KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, February 17, 2018

IBADAH RAYA MINGGU, 4 FEBRUARI 2018





IBADAH RAYA MINGGU, 4 FEBRUARI 2018

(Seri 42) KITAB WAHYU

Subtema: 7 MALAIKAT DENGAN 7 SANGKAKALA

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk menyelenggarakan kebaktian, itulah Ibadah Raya minggu. Kita boleh mengadakan perhimpunan raya kita malam ini, semua karena kemurahan Tuhan.
Kiranya Tuhan melawat kita lewat pembukaan rahasia firman yang akan kita terima sebagai tanda belas kasih Tuhan untuk memulihkan segala sesuatu.

Juga saya menyapa anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang ada di dalam dan di luar negeri, selamat menikmati kemurahan Tuhan dan salam persekutuan di antara kita.
Selamat malam juga saya ucapkan kepada Bapak Pendeta Mamahit dan ibu, yang sudah bersama-sama kita malam ini.
Mungkin ini adalah awal persekutuan kita dan seterusnya, sesuai dengan kerinduan kita, di mana supaya ada persekutuan di dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, telah diawali, dan nanti menyusul hamba-hamba Tuhan yang lain. Itu kerinduan kita, jika Tuhan berkenan.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 8.
Wahyu 8 ini terbagi menjadi dua bagian.
-        Bagian pertama: ayat 1-5, di sini ada suasana kebahagiaan, ketenangan yang tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata.
-        Bagian kedua: ayat 6-13, di sini terjadi suatu malapetaka, penghancuran.
Kedua hal ini kontradiksi, bertolak belakang.

Di mana kitab Wahyu dalam susunan Tabernakel terkena pada Tabut Perjanjian. Kemudian Wahyu 8 ini dalam susunan tabut perjanjian terkena pada dua loh batu, itulah kasih Allah yang bersifat permanen, peningkatan dari Mezbah Dupa (doa penyembahan).

Dan selanjutnya kita telah melihat Wahyu 8: 1, di mana pada saat Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, suatu ketenangan, kedamaian, penuh kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan, dengan kata-kata yang telah kita terima pada minggu yang lalu.

Dan lanjut kita akan melihat ayat kedua ...
Wahyu 8: 2
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.

Perhatikan kalimat: “... ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.
Pendeknya; kepada tujuh malaikat diberikan tujuh sangkakala.
Sangkakala yang ditiup -> firman Allah yang disampaikan oleh malaikat sidang jemaat, yaitu hamba-hamba Tuhan yang diurapi sebagai pemimpin-pemimpin di dalam rumah Tuhan.
Dan perkara ini sudah pernah dikerjakan dan terjadi untuk memimpin perjalanan bangsa Israel selama empat puluh tahun di padang gurun.

Bilangan 10: 8
(10:8) Nafiri-nafiri itu harus ditiup oleh anak-anak imam Harun; itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun.

Nafiri-nafiri itu harus ditiup oleh anak-anak imam Harun, artinya; yang bertugas untuk menyampaikan firman Allah adalah seorang hamba Tuhan yang diurapi, tidak boleh diganti dengan sembarangan orang, sekalipun dia terkenal, sekalipun dia orang hebat, sekalipun dia selebritis, sekalipun dia orang yang penuh kekuasaan di bumi ini, tidak boleh diganti, tidak boleh sembarang orang.
Jadi yang menyampaikan firman Allah adalah hamba-hamba Tuhan yang diurapi oleh Tuhan.

Bilangan 10: 1-2
(10:1) TUHAN berfirman kepada Musa:
(10:2) "Buatlah dua nafiri dari perak. Dari perak tempaan harus kaubuat itu, supaya dipergunakan untuk memanggil umat Israel dan untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat.

Di sini kita melihat ada suatu perintah untuk membuat dua nafiri dari perak tempaan.
Menempa dua nafiri dari perak, bukan tiga, bukan satu, tetapi harus dua. Itulah firman Allah dalam Perjanjian Lama dan Firman Allah dalam Perjanjian Baru. Itu harus disampaikan dengan baik oleh hamba Tuhan yang diurapi, yaitu pemimpin-pemimpin di dalam rumah Tuhan, tidak boleh diganti dengan sembarangan orang, apalagi orang awam.

Selanjutnya, kegunaan dua nafiri perak atau dua sangkakala yang ditiup:
1.      Untuk memanggil umat Israel.
Firman Tuhan yang disampaikan berkuasa untuk mengarahkan umat Israel, mengarahkan umat Tuhan, sehingga umat Tuhan selalu berpadanan dengan panggilan Tuhan, berarti mau meninggikan korban Kristus lebih dari yang lain.
Berpadanan dengan panggilan Tuhan, berarti; meninggikan korban Kristus lebih dari apa yang ada di dunia ini.
2.      Untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat.
Sedangkan firman Allah yang disampaikan kepada laskar-laskar atau tentara-tentara Tuhan, supaya segera bertindak dan segera maju berperang untuk menghadapi dua musuh abadi, yaitu daging dengan segala tabiat-tabiatnya dan Iblis atau Setan dengan segala tipu daya dan kelicikannya.

Jadi dua nafiri yang ditiup itu berguna untuk memanggil umat Tuhan, mengarahkan umat Tuhan supaya tetap berpadanan dengan panggilan Tuhan, supaya mau meninggikan korban Kristus dari segala yang ada ini.
Kemudian untuk laskar-laskarnya supaya segera bertindak dan segera maju berperang untuk menghadapi dua musuh abadi, yaitu daging dengan segala tabiat-tabiatnya dan Iblis atau Setan dengan segala tipu daya dan kelicikannya.
Maka, seorang tentara Tuhan tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupan, selain hanya untuk menyenangkan hati Tuhan sebagai pemimpin perang yang tertinggi.

Bilangan 10: 3
(10:3) Apabila kedua nafiri itu ditiup, segenap umat itu harus berkumpul kepadamu di depan pintu Kemah Pertemuan.

Apabila kedua nafiri ditiup, maka segenap umat Tuhan berkumpul di depan pintu kemah pertemuan.
Berkumpul di depan pintu kemah, berarti ada kaitannya dengan kegiatan Roh, yaitu menyelenggarakan kebaktian.

Bilangan 10: 7
(10:7) tetapi untuk menyuruh jemaah itu berkumpul kamu harus meniup saja tanpa memberi tanda semboyan.
Tetapi untuk menyuruh jemaat itu berkumpul, Tuhan berkata: “Kamu harus meniup saja tanpa memberi tanda semboyan.” Artinya; beribadah itu harus dengan segala kerelaan, tidak harus diperintah, berarti tidak susah diatur dalam hal menyelenggarakan kebaktian, tidak susah diatur untuk beribadah melayani kepada Tuhan.

Bilangan 10: 4
(10:4) Jikalau hanya satu saja ditiup, maka para pemimpin, para kepala pasukan Israel harus berkumpul kepadamu.

Kemudian, supaya para pemimpin, supaya para kepala pasukan berkumpul, hanya satu saja nafiri ditiup.
Artinya; seorang pelayan Tuhan, imam-imam harus peka untuk melayani Tuhan di tengah-tengah perkumpulan itu.
Imam-imam juga tidak boleh susah diatur untuk melayani Tuhan. Harus peka. Jadi cukup hanya satu saja ditiup. Tidak usah dipaksa-paksa, tidak susah untuk melayani Tuhan.

Oleh sebab itu, seorang imam, seorang pelayan Tuhan tidak perlu sibuk memikirkan soal siapa yang terbesar, di antara sesama pelayan Tuhan, serta tidak perlu pusing soal apakah kita diakui manusia atau tidak.
Yang terpenting; peka untuk melayani Tuhan, tidak usah susah-susah untuk diatur.

Sebab kalau seorang imam atau pelayan Tuhan sibuk memikirkan tentang siapa yang terbesar, atau sibuk apakah kita diakui atau tidak, itu yang membuat seseorang tidak peka dengan hubungannya kepada Tuhan.
Maka untuk memanggil pelayan (pemimpin-pemimpin pasukan) nafiri itu, cukup satu kali saja ditiup, berarti harus ada kepekaan. Melayani Tuhan harus ada kepekaan. Hubungan yang intensif dengan Tuhan. Tidak perlu diatur-atur soal ini dan itu. Supaya ada kepekaan, maka untuk memanggil pelayan, supaya kepekaan itu terus terjalin, terus dipertahankan, maka seorang pelayan tidak perlu sibuk soal siapa yang terbesar, kemudian tidak perlu pusing apakah kita diakui manusia atau tidak, atau adakah orang memberi apresiasi terhadap apa yang kita perbuat atau tidak? Tidak perlu. Supaya kepekaan itu terus ada di dalam diri seorang imam, seorang pemimpin, seorang pelayan Tuhan.

Kita lihat dulu; PRIBADI SAMUEL, untuk memiliki kepekaan ...
1 Samuel 3: 4-8
(3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa."
(3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur.
(3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali."
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.
(3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.

Dari pembacaan ini kita perhatikan, Samuel yang masih kecil begitu peka terhadap suara Tuhan.
Seorang imam, seorang pelayan dalam Tabernakel (rumah Tuhan), harus memiliki kepekaan.

Coba kita lihat ayat 7...
1 Samuel 3: 7
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.

Malam ini Tuhan telah menyatakan isi hati-Nya, telah menyuarakan isi hati-Nya, itulah sangkakala yang ditiup.
Beda dengan Samuel, pada waktu itu sebetulnya dia belum mengenal Tuhan, lalu firman Tuhan juga belum pernah dinyatakan kepadanya.
Orang tidak akan bisa mengenal Tuhan sebelum firman dinyatakan. Malam ini sangkakala telah ditiup, firman Tuhan telah disampaikan dengan jelas, dengan terang benderang, maka kita akan mengenal Tuhan dengan jelas, dengan terang.

1 Samuel 3: 1-2
(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
(3:2) Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya.
                                                                                                                                  
Pada masa itu firman Tuhan jarang, lalu penglihatan-penglihatan pun tidak sering, sebab imam Eli matanya telah kabur, tidak dapat melihat dengan baik, dan ia hanya dapat berbaring saja.
Memang hamba Tuhan kalau hidup di dalam kegelapan selain mengantuk sebentar, lipat tangan sebentar, untuk segera berbaring saja. Padahal tugas dari seorang hamba Tuhan tadi harus meniup sangkakala, firman Tuhan harus disampaikan.
Maka ini yang harus kita selidiki, mengapa ini bisa terjadi? Kepekaan semacam ini datangnya dari mana?
Penglihatan jarang, firman juga tidak dinyatakan kepada dia. Rahasia ini harus kita temukan.

1 Samuel 2: 18-19
(2:18) Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.
(2:19) Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan.

Samuel yang masih kecil namun tubuhnya telah BERLILITKAN BAJU EFOD = jubah yang maha indah.
Samuel memakai jubah yang maha indah, artinya; melayani ditandai dengan kematian, kebangkitan, dan di dalam kemuliaan Yesus Kristus.

Sebab jubah yang maha indah itu terdiri dari, antara lain;
1.      Efod, itu pengalaman KEMATIAN Yesus Kristus.
2.      Gamis baju efod, itu tanda di dalam KEBANGKITAN Yesus Kristus, artinya; melayani Tuhan di dalam kesucian atau tahbisan yang benar.
3.      Lenan halus, baju dalam berjala-jala atau kemeja beragi; tanda di dalam KEMULIAAN.
Tanda di dalam kemuliaan akan terlihat dua hal:
-         Pengorbanan yang besar.
-         Penyembahan yang besar.
Waktu imam besar Harun masuk ke dalam Ruangan Maha Suci maka dia harus menanggalkan baju efod dan gamis baju efod, hanya dengan mengenakan baju lenan halus, dengan membawa dua hal; bokor ukupan kemenyan dan bokor berisi darah untuk mengadakan tujuh kali percikan di atas tabut perjanjian dan tujuh kali percikan di depan tabut perjanjian.
Pendeknya; tidak ada kemuliaan tanpa pengorbanan, tidak ada kemuliaan tanpa penyembahan, penyerahan diri.

Ini rahasia sehingga Samuel begitu peka dengan suara Tuhan, persis seperti perintah Tuhan tadi; khusus untuk pemimpin (pelayan), nafiri cukup satu kali ditiup, tidak perlu dengan semboyan.
Ini harus menjadi pelajaran yang baik dan penting untuk diperhatikan bagi seorang yang mau melayani Tuhan.

Kita kembali memperhatikan ...
Bilangan 10: 5-6
(10:5) Apabila kamu meniup tanda semboyan, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah timur;
(10:6) apabila kamu meniup tanda semboyan kedua kalinya, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah selatan. Jadi tanda semboyan harus ditiup untuk menyuruh mereka berangkat;

Tetapi khusus untuk laskar-laskar (untuk tentara-tentara Tuhan), harus meniup nafiri itu dengan tanda semboyan.
Artinya; laskar-laskar (tentara-tentara Tuhan) maju berperang dengan pasti, dengan yakin, tidak perlu ragu.

Di dalam hal memerangi musuh, tentara Tuhan tidak perlu takut, tidak perlu ragu, harus yakin dengan firman Allah yang disampaikan, itulah semboyan yang ditiupkan. Yakin dengan firman yang dia dengar.
Itu sebabnya khusus untuk laskar memang harus dengan tanda semboyan, maka seorang tentara Tuhan saat maju berperang harus yakin dengan firman. Bukan yakin karena fisik yang kuat atau mempunyai kelebihan ini dan itu, tidak. Tetapi dia maju berperang karena dia yakin dengan firman.

Kita boleh melihat di dalam Injil Matius 4; di dalam peperangan rohani, Yesus berkemenangan terhadap musuh abadi, itulah Iblis, sebab Dia yakin dengan firman Allah, Dia menang.
Oleh Roh itu Dia dibawa ke padang gurun, kemudian Dia berpuasa. Setelah berpuasa, di situ Dia menghadapi peperangan.

Matius 4: 1-10
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
(4:2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
(4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
(4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
(4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
(4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Saat menghadapi musuh, Yesus berkata sebanyak tiga kali: “Ada tertulis.
YANG PERTAMA: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.
YANG KEDUA: “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”sebab kesucian Ilahi jauh lebih berharga dari segala-galanya. Banyak anak-anak Tuhan, banyak orang Kristen, jatuh dalam pencobaan karena posisi yang tinggi seperti Yesus dibawa ke posisi yang tinggi (bubungan Bait Allah). Karena posisi yang tinggi, jabatan yang tinggi, atau menginginkan sesuatu perkara yang tinggi, harta kekayaan dan sebagainya, ijazah yang tinggi, rela jatuh dalam pencobaan = mengabaikan kesuciannya. Tetapi di sini kita melihat, Yesus tidak menjatuhkan diri-Nya, sebab kesucian Ilahi jauh lebih berharga dari segalanya.
YANG KETIGA: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Terlepas dari daya tarik bumi yaitu kerajaan dunia dengan kemegahannya.

Lalu kita lihat ayat 11 ...
Matius 4: 11
(4:11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Yesus berkemenangan di dalam peperangan, karena Yesus yakin dengan firman Allah, Dia tidak ragu. Yakin dengan “Ada tertulis” yaitu, firman Allah sebagai senjata perang (pedang Roh).

Kalau kita berkemenangan terhadap musuh abadi, karena yakin dengan firman, selanjutnya, di sini ada himbauan; “Lihatlah”. Apa yang kita lihat? Di sini kita melihat dengan jelas, dengan mata batin kita melihat dengan jelas: “Malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Malaikat-malaikat datang melayani, artinya;
-        Kita hidup dan dipelihara oleh pelayanan FIRMAN.
-        Kita hidup di dalam kesucian oleh pelayanan ROH.
-        Kita hidup di dalam penyerahan diri di dalam penyembahan oleh karena pelayanan KASIH.
Itu yang akan kita lihat nanti. Itu bisa kita lihat terjadi di dalam diri kita, di dalam nikah kita pribadi lepas pribadi.

Bilangan 10: 9
(10:9) Dan apabila kamu maju berperang di negerimu melawan musuh yang menyesakkan kamu, kamu harus memberi tanda semboyan dengan nafiri, supaya kamu diingat di hadapan TUHAN, Allahmu, dan diselamatkan dari pada musuhmu.
Kemudian, ketika laskar-laskar (tentara Tuhan) sedang menghadapi musuh yang menyesakkan di negerimu, di manapun kita berada, harus memberi tanda semboyan dengan nafiri. Artinya; berpegang teguh dan yakin kepada firman, maka Tuhan akan tampil sebagai Pembela.
Tuhan itu tidak tidur, tidak terlelap. Telinga-Nya dengan tajam mendengar seruan permohonan kita. Tangan-Nya tidak pendek untuk menjangkau kita. Dia sanggup mengulurkan tangan-Nya untuk segera memberi pertolongan.

Bilangan 10: 10
(10:10) Juga pada hari-hari kamu bersukaria, pada perayaan-perayaanmu dan pada bulan-bulan barumu haruslah kamu meniup nafiri itu pada waktu mempersembahkan korban-korban bakaranmu dan korban-korban keselamatanmu; maksudnya supaya kamu diingat di hadapan Allahmu; Akulah TUHAN, Allahmu."

Pendeknya; nafiri atau firman Allah harus selalu disampaikan, terkhusus pada saat;
1.      Pada perayaan-perayaan, artinya; setiap kali kita mengadakan ibadah, di tengah-tengahnya firman Allah harus disampaikan. Jadi ibadah tanpa firman (karena kesaksian), itu tidak benar, dan ibadah semacam ini tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Ini harus diketahui sidang jemaat dan saudara-saudaraku yang ada di dalam dan di luar negeri, anak Tuhan, hamba Tuhan di manapun berada.
2.      Pada bulan-bulan baru. Ada dua belas bulan dalam satu tahun, kuasa firman terus menerus membaharui kita dan menjadikan kita baru.
3.      Pada waktu mempersembahkan korban, antara lain;
-       Korban bakaran.
Berarti potongan-potongan daging yang dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran dibiarkan sampai pagi, sampai hangus, artinya; daging tidak bersuara lagi.
-       Korban keselamatan.
Kita yakin terhadap firman Allah, dari Sion datang keselamatan.

Kesimpulannya; firman Allah yang disampaikan dengan terang menjadi komando kapan harus berjalan, kapan harus berkumpul dan kapan harus maju dalam peperangan, dan saat memuji Tuhan dan sebagainya, firman Allah harus menjadi komando.

Sesuai dengan apa yang kita lihat dalam Bilangan 10: 11-36. Bangsa Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun untuk menuju tanah perjanjian, tanah Kanaan, puncaknya gunung Sion, dikomandoi oleh firman Allah yang disampaikan, itulah dua nafiri yang ditiup oleh anak-anak imam Harun. Dari situlah mereka menyadari kapan harus berhenti, berkumpul untuk menyelenggarakan kebaktian, kapan maju berjalan dan kapan berperang.
Kalau firman Allah yang menjadi komando, di dalam hidup kita, di tengah ibadah pelayanan ini, semua akan berjalan dengan baik dan tertib. Berjalan dengan teratur, tidak simpang siur.
Sampai nanti tiba di tanah Kanaan, puncaknya nanti gunung Sion, itulah pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi pengantin perempuan mempelai Anak Domba sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Kalau tidak dikomandoi oleh firman Allah, maka nanti tersesat di jalan, sebab padang gurun itu belum pernah dilalui oleh mereka, dan tidak ada seorang pun yang pernah naik ke sorga selain Dia yang turun ke bumi, Yesus Kristus. Jangan sampai ada hamba Tuhan yang dengan berani berkata dia pernah naik ke sorga, tidak ada ayatnya.
Tetapi sekalipun padang gurun itu belum pernah mereka lalui, karena mereka dikomandoi oleh dua nafiri dari perak, semuanya itu terlaksana dengan baik sampai tiba di hari perhentian (tanah perjanjian), puncaknya gunung Sion, menjadi pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.

Saudaraku, inilah suasana di dalam ketenangan, kedamaian yang luar biasa. Kita senantiasa menikmati suara nafiri, sangkakala yang ditiup.
Pada saat Allah turun ke atas gunung Sinai, itu disertai dengan suara sangkakala yang ditiup. Kemudian sangkakala itu terdengar kian lama kian keras, artinya; semakin hari semakin jelas, firman Allah diperdengarkan seperti rembang tengah hari.
Jadi, suara sangkakala yang keras itu bukan diukur dari suara si hamba Tuhan yang keras (kencang), bukan itu. Tetapi kerasnya suara sangkakala yang dimaksud di sini adalah semakin hari firman yang disampaikan itu semakin terang bagaikan rembang tengah hari. Ketika terjadi pembukaan rahasia firman, maka segala yang terselubung akan tersingkap. Itu ukuran firman yang keras. Bukan suara si pengkotbah yang keras atau lembut, bukan itu ukurannya.

Kita kembali membaca Bilangan 10: 11-36 ini, betul-betul perjalanan bangsa Israel dikomandoi oleh dua nafiri, sehingga Tuhanlah yang menentukan perjalanan mereka, kapan mereka berhenti, kapan mereka maju berperang dan sebagainya, sampai mereka tiba di tanah Kanaan.

Bilangan 10: 11-14, 18, 22, 25
(10:11) Pada tahun yang kedua, pada bulan yang kedua, pada tanggal dua puluh bulan itu, naiklah awan itu dari atas Kemah Suci, tempat hukum Allah.
(10:12) Lalu berangkatlah orang Israel dari padang gurun Sinai menurut aturan keberangkatan mereka, kemudian diamlah awan itu di padang gurun Paran.
(10:13) Itulah pertama kali mereka berangkat menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa.
(10:14) Terdahulu berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji bani Yehuda menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu ialah Nahason bin Aminadab;
(10:18) Kemudian berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji Ruben menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu ialah Elizur bin Syedeur;
(10:22) Kemudian berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji bani Efraim menurut pasukan mereka;
(10:25) Sebagai barisan penutup semua laskar itu berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji bani Dan menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu ialah Ahiezer bin Amisyadai;

Keberangkatan mereka itu sesuai dengan aturan Tuhan, dengan empat panji;
-        Yang pertama; panji-panji bani Yehuda menurut pasukan mereka semua.
-        Kemudian di bawah panji-panji Ruben menurut pasukan mereka.
-        Di bawah panji-panji Efraim menurut pasukan mereka.
-        Terakhir; laskar itu berangkat, laskar yang di bawah panji-panji Dan menurut pasukan mereka.
Jadi, sudah jelas di sini; berangkatlah orang Israel dari padang gurun Sinai menurut aturan keberangkatan mereka, menurut aturan-aturan Tuhan. jadi semuanya berjalan dengan baik.
Tetapi empat panji ini tidak ada kesempatan untuk diterangkan, saya hanya fokus soal sangkakala, tujuh sangkakala yang diberikan kepada tujuh malaikat yang akan ditiup.

Bilangan 10: 35-36
(10:35) Apabila tabut itu berangkat, berkatalah Musa: "Bangkitlah, TUHAN, supaya musuh-Mu berserak dan orang-orang yang membenci Engkau melarikan diri dari hadapan-Mu."
(10:36) Dan apabila tabut itu berhenti, berkatalah ia: "Kembalilah, TUHAN, kepada umat Israel yang beribu-ribu laksa ini."

Perhatikan; di sini kita melihat, Musa berkata:
-        Yang pertama: "Bangkitlah, TUHAN, supaya musuh-Mu berserak dan orang-orang yang membenci Engkau melarikan diri dari hadapan-Mu."
Artinya; Tuhan menjadi Pembela maka musuh dikalahkan. Inilah kuasa dari firman pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel, menjadi pembela bagi kita semua, musuh dikalahkan.
Saat ini kita sedang memikul tabut perjanjian di tengah ibadah pelayanan ini, itulah Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Tuhan tampil sebagai Pembela, musuh dikalahkan, si pembenci dikalahkan.
-        Yang kedua: "Kembalilah, TUHAN, kepada umat Israel yang beribu-ribu laksa ini."
Artinya; Tuhan berhadirat di tengah-tengah kumpulan orang-orang yang beribadah dan melayani Tuhan.
Jadi pengertian dari beribu-ribu laksa itu berbicara soal orang-orang yang beribadah melayani Tuhan.

Tuhan Pembela dan Tuhan berhadirat di tengah-tengah kumpulan ini.
Ayo, perhatikanlah firman Allah yang disampaikan. Sebagai umat Tuhan yang belum melayani Tuhan, sebagai pemimpin, kepala-kepala pasukan, laskar-laskar, perhatikan semboyan.
Hanya satu kali saja ditiup, artinya; peka terhadap suara Tuhan. kemudian, untuk laskar-laskar saat bertindak untuk berperang, perhatikan semboyan, artinya; di dalam peperangan, yakin dengan firman.

1 Tesalonika 4: 16-17
(4:16) Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
(4:17) sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

Sangkakala ditiup untuk mengangkat gereja Tuhan di dalam kemuliaan-Nya untuk selama-lamanya.
Ini adalah pengangkatan Tuhan bagi kita. Sekalipun kita masih ada di muka bumi ini, teramat lebih pengajaran Tabernakel dan Pengajaran Mempelai yang kita terima, ini pengangkatan Tuhan bagi kita. Sampai pada akhirnya kita berada di awan-awan nan permai untuk menyongsong Dia pada saat Dia datang pada kali yang kedua, tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Berbahagialah yang sudah menerima Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, pengangkatan bagi dia akan terjadi, jika hidup di dalamnya.
Tadi sudah jelas pengangkatan itu semuanya teratur berbaris, semua berjalan dengan baik. Keberangkatan itu sesuai aturan Tuhan, tidak simpang siur, tidak cross.
Ini adalah pengangkatan bagi kita semua, sampai betul-betul pengangkatan itu abadi, kekal sampai selama-lamanya bahagia bersama dengan Dia, di dalam kerajaan yang kekal.
Ayo, kabarkanlah kabar baik ini; Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, di manapun kita berada. Ini pengangkatan yang luar biasa.

Pada Bilangan 10: 35-36, tadi sudah sangat jelas, dua kali perkataan Musa yaitu: “Bangkitlah Tuhan” dan “Kembalilah Tuhan” berarti Yesus tampil sebagai Pembela dan hadir dalam kemuliaan-Nya. Ini kan pengangkatan dalam Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Pengajaran Tabernakel akan mengangkat kita yang masih tertinggal ini.

1 Tesalonika 4: 18
(4:18) Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

Hiburkanlah seorang akan yang lain dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Tidak boleh egois. Sampaikanlah kabar baik ini, itu merupakan suatu penghiburan bagi mereka yang masih tertinggal.

Wahyu 4: 1-2
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.

Gereja Tuhan diangkat untuk melihat sebuah takhta terdiri di sorga dan di takhta itu duduk Seorang.
Jadi, sorga terbuka dan kita diangkat untuk melihatnya dan berada di dalamnya, kalau kita mau menerima Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, itulah tujuh sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat.
Angka tujuh ini angka sempurna, itulah Pengajaran Mempelai. Gereja yang sempurna itu adalah hasil penyucian dari Pengajaran Mempelai.

Ketika langit terbuka ada sebuah takhta terdiri di dalamnya dan Seorang duduk di atasnya.
Seindah-indahnya Kerajaan Sorga tidak ada artinya kalau takhta tidak ada di dalamnya. Seindah-indahnya sebuah gedung gereja; mewah, bertingkat, lux, ber-AC, full music yang mewah, kalau tidak ada takhta di dalamnya (Pengajaran Mempelai disampaikan), tidak ada artinya.
Di dalam Kerajaan Sorga ada kebenaran, ada damai sejahtera, ada sukacita. Maka semegah-megahnya, seindah-indahnya sorga tidak akan ada artinya kalau takhta di dalamnya tidak ada. Maka kita yang sekarang berada di dalam takhta Kerajaan Sorga, di dalamnya kita boleh menerima pengajaran Mempelai dan pengajaran Tabernakel, ini adalah kesempurnaan dari keindahan suasana sorga. Pendeknya, kesempurnaan dari keindahan yang ada di sorga, yaitu; SEBUAH TAKHTA.

Sungguh-sungguh, perhatikanlah setiap kali sangkakala ditiup, firman Tuhan disampaikan. Jangan diabaikan.
Jangan biasakan diri bodoh, supaya jangan terlihat perbuatan bodoh. Tuhan mau mengangkat kita semua.
Sebab itu pada saat sunyi senyaplah sorga kira-kira setengah jam, maka Tuhan memberikan tujuh sangkakala kepada tujuh malaikat untuk segera ditiupkan.
Kita ini ada pada hari perhentian, ada waktu sunyi. Ini adalah waktu sunyi. Sabat itu bukan berarti berhenti bekerja, itu bodoh dan malas. Di tengah-tengah Sabat itu ada kegiatan, inilah tujuh sangkakala diberikan kepada tujuh malaikat untuk ditiupkan.
Dengar, perhatikan. Perhatikanlah cara kamu mendengar...Lukas:18a.  
Tujuannya; supaya kepada siapa yang punya kepadanya akan diberikan, tetapi kepada siapa yang tidak punya, dari padanya akan diambil.

Kita punya Pengajaran, tujuannya apa: Tuhan mau memberikan Kerajaan Sorga dan sebuah takhta di dalamnya. Tetapi kalau tidak punya pengajaran Mempelai dari padanya akan diambil Kerajaan Sorga dan takhta yang ada di dalamnya. Sungguh-sungguhlah perhatikan.

Lukas 8: 18A
(8:18) Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."

Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar”, jangan acuh tak acuh terhadap suara sangkakala yang ditiup oleh tujuh malaikat.  Perhatikan. Berarti, jangan bermasa bodoh, supaya jangan terlihat perbuatan bodoh yang menyakiti hati Tuhan.
Sebab Tuhan mau mengangkat kita semua yang masih tertinggal ini.

Lukas 8: 18B
(8:18) Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."

Kita punya Pengajaran Mempelai, kita punya Pengajaran Tabernakel, diberikan sorga dan takhta di dalamnya.
Tetapi tidak mempunyai tujuh sangkakala yang diberikan kepada tujuh malaikat, maka Kerajaan Sorga dan takhta di dalamnya diambil dari padanya.

Perhatikan cara kamu mendengar, perhatikan sungguh-sungguh.
Tujuh sangkakala yang diberikan kepada tujuh malaikat untuk ditiup. Hamba Tuhan yang diurapi, pemimpin-pemimpin dalam rumah ibadah, itu yang menyampaikan. Tidak boleh sembarang orang, sekalipun dia terkenal, sekalipun selebritis, penguasa di bumi ini, tidak boleh, supaya Tuhan angkat kita semuanya yang masih tertinggal ini.
Yakin kepada firman Tuhan, oleh sebab itu perhatikan cara kamu mendengar supaya Tuhan memberikan Kerajaan Sorga dan isinya, sebuah takhta. Semua yang ada di dunia ini tidak ada artinya. Seindah-indahnya yang kita punya tidak ada artinya kalau tidak ada takhta di dalamnya.

Bersyukurlah, sebagai pemimpin, sebagai laskar (tentara Tuhan) dan yang melayani juga bersyukur.

Umat Tuhan diarahkan supaya menghargai panggilan, ayo bersyukur. Kepada laskar, supaya maju terus, yakin kepada firman. Kepada kepala pasukan atau pemimpin (pelayan Tuhan), peka dengan suara Tuhan, berlilitkan baju efod, memakai jubah yang maha indah. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment