IBADAH PENDALAMAN
ALKITAB, 27 APRIL 2018
KITAB RUT
(Seri:
11)
Subtema: “MELAYANI TANPA HARAPAN”.
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua, oleh
karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Kita patut bersyukur sebab Tuhan masih memberikan
kesempatan bagi kita untuk
mendapatkan pertolongan dan pemulihan dari Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan,
hamba-hamba Tuhan, di dalam
dan di luar
negeri dimanapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Pendalaman Alkitab dari Rut
1:7-12.
Rut 1:7-12
(1:7) Maka
berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua
menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda,
(1:8) berkatalah
Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah
masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu,
seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan
kepadaku;
(1:9) kiranya atas
karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah
suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara
keras
(1:10) dan berkata
kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."
(1:11) Tetapi Naomi
berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku?
Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan
suamimu nanti?
(1:12) Pulanglah,
anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya
pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan
sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,
Ketika mereka (Naomi, Orpa, dan Rut) sedang di jalan
untuk pulang ke tanah Yehuda, tiga kali Naomi berkata: “Pulanglah” kepada kedua menantunya Orpa dan Rut.
Perkataan “Pulanglah”
menunjukkan bahwa Naomi adalah gambaran dari seorang gembala yang adil, tidak
membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain, tidak membeda-bedakan antara
Orpa dan Rut.
Sebab sesuai dengan apa yang tertulis dalam suratan Yakobus 2:1; “janganlah iman itu diamalkan (dijalankan) dengan memandang muka.”
Sekarang pertanyaannya; Mengapa Naomi tiga kali mengatakan “Pulanglah”
?
Untuk YANG PERTAMA kali Naomi mengatakan “PULANGLAH masing-masing ke rumah ibunya”.
Setelah ia mengatakan itu lalu diciumnyalah mereka (Orpa dan Rut).
Tetapi ...
Rut 1:9-10
(1:9) kiranya atas
karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya."
Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras
(1:10) dan berkata
kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada
bangsamu."
Orpa dan Rut menolak untuk pulang ke rumah ibunya
masing-masing, mereka lebih memilih untuk ikut dengan Naomi, untuk tinggal di tengah-tengah
bangsa Israel. Sebetulnya ini adalah keputusan yang baik dari pada Orpa dan
Rut.
Tetapi Orpa dan Rut menangis dengan suara keras dan
berkata kepada Naomi: "Tidak, kami
ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."
Keluaran 19:5-6
(19:5) Jadi
sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari
antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
(19:6) Kamu akan
menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman
yang harus kaukatakan kepada orang Israel."
Bangsa Israel dipilih menjadi harta kesayangan bagi Allah
dari antara segala bangsa, berarti menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus.
Lebih rinci tentang bangsa
Israel…
1 Petrus 2:9
(2:9) Tetapi kamulah
bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan
yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terang-Nya yang ajaib:
Bangsa Israel adalah bangsa yang terpilih, berarti imamat
rajani, bangsa yang kudus, berarti
umat kepunyaan Alaah sendiri.
Tujuannya: supaya memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.
Artinya; menyampaikan atau memberitakan Kristus yang
disalibkan, sebab karya Allah yang terbesar adalah salib Kristus.
Kisah Para Rasul 5:28-31
(5:28) katanya:
"Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata,
kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan
darah Orang itu kepada kami."
(5:29) Tetapi Petrus
dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada
Allah dari pada kepada manusia.
(5:30) Allah nenek
moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu
salib dan kamu bunuh.
(5:31) Dialah yang
telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin
dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.
Rasul Petrus dan Yohanes mengajarkan tentang pribadi Yesus yang
disalibkan, Dia telah mati dan bangkit pada hari yang ketiga.
Sekalipun
dilarang mereka tetap
memberitakan salib Kristus,
sebab, Petrus dan Yohanes: “lebih
taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”
Kisah Para Rasul 4:2-3
(4:2) Orang-orang
itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam
Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.
(4:3) Mereka
ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari
telah malam.
Petrus dan Yohanes memberitakan atau mengajarkan kebangkitan Yesus dari antara
orang mati. Mereka membawa kabar ini di Yerusalem dan banyak orang yang
bertobat kurang lebih lima ribu orang.
Di dalam 1
Korintus 15 berbicara
tentang tiga jenis kebangkitan, yaitu:
1.
KEBANGKITAN KRISTUS (1 Korintus 15:1-11).
Kegunaan kebangkitan Kristus; supaya hidup
di dalam kemurahan Tuhan.
2.
KEBANGKITAN KITA (1 Korintus 15:12-34).
Kegunaannya; supaya pengorbanan
kita di hadapan Tuhan tidak menjadi sia-sia termasuk ibadah dan pelayanan ini
tidak menjadi sia-sia. Jadi segala pengorbanan yang kita korbankan di hadapan
Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan tidak menjadi sia-sia.
3.
KEBANGKITAN TUBUH (1 Korintus 15:38-58).
Manusia
daging (nafsani) menjadi manusia rohani = kebangkitan tubuh.
Manusia daging memikirkan hal-hal yang dari
daging, ia tidak memikirkan hal-hal yang dari roh, tidak memikirkan perkara di
atas perkara rohani itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan
yang ada di dalamnya.
Sebaliknya, manusia rohani; memikirkan hal-hal yang dari roh, memikirkan
ibadah dan pelayanan
dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
Kita lihat dulu ...
1 Korintus 15:51-53
(15:51) Sesungguhnya
aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi
kita semuanya akan diubah,
(15:52) dalam
sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi
dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa
dan kita semua akan diubah.
(15:53) Karena yang
dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat
mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.
Ketika manusia daging berubah menjadi manusia rohani
berarti mengenakan yang tidak binasa = hidup kekal.
1 Korintus 15:54-56
(15:54) Dan sesudah
yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati
ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang
tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
(15:55) Hai maut di
manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
(15:56) Sengat maut
ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Ketika
manusia daging berubah menjadi manusia rohani, maka genaplah firman Tuhan yang
tertulis: "Maut telah ditelan dalam
kemenangan”, sehingga dengan berani kita berkata “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat
maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat."
-
“Sengat
maut ialah dosa”.
Kalau
satu kali berbuat dosa (disengat) belum tentu mati,
tapi kalau seluruh hidup ini disengat pasti mati, sebab upah dosa adalah maut.
-
“Kuasa dosa ialah hukum
Taurat”
Artinya; setiap orang yang berbuat dosa ia berada di bawah
hukum Taurat.
Hukum
Taurat itu berarti
“mata
ganti mata, gigi ganti gigi”,
artinya; kejahatan dibalas dengan kejahatan. Kemudian ibadah yang dijalankan
secara Taurat (ibadah
lahiriah),
tidak mengandung janji dan kuasa,
artinya: beribadah tetapi
tidak mengalami keubahan.
Petrus dan Yohanes mengajarkan salib Kristus, mengajarkan kebangkitan
Yesus dari antara orang mati = melepaskan kita dari maut.
Berarti ketika salib diajarkan, kita lepas dari maut.
Puji Tuhan, Rasul Yohanes dan Petrus tetap bertahan
mengajarkan, kebangkitan Yesus dari antara orang mati.
1 Korintus 15:57-58
(15:57) Tetapi
syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita.
(15:58) Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam
persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Rasul Paulus bersyukur kepada Allah yang telah memberikan
kemenangan oleh salib Kristus, selanjutnya dia berpesan supaya kita tetap
berdiri teguh, jangan goyah, giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan.
Alasannya ialah: dalam persekutuan dengan
Tuhan setiap
jerih
payah setiap orang tidak menjadi sia-sia.
Titus 2:14-15
(2:14) yang telah
menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan
untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin
berbuat baik.
(2:15) Beritakanlah
semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu.
Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.
Dipilih untuk menjadi milik kepunyaan Allah, tujuannya;
rajin berbuat baik. Artinya; tidak
berhenti untuk memberitakan salib Kristus yang berkuasa untuk membebaskan kita
dari dosa kejahatan.
Titus 2:11-12
(2:11) Karena kasih
karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.
(2:12) Ia
mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan
duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam
dunia sekarang ini
Menerima pengajaran salib yang menyelamatkan semua
manusia, berarti Tuhan mendidik kita:
-
“Supaya kita meninggalkan
kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi”.
-
“Supaya kita hidup
bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”.
Jadi ibadah tanpa salib
tidak ada artinya dan salib diajarkan supaya kita tetap hidup beribadah selama
kita menumpang di dunia ini.
Kita bersyukur kita
diselamatkan oleh karena kasih karunia berarti yang tidak layak menjadi layak, darah salib Kristuslah yang menyelamatkan semua orang
berdosa.
Kesimpulannya,
ketika
kita menerima PENGAJARAN SALIB = Tuhan mendidik kita:
-
“Supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan
duniawi”, itulah dosa kesombongan, keangkuhan, merasa
diri lebih benar lebih baik dari orang lain.
-
“Supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di
dalam dunia sekarang ini”.
Bijaksana
berarti dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat. Adil berarti tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain. Kemudian,
beribadah berarti sangkal diri pikul
salib.
Ketika
Orpa dan Rut memilih untuk ikut dengan
Naomi dan selanjutnya berada
di tengah-tengah bangsa Israel itu adalah keputusan yang tepat dan benar.
Bangsa Israel adalah bangsa
pilihan,
imamat rajani, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah,
berarti dipilih untuk menjadi umat kepunyaan Allah. Siapa itu? Orang-orang yang memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar
dari Allah. Karya Allah yang terbesar adalah salib
Kristus.
Ketika pengajaran salib kita terima = Tuhan mendidik
kita, supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi,
kemudian supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dunia ini.
Keputusan
Orpa dan Rut memilih untuk
ikut pulang bersama
Naomi di antara bangsa Israel adalah keputusan yang tepat dan
benar, sebab bangsa Israel adalah bangsa pilihan.
Di luar Tuhan, kita tidak dapat berbuat apa-apa, artinya: tanpa salib kita tidak dapat berbuat apa-apa atau tidak memiliki
kesaksian yang benar.
Biarlah kita memilih bagian yang benar, seperti Orpa
dan Rut rindu untuk berada di tengah-tengah bangsa Israel, rindu untuk
menyampaikan pengajaran salib. Menyampaikan
salib bukan hanya dari mulut
atau berdiri di atas mimbar tetapi dari sikap, perbuatan, dari
tingkah laku (dari
kesaksian hidup).
Setelah tadi Naomi berkata: “Pulanglah” lalu diciumnya
mereka, maksud dari ciuman itu adalah tanda perpisahan, tetapi justru mereka
menangis dengan keras lalu berkata; “Kami ikut pulang kepada
bangsamu (bangsa
Israel)”,
ini pilihan yang benar.
Kalau kita salah memilih, satu langkah dari sekarang
terlihat sedikit, tetapi semakin jauh langkah itu, akan semakin jauh dari Tuhan.
Jadi yang menentukan itu
adalah langkah yang
pertama.
Wahyu 5:10
(5:10) Dan Engkau
telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah
kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."
Tuhan membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam
bagi Allah itu adalah suatu
kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa. Tujuan dari kedudukan yang tinggi
ini adalah supaya memerintah sebagai raja di bumi.
Kesimpulannya; memberitakan pengajaran salib selama
kita menumpang di bumi = memerintah sebagai raja di bumi.
Memerintah sebagai raja, artinya: melayani dengan penuh
kuasa. Seseorang tidak berkuasa kalau ia melayani tanpa salib. Jadi kuasa itu bersumber dari salib. Dasar dari
Kerajaan Sorga adalah keadilan dan kebenaran, yang sumbernya adalah salib.
Memerintah
sebagai raja, artinya; melayani dengan penuh kuasa, berarti; dosa tidak
berkuasa lagi.
Wahyu 1:6
(1:6) dan yang telah
membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --
bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
Memerintah
sebagai raja, berarti; bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya,
Amin.
Sekarang tentukan pilihanmu, jangan salah melangkah kalau
bertahan terus dengan langkah yang salah, semakin lama akan semakin jauh dari
Tuhan. Apa buktinya? Kejahatan, kenajisan akan menunggangi, kemudian berpikir secara
duniawi, serta dikuasai
dengan kefasikan, kesombongan, dan merasa diri hebat (tidak adil).
Kita belajar dari pribadi Orpa dan Rut; memilih untuk tetap
ikut Naomi dan berada di
antara bangsa Israel.
Untuk
YANG KEDUA kali Naomi berkata “PULANGLAH”.
Rut 1:11
(1:11) Tetapi Naomi
berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku?
Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan
suamimu nanti?
Naomi berkata “Pulanglah”
kepada Orpa dan Rut untuk yang kedua kalinya, dilanjutkan atau disertai
dengan suatu pertanyaan, yaitu: “... mengapakah
kamu turut dengan aku?” Sebetulnya ini adalah pertanyaan yang bodoh dan
salah.
Orpa dan Rut adalah bangsa
kafir (berada dalam kegelapan) tetapi
akhirnya mengambil suatu
keputusan untuk ikut Tuhan, itu adalah pilihan yang tepat.
Seharusnya seorang hamba Tuhan yang benar dia harus
semakin mendukung pilihan itu supaya lebih sungguh-sungguh hidup di dalam
Tuhan.
Kenapa ada
pertanyaan yang salah dari mulut Naomi?
Jawabnya adalah (Rut 1: 11) karena Naomi menggunakan
akal dan pikirannya secara manusiawi, itu dilhat dari perkataannya: “Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki
yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?”
Dari perkataan ini kita mengetahui bahwa Naomi menggunakan
akal dan pikirannya secara manusiawi.
Memang secara manusiawi Naomi tidak akan mungkin lagi
melahirkan seorang anak laki-laki, karena dia seorang janda, dan dia sudah tua, tetapi bagi Tuhan tidak ada
yang mustahil.
Tuhan sendiri mengajarkan kepada murid-murid supaya
dengan keyakinan yang teguh berkata kepada gunung: “Beranjaklah ke dalam laut” maka
gunung itu akan
beranjak.
Yesus adalah firman Allah yang hidup dan menjadi
manusia. Kalau firman itu mendarah daging maka yang tidak ada menjadi
ada, sebab bagi Tuhan tidak
ada yang mustahil, itu sudah
saya dan kita semua
telah alami.
Saya bisa berdiri di sini karena firman Allah, Dialah yang menopang
segala sesuatu, Dia menopang pekerjaan Allah, Dia menjadikan segala sesuatu
yang tidak ada menjadi ada, Dia yang menciptakan langit dan bumi dan segala
isinya, yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Allah segalanya
mungkin karena firman Allah berkuasa dan firman Allah memiliki daya cipta.
Maka ikut Tuhan tidak boleh pakai logika seperti logika
Naomi; merasa kalau dia sudah tua, merasa kalau dia sudah tidak punya suami,
itu pemikiran yang keliru.
Dulu waktu saya masuk sekolah Alkitab, saya masih
menggunakan logika karena
dunia ini telah lama membentuk karakter saya.
Apa bukti saya dibentuk oleh dunia? Saya mempertahankan harga diri, saya
mempertahankan egosentris, saya merasa bahwa yang kuat itu yang hebat, yang
pintar itu yang hebat. Setelah
perkara itu
tertanam, membentuk saya,
barulah saya masuk sekolah Alkitab. Kemudian pada saat saya
masuk sekolah Alkitab, banyak hal-hal yang tidak masuk akal secara manusiawi, sebab harga diri saya dirampas,
kepentingan pribadi saya dirampas, dan saya merasa orang-orang di dalam Tuhan kok tidak mengerti kebenaran? Karena saya
teringat sewaktu di dunia, pengertian-pengertian
itu sangat kuat, antara penjahat dengan penjahat, pengertiannya kuat, dia tidak
mau saling membeberkan dosa, tetapi di dalam Tuhan kok harga diri saya dirampas? Kok dosa saya dituding-tuding? Saya
hampir pulang, saya sudah
siapkan diri untuk pulang. Tetapi pada saat ibadah malam hari, saya dengar
firman, saya menangis dan berkata:
“Tuhan ampuni saya, ampuni saya, Tuhan.”
Andaikata saya pakai logika, kita tidak akan tatap
muka. Saudara tidak akan pernah mengenal pengajaran mempelai.
Lukas 1:34-37
(1:34) Kata Maria kepada
malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum
bersuami?"
(1:35) Jawab
malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang
Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan
disebut kudus, Anak Allah.
(1:36) Dan
sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak
laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut
mandul itu.
(1:37) Sebab bagi
Allah tidak ada yang mustahil."
Firman Allah sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi
ada, tidak usah pakai logika.
Mungkin hari ini kita seperti terpuruk, tidak mungkin
lagi akan bangkit. Mungkin hari ini kita merasa terbelit dengan dosa yang
begitu kuat, ingin meninggalkan tetapi susah, tidak ada yang mustahil bagi
Tuhan.
Mungkin ada
yang merasa: “saya ini najis sekali
Tuhan”, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. “Ingin melepaskan diri dari
dosa dusta kok tidak bisa?”, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Maria
belum bersuami.
Elisabet sanaknya , sudah tua. Tetapi justru
kedua perempuan ini melahirkan anak laki-laki, karena bagi Tuhan tidak ada yang
mustahil.
Jangan gunakan logika lagi supaya jangan mempersalahkan
orang yang ikut Tuhan (sangkal
diri pikul salib),
mempersalahkan ibadah dan pelayanan.
Terimalah firman ini dengan lemah lembut sebelum engkau
melangkah jauh.
Rut 4:14-17
(4:14) Sebab itu
perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: "Terpujilah TUHAN, yang telah
rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah
kiranya nama anak itu di Israel.
(4:15) Dan dialah
yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah
putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan
yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki."
(4:16) Dan Naomi
mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang
mengasuhnya.
(4:17) Dan
tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: "Pada
Naomi telah lahir seorang anak laki-laki"; lalu mereka menyebutkan namanya
Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud.
Tuhan akan berikan keturunan sekalipun Naomi sudah tua,
sekalipun Naomi tidak bersuami. Itu sebabnya saat Rut melahirkan anak
laki-laki, perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: "Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini
dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel.” Kemudian
“Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu
dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang
mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari
tujuh anak laki-laki." Dan Naomi mengambil anak itu serta
meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya.
Kemudian untuk yang kedua kalinya tetangga-tetangga
perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: "Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki";
lalu mereka menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud.
Tidak ada yang mustahil. Cari dahulu Kerajaan Sorga,
semuanya ditambahkan. Kalau seseorang
focus mencari kerjaan, nanti jauh dari kebenaran, sebab uang, pekerjaan tidak pernah membuat kita dekat dengan Tuhan, tetapi ketika kita mencari Kerajaan
Sorga, di dalamnya ada kebenaran
dan semuanya akan ditambahkan, umur panjang akan
ditambahkan, kesehatan ditambahkan, kesembuhan atas sakit ditambahkan,
pemeliharaan Tuhan akan ditambahkan, segala sesuatu akan ditambahkan, dicukupkan.
Sabar menunggu waktunya Tuhan, seperti Naomi; pasal
satu dia keliru, tetapi pasal dua, pasal tiga, dia menunggu sampai pada pasal keempat. Tunggu waktu
Tuhan, jangan pakai logika dengan menggunakan waktumu.
Waktunya
manusia bukan waktunya Tuhan, tetapi waktunya Tuhan harus menjadi waktunya manusia.
Bukan berarti Tuhan tidak mau memberikan dengan limpah
segala sesuatu, termasuk pekerjaan, termasuk jodoh kepada yang muda-muda,
tetapi Tuhan jauh lebih tahu
tentang keadaan kita pribadi lepas pribadi. Kadang ketika
diberkati, justru berkat itu membuat dirinya hancur. Tetapi kalau orang itu
sudah siap, Tuhan akan curahkan dengan limpah dan menyatakan segala sesuatu.
Kemudian, untuk YANG KETIGA kali, Naomi berkata: “PULANGLAH”.
Rut 1: 12
(1:12) Pulanglah,
anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya
pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun
aku masih melahirkan anak laki-laki,
Naomi berkata kepada Orpa dan Rut: “Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab
sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku,
dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan
anak laki-laki”.
Alasan Naomi mengatakan itu, karena dia telah terlalu tua, pendeknya; tidak ada harapan lagi.
Roma 4:16-17
(4:16) Karena itulah
kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu
berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari
hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham
adalah bapa kita semua, --
(4:17) seperti ada
tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di
hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang
mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.
Firman Allah berkuasa untuk mengadakan yang tidak ada
menjadi ada. Darah salib Kristus sanggup dan berkuasa untuk mengadakan yang
tidak ada menjadi ada.
Jadi, kebenaran iman yang kita peroleh itu berasal dari
darah salib itu adalah kasih
karunia. Dengan kebenaran iman yang berasal dari salib ini kita yakin bahwa
firman Allah sanggup dan berkuasa
mengadakan yang tidak ada menjadi ada, yang mati dihidupkan kembali.
Naomi tadi berkata untuk yang ketiga kali: “Pulanglah”, mengapa? Karena bagi dia
tidak ada lagi harapan, karena dia sudah terlalu tua. Di sini kita bisa melihat
dalam ayat 18 ....
Roma 4:18-19
(4:18) Sebab
sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga
dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah
difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
(4:19) Imannya
tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat
lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim
Sara telah tertutup.
Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap namun Abraham BERHARAP juga dan PERCAYA, bahwa ia
akan menjadi bapa banyak bangsa menurut apa yang telah dijanjikan oleh Allah.
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui;
1.
Tubuhnya
sudah sangat lemah karena umurnya sudah tua seratus tahun.
2.
Rahim
Sara sudah tertutup, sudah mandul.
Tetapi dia tetap berharap dan percaya.
Roma 4:20
(4:20) Tetapi
terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia
diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
Terhadap janji Allah, Abraham tidak menjadi bimbang
karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya, dan ia terus
memuliakan Allah, dia terus berharap dan percaya kepada Allah.
Menurut logika tidak ada lagi harapan karena; (1) Abraham
sudah tua, seratus tahun = mati pucuk, lemah sawat, (2) rahim Sara sudah
tertutup = mandul.
Secara logika, kita tidak bisa berharap, tetapi Abraham
tetap percaya dan berharap, dia tidak bimbang oleh karena ketidakpercayaan.
Justru oleh karena imannya, ia tetap memuliakan Tuhan.
Iman itu datang dari salib, bukan dari uang. Jadi kalau
seseorang beribadah
karena karirnya bagus, pekerjaannya bagus, melayani karena dia punya
uang, itu bukan iman. Tetapi sekalipun tanpa ada dasar yang lahiriah untuk
mendukung ibadah pelayanan namun tetap percaya dan berharap, itulah kebenaran
karena iman, datangnya dari salib, bukan datang dari uang.
Kalau seseorang
percaya diri karena didukung oleh perkara lahiriah, ini tipe-tipe orang yang
sombong. Tetapi sebaliknya, sekali waktu hal yang lahiriah itu tidak mendukung
dia, ia menjadi
minder. Orang yang minder, sekali waktu kalau dia punya, pasti sombong,
demikian sebaliknya.
Abraham tidak menjadi bimbang karena ketidakpercayaan,
justru diperkuat oleh imannya, sekalipun dia sudah tua. Berbanding terbalik
dengan Naomi, hidup tanpa
harapan karena dia sudah tua. Tidak demikian dengan Abraham, sekalipun dia
sudah tua, bahkan sekalipun
isterinya, Sara mandul,
dia terlalu yakin dengan janji Allah.
Malam ini Tuhan menjanjikan banyak perkara bagi kita. Masa sekarang; diberkati, dipelihara,
diberi kesehatan, dan lainnya, dicukupkan soal makan, minum, dan pakaian. Masa yang akan datang; bahagia bersama
dengan Dia di dalam kerajaan yang kekal. Itu janji Tuhan. Tidak perlu ragu
dengan janji Tuhan.
Kalau janji itu datang dari hukum Taurat (kalau janji itu datang
dari perkara-perkara lahiriah),
tidak ada artinya darah salib, tidak ada artinya iman.
Tetapi Abraham diperkuat oleh iman, sehingga dia tidak
bimbang oleh karena ketidakpercayaan, dia tidak menggunakan logika.
Kita pantas dan layak untuk berharap dan percaya kepada
Tuhan.
Roma 4: 22-24
(4:22) Karena itu
hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
(4:23) Kata-kata
ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk
Abraham saja,
(4:24) tetapi
ditulis juga untuk kita; sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena
kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari
antara orang mati,
Karena itu, hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran,
tetapi bukan hanya kepada Abraham, bukan hanya kepada bangsa Israel tetapi juga
kepada bangsa kafir, saya dan saudara. Kebenaran itu akan diperhitungkan asal
kita tetap berharap dan percaya kepada Tuhan, tidak bimbang oleh karena
ketidakpercayaan.
Sekarang
pertanyaannya: Mengapa
Naomi berkata:
“Pulanglah” sebanyak tiga kali kepada
Orpa dan Rut?
Jawabnya adalah ...
Rut 1: 13
(1:13) masakan kamu
menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan
tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih
pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap
aku?"
Pengalaman pahit yang dialami Naomi, dia gunakan
sebagai tolak ukur.
Sering
kali orang Kristen undur
dari Tuhan karena mengalami hal yang pahit di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Kalau kita merasa bahwa salib membuat hidup kita menjadi pahit, maka itu yang
membuat kita akhirnya mundur dari ibadah, mundur dari pelayanan, tinggalkan
Tuhan jauh-jauh, persis seperti apa yang dikatakan oleh Naomi: “Pulanglah”.
Seharusnya orang yang ikut Tuhan semakin dimotivasi,
semakin didukung seperti Yesus mendukung bangsa Israel di padang gurun, mereka didukung di atas sayap
burung rajawali.
Jangan memandang salib dengan tolak ukur pikiran
manusiawi, nanti segalanya jadi pahit.
Kepahitan itu kalau dibiarkan akan berakar, itulah yang
disebut dengan akar
pahit.
Dari sudut mana kita memandang salib? Kalau dari sudut
pandang rohani, salib berkuasa membebaskan kita dari derita dan dari kepahitan,
tetapi kalau kita memandang salib dari sudut pandang logika, salib menjadi batu sandungan dan
kalau ini dibiarkan, tidak segera diselesaikan di hadapan Tuhan malam ini, maka
itu akan berakar, dan kalau itu sudah berakar, ia akan menjalar kepada
urat-urat yang lain di seluruh anggota tubuh ini.
Kalau penyakit atau dosa, akarnya tidak dicabut, itu
akan terus merambat,
merambat,
merambat.
Orpa dan Rut sudah mengambil, memilih bagian yang
terbaik, justru Naomi menolak karena tolak ukurnya adalah kepahitannya.
Seoalah-olah ketika Elimelekh, Mahlon dan Kilyon mati, seolah-olah itu karena
kesalahan Tuhan, sehingga
dengan berani mempersalahkan Tuhan.
Banyak orang Kristen tidak tahu diri, ketika menderita
dia berani mempersalahkan
Tuhan, padahal Elimelekh sendiri
yang tinggalkan Betlehem,
dia tidak mau pikul salib. Pendeknya:
Kepahitan
yang dimaksud adalah karena dia ditinggal mati oleh Elimelekh dan kedua anaknya,
Mahlon dan Kilyon.
Malam ini, jangan lagi gunakan kepahitan sebagai tolak
ukur untuk mengikuti Tuhan. Sungguh-sungguh ikut Tuhan. Serahkan dirimu untuk
Tuhan. Kalau engkau sudah mengambil keputusan yang tepat memilih Tuhan, ayo
terus ikut Tuhan. Engkau sudah berada di track,
jalur yang tepat dan benar.
Yesus berkata: “Di
mana Aku berada, di situ pelayan-Ku berada”. Saat ini Yesus berada di sorga,
Dia sedang membangun suatu rumah, Dia sedang menyediakan tempat bagi kita, Dia
sedang bekerja, Dia tidak tertidur, Dia tidak terlelap.
Tetapi Tomas bertanya: “Di mana Tuhan?” Mengapa Tomas bertanya seperti itu? Karena iman
Tomas; melihat dulu baru percaya. Kalau iman timbul dari darah salib; dia
tidak akan bimbang, tidak akan ragu oleh karena ketidakpercayaan, itulah iman
Abraham. Iman Abraham dengan iman Tomas berbeda.
Jangan lagi menggunakan logika sebagai tolak ukur di dalam mengikuti
Tuhan, nanti yang timbul adalah kepahitan. Tetapi biarlah kita memandang salib
karena salib berkuasa.
Jangan lagi memandang salib dari sudut pandang logika
manusiawi, karena harga diri yang sudah terbentuk dalam diri ini dirampas,
supaya nanti Yesus menjadi Raja dan bertakhta, itu yang Tuhan mau.
Gunakan akal pikiran yang sehat, berlaku bijak
mengambil keputusan. Harta, uang, kekayaan bisa dicari, tetapi yang terpenting adalah cari
dahulu Kerajaan Sorga, semuanya akan
ditambahkan. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment