IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 13 APRIL 2018
KITAB RUT
(Seri: 9)
Subtema:”BERTINDAK SETELAH MENDENGAR”.
Shalom saudaraku.
Salam sejahtera bagi kita sekaliannya, salam di dalam kasih-Nya Tuhan
kita Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan Perjamuan Suci. Puji
Tuhan. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba
Tuhan yang senantiasa mengikuti pemberitaan firman lewat video internet atau
live streaming, youtube, maupun facebook, dimanapun anda berada, kiranya
Tuhan memberkati kita bersama-sama. Puji Tuhan, marilah kita bersama-sama
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari
kitab Rut.
Rut 1:6-7
(1:6) Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang
dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah
memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka.
(1:7) Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama
dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah
Yehuda,
Kita akan memperhatikan kalimat pada kedua ayat ini; ayat 6 dan ayat
7. “Ia mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umat-Nya, maka
berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu.” Kalimat yang kita
perhatikan pada kedua ayat ini ialah; ia mendengar bahwa Tuhan
telah memperhatikan umat-Nya, maka berangkatlah ia dari tempat
tinggalnya itu.
Kesimpulannya, setelah mendengar, selanjutnya
Naomi bertindak untuk mendapatkan perhatian Tuhan, seperti
Tuhan telah memperhatikan umat-Nya Israel.
Berbanding terbalik dengan Elimelekh,
yang tadinya tinggal di Betlehem atau yang disebut
rumah roti, namun ia tidak memanfaatkan kesempatan untuk tetap terpelihara
sebagai tanda perhatian Tuhan, persis seperti yang dialami oleh anak sulung.
Lukas 15:25-32
(15:25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang
dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
(15:26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa
arti semuanya itu.
(15:27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah
menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
(15:28) Maka] marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu
ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
(15:29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku
melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku
belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
(15:30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta
kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak
lembu tambun itu untuk dia.
(15:31) Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama
dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
(15:32) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati
dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Saudaraku, disini kita perhatikan anak sulung itu tinggal bersama dengan
ayahnya, namun tidak menikmati apa yang dimiliki oleh ayahnya.
Pendeknya, anak sulung tidak memiliki belas kasihan dan tidak mengerti
tentang kasih karunia. Itu dapat dilihat dalam amarah ia berkata; “Telah
bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa,
tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk
bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan
bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu
tambun itu untuk dia.”
Bertahun-tahun melayani Tuhan, tetapi tidak memiliki belas kasih (tidak memiliki kasih Bapa). Tanda tidak memiliki belas kasih (kasih Bapa); suka melihat dan mengungkit-ungkit kesalahan orang (masa lalu). Masa lalu anak yang
bungsu ialah memboroskan harta bapanya dengan pelacur-pelacur.
Perlu untuk diketahui, kita ada sebagaimana kita ada sekarang ini karena kita telah melewati
hari-hari yang lampau. Artinya; setiap orang tidak terlepas dari masa lalu.
Yesus pernah berkata; “Tak seorangpun yang baik, selain daripada Allah
saja.” Markus 10:18.
Kemudian Rasul Paulus pernah berkata kepada jemaat di Roma, sesuai
dengan apa yang tertulis dalam Mazmur 14; “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” Roma 3:10.
Oleh sebab itu, tidak ada seorangpun yang berhak untuk menghakimi orang
lain. Anak Manusia begitu sempurna dan mulia, tetapi Dia tidak menghakimi orang yang
bersalah. Tidak ada seorangpun manusia di atas muka bumi ini yang tidak punya
masa lalu. Kalau orang itu sadar, maka ia tidak akan pernah menghakimi
sesamanya, tidak akan pernah mengungkit-ungkit kesalahan orang lain (dosa masa lalu).
Yohanes 19:30
(19:30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia:
"Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan
nyawa-Nya.
Sesudah minum anggur asam, berkatalah Ia: "Sudah
selesai." artinya jangan mengulangi kesalahan, dan jangan
mengungkit-ungkit dosa masa lalu orang lain. Sebab Yesus sudah minum anggur
asam, yaitu keonaran dan kelaliman, (dosa kejahatan).
1 Petrus 2:23
(2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki;
ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia,
yang menghakimi dengan adil.
Yang dikerjakan oleh
Anak, “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki;
kemudian ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya
kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.” Jadi apa yang dikatakan
Yesus kepada murid-murid dan kepada orang banyak, itu Dia lakukan, sehingga perkataan dan
perbuatan-Nya sama.
Kita kembali memperhatikan anak sulung di dalam Injil.
Lukas 15:29-30
(15:29)Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku
melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku
belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan
sahabat-sahabatku.
(15:30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta
kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak
lembu tambun itu untuk dia.
Disini kita melihat, ketika anak sulung itu membeberkan semua kesalahan
anak yang bungsu secara detail, ia juga mengambil kesempatan untuk membeberkan
semua kebenarannya kepada bapanya. Kesimpulannya, orang yang suka menghakimi atau suka mengungkit-ungkit masa lalu adalah orang yang merasa lebih
baik, lebih benar, dan lebih suci daripada orang lain. Anak yang sulung begitu hebatnya membeberkan kesalahan anak yang bungsu dengan begitu detail,
namun saudaraku, ia juga mengambil kesempatan untuk membeberkan semua
kebenarannya.
Jadi sudah bertentangan dengan firman Allah sebab Yesus sendiri pernah berkata tidak ada yang baik, seorangpun tidak. Rasul Paulus juga
mengatakan hal yang sama. Sesuai dengan yang tertulis dalam Mazmur
pasal 14.
Saya mau tanya, ada tidak diantara kita yang tidak punya masa
lalu? Semuanya tentu punya masa lalu,
dan masa lalu itu begitu kelam. Kalau memang semua
punya masa lalu, kenapa harus menghakimi dan ungkit-ungkit kesalahan orang
lain. Dan liciknya lagi anak sulung ini mengambil kesempatan untuk membeberkan
kebenarannya.
Kita kembali perhatikan perkataaan anak sulung kepada ayahnya; “Telah
bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah
bapa.” Sebetulnya, dengan pernyataannya
itu, menunjukkan bahwa anak sulung itu sudah
berdosa yaitu: dosa dusta.
Yohanes 15:10
(15:10) Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam
kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.
Setiap orang yang menuruti perintah Allah Bapa, ia akan tinggal di dalam kasih
Allah. Seperti Anak Manusia menuruti perintah Bapa-Nya, Dia tinggal di
dalam kasih Allah Bapa. Kegunaan kasih; menutupi banyak sekali dosa (banyak kesalahan) kemudian kegunaan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Kalau anak sulung memang tidak pernah melanggar perintah bapanya, maka ia pasti mengasihi anak
yang bungsu. Tetapi kenyataannya dia pandai membeberkan kesalahan daripada anak
yang bungsu. Kemudian, mengambil kesempatan untuk membeberkan kebenarannya, berarti dia pendusta.
Yohanes 15:12
(15:12) Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti
Aku telah mengasihi kamu.
Perintah yang harus kita lakukan,
yaitu saling mengasihi seperti Yesus Kristus, Anak tunggal Bapa
mengasihi saya dan saudara.
Berarti dengan mengatakan, aku tidak pernah melanggar perintah
bapa, anak sulung tersebut telah berdusta. Karena setiap orang yang melakukan perintah Allah, dia
mengasihi. Seperti Yesus Anak tunggal Bapa, telah mengasihi saya dan saudara. Dia telah melakukan
perintah, melakukan kehendak Allah Bapa.
1 Yohanes 4:20
(4:20) Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia
membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya.
Barangsiapa mengaku (mengklaim) bahwa dia mengasihi Allah, tetapi disisi lain dia membenci
sesamanya, ia adalah pendusta. Kemudian, perlu untuk diketahui, barangsiapa
tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, ia tidak mungkin mengasihi Allah
yang tidak dilihatnya itu.
Saudaraku, kebenaran itu ukurannya firman Allah, bukan pemikiran
manusia, bukan hati manusia. Saya kira kita harus menerima kebenaran ini dengan
segala kerelaan hati, jangan malah panas hati setelah tiba di rumah.
1Yohanes 4:21
(4:21) Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi
Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Barangsiapa mengasihi Allah, dia juga harus mengasihi
sesamanya. Akibat tidak memiliki kasih Bapa; anak sulung tinggal bersama
dengan ayahnya, tetapi tidak menikmati apa yang dimiliki oleh ayahnya, yaitu: tidak menikmati kasih.
Hati-hati yang sudah melayani disebut anak sulung. Kita tinggal
bersama-sama dengan Tuhan di dalam kerajaan-Nya (di tengah ibadah dan pelayanan ini) tetapi tidak menikmati apa yang dimiliki oleh Bapa, itu sangat disayangkan.
Sekarang, AKIBAT TIDAK MEMILIKI KASIH BAPA.
Lukas 15:28
(15:28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu
ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
“Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau
masuk”. Berarti ia ada di luar,
tidak berada di dalam.
Lukas 15:25
(15:25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang
dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
Padahal kalau kita perhatikan disini, anak yang sulung itu berada di
ladang, itu menunjuk kepada orang-orang yang bekerja melayani Tuhan (hamba-hamba Tuhan) tetapi sayang ia tidak
masuk, ia berada di luar.
Beberapa contoh yang tadinya ada di dalam(di ladang), namun akhirnya ia
tidak masuk atau berada di luar;
Yang pertama: NABI-NABI PALSU.
Matius 7:22
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan,
Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu,
dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Perhatikan nabi-nabi palsu, berada di ladang Tuhan,
bekerja, dan melayani Tuhan, yaitu; “Bernubuat, mengusir
setan, dan mengadakan banyak mujizat”. Semuanya mereka lakukan (mereka kerjakan) demi nama Tuhan.
Matius 7:23
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata:
Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!"
Tetapi Tuhan berkata; “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Dari pernyataan Tuhan
ini kepada mereka (nabi-nabi palsu) menunjukkan bahwa mereka yang tadinya berada di dalam, akhirnya berada di luar.
Matius 7:21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku
yang di sorga.
“Bukan setiap orang
berseru kepada-Nya, Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Allah Bapa” atau tinggal di dalam kasih-Nya.
Tinggal bersama dengan Allah dan menikmati kasih-Nya, layak masuk dalam
kerajaan Sorga. Bukan karena selalu menyebut nama Tuhan, Tuhan, Tuhan, atau bekerja
banyak. Coba kita lihat di sini pekerjaannya begitu banyak; bernubuat demi nama
Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan, kemudian mengadakan banyak mujizat, dan semuanya mereka lakukan demi
nama Tuhan.
Tetapi Tuhan berkata kepada mereka: “ Enyahlah
dari pada-Ku”.
Yang kedua: LIMA GADIS YANG BODOH.
Matius 25:11-12
(25:11) Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata:
Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
(25:12) Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak
mengenal kamu.
Tuhan menutup pintu kepada gadis-gadis yang bodoh. Kemudian Tuhan
berkata; “Sesungguhnya Aku tidak mengenal kamu.” Sama seperti
perkataan Allah kepada nabi-nabi palsu. Aku tidak mengenal kamu, hai kamu
sekalian pembuat kejahatan. Berarti dengan pernyataan ini yang tadinya tinggal
bersama Allah Bapa, kemudian akhirnya berada di luar. Tidak menikmati apa yang
dimiliki oleh Allah Bapa.
Kita selidiki dulu lima
gadis yang bodoh.
Matius 25:1-4
(25:1) "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis,
yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
(25:2)Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
(25:3) Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak
membawa minyak,
(25:4) sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya
dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
Disini kita perhatikan, ada sepuluh gadis mengambil pelitanya. Tujuan
mereka mengambil pelita adalah pergi menyongsong mempelai laki-laki sorga. Pendeknya, sasaran akhir
dari ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini tidak lain, tidak bukan
adalah pesta nikah Anak Domba. Yang menjadi mempelai laki-laki sorga adalah Yesus
Kristus (Anak Domba Allah). Yang menjadi mempelai wanita Tuhan dialah yang memakai pakaian putih. Mereka itu berada di dalam pesta nikah Anak Domba. Jadi,
betul-betul sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini adalah
pesta nikah Anak Domba. Kita sekarang ini, sedang menyongsong Mempelai Laki-laki Sorga, kelak Dia tampil dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja, dan Mempelai Laki-laki.
Jadi sasaran ibadah bukan tanda-tanda heran, bukan mujizat-mujizat, bukan mengusir
setan, itu hanya bagian dari pelayanan,
namun bukan akhir dari pelayanan. Akhir dari pelayanan kita di atas muka bumi ini adalah pesta nikah Anak
Domba.
Namun perhatikan, awalnya sudah ada di dalam (ada di ladang Tuhan) bekerja melayani
Tuhan. Namun sayangnya lima gadis yang bodoh itu tidak masuk, berarti berada di luar. Tujuan membawa pelita untuk menyongsong mempelai laki-laki,
berarti sudah ada di dalam. Sepuluh gadis, diantaranya adalah lima gadis bodoh, membawa pelita tetapi tidak membawa
minyak. Ada pelita tetapi tidak membawa persediaan minyak dalam buli-buli.
Inikan perbuatan bodoh di tengah ibadah dan pelayanan.
Jangan sampai ada perbuatan bodoh di tengah ibadah dan pelayanan ini. Seringkali kita
mengatakan; “Tuhan, Tuhan”, lalu ketika firman disampaikan, kita
berkata:“Amin”. Tapi perbuatan bodoh terulang kembali. Itulah sikap yang ditunjukkan oleh
lima gadis yang bodoh. Kalau terbeban dengan ibadah
dan pelayanan, maka dia harus berkorban. Kalau ibadah dengan seenaknya sendiri, seperti lima gadis yang bodoh, tidak ada tanggung jawab, tidak peduli apakah dia itu hidup benar atau tidak, apakah dia hidup suci
atau tidak, dia tidak peduli. Itukan perbuatan bodoh. Pendeknya, ibadah seenaknya adalah
perbuatan bodoh. Tidak ada tanggung jawab untuk hidup suci, tidak ada
tanggung jawab untuk hidup benar, tidak ada tanggung jawab untuk hidup baik,
berkenan. Seenaknya, itukan perbuatan bodoh. Sedangkan lima gadis bijaksana membawa pelitanya plus minyak dalam buli-buli mereka, ini ibadah disertai dengan tanggung jawab, kalau ibadah dan pelayanan ini disertai dengan tanggung jawab, memang berat, repot dan tidak enak bagi daging. Hati, pikiran, perasaan juga terusik. Beda dengan lima gadis
yang bodoh, hanya membawa pelita. Tidak direpotkan dengan minyak dalam
buli-buli. Seenaknya saja beribadah, tidak ada tanggung jawab.
Ibadah disertai dengan tanggung jawab tidak enak. Ibadah disertai dengan
pengorbanan tidak enak,
tapi itu harus terjadi, supaya pelita tetap menyala,
apabila Yesus kelak datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja, dan mempelai pria
sorga. Cara lima gadis yang bijaksana
harus diikuti, yaitu: membawa pelita plus
minyak di dalam buli-buli. Walaupun merepotkan. Puji Tuhan.
Keluaran 27:20
(27:20) "Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka
membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang
dapat memasang lampu agar tetap menyala.
Jadi supaya pelita
tetap menyala, maka diharuskan untuk membawa minyak zaitun tumbuk. Yesus Kristus telah mengalami penumbukan itu di atas kayu salib, untuk
menghasilkan minyak. Sebelum zaitun itu ditumbuk, terlihat gagah. Dagingnya itu
terlihat gagah. Tapi setelah mengalami penumbukan, remuk, redam, tapi setelah
itu menghasilkan minyak zaitun yang murni. Selama orang itu masih gagah dengan
dagingnya, dengan kata lain tidak mengalami penumbukan, tidak akan pernah
menghasilkan minyak urapan. Yesus mengalami penumbukan di atas kayu
salib, untuk menghasilkan minyak zaitun tumbuk yang murni. Sehingga dengan
demikian, pelita tetap menyala. Minyak urapan bukan seperti minyak yang digunakan oleh ibu-ibu memasak di dapur. Minyak urapan itu
dihasilkan lewat sengsara salib. Itulah perbedaan antara Daud dengan Saul. Samuel mengurapi Saul dengan minyak dari buli-buli tanah liat. Sedangkan untuk Daud, Samuel mengurapi Daud dengan minyak dari tabung tanduk, berarti untuk menjadi tabung minyak, Anak Domba itu terlebih dahulu
disembelih. Dan tadi saya sudah sampaikan, Yesus telah mengalami penumbukan di
atas kayu salib. Tidak ada urapan tanpa salib. Di hari-hari terakhir ini, urapan dihasilkan dengan cara-cara lain, itu ibadah murahan, ibadah instan. Kita
tidak perlu mengikuti cara yang seperti itu. Ibadah ini harus disertai dengan
tanggung jawab, bagi daging sakit dan merepotkan. Membawa pelita dengan minyak dalam buli-buli sangat merepotkan. Tapi itu yang dikerjakan lima gadis yang bijaksana. Beda dengan
lima gadis yang bodoh, cukup membawa pelita, lenggak-lenggok, tanpa membawa persediaan dalam buli-buli. Saya tahu, setiap orang yang mau hidup
beribadah banyak menanggung penderitaan. Banyak menanggung sengsara salib,
aniaya karena firman. Tapi tujuannya supaya pelita tetap bernyala. Salib adalah
sentralnya ibadah dan pelayanan ini. Tidak ada urapan tanpa salib. Tidak ada
urapan tanpa pengorbanan. Pelita harus disertai dengan membawa minyak di dalam
buli-buli supaya pelita tetap bernyala.
Keluaran 27:21
(27:21) Di dalam Kemah Pertemuan di depan tabir yang menutupi tabut
hukum, haruslah Harun dan anak-anaknya mengaturnya dari petang sampai pagi di
hadapan TUHAN. Itulah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi
orang Israel turun-temurun."
Haruslah Harun dan
anak-anaknya mengaturnya dari petang sampai pagi di hadapan Tuhan. Dari petang
(sore), sampai pagi. Itu harus diatur. Tetap berada di dalam terang walaupun dunia ini berada di dalam
kegelapan. Petang (sore) sampai pagi. Berarti pelita tetap bernyala, tidak
dikuasai kegelapan. Berarti tetap di dalam terang sekalipun dunia ini berada di
dalam kegelapan karena dosa sudah semakin memuncak.
Memiliki kesaksian yang dahsyat. Seperti guruh mengguntur, dan kilat
sabung-menyabung, itu kesaksian yang dahsyat dari orang-orang yang diurapi. Sehingga sekalipun air bah itu melanda bumi selama seratus lima puluh
hari pada zaman Nuh, pohon zaitun tetap tegak berdiri. Dari situlah Nuh mengetahui bahwa air itu sudah
semakin surut. Terang menyala, dari situlah terlihat keadaan dunia nantinya
dengan jelas.
Yang ketiga: AKHIR ZAMAN
Wahyu 22:15
(22:15) Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang
sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang
mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.
Perhatikan diakhir zaman, yang tinggal diluar antara lain;
1. “Anjing-anjing”.
Itu menunjuk kepada orang yang senantiasa mengulangi dosa kenajisan.
Orang mengulangi kesalahan yang sama. Tabiat anjing ada tiga;
- Menjilat borok, artinya menyukai kelemahan orang lain.
- Menjilat muntahnya kembali, artinya mengulangi
kesalahan yang sama.
- Liar tidak tergembala. Sebab pekerjaan anjing hutan (serigala) adalah
menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba (liar tidak tergembala). Itu tidak masuk kedalamnya.
2. “Tukang-tukang sihir”.
Tukang-tukang sihir, itu menunjuk kepada orang yang menolak salib. Menginginkan suatu perubahan tanpa proses sengsara salib, itu sihir. Ikut Tuhan tidak
seperti itu, tidak ada sihir. Yesus datang ke dunia menjadi manusia, bukan
menjelma, tapi melalui proses kelahiran. Menunjukkan bahwa Yesus telah mengalami sengsara salib. Sebab saat Yesus lahir, Dia dibaringkan di dalam palungan, artinya bahwa tubuh Yesus benar-benar makanan, dan darah Yesus
benar-benar minuman.
3. “ Orang-orang sundal”.
Berarti berlaku cabul, baik perkataannya, perbuatannya, seronok, vulgar, tidak benar. Hati-hati, ada kalanya kita ini
terlihat benar perkataannya, tapi roh najis mengikuti. Itu juga disebut sundal.
Perbuatannya seperti terlihat baik, tapi roh najis mengikuti. Kalau kita
mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, tidak ada persundalan.
Tuhan sangat tahu persis orang-orang sundal. Tuhan tahu siapa orang-orang sundal. Sebab itu di atas tadi saya sudah katakan,
kalau tinggal bersama dengan Bapa
akan menikmati apa yang dimiliki oleh Bapa, yaitu: menikmati kasih-Nya,
supaya jangan ada persundalan.
4. “Pembunuh”.
Itu menunjuk kepada orang-orang yang tidak memiliki kasih. Setiap orang
yang membenci sesama, setara dengan seorang pembunuh… 1 Yohanes 3:15.
5. “Penyembah-penyembah berhala”.
Berarti kalau segala perkara yang ada di atas muka bumi ini melebihi
Tuhan, itu berhala. Misalnya, kalau pekerjaan, study dan kesibukan-kesibukan
lain yang lebih utama, itu berhala. Pokoknya kalau seseorang
mengutamakan segala perkara yang ada di atas muka bumi ini, itu berhala. Penyembahan berhala yang lain yaitu kekerasan hati. Kekerasan hati itu
digambarkan seperti tanah yang berbatu-batu. Benih yang ditaburkan hanya tumbuh
sebentar. Kenapa? Karena tanahnya
tipis sehingga benih itu tidak berakar, pada saat ada penindasan, aniaya karena firman, dia murtad, dia
mengundurkan diri, melepaskan diri dari salib.
6. “Mencintai dusta”.
Seharusnya kalau kita berada di kota raja besar (kota Yerusalem), ya di atas ya, tidak di
atas tidak,
tidak perlu bersumpah, apapun resikonya
tanggung saja, itu yang benar. Kemudian ciri-ciri orang yang berdusta susah mengakui
kesalahannya. Susah melepaskan diri dari tabit-tabiat yang tidak baik (tabiat lama) inilah yang tinggal di luar, tidak masuk dalam kerajaan Sorga.
Kemudian kita lihat ...
Wahyu 21:8
(21:8) Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,
orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang
sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat
bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua."
Selain apa yang telah saya sampaikan di dalam Wahyu 22:15 tadi,
disini juga ada tambahan;
7. “ Orang-orang penakut”.
Ini menunjuk kepada orang-orang yang kuatir. Kuatir masa depan, kuatir
soal tidak makan, tidak minum.
8. “Orang-orang yang tidak percaya”.
Kalau dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel, percaya itu
mulai dari pintu gerbang. Kalau seseorang percaya kepada Tuhan, mau
tidak mau dia menjumpai satu alat yang disebut Mezbah Korban Bakaran. Itu menunjuk kepada pertobatan. Dan setelah
dia bertobat, dia akan dilanjutkan dengan baptisan air. Baptisan air atau baptisan Kristus adalah baptisan di dalam kematian-Nya. Kalau kita satu di dalam kematian-Nya,
otomatis kita juga satu di dalam kebangkitan-Nya.
Memang tidak mudah menjadi orang yang percaya. Banyak hal yang harus
dipertaruhkan disitu. Setelah percaya dia harus mengorbankan banyak
hal, sampai membawa dia masuk ke dalam pengalaman kematian, untuk mengubur
hidup yang lama. Hari ketiga Yesus bangkit -> hidup baru.
Kita beribadah dan melayani itu adalah suasana kebangkitan. Tetapi jangan sampai disertakan dengan
hal-hal yang tidak baik. Itu kebangkitan palsu.
9. “Orang-orang keji”.
Pembinasa keji suatu kali nanti akan masuk dan menajiskan rumah Tuhan, menghentikan korban sehari-hari, yaitu korban
santapan dan korban sembelihan. Tidak akan ditemukan
lagi kebenaran firman Allah,
dan tidak akan ditemukan lagi ibadah dan
pelayanan. Jadi orang yang tidak menghargai firman Allah di dalam
pengajaran salib, dan tidak menghargai ibadah dan pelayanan, itu adalah
orang-orang keji. Orang semacam ini tidak pantas untuk masuk dalam kerajaan Sorga, dia tetap tinggal di luar. Dan selanjutnya,
tadi sudah saya terangkan di dalam Wahyu 22:15.
Namun untuk lebih rinci, kita bisa temukan kembali di dalam…
1 Korintus 6: 9-10
(6:9) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak
akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul,
penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,
(6:10) pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Disini kita fokus memperhatikan. Saudaraku, selain menyembah berhala dan orang-orang
berzinah, disini juga kita melihat ada banci.
10. “Banci”.
Laki-laki tapi bersikap perempuan,
itu banci. Yang benar, kalau laki-laki bersikaplah
seperti laki-laki; kuat dan teguh hati. Jadi banci ini adalah orang yang tidak
kuat dan teguh hati. Andai dia kuat dan teguh hati pasti laki-laki tidak akan
bersikap seperti perempuan. Tidak akan lemah.
11. “Orang pemburit”.
Menyukai sesama jenis misalnya, laki-laki menyukai laki-laki. Pendeknya
homo dan lesbi itu tidak masuk sorga. Di negara-negara luar sana, sudah diperbolehkan LGBT. Laki-laki
berpasangan dengan laki-laki. Itu yang disebut dengan homoseksual. Perempuan
berpasangan dengan perempuan, itu yang disebut dengan lesbian. Karena pemburit adalah sikap dan perbuatan
yang sesat. Orang sesat, pasti hidupnya tidak adil, berarti tidak adil dengan dirinya, tidak adil dalam hidupnya, tidak adil di hadapan
Tuhan.
12. “Pencuri”.
Pencuri, berarti mengambil sesuatu yang bukan miliknya, antara lain; sepersepuluh, milik-Nya Tuhan. Pendeknya, tidak mempersembahkan sepersepuluh adalah pencuri, tidak masuk sorga.
Intinya, mengambil yang bukan miliknya, itu pencuri.
13. “Orang kikir”.
Kikir berarti pelit,
tidak suka berkorban. Sementara kalau kita
beribadah dan melayani Tuhan, kita harus mempersembahkan korban.
Baik tenaga, pikiran, waktu, harta, materi
bahkan uang sekalipun harus dipersembahkan di hadapan
Tuhan.
14. “Pemabuk”.
Menunjuk kapada orang yang hidup
di dalam hawa nafsu dan keinginan daging. Hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari
daging, tidak memikirkan hal-hal yang dari Roh
(perkara rohani) itulah ibadah dan pelayanan, serta segala kegiatan yang ada di
dalamnya. Kemudian, orang yang hidup menurut hawa nafsu, ibadahnya juga
dijalankan secara Taurat, secara lahiriah. Misalnya:
mulut memuliakan Tuhan, tapi hatinya jauh dari Tuhan.
Sama dengan mempersembahkan tubuh jasmani, tapi manusia batin tidak
dipersembahkan kepada Tuhan.
15. “ Pemfitnah”.
Pemfitnah, itu identik dengan orang yang dikuasai dengan iri hati dan
dengki. Seperti Saul, dia iri hati dan dengki kepada Daud.
Saul tidak rela apabila Tuhan mengangkat Daud menjadi raja menggantikan dirinya.
16. “Penipu”.
Berarti yang benar menjadi salah,
yang salah menjadi benar. Dia harus terapkan itu
sehingga praktek penipuan itu berjalan dengan baik.
Nah ini semua tidak mendapat bagian di dalam kerajaan Sorga. Sangat
disayangkan kalau yang tadinya tinggal bersama dengan Tuhan, kemudian akhirnya
berada di luar, itu sangat disayangkan. Persis seperti Elimelekh. Tadinya dia
tinggal di Betlehem, Rumah Roti, tetapi pada akhirnya, dia tidak memanfaatkan kesempatan untuk tetap terpelihara. Sekarang ini kita
tinggal bersama dengan Tuhan untuk menikmati kasih-Nya. Maka, kita patut
belajar untuk melihat keberadaan daripada Naomi,
walaupun dia punya masa lalu yang kelam, karena kesalahan sendiri.
Sekarang kita akan melihat JALAN
KELUARNYA.
Rut 1:6-7
(1:6) Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari
daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan
umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka.
(1:7) Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama
dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah
Yehuda,
Pendeknya, setelah Naomi mendengar, selanjutnya ia bertindak
untuk mendapatkan perhatian Tuhan. Ayo, belajar untuk dengar-dengaran. Jangan sampai firman Tuhan
disampaikan, kita yang sudah mendengar, tidak dilanjutkan untuk bertindak
atau melakukan. Itu kesalahan yang fatal. Tadi, saya sudah terangkan di atas,
kita ada sebagaimana adanya sekarang ini karena kita telah melewati hari-hari
yang lalu. Artinya, tidak seorangpun manusia yang tidak mempunyai masa lalu.
Tetapi bukan berarti kita harus larut di dalam kesedihan, bukan berarti kita harus stuck (terjebak), oleh karena situasi, kondisi yang ada.
1 Samuel 15:22
(15:22) Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada
korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara
TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban
sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
Mendengar lebih baik daripada korban sembelihan. Kemudian memperhatikan
lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Dengar-dengaran itu adalah
yang utama dari segala apa yang kita perbuat.
Saudaraku, kita beribadah dan melayani Tuhan, dasarnya adalah dengar-dengaran. Bukan karena kita gagah, hebat, kuat
dan mampu. Bukan karena kita bisa,
tapi kita melayani Tuhan, dasarnya adalah
dengar-dengaran. Itu lebih utama daripada korban sembelihan dan korban bakaran.
Itu lebih utama dari segala yang kita perbuat. Maka, sangatlah kurang terpuji, kalau
kita melakukan sesuatu yang baik menurut pemikiran sendiri tanpa didasari dengar-dengaran.
Saya juga sebagai seorang gembala, melayani Tuhan dengan dasar dengar-dengaran. Apalagi seorang isteri, walaupun memiliki kelebihan tetap harus dengar-dengaran. Banyak isteri-isteri orang kristen melakukan sesuatu yang baik tapi dasarnya tidak dengar-dengaran kepada
suami, akibatnya turun sampai ke anak. Hati-hati, jangan sampai karena kesalahan
seperti ini Yesus Kristus disalibkan berkali-kali.
Hosea 6:4-6
(6:4) Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim?
Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih
setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
(6:5) Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan
nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku
keluar seperti terang.
(6:6) Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan
korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih
dari pada korban-korban bakaran.
Anak pertama dari Yusuf adalah Manasye,
tapi pada
saat penumpangan tangan, berkat kesulungan itu diterima oleh
Efraim. Demikian juga dengan Yehuda, tetapi kasih setia mereka seperti
embun yang hilang pada pagi-pagi benar.
Ada di ladang Tuhan (berada di dalam) tetapi kehilangan kasih dan setia, seperti
Efraim dan Yehuda. Tuhan tidak suka. Berkat kesulungan jatuh kepada
Efraim. Juga kalau kita perhatikan, Yehuda di dalam pemeteraian itu Wahyu 7:1-7, nama yang disebut pertama adalah
Yehuda. Tetapi, tidak ada artinya di ladang dan bekerja melayani Tuhan, kalau kehilangan kasih dan setia. Yang Tuhan mau,
kita tinggal bersama dengan Dia, memiliki kasih dan menikmati kasih. Mengenal Dia luar dalam. Kalau
hanya menginginkan berkat, beribadah hanya untuk mencari pekerjaan, mengenal
Dia hanya bagian luar. Yang Tuhan mau sampai kedalaman hati-Nya. Dari situlah
kita, mengenal kedalaman hati Tuhan.
Hati-hati seperti anak sulung, suka membeberkan kesalahan orang lain,
tetapi mengambil kesempatan untuk membeberkan kebenarannya. Kalau seperti itu
sikapnya, tidak adil, sesat seperti banci dan pemburit.
Kita perhatikan kembali,
Yesaya 1:11-14
(1:11) "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman
TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan
akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan
kambing jantan tidak Kusukai.
(1:12) Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang
menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
(1:13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab
baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau
mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan.
(1:14) Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang
tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah
payah menanggungnya.
Saudaraku, berada di ladang , bekerja dan melayani Tuhan, dengan kata
lain tinggal bersama dengan Allah, tetapi tidak menikmati apa yang dimiliki
oleh Bapa (tidak menikmati kasih), sama dengan menyalibkan Yesus berkali-kali.
Beribadah disertai kejahatan, kenajisan sama dengan menyalibkan Yesus
berkali-kali. Sebab itu, Tuhan berkata dengan tegas disini: “Kalau kamu merayakan
bulan baru dan Sabat, atau mengadakan
pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan
melihatnya”. Karena perayaanmu itu
penuh kejahatan. Dalam hal ini Yesus disalibkan berkali-kali, sehingga
hati Tuhan pilu. Melayani dengan suasana kebangkitan
palsu, hati Tuhan pilu. Sebab itu tidak boleh ada kepalsuan saat
dengar firman. Kalau kita bersama dengan Bapa, biarlah kita menikmati kasih-Nya. Menjadi anak sulung (berada di ladang), tinggal bersama dengan Bapa, tetapi tidak memiliki kasih Allah, tidak
menikmati kasih Allah. Ada di ladang, melayani Tuhan, sudah di dalam, tapi
tidak tinggal dalam kasih,
itulah Elimelekh. Tidak memanfaatkan kasih Bapa, untuk
mendapatkan pemeliharaan hidup. Tapi tidak dengan Naomi, dia dengar-dengaran.
Setelah melewati tahun demi tahun mengalami yang pahit (sepuluh tahun kurang
lebih) di Moab. Dia belajar untuk dengar-dengaran. Yang sudah mengambil bagian
dalam pelayanan dasarnya adalah dengar-dengaran. Jangan pernah ada
di antara kita yang merasa diri bisa, merasa diri mampu, tetapi tidak
dengar-dengaran. Kita ini tubuh Kristus. Seorang isteri juga, lebih baik
mendengar kepada suaminya, kalau tidak, sama dengan menyalibkan Yesus berkali-kali. Apa buktinya? Contoh yang tidak baik turun sampai kepada anak. Hati Tuhan pilu.
Kalau memang tinggal bersama dengan Bapa, nikmati kasih-Nya. Jangan
sampai sudah ada di dalam tadinya, tapi akhirnya tinggal di luar, sikap kita
selama ini seringkali menyalibkan Tuhan berkali-kali, selalu merasa diri benar,
karena apa yang kita kerjakan mungkin saja banyak, sehingga tidak perlu lagi
mendengar, tidak perlu lagi dengar-dengaran kepada Tuhan, apalagi kepada
gembala. Tetapi kita tidak sadar,
bahwa kita sedang menyalibkan Yesus Kristus berkali-kali, sehingga Tuhan
tidak tahan melihat perayaan seperti ini. Kiranya ini menjadi pelajaran yang
indah bagi kita.
Pendeknya; dengar-dengaran itu jauh lebih baik dari
segala apa yang kita kerjakan (korban persembahan).
Mazmur 51:18-19
(51:18) Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya
kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya.
(51:19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang
patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Tuhan tidak berkenan pada korban sembelihan dan tidak menyukai korban
bakaran, namun Tuhan berkenan kepada jiwa yang hancur, hati yang patah dan
remuk.
Matius 9:13
(9:13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki
ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk
memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Ada suatu perintah yang harus kita perhatikan di sini, yaitu; PERGILAH
dan PELAJARILAH, arti firman ini; “Yang Ku kehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan.”
Pergilah, berarti; jangan bertahan, jangan terjebak,
jangan larut dalam kesedihan, jangan jengkel.
Kemudian, pelajarilah, berarti; praktekkanlah belas
kasih.
Tuhan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kita untuk dua hal ini. Walaupun waktu yang tersisa tinggal sedikit, tetapi Tuhan masih memberikan kesempatan, untuk dua hal ini, yaitu pergilah dan pelajarilah.
Melayani Tuhan adalah kesempatan untuk pergilah dan pelajarilah. Kalau seseorang melepaskan
kesempatan yang Tuhan berikan, sampai kapanpun tidak akan pernah bisa
berubah.
Sementara ibadah dan pelayanan ini adalah kesempatan emas untuk pergilah
dan pelajarilah.
Tinggal bersama dengan Bapa, berarti menikmati kasih-Nya, sedangkan Elimelekh menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dan Naomi telah belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi.
Matius12:7
(12:7) Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki
ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang
yang tidak bersalah.
Kalau kita betul-betul memperhatikan perintah; pergilah dan pelajarilah, maka kita tidak akan pernah mengungkit-ungkit kesalahan orang lain,
tidak menghakimi orang lain, karena Tuhan menghendaki belas kasihan dan bukan
persembahan.
Pengkhotbah 4:17
(4:17) Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri
untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang
dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka
berbuat jahat.
Dasar kita untuk beribadah dan melayani di dalam rumah
Tuhan adalah dengar-dengaran, itu lebih baik dari pada mempersembahkan korban
yang dilakukan oleh orang-orang bodoh (orang yang berbuat jahat).
Kesimpulannya; berada di dalam untuk menjadi pribadi
yang dengar-dengaran lebih baik dari pada korban persembahan tetapi berlaku
bodoh = menyalibkan Yesus berkali-kali. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment