IBADAH PENDALAMAN
ALKITAB, 20 APRIL 2018
(Seri:10
)
Subtema: “ADIL, TIDAK MEMANDANG MUKA.”
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya,
salam di dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan hati
Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pedalaman Alkitab disertai dengan
perjamuan suci.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Pendalaman Alkitab dari kitab Rut.
Namun saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan,
hamba Tuhan, pelayan Tuhan dalam dan luar negeri yang juga mengikuti
pemberitaann firman lewat live streaming, video internet dimanapun anda berada,
kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.
Rut 1:7-9
(1:7) Maka
berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya.
Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda,
(1:8) berkatalah
Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke
rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu
tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;
(1:9) kiranya atas
karunia TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu
tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;TUHAN kamu
mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu
diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras
Saudaraku, di sini kita melihat, “ketika mereka sedang di
jalan untuk pulang ke tanah Yehuda”, berkatalah Naomi kepada kedua menantunya
itu; "Pergilah, pulanglah
masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu,
seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan
kepadaku; kiranya atas karunia Tuhan kamu mendapat tempat perlindungan,
masing-masing di rumah suaminya.”
Pendeknya dari pembacaan ini; Naomi adalah gambaran
dari seorang hamba Tuhan dengan sikap yang adil, dia tidak membeda-bedakan
antara Orpa dengan Rut.
Yakobus 2:1
(2:1)
Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita
yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.
“Janganlah iman itu
kamu amalkan dengan memandang muka.” Kalimat ini ditujukan
kepada orang-orang yang beriman.
Beriman berarti hidup karena iman bukan karena yang
lain-lain, jangan memandang harta dan jangan memandang muka di tengah ibadah
dan pelayanan.
Roma 1:16-17
(1:16) Sebab aku
mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi
juga orang Yunani.
(1:17) Sebab di
dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada
iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."
Di dalam Injil nyata kebenaran Allah “yang
bertolak dari iman dan memimpin kepada iman”, artinya; orang benar
hidup karena iman berarti tidak mengandalkan manusia dan kekuatannya dan tidak
bergantung kepada harta dan kekayaan.
Roma 3:21-22
(3:21) Tetapi
sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang
disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi,
(3:22) yaitu
kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya.
Sebab tidak ada perbedaan.
Kebenaran karena iman dinyatakan kepada semua orang
yang percaya, sebab tidak ada perbedaan di dalam Tuhan.
Allah menyatakan kebenaran iman kepada semua orang
percaya, jadi bukan hanya kepada bangsa Israel (orang Yahudi) tetapi juga kepada bangsa kafir, sebab tidak
ada perbedaan di dalam Tuhan
dan tidak boleh membeda-bedakan berarti tidak boleh memandang muka
di tengah ibadah dan pelayanan ini.
Roma 3:23
(3:23) Karena semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
Semua orang telah berdosa dan oleh karena dosa itu manusia telah kehilangan kemuliaan
Allah.
Roma 3:24
(3:24) dan oleh kasih
karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Perhatikan, semua orang telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus
Yesus.
Pendeknya; kebenaran karena iman adalah kasih karunia,
berarti kalau seseorang menyadari bahwa hidupnya karena kasih karunia (kemurahan Tuhan) maka iman yang ia miliki
tidak boleh dilaksanakan
(tidak boleh diamalkan) dengan memandang muka.
Roma 3:25-26
(3:25) Kristus Yesus
telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya.
Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan
dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
(3:26) Maksud-Nya ialah
untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan
juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.
Allah mengampuni orang-orang yang berdosa serta
membenarkannya dalam darah Kristus Yesus = Allah menyatakan kebenaran iman kepada
semua orang yang percaya baik itu orang Yahudi maupun bangsa Israel.
Hal ini dibuatnya untuk menunjukkan keadilan Allah pada
masa sekarang.
Dulu Allah menyatakan kebenaran menurut hukum Taurat, tetapi yang mendapatkan keselamatan
hanyalah bangsa Israel saja, tetapi sekarang Allah mengampuni orang berdosa
serta membebaskannya di dalam nama Yesus Kristus. Berarti, Allah menyatakan
kebenaran iman kepada semua orang
baik orang Yahudi maupun bangsa kafir, hal ini
dibuatnya untuk menunjukkan keadailan-Nya pada masa sekarang.
Jadi Allah itu adil, tidak membeda-bedakan Israel
dengan kafir.
Roma 3:27-28
(3:27) Jika
demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa?
Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!
(3:28) Karena kami
yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan
hukum Taurat.
Sekali lagi saya katakan; manusia dibenarkan karena
iman bukan karena ia melakukan hukum Taurat, bukan karena ia mengandalkan manusia dan kekuatannya,
oleh sebab itu janganlah iman itu dilaksanakan (diamalkan) dengan memandang muka.
Memandang
muka di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan
= hidup di bawah hukum Taurat,
berarti menjalankan ibadahnya secara Taurat.
Dahulu
manusia dibenarkan karena hukum Taurat berarti yang dibenarkan
dan diselamatkan hanyalah bangsa Israel, itu tidak adil,
tidak fear.
Tetapi sekarang Tuhan menyatakan kebenaran karena iman,
dibenarkan oleh karena
darah Yesus.
Kenapa Tuhan melakukan itu? Maksudnya ialah, untuk
menunjukkan keadilan-Nya
pada masa sekarang.
Sekarang kita bandingkan
dengan ibadah menurut hukum Taurat.
Ibadah taurat berarti ibadah yang dijalankan secara
taurat atau ibadah secara lahiriah.
Yakobus 2:2-3
(2:2) Sebab, jika
ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian
indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk,
(2:3) dan kamu
menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya:
"Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang
yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau:
"Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!",
Pendeknya; ibadah taurat itu terikat dengan perkara
lahiriah yaitu harta dan kekayaan.
Menghormati orang kaya yaitu yang memakai cincin dan
pakaian indah tetapi yang miskin tidak, itu ibadah Taurat, terikat dengan perkara
lahiriah termasuk harta dan kekayaan.
Matius 23:16-18
(23:16) Celakalah
kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci,
sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu
mengikat.
(23:17) Hai kamu
orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau
Bait Suci yang menguduskan emas itu?
(23:18) Bersumpah
demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada
di atasnya, sumpah itu mengikat.
Ahli-ahli
Taurat
dan orang-orang farisi
melayani tetapi terikat dengan perkara lahiriah yaitu emas yang ada di bait suci dan persembahan yang ada di atas mezbah.
Ahli-ahli
Taurat
dan orang-orang farisi berkata; “Bersumpah
demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci,
sumpah itu mengikat.”
Kemudian; “Bersumpah
demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada
di atasnya, sumpah itu mengikat.”
Berarti ahli-ahli Taurat dan orang-orang
farisi melayani Tuhan tapi terikat dengan perkara lahiriah = ibadah Taurat.
Kalau seandainya mereka tidak menjalankan ibadah Taurat, ahli Taurat dan orang Farisi
tidak mungkin terikat dengan perkara lairiah, mereka akan memperhatikan apa yang dikerjakan oleh
Yesus Kristus yaitu” Dia
yang kaya rela
menjadi
miskin supaya manusia yang miskin menjadi kaya. Pendeknya, memperhatikan salib Kristus.
Sedangkan ibadah Taurat terikat dengan
perkara lahiriah, tidak memperhatikan salib (Dia yang kaya rela menjadi
miskin).
Kesimpulannya:
melayani namun masih terikat dengan perkara lahiriah mengabaikan dua perkara
penting, yaitu:
1.
Mengabaikan KESUCIAAN ALLAH.
2.
Mengabaikan KASIH ALLAH.
Kalau dua hal penting ini diabaikan pasti hidupnya
tidak adil sekalipun ia beribadah dan melayani Tuhan.
Tentang: MENGABAIKAN
KESUCIAN ALLAH.
YANG PERTAMA.
Imamat 19:1-3
(19:1) TUHAN
berfirman kepada Musa:
(19:2)
"Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah
kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.
(19:3) Setiap orang
di antara kamu haruslah menyegani ibunya dan ayahnya dan memelihara
hari-hari sabat-Ku; Akulah TUHAN, Allahmu.
Bagian dari kesucian Allah:
a.
“Menyegani ibunya dan
ayahnya”
= menyegani gembala yang mengasuh dan mendidik.
Saya ini gembala, bapak rohani dari sidang jemaat, isteri saya adalah ibu gembala (ibu rohani) dari sidang jemaat.
Tugas seorang ibu; mengasuh anak.
Tugas seorang ayah; mendidik anak.
Jadi ibu dan ayah itu gambaran dari gembala
sidang, tugasnya mengasuh dan mendidik, itu bagian dari kesucian Allah, jangan
dilupakan dan jangan diabaikan begitu saja.
b.
“Memelihara hari-hari Sabat”.
Hari Sabat adalah hari ketujuh,
hari perhentian dari segala kesibukan di atas muka bumi ini.
Tuhan menyatakan sepuluh hukum di dalam
kitab Keluaran 20 dan di dalam kitab Ulangan 5.
Hari
ketujuh (hari
perhentian),
kalau menurut Keluaran 20 supaya
kita dapat mengikui contoh teladan dari Allah.
Kalau
menurut kitab Ulangan 5, supaya kita terlepas dari perbudakan dosa seperti
bangsa Israel pernah diperbudak di Mesir.
Inilah bagian dari kesucian Allah,
memelihara hari Sabat.
Kesimpulannya; mengabaikan kesucian Allah berarti tidak menyegani seorang gembala yang
mengasuh dan mendidik serta tidak
menghargai ibadah
dan pelayanan yang dipercayakan Tuhan. Itu kesimpulan mengabaikan kesucian
Allah.
YANG KEDUA.
Imamat 11:44-47
(11:44) Sebab Akulah
TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus,
sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap
binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi.
(11:45) Sebab Akulah
TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu;
jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.
(11:46) Itulah hukum
tentang binatang berkaki empat, burung-burung dan segala makhluk hidup yang
bergerak di dalam air dan segala makhluk yang mengeriap di atas bumi,
(11:47) yakni untuk
membedakan antara yang najis dengan yang tahir, antara binatang yang boleh
dimakan dengan binatang yang tidak boleh dimakan."
Inilah bagian dari kesucian Allah adalah jangan
menajiskan diri dengan setiap binatang, berarti,
memperhatikan hukum
mengenai binatang yang berkaki empat.
Imamat 11:2-3
(11:2)
"Katakanlah kepada orang Israel, begini: Inilah binatang-binatang yang
boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat yang ada di atas bumi:
(11:3) setiap
binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang
memamah biak boleh kamu makan.
Binatang berkaki empat yang tidak haram boleh dimakan,
yaitu “berkuku belah dua dan yang
memamah biak”.
Imamat 11:4-7
(11:4) Tetapi inilah
yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku
belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu
bagimu.
(11:5) Juga
pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu
bagimu.
(11:6) Juga kelinci,
karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu.
(11:7) Demikian juga
babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi
tidak memamah biak; haram itu bagimu.
Binatang yang berkaki empat tapi haram:
a.
Unta,
pelanduk, kelinci, memamah biak tetapi tidak berkuku
belah.
b.
Babi
hutan, berkuku belah tetapi tidak memamah biak.
Jadi babi hutan ini kebalikan dari unta,
pelanduk, dan kelinci
Inilah binatang yang najis dan yang haram dari binatang
berkaki empat, itu tidak boleh dijamah supaya tidak menjadi najis, sebab Tuhan
kudus adanya.
Memamah biak
artinya; merenungkan firman siang dan malam, seperti lembu sapi siang hari
makan rumput, malam hari dikunya kembali, artinya; sampai firman itu mendarah
daging.
Kuku belah dua
artinya; menghargai karunia nabi dan karunia rasul.
-
Nabi = mewakili perjanjian lama.
-
Rasul = mewakili perjanjian baru..
Kesimpulannya; kalau hanya mengerti firman tetapi tidak
melayani Tuhan = haram atau najis.
Sebaliknya, melayani Tuhan tetapi firman Tuhan
diabaikan = haram dan najis di hadapan Tuhan.
Sebab mereka menjalankan ibadah Taurat, terikat dengan
perkara lahiriah, sehingga kesucian itu diabaikan.
Bagian yang pertama
tadi tidak menyegani gembalanya dan tidak menghargai ibadah pelayanan (hari sabat).
Kemudian bagian
yang kedua, jangan menjamah, jangan memakan binatang berkaki empat yang
haram, yaitu: memamah
biak namun tidak berkuku
belah dua atau sebaliknya berkuku belah dua namun tidak memamah biak.
Yang Tuhan mau supaya memperhatikan kekudusan Allah
sebab Tuhan kudus adanya, berarti
binatang yang berkaki empat yang boleh dimakan adalah: memamah biak
dan berkuku belah dua.
Kalau hanya mengerti Firman Tuhan seperti ahli-ahli Taurat
tapi tidak melayani Tuhan
(tidak praktek) = haram. Atau sebaliknya melayani namun firman
diabaikan itu haram.
Inilah orang-orang yang mengabaikan kesucian Allah.
1 Petrus 1:15-16
(1:15) tetapi hendaklah
kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang
telah memanggil kamu,
(1:16) sebab ada
tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Jadi kita dipanggil supaya kita hidup kudus dalam seluruh hidup sama
seperti Allah kudus adanya, itu yang Tuhan mau.
Tuhan memanggil kita supaya hidup dalam kekudusan,
tidak mengabaikan kekudusan
seperti yang tertulis di dalam
Imamat tadi.
Melayani tetapi terikat
dengan perkara lahiriah,
terikat dengan harta kekayaan, usaha dan kesibukan-kesibukan, pasti
mengabaikan kesucian Allah.
Dua perkara tadi sudah saya sampaikan di atas dan sangat mengerikan kalau kesucian
diabaikan.
1 Petrus 1:17
(1:17)
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi
semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan
selama kamu menumpang di dunia ini.
Pendeknya; kudus dalam seluruh hidup adalah takut akan
Tuhan.
Biarlah kiranya kita takut akan Tuhan membenci segala
kejahatan, selama kita menumpang di dunia ini, sebab hidup di dunia ini tidak untuk
selamanya.
Suatu
saat nanti kita
akan meninggalkan kemah, tubuh kita ini, dan akan beralih kepada kemah yang abadi (Tabernakel sorgawi), oleh sebab itu, selama menumpang di bumi,
takutlah akan Tuhan berarti bencilah segala kejahatan, hiduplah dalam kekudusan
Allah, karena kita hidup di bumi hanya
sementara, kecuali apabila
kita hidup selamanya
di bumi, tidak apa-apa mengabaikan kesucian Allah.
Tetapi Tuhan itu adil, oleh sebab itu takutlah kepada
Tuhan, bencilah kejahatan selama kita menumpang di bumi.
Tentang: MENGABAIKAN
KASIH ALLAH.
Yohanes 3: 16-17
(3:16) Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
(3:17) Sebab Allah
mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk
menyelamatkannya oleh Dia.
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, dengan bukti;
Allah telah mengaruniakan (mengorbankan) dan mempersembahkan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada Allah tidak
binasa.
Yohanes 3: 18-19
(3:18) Barangsiapa
percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah
berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
(3:19) Dan inilah
hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih
menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka
jahat.
Orang yang mengabaikan kasih Allah lebih menyukai
kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Yohanes 3: 20
(3:20) Sebab
barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada
terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;
Orang jahat benci kepada terang dan tidak akan pernah
datang kepada terang, tujuannya adalah supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat
itu tidak nampak, tidak terlihat.
Kalau seseorang tidak jujur, pasti kegelapan yang
memimpin hidupnya, sebaliknya, orang
jujur dipimpin oleh ketulusan hatinya, serta terbuka, sebab ia datang kepada terang.
1 Yohanes 1: 8-10
(1:8) Jika kita
berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan
kebenaran tidak ada di dalam kita.
(1:9) Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
(1:10) Jika kita
berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia
menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
Praktek menyukai kegelapan ialah: tidak mau mengakui dosa.
Akibatnya:
-
Membuat Allah menjadi pendusta =
menipu diri sendiri.
-
Firman-Nya tidak ada di dalam kita =
kebenaran tidak ada di dalam kita.
Jadi orang-orang yang mengabaikan kasih Allah yang
besar itu lebih suka kegelapan, benci kepada terang, karena perbuatannya jahat.
Dia lebih suka kegelapan, supaya perbuatan jahatnya itu tidak terlihat, tidak
nampak, inilah orang yang mengabaikan kasih Allah yang besar, dengan praktek
tidak mau mengakui dosa.
Akibatnya; membuat Dia menjadi pendusta (Allah pendusta) = menipu diri sendiri,
karena itu hal yang mustahil (Allah
tidak pendusta).
Kemudian, firman-Nya tidak ada di dalam kita atau kebenaran tidak tinggal di
dalam kita.
Berbicara tentang Kerajaan Sorga, di dalamnya ada kebenaran, kalau kita mencarinya pasti
semuanya ditambahkan. Kerajaan Sorga itu bukan soal makan, minum, pakaian,
bukan soal perkara lahiriah, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan
sukacita.
Oleh sebab itu jangan biarkan apa yang baik yang kita
miliki difitnah oleh orang lain.
1 Yohanes 1: 5
(1:5) Dan inilah
berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu:
Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.
Tetapi Ia telah datang ke dunia
sebab Allah telah
mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal.
1 Yohanes 1: 6
(1:6) Jika kita
katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam
kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
Ada
dalam persekutuan dengan Dia, ada dalam kegiatan Roh, ada di tengah ibadah dan
pelayanan, tetapi lebih menyukai kegelapan, sama dengan berdusta dan ia tidak
hidup dalam kebenaran.
Yang
sudah menyatakan diri ada di dalam persekutuan dengan Tuhan atau ada dalam
kegiatan Roh, belajarlah untuk taat, setia, dengar-dengaran. Jangan mengabaikan
kasih Allah yang besar. Jangan menyukai kegelapan, jangan benci terang.
Inilah yang terjadi apabila berada di bawah hukum
Taurat, menjalankan ibadahnya secara Taurat, sehingga mengabaikan kesucian
Allah dan mengabaikan kasih Allah yang besar.
Matius 23: 1-3
(23:1) Maka
berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:
(23:2)
"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
(23:3) Sebab itu
turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi
janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi
tidak melakukannya.
“Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa”, artinya ahli Taurat dan
orang Farisi melayani menurut hukum Taurat, mereka itu mengajar tetapi tidak
melakukannya.
Matius 23: 4
(23:4) Mereka
mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka
sendiri tidak mau menyentuhnya.
Ibadah
dan pelayanan menurut hukum Taurat; mengajarkan salib tetapi mereka sendiri
tidak mau memikul salib.
Tadi pada ayat 3; mereka mengajarkan tetapi tidak
melakukan, itulah ibadah Taurat (ibadah
lahiriah).
Kalau seorang gembala sidang atau hamba Tuhan hanya
bisa kotbah, tetapi tidak
melakukan, itu ibadah Taurat. Demikian juga sidang jemaat atau imam-imam beribadah dan melayani tetapi tidak
melakukan Firman Tuhan juga sama dengan ibadah
Taurat (rutinitas) saja, tidak ada artinya.
Matius 23: 5-7
(23:5) Semua
pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka
memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
(23:6) mereka suka duduk
di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;
(23:7) mereka suka
menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
Kalau beribadah dan melayani menurut hukum Taurat, maka
semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Mereka
beribadah, mereka melayani, tujuannya hanya untuk supaya dilihat orang.
Jadi mereka beribadah dan melayani bukan untuk
memuliakan Tuhan tetapi untuk memuliakan diri sendiri, supaya terlihat hebat,
supaya terlihat benar, supaya terlihat suci, itulah ibadah Taurat. Yang
terlihat adalah hal-hal
yang lahiriah
saja untuk memuliakan diri sendiri, bukan untuk memuliakan Tuhan.
Sebagai contoh;
YANG PERTAMA: “mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai
yang panjang”
Berarti tidak sesuai
dengan ukurannya Tuhan. Kalau
Tabernakel, panjang sisi utara dan sisi selatan adalah 100 hasta, lebar sisi
Timur dan Barat 50 hasta, itu ukuran yang Tuhan berikan kepada Musa.
Jadi Musa membangun
Tabernakel harus tepat dan benar, harus sesuai dengan ukuran Tuhan.
Kalau
ukuran menurut 100 hasta; domba-domba tergembala
dengan baik.
Kalau
ukuran menurut 50 hasta, maka kehidupan sidang
jemaat Tuhan betul-betul hidup dalam urapan Roh Kudus. Itu ukuran yang benar.
Kalau ukurannya benar,
maka semua peralatan-peralatan yang ada dalam Tabernakel, itu akan tersusun dengan
rapi dan benar.
Efesus 2: 20-21
(2:20)
yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus
sebagai batu penjuru.
(2:21)
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah
yang kudus, di dalam Tuhan.
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun,
menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
Antara bata dengan bata rapi tersusun menjadi bangunan
Allah yang kudus di dalam Tuhan.
Perkataannya rapi tersusun, sikap dan perbuatannya rapi
tersusun, segala sesuatunya rapi tersusun, ibadah dan pelayanan yang dikerjakan
rapi tersusun, tidak asal-asalan, mengapa? Karena Bait Allah (Tabernakel) dibangun menurut
ukuran Tuhan.
Efesus 2: 22
(2:22)
Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah,
di dalam Roh.
Musa membangun Tabernakel sesuai dengan perintah Tuhan
supaya Allah berhadirat di dalamnya. Di luar Tabernakel, Allah tidak memerintah
lagi.
Kiranya Tuhan menjadi Raja dan berkuasa, berdaulat atas
hidup kita sekaliannya sebagai Tabernakel rohani, rumah Tuhan.
Sebagai contoh:
YANG KEDUA: “suka duduk di tempat terhormat dalam
perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat”, berarti sama dengan
mengambil rupa seorang tuan, karena mengambil
tempat yang tinggi = menyombongkan
diri.
Sebagai contoh;
YANG KETIGA: “mereka suka menerima penghormatan di pasar dan
suka dipanggil Rabi”
Kalau suka menerima penghormatan di pasar, berarti
tidak suka menghormati Tuhan, maka orang seperti ini tidak akan pernah
memuliakan Tuhan.
Kemudian, suka dipanggil Rabi, berarti tidak mau
belajar kepada Tuhan, sebagai guru Agung.
Kalau suka menerima penghormatan berarti posisinya
selalu berada di tempat yang tinggi, tidak akan mau mengambil tempat di bawah,
merendahkan diri.
Kalau suka dipanggil Rabi, tidak suka diajar oleh salib,
sebaliknya suka mengajar. Sebetulnya guru hanya satu, Dialah Yesus Tuhan,
Dialah Rabi.
Oleh sebab itu dalam Suratan Yakobus dengan jelas
dikatakan; jangan ada di antara kamu yang disebut menjadi guru, karena masih
banyak kesalahan kita, kita butuh untuk diajar.
Sekarang kita perhatikan ...
Matius 15: 7-9
(15:7) Hai
orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
(15:8) Bangsa ini memuliakan
Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
(15:9) Percuma
mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia."
Ibadah Taurat adalah ibadah yang dijalankan menurut
perintah manusia, yaitu mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan
= mempersembahkan tubuh jasmani tetapi manusia batiniah tidak
mempersembahkan kepada Tuhan.
Tuhan berkata: “Percuma
mereka beribadah kepada-Ku” Jadi ibadah yang Taurat adalah ibadah yang
sia-sia, ibadah yang tidak mengandung arti.
Dari tahun ke tahun, yang sudah tergembala harus
terjadi keubahan, terjadi pembaharuan, mulai dari pembaharuan akal budi (memiliki akal yang sehat) = memiliki hikmat, kegunaannya: dapat membedakan
antara yang baik dan yang jahat. Kemudian terjadi pembaharuan manusia batiniah.
Kalau pembaharuan manusia batiniah terjadi, maka manusia lahiriahnya semakin
merosot. Sebaliknya kalau manusia lahiriahnya yang menonjol, manusia
batiniahnya merosot. Berarti kalau tidak terjadi pembaharuan manusia batiniah = lahiriahnya menonjol.
Ada di antara kita beribadah dari tahun ke tahun tetapi
manusia batiniah justru
semakin merosot hanya karena perkara lahiriah. Ini tidak benar, ini ibadah
Taurat, hidupnya tidak adil. Hanya memperhatikan perkara lahiriah; harta dan
kekayaan, pekerjaan dan kesibukan di bumi ini.
Padahal di bumi ini kita hanya hidup sementara, hanya
sebagai penumpang dan kita akan meninggalkan kemah (tubuh) ini untuk berada dalam kemah yang abadi, Tabernakel
sorgawi.
Biarlah kiranya kita senantiasa menghirup darah
banyak-banyak, seperti anak burung rajawali.
Burung rajawali senantiasa membaharui kuatnya, mengapa?
Karena dia memiliki pandangan yang tajam, memandang jauh ke depan, tidak hanya
memandang ke bawah, itu pikiran yang pendek. Dan burung rajawali membuat
sarangnya di tempat yang tinggi, bukit batu yang tinggi. Bukit batu itulah
korban Kristus, berarti senantiasa meninggikan korban Kristus di dalam
segala perkara. Inilah ibadah dan pelayanan menurut kasih karunia.
Awalnya kebenaran itu dinyatakan menurut hokum Taurat, namun yang diselamatkan hanya bangsa
Israel, tetapi pada akhirnya Tuhan menyatakan kebenaran iman oleh darah salib,
maksudnya untuk menunjukkan keadilan-Nya.
Pada
akhirnya setelah Naomi
disadarkan, dia berlaku adil kepada kedua menantunya; Orpa dan Rut.
Kita kembali memperhatikan ...
Rut 1: 8-9
(1:8) berkatalah
Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke
rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang
kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;
(1:9) kiranya atas
karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di
rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis
dengan suara keras
Jadi praktek keadilan itu sudah ditunjukkan, dibuktikan
oleh Naomi. Sebab dalam
doa dia berharap, supaya kedua menantunya itu mendapatkan kebaikan dan kasih
dari Tuhan. Kemudian masing-masing
nanti mendapat tempat perlindungan di rumah suaminya.
Doakan, supaya saya juga menjadi hamba Tuhan, gembala
sidang yang adil di hadapan Tuhan, tidak membeda-bedakan antara sidang jemaat
si A dan si B, tidak memandang muka, tidak hanya melihat harta tetapi juga
harus memperhatikan orang miskin.
Yesus, Dia rela menjadi miskin, supaya kita menjadi
kaya. Naomi dalam doanya dia berharap
kepada Tuhan, supaya kedua menantunya mendapat kebaikan dan kasih,
masing-masing mendapat perlindungan di tempat suaminya nanti.
Kalau hanya berbicara soal mujizat dan berkat, itu
belum adil. Praktek jikalau seorang hamba Tuhan memiliki sikap yang adil:
mendambakan kebaikan dan kasih
Allah, mendambakan
supaya kedua menantunya mendapat perlindungan masing-masing
di rumah suaminya.
Itu sebabnya saya katakan, sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini
adalah pesta nikah Anak Domba.
Saya tandaskan sekali lagi; kalau hamba Tuhan hanya
berbicara tentang berkat-berkat,
hanya berbicara mujizat,
hanya berbicara perkara lahiriah, perkara di bawah, Ia belum adil.
Keadilan itu membawa sidang jemaat masuk dalam
pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi pengantin perempuan Mempelai
Anak Domba, berada dalam pesta nikah Anak Domba. Di situlah nanti kita
mendapatkan kebahagiaan dan kasih dari Mempelai Laki-Laki Sorga, sang Suami
yang abadi.
Beda dengan Elimelekh, Mahlon dan Kilyon, suami tetapi tidak
berlaku adil, pikirannya hanya tertuju pada perkara lahiriah, dia rela
tinggalkan Betlehem, dia rela tinggalkan rumah roti.
Yesus adalah roti hidup, roti yang turun dari sorga.
Untuk mewujudkan Dia adalah roti hidup, Dia mempersembahkan segenap hidup-Nya
di atas kayu salib, menjadi korban dan persembahan, sehingga tubuh-Nya adalah
benar-benar makanan, darah-Nya adalah benar-benar minuman.
“Lalu
diciumnyalah mereka”,
Naomi mencium kedua menantunya, suatu kebahagiaan dikala kasih bertemu dengan
kasih, di situlah kebahagiaan itu terjadi; Kulit pipi bertemu kulit pipi, itu
adalah kasih yang kita rasakan, di situ nanti kita mendapatkan kebahagiaan yang
abadi. Jadi nampaklah keadilan itu.
Kalaupun ada mujizat, tidak salah, memang itu harus
terjadi, tetapi belum menjadi tolak ukur. Kalau ada berkat-berkat melimpah
mengikuti kita, memang itu harus terjadi, tetapi belum menjadi ukuran bahwa
hamba Tuhan itu adil di tengah ibadah pelayanan.
Praktek keadilan itu membawa sidang jemaat masuk dalam
pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, sampai mengalami kebahagiaan. Ketika
kasih bertemu dengan kasih Allah (pipi
bertemu pipi) yang abadi itu, di situlah terjadi
kebahagiaan yang kekal.
Jangan ditipu dengan kasih eros dan fileo, di situ ada
penindasan dan tekanan.
Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment