IBADAH NATAL KOMISI
WANITA BKSG CILEGON, 19 JANUARI 2018
Tema : “Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah.” Yohanes 1: 1.
Shalom saudaraku...
Puji Tuhan, selamat sore, salam sejahtera, salam di dalam kasih Tuhan
kita Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah
Natal Komisi Wanita BKSG Cilegon sekitarnya.
Terima kasih kepada Tuhan Yesus, Mempelai Pria Sorga, yang memberi
kesempatan kepada kita untuk mengerjakan apa yang Tuhan percayakan ini. Terima
kasih buat kesempatan yang ada, kepercayaan Tuhan bagi kami sebagai tuan rumah,
untuk melayani Ibadah Natal Kaum Wanita BKSG.
Terima kasih buat kehadirannya seluruh umat Tuhan, teramat lebih kaum
wanita. Terima kasih buat hamba-hamba Tuhan yang hadir. Terima kasih untuk ibu
Maria Pandiangan, terima kasih untuk ibu Sitorus, terima kasih untuk ibu-ibu
gembala, rekan-rekanku sekaliannya yang hadir pada saat malam hari ini.
Terima kasih untuk imam-imam yang hadir, terima kasih untuk segala sesuatu
yang Tuhan telah percayakan.
Tiba saatnya bagi kita untuk menikmati pembukaan rahasia firman Tuhan,
sehingga ibadah ini bukan suatu rutinitas, bukan ibadah yang lahiriah kita
jalankan supaya ibadah ini betul-betul bagaikan dupa yang berbau harum di
hadapan Tuhan, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Saya juga menyapa pemirsa dalam luar negeri dimanapun berada. Salam sejahtera
bagi kita semua.
Dan kita sekarang akan menikmati firman Tuhan dari tema yang sudah
terpampang, dimulai dari kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan; Ibadah
natal sekolah Minggu dan PAK, Ibadah Natal Pemuda, Ibadah Natal tanggal 24 dan
25 Desember, Ibadah Natal PPT (Persekutuan Pengajaran Tabernakel) Sesi 1 dan
Sesi 2, tanggal 28 dan 29, semua terselenggara dengan baik, semua karena
kemurahan Tuhan.
Dan juga tema yang sama dalam Ibadah Natal Komisi Wanita BKSG Cilegon,
kita boleh duduk diam menikmati firman seperti Maria. Kita buka hati buat
firman sampai firman itu menguasai hati kita semua. Kita pulang dengan
sukacita.
Kita baca tema yang sudah terpampang dari Injil Yohanes 1: 1.
Yohanes 1: 1
(1:1) Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah.
Kalimat pertama: “Pada mulanya
adalah Firman.”
Kalimat kedua: “Firman itu
bersama-sama dengan Allah.” Seolah-olah ada dua oknum, antara firman dan
Allah.
Kemudian, pada kalimat yang ketiga, ternyata: “Firman itu adalah Allah.”
Namun dalam kesempatan ini kita akan memperhatikan kalimat yang pertama
Injil Yohanes 1:1: “Pada mulanya
adalah Firman.” Berarti natal telah terjadi.
Sedangkan Injil Yohanes 1: 14...
(1:14) Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
“Firman itu telah menjadi manusia”
= Natal.
Firman menjadi daging = Natal. Sedangkan pada mulanya adalah firman, menunjukkan
bahwa natal telah terjadi.
Maka pada kesempatan kali ini kita akan memperhatikan kalimat yang
pertama; “Pada mulanya adalah Firman.”
Untuk mengetahui kebenaran “Pada
mulanya adalah Firman”, maka kita akan memperhatikan kalimat yang sama
dengan ayat ini.
Kejadian 1: 1
(1:1) Pada
mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
“Pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi.” Kalimat ini menimbulkan pertanyaan dalam hati kita
masing-masing.
Mana yang terlebih dahulu; “Pada
mulanya adalah Firman” sesuai Injil Yohanes 1: 1, atau “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan
bumi?”
Dulu awal mula melayani, jujur, saya ragu, saya bingung dengan kalimat
ini, tetapi segera saja kita mendapat jawaban yang pasti.
Kembali kita baca ...
Yohanes 1: 1
(1:1) Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah.
Firman itu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi.
Berarti yang terlebih dahulu adalah firman, barulah hasil ciptaan dua
tangan, barulah hasil karya dua tangan Tuhan, barulah yang ada ini.
Jadi, yang terutama dalam hidup kita ini adalah firman. Mendahulukan
firman dari segala yang ada; dari kedudukan, dari jabatan, dari harta, dari kekayaan,
dari segala yang ada ini.
Supaya menguatkan kita, mari kita lihat lebih rinci dari Matius 6.
Matius 6: 31-33
(6:31) Sebab
itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang
akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
(6:32) Semua
itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di
sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
(6:33) Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu.
Perhatikan kalimat: “Carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya” = mendahulukan firman dari segala yang ada
ini.
Kalau anak Tuhan mendahulukan firman dari segala yang ada, dia tidak
kuatir soal apa yang akan dimakan, dia tidak kuatir soal apa yang akan diminum,
dia tidak kuatir soal apa yang akan dipakai.
Lebih jauh lagi ...
Roma 14: 16-18
(14:16) Apa
yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah.
(14:17) Sebab
Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
(14:18) Karena
barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan
dihormati oleh manusia.
Kerajaan Sorga bukan soal makan dan minum, tetapi soal kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita.
Sementara kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita, semuanya dikerjakan
oleh Roh Kudus.
Saat ini kita berada di tengah-tengah kegiatan Roh. Ibadah Natal Komisi
Wanita itu kegiatan Roh, di sinilah Allah bertakhta, di dalamnya terdapat
kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita.
Jadi, hamba-hamba Tuhan yang sudah memiliki jabatan gembala, jabatan
penginjil, dan sebagainya, imam-imam, hamba Tuhan, kaum wanita yang sudah
melayani Tuhan sesuai dengan karunia-karunia yang dipercayakan oleh Tuhan, apa
yang baik yang engkau miliki jangan biarkan difitnah, sebab Kerajaan Sorga
bukan soal makan minum, bukan soal yang ada ini, supaya natal tetap berlangsung
dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Sekarang kita akan melihat: PENGAKUAN YESUS SENDIRI BAHWA PADA
MULANYA ADALAH FIRMAN.
Supaya lebih akurat ...
Amsal 8: 22-23
(8:22) TUHAN
telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai
perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.
(8:23) Sudah
pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.
Perhatikan kalimat: “TUHAN telah menetapkan aku sebagai permulaan
pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya pertama-tama dahulu kala.”
Pengakuan Yesus ini perlu kita apresiasi, kita hargai, artinya; kita
harus mendahulukan firman dari segala yang ada ini.
Terima kasih kepada para ibu-ibu gembala, yang sudah melayani Tuhan,
para imam, komisi wanita menyempatkan waktunya untuk mengikuti Ibadah natal Komisi
Wanita, puji Tuhan.
Pengakuan Yesus ini perlu kita hargai, junjung tinggi. Berarti kita
harus mendahulukan firman dari segala yang
ada, dari segala kesibukan, dari segala apapun di muka bumi ini.
Sebagai
pembuktiannya.
Amsal 8: 23-26
(8:23) Sudah
pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.
(8:24) Sebelum
air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang
sarat dengan air.
(8:25) Sebelum
gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir;
(8:26) sebelum
Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.
Sebelum bumi ada, sebelum air samudera raya ada, sebelum ada
sumber-sumber yang sarat dengan air, sebelum gunung-gunung dan bukit-bukit ada,
sebelum bumi dengan padang-padangnya ada, Yesus sudah ada.
Jadi, yang terlebih dahulu adalah firman, dari segala yang ada,
pendeknya Natal telah terjadi.
Dua kali Yesus berkata: “Aku telah
lahir”, ini suatu peneguhan, supaya kita betul-betul mendahulukan firman
dari segala yang ada ini.
Sekarang kita lihat persamaannya: Ketika seseorang mendahulukan firman
dari segala yang ada ini.
Efesus 5: 22-23
(5:22) Hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
(5:23) karena
suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah
yang menyelamatkan tubuh.
Seorang isteri tunduk kepada suaminya sama seperti jemaat tunduk kepada
Kristus, Dialah kepala, Dialah suami yang menyelamatkan tubuh.
Yesus Kristus Dialah firman, tetapi Dia juga kepala dari tiap-tiap
anggota tubuh, Dialah yang menyelamatkan tubuh, Dia suami. Berarti, gereja
Tuhan sebagai tubuh harus mendahulukan firman = menempatkan Kristus sebagai
kepala.
Kejadian 2: 18, 20
(2:18) TUHAN
Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
(2:20) Manusia
itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada
segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang
sepadan dengan dia.
Di sini kita melihat Adam telah tercipta dari segumpal tanah liat dan
menjadi manusia tetapi Adam belum menjumpai penolong yang sepadan dengan dia,
maka kita lanjut baca lagi ayat 21-23.
Kejadian 2: 21-23
(2:21) Lalu
TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah
mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
(2:22) Dan dari
rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
(2:23) Lalu
berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
Perempuan berasal dari laki-laki dan diciptakan untuk menjadi penolong
yang sepadan.
Berarti, perempuan = tubuh = penolong sepadan.
Sedangkan binatang = bukan tubuh = bukan penolong yang sepadan.
Jadi, sudah sangat jelas bahwa gereja Tuhan, sebagai tubuh, harus
menempatkan Kristus sebagai kepala = mendahulukan firman dari segala yang ada.
Kalau tubuh menempatkan Kristus sebagai kepala karena menjadi penolong
yang sepadan = mendahulukan firman dari segala yang ada.
1 Korintus 11: 9-10
(11:9) Dan
laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena
laki-laki.
(11:10) Sebab itu,
perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.
Tadi sudah jelas dalam Kejadian 2, laki-laki tidak diciptakan
karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan untuk menjadi penolong yang
sepadan bagi suami sebagai kepala, maka jangan bersikap seperti binatang. Mohon
maaf, supaya menjadi penolong yang sepadan, dahulukan firman dari segala yang
ada.
Karena perempuan berasal dari laki-laki, maka seorang perempuan harus
memakai tanda wibawa di kepalanya.
Mari kita lihat; TANDA WIBAWA.
1 Korintus 11: 5-6
(11:5) Tetapi
tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak
bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur
rambutnya.
(11:6) Sebab
jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting
rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya
digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.
Kepala bertudung (rambut panjang)
= tunduk kepada Kristus (Dia Firman), mendahulukan firman dari segala yang ada,
itulah wibawa dari seorang perempuan.
Harus ada tanda wibawa di kepala perempuan, tunduk kepada firman, Dialah
Kristus, Dialah Kepala, Dialah suami yang menyelamatkan tubuh. Tidak bisa
dipungkiri lagi.
1 Korintus 11: 7
(11:7) Sebab
laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan
kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
Ketundukan seorang perempuan kepada suaminya (mendahulukan firman) =
menyinarkan kemuliaan Kristus.
Itu sebabnya, isteri yang cakap adalah mahkota suami, yang memiliki
tanda wibawa di kepala, tunduk kepada firman.
Itulah soal kalimat yang pertama: “Pada
mulanya adalah Firman”, berarti natal terus berlangsung, karena kita
sebagai mempelai perempuan harus tunduk kepada firman, berarti menempatkan
Kristus sebagai kepala. Dengan demikian terjadilah natal dalam hidup, dalam ibadah,
dalam nikah Rumah Tangga.
Sekarang kita akan mengikuti perjalanan nikah Adam dan
Hawa. Apakah mendahulukan firman (menempatkan Kristus sebagai kepala)?
Kejadian 2: 25
(2:25) Mereka
keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Pada awalnya keduanya telanjang. Adam dan Hawa (suami isteri) telanjang,
tetapi mereka tidak merasa malu, inilah yang terjadi saat natal berlangsung
berarti, mereka mendahulukan firman dari segala yang ada.
Sekarang kita masuki pasal 3, untuk mengikuti NIKAH ADAM DAN
HAWA.
Kejadian 3: 1-6
(3:1) Adapun
ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh
TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah
berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
(3:2) Lalu
sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini
boleh kami makan,
(3:3) tetapi
tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan
kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
(3:4) Tetapi
ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
(3:5) tetapi
Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan
kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
(3:6) Perempuan
itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil
dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
Perhatikan kalimat: “Lalu ia (Hawa)
mengambil dari buahnya dan dimakannya.”
Pendeknya; Hawa telah diperdaya oleh ular, sebab ular itu memutar balik
fakta, sementara ketika Hawa diperdaya oleh ular (ketika ular berbicara kepada Hawa), Adam
tidak ada di situ. Artinya; Hawa tidak mendahulukan firman (tidak menempatkan
Kristus sebagai Kepala) = tidak ada tanda wibawa di kepala.
Sekarang kita bandingkan dengan kebenaran firman/kebenaran
dari sorga.
Kejadian 2: 15-17
(2:15) TUHAN
Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
(2:16) Lalu
TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman
ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
(2:17) tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Firman Allah kepada Adam dan Hawa:
-
“Semua pohon dalam
taman ini boleh kamu makan buahnya dengan bebas.”
-
“Tetapi pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Adam dan Hawa ditempatkan di taman Eden untuk mengusahakan dan
memeliharakan taman itu.
Kita dipercayakan di dalam Kerajaan Sorga, melayani Dia, untuk
mengusahakan dan memelihara kelangsungan ibadah dan pelayanan yang Tuhan
percayakan sesuai dengan karunia-karunia Roh, sesuai dengan jabatan-jabatan
yang Tuhan percayakan. Tetapi ada syaratnya;
1.
Semua pohon
dalam taman ini boleh kamu makan buahnya dengan bebas
2.
Pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati
Kita bersyukur, Tuhan tempatkan kita di takhta Allah untuk mengusahakan
dan memeliharakan takhta Allah ini, tetapi harus memenuhi (mematuhi) aturan
yang Tuhan tetapkan.
Lebih rinci tentang kedua aturan tersebut.
Kejadian 2: 8-9
(2:8)
Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah
ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.
(2:9) Lalu
TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang
baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu,
serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Yang pertama:
-
Pohon yang menarik dan yang baik
untuk dimakan buahnya = hidup di dalam Roh, berarti memberi diri
dipimpin oleh Roh.
-
Menikmati buah pohon kehidupan =
hidup di dalam firman, penuh dengan firman.
Inilah pohon yang boleh dinikmati buahnya bebas.
Hidup dalam Roh, memberi diri dipimpin oleh Roh, bahkan menerima
karunia-karunia Roh dan jabatan-jabatan yang dipercayakan, nikmati saja di
tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan ini. Kemudian menikmati firman
Allah.
Namun pada akhirnya Adam dan isterinya melanggar hukum Allah, sebab
mereka maka dari buah pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat. Akibatnya;
mereka kehilangan kasih dari Allah.
Apa artinya hidup di dalam Roh, melayani sesuai karunia Roh, apa artinya
memiliki firman, hidup dalam firman, tetapi kehilangan kasih. Persis seperti
berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat itu “Mata ganti mata, gigi ganti gigi”, artinya
kejahatan dibalas dengan kejahatan. Mengasihi sesama tetapi membenci musuh,
tidak ada artinya. Mengerti yang baik, mengasihi sesama, tetapi membenci musuh,
apa artinya melayani dengan cara itu = kehilangan kasih Allah.
Banyak orang mengerti firman, kemudian melayani sesuai dengan
karunia-karunia Roh, tetapi kehilangan kasih, kenapa? Karena dia tidak
mendahulukan firman, atau tidak menempatkan Kristus sebagai kepala.
Ayub jelas berkata: “Dengan
telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan
kembali ke dalamnya” datang tidak membawa apa-apa, kembali kepada Tuhan
juga tidak membawa apa-apa.
Yang terpenting; dahulukan firman. Tidak ada artinya mengerti firman,
tidak ada artinya melayani sesuai karunia Roh, tetapi kehilangan kasih.
Kemarin saya mendengar perkataan dari seorang anak Tuhan; hamba Tuhan membicarakan
buah Roh tetapi tidak ada kasihnya. Mendengar itu saya terpukul sekali,
mendengar itu saya berkata di dalam hati: “Aduh
Tuhan, saya lah itu Tuhan, saya lah itu Tuhan.” Mengerti firman (buah pohon
kehidupan), kemudian melayani Tuhan = buah pohon yang baik dan yang menarik (Roh
Kudus) tetapi kehilangan kasih, berada di bawah hukum Taurat. Hanya mengasihi
sesama, tetapi musuh dibenci. Mengasihi orang kaya, orang miskin tidak dikasihi.
Itu buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, tidak ada artinya.
Lebih kejam dari seorang pembunuh di luaran sana. Kalau pembunuh, dia
jelas membunuh, tetapi kalau hamba Tuhan kehilangan kasih, mengerikan, bahkan mengerikan
sekali.
Seharusnya pada mulanya adalah firman, artinya; mendahulukan firman dari
segala sesuatu.
Kesimpulannya, nikah Adam dan Hawa tidak mendahulukan firman dan sangat
mengerikan sekali.
Kejadian 3: 7
(3:7) Maka
terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu
mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
Akhirnya mereka menyadari bahwa mereka telanjang, menunjukkan bahwa mereka
jatuh dalam dosa.
Dulu, sekalipun Adam dan Hawa telanjang, mereka tidak malu, masih
mendahulukan firman. Tetapi ketika mereka jatuh dalam dosa, tidak lagi mendahulukan
firman (tidak ada lagi natal), mereka menyadari diri sudah telanjang.
Kemudian yang lucunya lagi, pada saat mereka telanjang, mereka berusaha
menutupi dosanya dan membuat cawat dari daun pohon ara, ini adalah kebenaran
diri sendiri. Menutupi dosa menurut kebenaran diri sendiri, sangat rapuh, tidak kekal, seperti daun pohon ara,
hari ini bisa, besok hancur. Kebenaran seperti ini tidak hakiki. Ini adalah
kebenaran yang lucu-lucu.
DAMPAK NEGATIF JATUH DALAM DOSA:
Kejadian 3: 8-10
(3:8) Ketika
mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu
pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN
Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
(3:9) Tetapi
TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah
engkau?"
(3:10) Ia
menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku
menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
Akibat dosa: Adam dan Hawa menjadi takut.
Takut dan kuatir soal apa yang akan dimakan, takut dan kuatir soal apa
yang akan diminum, akan apa yang akan dipakai. Takut, takut, takut dan takut.
Dihantui rasa takut dan kuatir soal masa depan.
Tanda seseorang takut: bersembunyi dibalik pohon = suka menyembunyikan
dosa.
Kalau dahulukan firman, tidak perlu takut, soal apa yang akan dimakan,
soal apa yang akan diminum, soal apa yang akan dipakai, soal masa depan, tidak
perlu takut.
Kalau kita betul-betul mendahulukan firman, resiko apapun (apapun yang
terjadi), tidak ada rasa takut.
Kejadian 3: 11-13
(3:11)
Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau
telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan
itu?"
(3:12) Manusia
itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi
dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
(3:13) Kemudian
berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah
kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan
aku, maka kumakan."
Akibat dosa, yang pertama; menjadi takut. Tandanya; suka
menyembunyikan dosa.
Yang kedua; saling menuduh, saling
mempersalahkan. Adam mempersalahkan Hawa, sedangkan Hawa mempersalahkan ular. Sampai
kapan pun Setan tetap salah, tidak usah dipersalahkan.
Kalau saling menuduh, berarti saling membela diri. Inilah tabiat Setan,
si pendakwa, sampai separah ini.
Jadi bukan hanya soal takut, tetapi sampai memuncak kepada tabiat Setan.
Saling menuduh, saling menghakimi, saling membela diri. Mengapa? Karena dia
sudah membuat cawat dari daun pohon ara. Salah tetapi ditutup-tutupi dengan
kebenaran diri sendiri, tidak segera mengakui dosanya.
Tanda
memiliki tabiat Setan.
Kejadian 3: 14-15
(3:14) Lalu berfirmanlah
TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah
engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan
perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
(3:15) Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya."
Akhirnya, terjadi permusuhan antara ular dengan perempuan (gereja Tuhan).
Si A dengan si B bermusuhan, padahal sama-sama melayani di dalam rumah
Tuhan. Itu sebabnya tadi saya katakan; memiliki firman, kemudian hidup dalam
Roh dan memiliki karunia-karunia Roh di tengah pelayanannya, tetapi bisa loh
bermusuhan satu dengan yang lain.
Saya paling tidak suka melihat seorang imam bermusuhan antara si A dan
si B, kepada sidang jemaat yang saya layani, selalu saya anjurkan, tidak boleh
merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci dari yang lain. Melayani harus
minum dari Roh yang satu dan yang sama, supaya tidak tumpang tindih, tidak
cross, tidak saling sikut menyikut.
Kejadian 3: 16
(3:16)
Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan
Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun
engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."
Kemudian dari pihak perempuan; susah payah waktu mengandung dan dengan
kesakitan saat melahirkan.
Saya melihat isteri saya dua kali melahirkan, sangat menderita sekali.
Apalagi anak pertama, dari jam 7 atau jam 8 malam, sampai jam 4 pagi tidak keluar-keluar.
Akhirnya jam 4 lewat dikit mau keluar tetapi masuk lagi. Akhirnya saya keluar ruangan,
untuk menyembah. Saat menyembah, saya
dipanggil oleh perawat dan bertanya; “pa
mau disedot atau bagaimana?” Lalu saya bilang; “Aduh jangan, kita tunggu saja dulu” pada saat saya berkata “Haleluya”
terakhir, anak saya keluar (lahir).
Ini, susah payah saat melahirkan. Tetapi bukan hanya pihak perempuan,
pihak laki-laki juga.
Kejadian 3: 17
(3:17) Lalu
firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan
isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan
makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah
engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
Karena Adam juga tidak mendahulukan firman, maka Adam juga susah payah,
mencari nafkah, sebab Tuhan telah mengutuk tanah, sehingga tanah hanya
menghasilkan ilalang.
Padahal harusnya kita menikmati buah pohon kehidupan dan buah pohon yang
baik dan yang menarik. Asal saja kita dahulukan firman, seorang suami tidak
susah cari nafkah. Percayalah kepada firman. Jangan percaya kepada pengertian
sendiri, jangan percaya kepada perasaan, dan logika manusia.
Puncaknya.
Kejadian 3: 22-24
(3:22)
Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti
salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang
jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon
kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya."
(3:23) Lalu
TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana
ia diambil.
(3:24) Ia
menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah
beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Sampai pada akhirnya Adam dan Hawa (mereka) diusir dari taman Eden. Inilah
puncaknya pemberitaan.
Awal pertama mereka dibentuk segambar serupa dengan Allah, menikmati
segala sesuatu yang ada di taman Eden, yaitu: buah pohon kehidupan (firman
Allah) dan buah pohon yang baik dan yang menarik, itulah Roh Kudus, dan
tinggal di dalam kasih, karena belum tahu mana yang baik dan mana yang
jahat, tetapi karena dosa (mereka tidak mendahulukan firman), mereka kehilangan
kasih, sehingga mereka diusir dari taman Eden.
Sekarang kita berada di bumi ini karena dosa. Bumi ini adalah tempat
kita sementara, bukan tempat kita abadi. Maka kalau kita perhatikan dalam 2
Korintus 5: 2-4, selama kita berada di kemah ini, kita akan menderita. Yang ada air mata, dukacita, ratap tangis,
kesedihan.
Kesimpulannya; natal pertama telah rusak -> karena tidak mendahulukan
firman.
Apakah ini dibiarkan terus menerus berlangsung? Tentu kita semua tidak
inginkan terjadi, dalam nikah rumah tangga ada kesusahan, dukacita, ratap
tangis.
Sekarang kita melihat jalan keluarnya supaya kita kembali dipulihkan.
Ayo kita semua belajar untuk mendahulukan firman. Natal pertama telah terjadi
namun sudah rusak, karena tidak mendahulukan firman.
Ayo sekarang kembali kepada firman. Kita lihat jalan keluarnya.
Jalan
keluar.
Yohanes 1: 1, 14
(1:1) Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah.
(1:14) Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Perhatikan kalimat: “Firman itu telah menjadi manusia” = natal.
Kalau saja hanya ada ayat 1, tanpa ayat 14, habis kita
(manusia binasa).
Untung ada ayat 14, supaya kembali ke natal. Firman itu telah
menjadi manusia = natal.
Jadi Yesus menjadi manusia, bukan menjelma. Sebab ketika Yesus menjadi
manusia, prosesnya lewat natal, kelahiran. Mohon maaf jangan diulangi lagi kata
menjelma. Kalau menjelma itu jadi-jadian, yang tidak ada menjadi ada tetapi
tidak ada proses kelahiran, bukan natal.
Kesimpulannya; Yesus menjadi manusia, prosesnya; natal, artinya; Yesus
lahir.
Menjelma, berarti tidak ada proses natal = jadi-jadian, tidak ada orang
tiba-tiba suci, tanpa proses.
Kembalilah ke natal, sebab natal pertama sudah rusak, karena Adam dan
Hawa tidak mendahulukan firman.
Untung ada ayat 14, kalau tidak, habislah kita semua.
Ini adalah kemurahan Tuhan bagi kita, kasih karunia bagi kita semua.
Yohanes 1: 14
(1:14) Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Pertanyaannya: ketika natal terjadi, mengapa kita bisa melihat kemuliaan
Allah?
Jawabnya ada dua:
1.
Karena di dalam firman itu penuh
kasih karunia.
2.
Karena di dalam firman itu penuh
kebenaran.
Kalau firman tidak ada kasih karunia dan kebenaran, maka kita tidak akan
pernah melihat kemuliaan Allah.
Jadi mengapa di dalam firman ada kemuliaan Allah? Jawabnya; di dalam
firman ada kasih karunia, di dalam firman ada kebenaran.
Maka di situlah kita bisa melihat kembali wujud Allah, gambar rupa
Allah, kembali kepada wujud Allah.
Kita lihat contoh kasih karunia itu.
Yohanes 8: 1-5
(8:1) tetapi
Yesus pergi ke bukit Zaitun.
(8:2) Pagi-pagi
benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia
duduk dan mengajar mereka.
(8:3) Maka
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang
kedapatan berbuat zinah.
(8:4) Mereka
menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus:
"Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
(8:5) Musa
dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang
demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
Di sini kita melihat, seorang perempuan kedapatan berbuat zinah di pagi
hari. Ahli Taurat, orang Farisi menggeret dan membawa dia lalu dilemparkan ke
hadapan Yesus.
Lalu ahli Taurat dan orang Farisi berkata: “Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari
perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”
Kalau menurut hukum Taurat, orang yang kedapatan berzinah akan dirajami,
dilempari dengan batu. Sebab dalam hukum Taurat “Gigi ganti gigi, mata ganti
mata”, artinya, kejahatan dibalas dengan kejahatan.
Reaksi Yesus terhadap pertanyaan ahli Taurat dan orang
Farisi...
Yohanes 8: 6-7
(8:6) Mereka
mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk
menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
(8:7) Dan
ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu
berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Reaksi Yesus: membungkuk dan menulis dengan ujung jari-Nya di tanah.
Tetapi melihat respon Yesus (reaksi Yesus), ahli Taurat dan orang Farisi
tidak puas, lalu mendesak Yesus dan berkata: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan
yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
Lalu Dia bangkit berdiri, dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”
Yohanes 8: 8-10
(8:8) Lalu Ia
membungkuk pula dan menulis di tanah.
(8:9) Tetapi
setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang,
mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan
itu yang tetap di tempatnya.
(8:10) Lalu
Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah
mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
Setelah mengatakan hal yang demikian, Yesus kembali membungkuk untuk
yang kedua kali, dan menulis dengan ujung jari-Nya ke tanah.
Kemudian, mendengar pernyataan itu, mereka pergi satu per satu.
Membungkuk dan bangkit -> kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus = kasih karunia.
Menulis dengan ujung jari-Nya dua kali -> itulah kasih kepada
Tuhan dan kasih kepada sesama.
Hukum Taurat; melempari orang yang berzinah sampai mati, tetapi Yesus menggenapi
hukum Taurat dengan kasih. Itu adalah kasih karunia.
Tadi nikah rusak, natal pertama rusak, ini pun rusak. Tetapi oleh kasih
karunia, perempuan yang hancur ini, tertolong oleh kasih karunia.
Yohanes 8: 10-11
(8:10) Lalu
Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah
mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
(8:11)
Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak
menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang."
Kesimpulannya; perempuan yang hancur nikahnya ini mendapatkan kasih
karunia.
Syarat untuk mendapat kasih karunia; jangan mengulangi lagi. Jangan
berbuat dosa lagi.
Kalau sudah menikmati kemurahan, jangan berbuat lagi.
Seandainya tidak ada kasih karunia seperti ini, maka kita tidak akan pernah
melihat kemuliaan Allah.
Itu sebabnya kalau kita dahulukan firman (natal terjadi), kita akan
melihat kemuliaan Allah.
Kalau berada di bawah hukum Taurat, yang berdosa dilempari sampai mati,
sampai kapan pun tidak akan bisa melihat kemuliaan Allah.
Ayo kembali ke natal, dahulukan firman. Di dalam firman nanti kita
melihat kemuliaan karena di dalam firman ada kasih karunia, yang tidak layak
menjadi layak. Kasih karunia melebihi segala-galanya.
Seperti pujian mengatakan; “Kemurahan-Mu
lebih dari hidup. Kemurahan-Mu lebih dari hidup. Bawa lidahku memuji Engkau.
Kemurahan-Mu lebih dari hidup.”
Bukan setelah ada harta (yang ada ini), lalu kemurahan-Mu lebih dari
hidup, tidak.
Ini nikah yang hancur, kemudian ada juga buah nikah yang hancur.
Anak seorang perempuan Kanaan yang kerasukan Setan, dia memohon
kemurahan Tuhan.
Matius 15: 21-27
(15:21) Lalu
Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
(15:22) Maka
datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru:
"Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan
setan dan sangat menderita."
(15:23) Tetapi
Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta
kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan
berteriak-teriak."
(15:24) Jawab
Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel."
(15:25) Tetapi
perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah
aku."
(15:26) Tetapi
Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak
dan melemparkannya kepada anjing."
(15:27) Kata
perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang
jatuh dari meja tuannya."
Perempuan Kanaan menyadari bahwa dia adalah bangsa kafir.
Bangsa kafir digambarkan tidak lebih, tidak kurang sama seperti
anjing.
Tabiat-tabiat anjing:
1.
Menjilat borok artinya, menyukai
kelemahan orang lain...Lukas 16:21.
2.
Anjing hutan (serigala); merusak
penggembalaan artinya; liar, tidak tergembala.
3.
Kembali mengulangi kesalahan yang
sama...2 Petrus 2:22.
Perempuan Kanaan tersebut menyadari diri sebagai bangsa kafir yang
digambarkan seperti anjing, sebab perempuan Kanaan menjawab Yesus dan berkata; “Benar
Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” = menghargai
atau mendahulukan firman.
Matius 15: 28
(15:28) Maka
Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah
kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Tadi nikah yang hancur, seorang perempuan mendapat kemurahan. Kemudian,
buah nikah yang hancur, mendapat kemurahan dari Tuhan.
Kita ini bangsa kafir, kita ini bukan bangsa Israel. Kita menjadi Israel
secara rohani, itu karena kemurahan Tuhan.
Jadi, pertolongan Tuhan bukan hanya untuk bangsa Israel, tetapi juga
berlaku untuk bangsa kafir, saya dan saudara, sampai akhirnya kita mendapat
kemurahan, mari kita bertindak dengan iman untuk mendahulukan firman Tuhan dari
segala sesuatu.
Yohanes 1: 16
(1:16) Karena
dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;
Dari kepenuhan Yesus Kristus, Anak Allah, Dialah Firman, kita semua
menerima kasih karunia demi kasih karunia. Dari kasih karunia yang satu kita
dibawa kepada kasih karunia yang lain, sampai kepada kesempurnaan.
Dulu kita suka berdusta, Tuhan tutupi, itu kasih karunia. Tuhan bawa
lagi kepada kasih karunia yang lain. Dulu kita suka merokok, Tuhan tolong dari
dosa merokok. Dari dusta, merokok, menipu, najis, berjudi, berkhianat, semuanya,
dari kasih karunia yang satu kepada kasih karunia yang lain, terus, terus, terus, sampai sempurna = sama mulia
dengan Tuhan.
Yohanes 1: 17
(1:17) sebab
hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang
oleh Yesus Kristus.
Kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
Kita belajar dahulukan firman, pada mulanya adalah firman. Kalau memang
sempat rusak, ayo kembali lagi ke natal, firman itu menjadi manusia, supaya kita
melihat kemuliaan Allah. Karena di dalam natal, di dalam firman, ada kasih
karunia, ada kebenaran. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment