan baik. Keberangkatan itu
sesuai aturan Tuhan, tidak simpang siur, tidak cross.
Ini adalah pengangkatan bagi
kita semua, sampai betul-betul pengangkatan itu abadi, kekal sampai
selama-lamanya bahagia bersama dengan Dia, di dalam kerajaan yang kekal.
Ayo, kabarkanlah kabar baik
ini; Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, di manapun kita berada. Ini
pengangkatan yang luar biasa.
Pada Bilangan 10: 35-36,
tadi sudah sangat jelas, dua kali perkataan Musa yaitu: “Bangkitlah Tuhan”
dan “Kembalilah Tuhan” berarti Yesus tampil sebagai Pembela dan hadir
dalam kemuliaan-Nya. Ini kan pengangkatan dalam Pengajaran Mempelai dan
Pengajaran Tabernakel. Pengajaran Tabernakel akan mengangkat kita yang masih
tertinggal ini.
1 Tesalonika 4: 18
(4:18) Karena itu hiburkanlah seorang akan yang
lain dengan perkataan-perkataan ini.
Hiburkanlah seorang akan yang
lain dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Tidak boleh egois.
Sampaikanlah kabar baik ini, itu merupakan suatu penghiburan bagi mereka yang
masih tertinggal.
Wahyu 4: 1-2
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat:
Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang
telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke
mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah,
sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
Gereja Tuhan diangkat untuk
melihat sebuah takhta terdiri di sorga dan di takhta itu duduk Seorang.
Jadi, sorga terbuka dan kita diangkat untuk melihatnya dan
berada di dalamnya, kalau kita mau menerima Pengajaran Mempelai dan Pengajaran
Tabernakel, itulah tujuh sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat.
Angka tujuh ini angka sempurna,
itulah Pengajaran Mempelai. Gereja yang sempurna itu adalah hasil penyucian
dari Pengajaran Mempelai.
Ketika langit terbuka ada
sebuah takhta terdiri di dalamnya dan Seorang duduk di atasnya.
Seindah-indahnya Kerajaan Sorga
tidak ada artinya kalau takhta tidak ada di dalamnya. Seindah-indahnya sebuah
gedung gereja; mewah, bertingkat, lux,
ber-AC, full music yang mewah, kalau
tidak ada takhta di dalamnya (Pengajaran Mempelai disampaikan), tidak ada
artinya.
Di dalam Kerajaan Sorga ada
kebenaran, ada damai sejahtera, ada sukacita. Maka semegah-megahnya,
seindah-indahnya sorga tidak akan ada artinya kalau takhta di dalamnya tidak
ada. Maka kita yang sekarang berada di dalam takhta Kerajaan Sorga, di dalamnya
kita boleh menerima pengajaran Mempelai dan pengajaran Tabernakel, ini adalah
kesempurnaan dari keindahan suasana sorga. Pendeknya, kesempurnaan dari
keindahan yang ada di sorga, yaitu; SEBUAH TAKHTA.
Sungguh-sungguh, perhatikanlah
setiap kali sangkakala ditiup, firman Tuhan disampaikan. Jangan diabaikan.
Jangan biasakan diri bodoh, supaya
jangan terlihat perbuatan bodoh. Tuhan mau mengangkat kita semua.
Sebab itu pada saat sunyi
senyaplah sorga kira-kira setengah jam, maka Tuhan memberikan tujuh sangkakala
kepada tujuh malaikat untuk segera ditiupkan.
Kita ini ada pada hari
perhentian, ada waktu sunyi. Ini adalah waktu sunyi. Sabat itu bukan berarti
berhenti bekerja, itu bodoh dan malas. Di tengah-tengah Sabat itu ada kegiatan,
inilah tujuh sangkakala diberikan kepada tujuh malaikat untuk ditiupkan.
Dengar, perhatikan.
Perhatikanlah cara kamu mendengar...Lukas:18a.
Tujuannya; supaya kepada siapa
yang punya kepadanya akan diberikan, tetapi kepada siapa yang tidak punya, dari
padanya akan diambil.
Kita punya Pengajaran,
tujuannya apa: Tuhan mau memberikan Kerajaan Sorga dan sebuah takhta di
dalamnya. Tetapi kalau tidak punya pengajaran Mempelai dari padanya akan
diambil Kerajaan Sorga dan takhta yang ada di dalamnya. Sungguh-sungguhlah perhatikan.
Lukas 8: 18A
(8:18) Karena itu, perhatikanlah cara kamu
mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa
yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada
padanya."
“Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar”, jangan acuh tak
acuh terhadap suara sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat. Perhatikan. Berarti, jangan bermasa bodoh,
supaya jangan terlihat perbuatan bodoh yang menyakiti hati Tuhan.
Sebab Tuhan mau mengangkat kita
semua yang masih tertinggal ini.
Lukas 8: 18B
(8:18) Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang
tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada
padanya."
Kita punya Pengajaran Mempelai,
kita punya Pengajaran Tabernakel, diberikan sorga dan takhta di dalamnya.
Tetapi tidak mempunyai tujuh
sangkakala yang diberikan kepada tujuh malaikat, maka Kerajaan Sorga dan takhta
di dalamnya diambil dari padanya.
Perhatikan cara kamu mendengar,
perhatikan sungguh-sungguh.
Tujuh sangkakala yang diberikan
kepada tujuh malaikat untuk ditiup. Hamba Tuhan yang diurapi, pemimpin-pemimpin
dalam rumah ibadah, itu yang menyampaikan. Tidak boleh sembarang orang, sekalipun
dia terkenal, sekalipun selebritis, penguasa di bumi ini, tidak boleh, supaya
Tuhan angkat kita semuanya yang masih tertinggal ini.
Yakin kepada firman Tuhan, oleh
sebab itu perhatikan cara kamu mendengar supaya Tuhan memberikan Kerajaan Sorga
dan isinya, sebuah takhta. Semua yang ada di dunia ini tidak ada artinya.
Seindah-indahnya yang kita punya tidak ada artinya kalau tidak ada takhta di
dalamnya.
Bersyukurlah, sebagai pemimpin,
sebagai laskar (tentara Tuhan) dan yang melayani juga bersyukur.
Umat Tuhan diarahkan supaya menghargai
panggilan, ayo bersyukur. Kepada laskar, supaya maju terus, yakin kepada
firman. Kepada kepala pasukan
atau
pemimpin (pelayan Tuhan),
peka dengan suara Tuhan, berlilitkan baju efod, memakai jubah yang maha indah.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment