IBADAH RAYA MINGGU,
15 APRIL 2018
KITAB WAHYU
(Seri: 50)
Subtema: “BURUNG NASAR
TERBANG DI TENGAH LANGIT.”
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua, salam
di dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus, oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Saya juga menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan,
hamba-hamba Tuhan yang senantiasa mengikuti pemberitaan firman lewat video
internet atau live streaming youtube maupun facebook.
Baik segera kita memperhatikan firman penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 8
dan kita akan memasuki ayat 13.
Setelah kita memperhatikan hukuman dari keempat
sangkakala yang pertama, yang telah dipaparkan secara gamblang tentu masih
segar dalam ingatan kita masing-masing dalam Wahyu 8:7-12, adapun hukuman tersebut;
-
Hukuman sangkakala yang pertama, terjadilah hujan es dan
api bercampur darah semuanya itu dilemparkan
ke bumi. Akibatnya; terbakarlah sepertiga dari bumi, sepertiga pohon-pohonan,
dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.
-
Kemudian, hukuman sangkakala yang kedua, ada sesuatu seperti gunung
besar yang menyala-nyala oleh api dilemparkan
ke dalam laut. Akibatnya; sepertiga dari laut menjadi darah, sehingga
matilah sepertiga segala makhluk yang di laut dan binasalah sepertiga dari
semua kapal.
-
Hukuman sangkakala yang ketiga, jatuhlah dari langit
sebuah bintang besar menyala-nyala seperti obor menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata air. Akibatnya;
sepertiga dari semua air menjadi apsintus,
sehingga banyak orang mati karena air itu sudah menjadi pahit.
-
Sedangkan, hukuman sangkakala yang keempat, terpukullah sepertiga dari matahari, sepertiga dari
bulan, sepertiga dari bintang-bintang. Akibatnya; sepertiga alam semesta
menjadi gelap sehingga sepertiga dari siang menjadi gelap dan sepertiga dari
malam menjadi gelap.
Empat hukuman dari keempat sangkakala yang pertama
begitu dahsyat dan sangat mengerikan, sepertiga dari segala perkara terkena
hukuman sebab Yesus Anak Allah adalah sepertiga dari Allah tritunggal.
Jadi kesimpulannya; hukuman keempat sangkakala yang pertama adalah hukuman dari Anak Allah yang adalah firman
Allah.
Namun hukuman itu tidak berhenti sampai di situ, sementara kita sudah
melihat hukuman sangkakala pertama sampai kepada hukuman sangkakala yang
keempat begitu dahsyatnya dan membuat kita menjadi ngeri dan sangat menakutkan.
Tetapi saudaraku, ada hal yang harus saya ingatkan kepada kita semua jangan
sampai hukuman dari sangkakala yang pertama kedua ketiga dan keempat ini hanya
sebuah pengetahuan dan ini sangat merugikan diri sendiri. Justru dari
pengertian ini, pengertian demi pengertian yang kita dapat baik dari hukuman
sangkakala yang pertama kedua ketiga dan keempat membuat kita semakin
sungguh-sungguh di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kita kepada
Tuhan, sungguh-sungguh untuk menyerahkan diri kepada Tuhan supaya kita
tertolong dan terselamatkan dari hukuman demi hukuman yang akan terjadi nanti.
Sekarang kita akan maju melihat Wahyu 8:13.
Wahyu 8:13
(8:13) Lalu aku
melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata
dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam
di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan
meniup sangkakalanya."
Setelah hukuman dari keempat sangkakala yang pertama
terjadi akan menyusul tiga kali celaka
atas bumi oleh karena bunyi sangkakala yang akan ditiup ketiga malaikat
lainnya.
“Tiga
kali celaka yang akan menyusul tersebut diberitahukan dengan jelas oleh seekor
burung nasar yang sedang terbang di tengah langit”.
Saya ulangi sekali lagi, tiga kali celaka yang akan
menyusul tersebut diberitahukan dengan jelas oleh seekor burung nasar yang
sedang terbang di tengah langit.
Jika Tuhan ijinkan di minggu-minggu yang akan datang
kita akan mendapat penjelasan tentang tiga kali celaka yang akan menyusul oleh
tiga malaikat lainnya. Dalam kesempatan ini kita akan melihat penampilan dari burung nasar yang sedang
terbang di tengah langit.
Terbang di tengah langit berarti terbang tinggi di
udara menunjukkan sebuah kekuatan yang
dahsyat dari
dua sayap burung nasar.
Yesaya 40:29-31
(40:29) Dia memberi
kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
(40:30) Orang-orang
muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,
(40:31) tetapi
orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama
rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan
tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Di sini kita perhatikan orang-orang yang
menanti-nantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru:
-
Mereka
berlari dan tidak menjadi lesu.
-
Mereka
berjalan dan tidak menjadi lelah.
Saudaraku, pengalaman yang terjadi ini seumpama
rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya.
Sekarang pertanyaannya; Bagaimana caranya untuk memperoleh dua sayap burung nasar?
Kita akan segera selidiki dalam Injil Lukas ...
Lukas 17:37
(17:37) Kata mereka
kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di
mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar."
Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar."
Artinya; dua sayap burung nasar diperoleh oleh
orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan lewat pengalaman kematian Yesus
Kristus.
Mayat atau bangkai -> korban Kristus, namun
pengalaman kematian ini tentu diawali dengan sengsara salib menanggung banyak
penderitaan. Yesus
tidak akan mengalami kematian kalau Ia tidak mengalami sengsara salib.
Kita akan melihat sengsara salib yang dialami oleh dua
pribadi.
Yang pertama: NUH.
Lukas 17:25-27
(17:25) Tetapi Ia
harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.
(17:26) Dan sama
seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari
Anak Manusia:
(17:27) mereka makan
dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk
ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.
Keadaan manusia pada zaman Nuh:
-
Makan
dan minum -> dosa yang ditimbulkan oleh hawa
nafsu dan keinginan daging.
-
Kawin
dan mengawinkan -> dosa kenajisan.
Itulah keadaan manusia pada zaman Nuh.
Namun sebaliknya Nuh sibuk membangun bahteranya di
hadapan Tuhan.
Kejadian 6:14-16
(6:14) Buatlah
bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak
dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.
(6:15) Beginilah
engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta
lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya.
(6:16) Buatlah atap
pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan
pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah,
tengah dan atas.
Saudaraku, di sini kita perhatikan Nuh membangun
bahtera sesuai dengan perintah Tuhan.
Adapun bahtera itu bertingkat: bawah, tengah dan atas =
tiga tingkat.
Tiga tingkat
dari bahtera yang dibangun Nuh ini apabila dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel;
-
Bawah
-> kalau dikaitkan
dengan Tabernakel terkena pada HALAMAN.
Berarti, dibenarkan oleh darah Yesus
(korban Kristus) -> IMAN.
-
Tengah
kalau dikaitkan dengan Tabernakel
itu terkena kepada RUANGAN SUCI.
Berarti, disucikan oleh tiga alat yang ada
di dalamnya yaitu:
1.
MEJA ROTI SAJIAN, artinya; disucikan
oleh firman Allah.
2.
PELITA EMAS, artinya; disucikan oleh Roh Allah.
3.
MEZBAH DUPA, artinya; disucikan oleh kasih Allah.
Kesimpulannya;
ruangan suci -> HARAP.
-
Atas
(tingkat yang ketiga) kalau dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel -> RUANGAN
MAHA SUCI.
Berarti, sempurna seperti tabut perjanjian
yang ada di dalam ruangan maha suci. Tabut perjanjian adalah gambaran dari
kesempurnaan gereja sebagai mempelai wanita Tuhan, yang sederajat dengan
Kristus sebagai Mempelai
Pria Sorga.
Kesimpulannya; ruangan maha suci -> KASIH.
Kejadian 6:14
(6:14) Buatlah
bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak
dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.
Kasih Allah itu bagaikan pakal fungsinya untuk menutupi
banyak sekali dosa baik
lahir maupun batin, luar maupun dalam. Dengan kasih mampu menutupi dosa orang lain, sesuai dengan 1 Petrus 4:8.
Kasih bagaikan pakal yang menutupi bahtera Nuh luar
maupun dalam supaya jangan ada kebocoran, air tidak masuk ke dalam bahtera. Seperti itulah kasih
menutupi banyak sekali dosa, mengampuni orang lain lahir maupun batin, luar
maupun dalam.
Ibrani 9:21-22
(9:21) Dan juga
kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah.
(9:22) Dan hampir
segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa
penumpahan darah tidak ada pengampunan.
Saudaraku, Tabernakel
dan semua alat untuk ibadah yang ada di dalamnya diperciki dengan darah.
Jadi di dalam membangun bahtera hidup ditandai dengan
darah, ditandai dengan sengsara salib, demikian halnya dengan Nuh mengalami
banyak sengsara salib, menanggung banyak penderitaan.
Kejadian 6:8
(6:8) Tetapi Nuh
mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
Itu sebabnya Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.
1 Petrus 2:19-20
(2:19) Sebab adalah
kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
(2:20) Sebab
dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa?
Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu
adalah kasih karunia pada Allah.
Menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung itu adalah kasih karunia,
itulah yang dialami Nuh selama membangun bahtera. Demikian juga kehidupan kita
di hari-hari terakhir ini membangun bahtera hidup kita sesuai dengan perintah
Tuhan banyak mengalami sengsara salib, menanggung penderitaan yang tidak harus
ditanggung, namun itu adalah kasih karunia.
Berbanding terbalik dengan orang-orang pada zaman Nuh
mereka sibuk dengan dosa makan dan minum, sibuk dengan dosa kawin dan
mengawinkan, semuanya itu diterangkan dalam Kejadian 6:1-7, akhirnya mereka binasa.
Perlu untuk diketahui,
tanpa sengsara salib,
seseorang tidak ada
di dalam tanda pengalaman
kematian.
Sekarang kita lihat dulu ...
2 Petrus 2:5
(2:5) dan jikalau
Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita
kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas
dunia orang-orang yang fasik;
Saudaraku, Tuhan menyelamatkan Nuh sebab ia sibuk membangun bahtera, juga sibuk memberitakan firman Allah supaya semua orang beroleh kasih
karunia. Nuh
sibuk memberitakan kebenaran bersama-sama dengan ketujuh orang lainnya.
Namun orang-orang
berdosa menolak
pengajaran salib, mereka sibuk dengan makan minum itulah dosa yang ditimbulkan hawa nafsu daging, kemudian sibuk
dengan kawin dan mengawinkan itulah dosa kenajisan.
Kejadian 6:9
(6:9) Inilah riwayat
Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara
orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Nuh itu adalah seorang yang benar, tidak bercela di antara orang-orang sezamannya karena
ia hidup bergaul erat dengan Tuhan, berarti tidak jauh dari sengsara
salib.
Orang yang mampu membangun bahtera (hidupnya) adalah orang yang bergaul
erat dengan Tuhan, artinya; tidak jauh dari sengsara salib.
Salib
yang membawa kita sampai masuk pada pengalaman kematian, dan itulah yang dialami oleh Nuh. Akhirnya ia memperoleh kasih karunia untuk diselamatkan, bagaikan bahtera Nuh dengan tingkat, bawah, tengah,
dan atas.
-
Tingkat
bawah dalam pelajaran Tabernakel ->
HALAMAN = MATI.
-
Tingkat
tengah dalam pelajaran Tabernakel -> RUANGAN SUCI = BANGKIT.
-
Tingkat
atas dalam pelajaran Tabernakel -> RUANGAN MAHA SUCI = DIPERMULIAKAN.
Kemudian kita perhatikan sedikit ...
Kejadian 6:16
(6:16) Buatlah atap
pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah
pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan
atas.
Kemudian pada lambung bahtera itu dipasanglah pintunya, dari pintu itulah nanti Nuh dan tujuh
orang lainnya masuk ke dalam bahtera.
Saudaraku, ketika Yesus mati di atas kayu salib, seorang dari antara prajurit
menombak lambung Yesus segeralah
keluar darah dan air.
Darah
kalau dikaitkan dengan pelajaran
TABERNAKEL
terkena kepada MEZBAH KORBAN BAKARAN.
Kemudian, air
kalau dikaitkan dengan pelajaran
TABERNAKEL
terkena kepada KOLAM PEMBASUHAN, itulah baptisan air.
Jadi darah dan air itulah tanda kelahiran baru untuk
memperoleh keselamatan.
Jadi yang diselamatkan hanyalah delapan jiwa, Nuh dan
tujuh orang lainnya. Gambaran dari
kehidupan baru yang diselamatkan dari air
bah maka pintu itu harus dipasang pada lambungnya.
Sengsara salib dialami oleh dua pribadi.
Yang kedua:
LOT.
Lukas 17:28-30
(17:28) Demikian
juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli
dan menjual, mereka menanam dan membangun.
(17:29) Tetapi pada
hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari
langit dan membinasakan mereka semua.
(17:30) Demikianlah
halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.
Orang-orang pada zaman Lot sibuk dengan, antara lain;
1.
Makan
dan minum -> dosa kenajisan.
2.
Mereka
membeli dan menjual -> mereka dikuasai oleh roh
antikris, sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab Wahyu 13:16-18.
Jadi roh jual beli itu adalah roh antikris,
jadi untuk dapat menjual dan membeli mereka harus menerima cap materai dari
antikris di tangan kanan ataupun di dahi mereka.
Jangan sampai karena roh jual beli kita
jauh dari ibadah dan pelayanan, jangan sampai karena roh mamon kita jauh dari
ibadah dan pelayanan, itu roh antikris.
3.
Mereka
menanam dan membangun
-> mereka mengandalkan manusia dan kekuatannya,
sehingga hati mereka jauh dari Tuhan.
Orang yang mengandalkan manusia dan
kekuatannya, hati
mereka jauh dari Tuhan, jauh dari ibadah, jauh dari pelayanan, tidak akan
pernah memikirkan kegiatan roh.
Tapi orang yang seperti ini tidak akan
mengalami datangnya keadaan baik, tidak akan mengalami pemulihan, seperti Yeremia 17:5-6.
Itulah dosa dari orang-orang pada zaman Lot. Mereka
tidak sibuk, memikirkan
ibadah pelayanan, jauh dari sengsara salib.
Pendeknya; Lot berada diantara orang-orang fasik
sehingga dia banyak menderita oleh karena kefasikan orang lain.
Kalau kita tinggal diam bersama orang-orang benar maka kita mengalami damai sejahtera dan sukacita yang datangnya dari
sorga. Tetapi kalau tinggal bersama-sama orang fasik akan menderita banyak, tetapi itu harus
terjadi karena Lot sendiri yang memilih tempat dimana ia harus tinggal, itu
resiko.
Demikian juga halnya untuk sementara waktu kita tinggal
di dunia ini, keadaan dunia ini sudah semakin gelap sebab dosa sudah semakin
menimbun-nimbun dan kasih sudah semakin dingin. Dan oleh karena dosa, dan oleh
karena kefasikan tentu kita banyak menanggung penderitaan, itu tidak bisa
dielakkan.
Namun itu harus kita alami, itu harus dialami oleh
orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan.
2 Petrus 2:6-8
(2:6) dan jikalau
Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian
memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik
di masa-masa kemudian,
(2:7) tetapi Ia
menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara
hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu
mereka saja, --
(2:8) sebab orang
benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar
perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu
tersiksa –
Lot menderita karena orang-orang yang tidak mengenal
hukum, tidak mengenal kebenaran, tidak mengenal ibadah dan pelayanan, tidak
mengenal sengsara salib, sehingga jiwanya tersiksa karena melihat dan mendengar
perbuatan-perbuatan orang fasik yang ada disekitarnya, jiwanya menderita, tapi
itu harus terjadi.
Kalau jiwa menderita menunjukkan bahwa orang
itu berdiam diri, mulut tidak terbuka. Kalau mulut terbuka berarti kejahatan dibalas dengan kejahatan maka orang yang
seperti ini tidak akan pernah
hancur dan menderita.
Jadi kalau jiwanya sudah sampai menderita berarti Lot
sudah menjadi domba sembelihan, mulutnya tertutup, tapi itu harus terjadi, itu
harus dialami.
Pendeknya; Lot mengalami sengsara salib banyak
menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
Inilah orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan, ada dua
pribadi yaitu Nuh
dan Lot.
Lukas 17:31
(17:31) Barangsiapa
pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di
dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang
yang sedang di ladang, janganlah ia kembali.
Dua hal yang harus diperhatikan oleh orang-orang yang
menanti-nantikan Tuhan saat memikul salib di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan, yaitu:
1.
Barangsiapa
pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di
dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya.
Artinya; orang-orang yang sudah berada
dalam kegiatan roh tidak sibuk memikirkan perkara-perkara di bawah.
2.
Orang
yang sedang di ladang, janganlah ia kembali.
Artinya; yang sedang melayani Tuhan (bekerja untuk Tuhan), jangan kembali
mengulangi kesalahan-kesalahan, jangan kembali kepada tabiat lama.
Inilah yang harus diperhatikan oleh orang-orang yang
menanti-nantikan kedatangan Tuhan.
Yang sudah berada di
peranginan, di atas rumah, jangan turun mengambil barang-barangnya,
artinya; yang sudah berada dalam kegiatan roh jangan lagi sibuk memikirkan
perkara di bawah.
Yang kedua, yang sudah berada di ladang melayani Tuhan jangan kembali ke tabiat lama, mengulangi
kesalahan-kesalahan yang sama.
Saya berharap itu terjadi di dalam kehidupan kita
pribadi lepas pribadi, lahir maupun batin, hati pikiran dan perasaan bukan
hanya terlihat tubuh baik tapi hati pikiran dan perasaan, tidak.
Orang-orang
yang menanti-nantikan Tuhan, dia harus memikul salib.
Praktek sengsara
salib:
Lukas 17:32-33
(17:32) Ingatlah
akan isteri Lot!
(17:33) Barangsiapa
berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa
kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.
Ingatlah isteri Lot, artinya; isteri Lot itu tidak
menyangkal diri dan tidak memikul salibnya hanya karena perkara di bawah, hanya
karena hartanya yang banyak.
Barangsiapa kehilangan nyawa, oleh karena sengsara salib, ia
akan hidup. Tetapi kalau dia kehilangan nyawanya karena hartanya maka ia akan binasa.
Ini pelajaran penting bagi orang-orang percaya yang
sudah dibenarkan oleh darah salib, supaya kita memperoleh kasih karunia, ingatlah
isteri Lot dia tidak menyangkal diri dan tidak memikul salib hanya karena
memikirkan perkara di bawah, harta dan kekayaannya. Tetapi barangsiapa
menyangkal diri dan memikul salibnya (rela kehilangan nyawanya karna salib) ia akan hidup oleh
perbuatannya.
Selanjutnya praktek
sengsara salib:
Lukas 17:34-36
(17:34) Aku berkata
kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang
akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.
(17:35) Ada dua
orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain
akan ditinggalkan."
(17:36) [Kalau ada
dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.]
Praktek sengsara salib atau menanggung penderitaan yang
tidak harus ditanggung ada tiga:
1.
BERADA DI ATAS TEMPAT TIDUR -> doa penyembahan.
2.
MENGILANG -> persekutuan
dengan firman Allah.
Orang yang bersekutu dengan firman Allah,
dia sibuk memperhatikan kebutuhan rohaninya yaitu: memperhatikan firman Allah
yang disampaikan.
3.
BERADA DI LADANG -> Persekutuan dalam Roh,
berarti berada di dalam kegiatan roh,
bekerja melayani Tuhan.
Sibuk dalam doa penyembahan, sibuk mengumpulkan firman
Allah, sibuk berada di dalam kegiatan roh (hidup dalam pimpinan roh,
dikuasa oleh roh), itu
praktek dalam sengsara salib.
Sejauh mana kita sibuk di dalam doa penyembahan, di
dalam persekutuan dengan firman Allah, sibuk di dalam kegiatan roh (persekutuan di dalam Roh Tuhan) sejauh itu nanti Tuhan
akan menolong kita. Kesibukan
kita dalam segala perkara harus memuncak sampai kepada pengalaman kematian,
apapun yang kita kerjakan harus sampai mati disitu. Sehingga, akan terjadi, satu diangkat dan satu
tertinggal.
Yang melayani Tuhan layanilah Tuhan sampai mati disitu,
sampai daging tidak bersuara lagi, yang memimpin pujian sampai mati disitu,
yang membaca firman Tuhan, singer, kolektan, pemain musik, guru sekolah minggu,
multimedia, infokus, bendahara, sekretaris, pengetikan dan pengeditan kotbah,
baik juga yang mengelola live streaming, video internet, youtube, facebook, maupun yang
mengelola majalah buli-buli emas berisi manna, kerjakan sampai mati disitu, sampai
daging tidak bersuara tidak
bersungut-sungut.
Sengsara salib membawa kita sampai kepada pengalaman
kematian, tidak akan ada pengalaman kematian kalau seseorang menolak salib,
justru kita bersyukur dengan adanya sengsara salib, dengan adanya salib yang
harus kita pikul, tanggung jawab yang harus kita pikul di atas pundak di tengah-tengah ibadah dan pelayanan =
itu kemurahan Tuhan, cara Tuhan menyelamatkan kehidupan manusia berdosa, tidak
ada cara lain.
Bahkan, lewat
pengalaman kematian, kita memperoleh dua sayap burung nasar yang besar, itulah
cara Tuhan sungguh ajaib dan
luar biasa.
Setelah Tuhan menceritakan dua pribadi yang mengalami
sengsara salib (Nuh
dan Lot),
nanti puncaknya sampai kepada pengalaman kematian, supaya memperolah dua sayap
burung nasar yang besar, sebab
dimana
ada mayat atau bangkai disitulah burung nasar berkerumun.
Kita tidak bisa membeli dengan uang, dengan barang yang
fana kepada Tuhan untuk mendapatkan
dua sayap burung nasar yang besar, kita tidak bisa sogok (menyuap) Tuhan dengan harta
kekayaan, dengan kedudukan jabatan yang ada di dunia ini.
Dua sayap burung nasar yang besar diperoleh dengan cara
yang seadil-adilnya, dimulai dari sengsara salib untuk membawa sampai kepada
pengalaman kematian itu keadilan dan kemurahan Tuhan bagi orang yang
menanti-nantikan Tuhan.
Kita lihat sebuah gambaran dari orang-orang yang
menantikan Tuhan kembali di dalam Yesaya
40:31.
Yesaya 40:31
(40:31) tetapi
orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama
rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak
menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Di sini kita perhatikan mereka yang menanti-nantikan
kedatangan Tuhan mendapat kekuatan baru.
Mendapat kekuatan baru = membaharui kuatnya (dalam
ejaan lama).
Jadi orang-orang
yang menanti-nantikan Tuhan
dibaharui menjadi hidup baru dan orang-orang seperti inilah yang memperoleh
kekuatan dari dua sayap burung nasar yang besar itu.
Jadi setelah dibaharui dan menjadi manusia baru
akhirnya mendapat
kekuatan yang baru dari dua sayap burung nasar yang besar. Kiranya kita semua
dibaharui dari sehari ke sehari oleh penderitaan Yesus Kristus, supaya kita
mendapat kekuatan baru, dimulai dari sengsara sampai kematian Yesus, tiga hari
kemudian Yesus bangkit (hidup
baru).
Oleh
sebab itu jangan tolak salib, justru
seluruh hidup harus disalibkan, sampai pada akhirnya daging tidak
bersuara lagi.
Hari ketiga bangkit (kehidupan yang dibaharui) untuk memperoleh
kekuatan yang baru dari dua sayap burung nasar yang besar.
Mazmur 103:1-5
(103:1) Dari Daud.
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
(103:2) Pujilah
TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
(103:3) Dia yang
mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,
(103:4) Dia yang
menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia
dan rahmat,
(103:5) Dia yang
memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru
seperti pada burung rajawali.
Oleh karena rahmat dan kasih setia Tuhan (lewat pengorbanan-Nya) kita dibaharui menjadi
baru seperti pada burung rajawali.
Burung rajawali harus membaharui kuatnya, harus
mengalami pembaharuan.
Lihat burung rajawali, kalau sudah tua, cakar pada dua
kaki akan memanjang dan melengkung, kemudian paruhnya juga memanjang dan melengkung,
termasuk juga bulu pada sayap-sayapnya sudah semakin menua apabila diterpa oleh
angin bulu pada sayapnya sudah tidak maksimal lagi untuk terbang di tengah
langit, terbang tinggi di udara. Maka, rajawali yang menua ini harus membaharui
hidupnya supaya ada kekuatan. Dimulai dari sengsara salib sampai mengalami
kematian, (membaharui
kuatnya).
Lebih jauh ..
Ayub 39:30-32
(39:30) Atas
perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang
tinggi?
(39:31) Ia diam dan
bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit
didatangi.
(39:32) Dari sana ia
mengintai mencari mangsa, dari jauh matanya mengamat-amati;
Jadi untuk membaharui kuatnya, “burung
rajawali diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung
yang sulit di datangi”.
Bukit batu
-> korban Kristus, disitulah paruhnya dibanting-bantingkan, disitulah
cakar-cakarnya yang memanjang itu dibanting-bantingkan.
Setelah paruh itu patah maka akan tumbuh paruh yang baru, cakar yang
patah tumbuh yang baru, dalam kesempatan itulah dia cabut-cabut semua bulu pada
sayapnya sehingga muncul yang baru, pendeknya, burung rajawali membaharui kuatnya ( mendapat kekuatan
baru).
Kalau tidak dibanting-bantingkan di bukit batu, paruh
yang panjang dan melengkung tidak akan pernah berubah, kalau cakar yang panjang
tidak dibanting-bantingkan ke gunung batu yang tinggi itu, maka cakar itu
tidak akan pernah berubah. Pendeknya,
mengancam hidup, mengancam masa depan.
Orang-orang
yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan membaharui kuatnya, tidak mempertahankan
hidup lama, membantingkan
hidupnya ke gunung batu, seperti Yesus mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib.
Bukit batu yang tinggi -> korban Kristus.
Bantingkanlah
hidup itu di atas korban Kristus, korbankan diri dengan sengsara salib yang
Tuhan percayakan di atas pundak kita, jangan lari dari kenyataan untuk
membaharui kuatnya.
Setelah
saya renungkan Wahyu 8:13 ini,
berarti masih
ada kesempatan untuk lepas dari tiga celaka yang akan menyusul, sekalipun waktu yang tersisa tinggal
sedikit.
Mungkin
sudah terlanjur mangalami hukuman dari sangkakala yang pertama, kedua, ketiga dan
keempat namun
masih ada kesempatan sedikit lagi, untuk membaharui kuatnya, berarti tidak mempertahankan hidup
sehingga terlepas dari 3 celaka yang akan
menyusul oleh 3 malaikat lainnya.
Gunakan kesempatan yang sedikit ini untuk lepas dari
tiga celaka yang akan menyusul.
Kalau kita menyadari bahwa ini adalah suatu kemurahan,
air mata tidak akan bisa ditahan, tapi kalau engkau belum menyadari ini adalah
suatu kemurahan sampai kapanpun engkau tidak akan bisa disentuh oleh firman dan
suatu kerugian kalau tidak membaharui kuatnya.
Orang-orang yang menanti-nantikan
kedatangan Tuhan, akan membaharui kuatnya (mendapat kekuatan yang baru).
Kalau kita perhatikan di ayat 32, dari atas gunung
yang tinggi, di bukit batu yang tinggi, dia mengintai dan mencari mangsa serta dari jauh matanya
mengamat-amati.
Burung
rajawali memiliki mata yang tajam, dapat memandang jauh ke depan, dapat melihat
zat sekecil apapun walaupun jaraknya jauh, artinya; orang yang membaharui
kuatnya, (sampai
mengalami kematian)
adalah orang yang memiliki pandangan jauh ke depan, dia hanya memandang sorga
saja. Tetapi kalau tidak mau menanggung penderitaan dan tidak mau mengalami
kematian pandangannya pendek, pikirannya pendek hanya memikirkan kesenangan
sesaat, sehingga
gampang sekali seseorang berbuat dosa karena pikirannya pendek, tidak memandang
jauh ke depan.
Orang-orang pada zaman Nuh
dan Lot mereka hanya sibuk
memikirkan daging dan kepuasannya, sibuk memikirkan kenajisan sampai jauh dari
salib, tidak mau membaharui kuatnya. Tapi beda dengan orang-orang yang
menanti-nantikan Tuhan, dia membaharui kuatnya karena PANDANGANNYA JAUH KE
DEPAN, ITULAH YANG DISEBUT
PANDANGAN NUBUATAN.
Kerajaan Sorga sudah dinubuatkan dari zaman para nabi
sampai sekarang, karena nabi memiliki mata yang tajam.
Musa seorang nabi dengan pandangan yang
tajam, dia dapat menuliskan
kitab KEJADIAN
(suatu peristiwa) walaupun dia
belum lahir dan sesudah dia lahir dia dapat melihat kerajaan
Sorga, apa buktinya? Dia mendapat kesempatan untuk mendirikan Tabernakel, hari
perhentian yang kekal itu (Tabernakel).
PENGAJARAN MEMPELAI dan PENGAJARAN TABERNAKEL mempertajam
pandangan kita jauh ke depan sehingga tidak lagi mempertahankan pikiran yang
pendek, tidak mudah lagi jatuh dalam dosa, tidak menikmati dosa karena daging, tidak lagi menikmati dosa
karena kenajisan, tidak lagi
menikmati dosa karena kejahatan.
Saya bersyukur kepada Tuhan, andai saja saya
tidak mengenal Pengajaran
Mempelai
maka saya akan menggunakan cara-cara pemanis untuk melayani Tuhan demi
bertambahnya jumlah jiwa.
Tetapi saya bersyukur dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini
mendidik saya untuk mempertajam pandangan, memandang jauh ke depan, memandang
Tabernakel sorgawi.
Saudaraku, pada ayat
31, “ia diam dan bersarang di
bukit batu, di puncak bukit batu, dan di gunung
yang sulit di datangi”, tidak mudah dijangkau
oleh si mata ular (Iblis atau Setan). Asal saja kita tinggikan
korban Kristus, sangat sulit sekali dijangkau oleh mata ular, roh jahat dan roh
najis.
Ayo, tinggikan korban Kristus di dalam hidup supaya
pikiran tidak dikuasai oleh
kejahatan, kenajisan, tidak hanya memikirkan perkara di bawah, kenikmatan
sesaat. Sebab ular
tidak akan pernah datang ke gunung yang tinggi, bukit batu yang tinggi.
Tipe-tipe orang yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan
berjiwa besar, mau memikul salib sampai daging tidak bersuara, pendeknya, membaharui kuatnya, berarti tidak berjiwa kerdil.
Lalu ...
Ayub 39:33
(39:33) anak-anaknya
menghirup darah, dan di mana ada yang tewas, di situlah dia."
Kemudian, “anak-anaknya menghirup
darah, dan di mana ada yang tewas, di situlah dia."
Anak-anak
Tuhan yang menanti-nantikan
kedatangan Tuhan sangat sensitif dengan sengsara salib, begitu mudah menghirup
darah salib, dengan begitu mudah meninggikan korban Kristus.
Peka, berarti
tidak sukar untuk berkorban, baik tenaga, pikiran, waktu, bahkan uang dan
hartanya tidak sukar untuk dikorbankan, tidak hitung-hitungan, itu anak-anak
Tuhan yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan, peka dengan darah, untuk berkorban tidak
mesti ditunjuk-tunjuk, begitu peka dengan pekerjaan Tuhan.
Itu sebabnya orang kikir tidak masuk ke dalam kerajaan sorga,
apalagi mencuri miliknya Tuhan.
Banyak diantara kita berkorban tapi bersungut-sungut,
ini bukan tipe orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan.
Kemudian dimana ada
yang tewas (bangkai), disitu burung nasar berkerumun.
Jadi jelas, dua sayap burung nasar yang besar diperoleh
lewat pengalaman kematian.
Awal pengalaman kematian dimulai dari menghirup darah (sengsara salib), dan selanjutnya
menanggung banyak penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
Kiranya yang kita peroleh bukan hanya sebatas mengerti dan melupakan tetapi
pengertian ini untuk selanjutnya dilakukan.
Siapa yang
mendambakan kedatangan Tuhan, hirup darah sampai nanti masuk ke dalam
pengalaman kematian.
Dimana
ada bangkai (mayat) disitu burung nasar
berkerumun, berarti lewat pengalaman kematian kita memperoleh dua sayap burung
nazar yang besar sampai nanti kita terbang tinggi jauh dari mata si ular.
Wahyu 12:6, 14
(12:6) Perempuan itu
lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah,
supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
(12:14) Kepada
perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang
ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu
selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
Kepada perempuan itu diberi dua sayap burung nasar yang
besar
supaya ia terbang ke tempatnya, yaitu di padang gurun untuk dipelihara selama
tiga tahun setengah.
Pendeknya; jauh dari mata ular. Bukit batu tidak dapat
dijangkau oleh ular, iblis atau setan, roh jahat maupun roh najis.
Pemeliharaan Tuhan tidak hanya berhenti sampai disitu namun sampai pembinasa keji
menajiskan rumah Tuhan selama tiga tahun setengah, Tuhan pelihara kita di
padang gurun, sampai akhirnya kita diselamatkan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA,
MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U.
Sitohang
No comments:
Post a Comment