IBADAH
DOA PENYEMBAHAN, 29 OKTOBER 2019
KITAB
KOLOSE
(Seri:69)
Subtema:
JANGAN MENAMBAHKAN DAN MENGURANGKAN FIRMAN TUHAN
Shalom
saudaraku..
Selamat
malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus. kita
bersyukur karena Tuhan masih menyatakan panjang sabar-Nya, Tuhan masih
memberikan kesempatan kepada kita untuk mengusahakan ibadah-ibadah yang Tuhan
percayakan, termasuk Doa Penyembahan malam ini.
Panjang
sabar Tuhan adalah kemurahan dari Tuhan yang harus kita junjung tinggi, supaya
oleh karena kemurahan itu, kita diselamatkan, kita boleh merasakan kebahagiaan,
damai sejahtarera dan sukacita dari sorga, baik dalam ibadah, pelayanan, nikah,
dan rumah tangga kita masing-masing.
Dan
sebelum kita tersungkur di bawah kaki salib Tuhan, terlebih dahulu kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang
dikirim oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Kolose 3:9.
Ayat
9 ini sudah cukup memberkati kita bahkan sudah berbulan-bulan
memberkati kehidupan kita sehingga kita semua mengerti, dan supaya kita semua
tidak saling mendustai lagi antara satu dengan yang lain.
Bahkan
di luar penggembalaan ini ada yang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat
Ibadah Doa Penyembahan dan dia sangat diberkati sekali. Setelah berulang-ulang
mendengarkan pemberitaan firman ini, akhirnya dia menyerah kepada Roh Tuhan dan
siap untuk mengakui kesalahannya kepada suaminya. Manakala dia sudah siap untuk
dipermalukan oleh pengakuan tersebut, Tuhan sudah mempersiapkan suaminya untuk
memberikan pengampunan kepada dia. Oleh sebab itu, Tuhan turut bekerja untuk
mendatangkan kebaikan sejauh penyerahan diri, tetapi kalau tidak menyerah
bahkan orang lain yang disekitar kita juga turut menderita. Harus terjadi
kelepasan, harus terjadi pengakuan sehingga semuanya selesai.
Saya
tidak salah mengatakan hal itu, karena itu merupakan pengertian yang saya dapat
dari Tuhan.
Kolose
3:9
(3:9)
Jangan lagi kamu saling mendustai, karena
kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
“Jangan
lagi kamu saling mendustai.” Berarti; antara yang satu
dengan yang lain jangan lagi saling mendustai, tetapi sebaliknya marilah kita
menampilkan hati kita yang sebenar-benarnya dihadapan Tuhan maupun dihadapan
sesama dengan cara berkata jujur, sebab semua perkataan-perkataan yang keluar
dari dalam mulut, berasal dari dalam hati seseorang.
Singkatnya:
dengan berkata jujur menunjukkan bahwa; seseorang tidak hidup di dalam
kepalsuan.
Mazmur
12:3
(12:3)
Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan
bibir yang manis dan hati yang bercabang.
Yang
dimaksud dengan berkata dusta ialah; berkata dengan bibir yang manis, tetapi
hatinya bercabang. Dengan demikian, hatinya tidak semanis dan tidak seindah
perkataan-perkataan yang keluar dari mulutnya.
CONTOH:
Wahyu
13:11
(13:11)
Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk
dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
“Di
sini kita melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi.”
Adapun
wujud dari binatang tersebut adalah:
1. “Bertanduk dua sama seperti anak Domba.” Jelas ini
menunjukkan hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang senantiasa mengadakan pelayanan
pendamaian. Tetapi yang sangat membuat kita bingung dan sangat terheran-heran
ialah;
2. “Apabila ia berbicara persis seperti seekor naga.”
Berarti; perkataannya penuh dengan perkataan dusta.
Kesimpulannya;
binatang yang keluar dari dalam bumi ini, tidak lain tidak bukan adalah
nabi-nabi palsu.
Lebih
rinci kita melihat tentang nabi-nabi palsu..
Matius
7:15
(7:15)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Sesungguhnya,
nabi-nabi palsu itu adalah serigala yang buas. Tetapi di tengah-tengah ibadah
dan pelayanan, mereka datang dan menyamar seperti anak domba bertanduk dua.
Namun yang pasti, apabila nabi-nabi palsu berbicara, persis seperti seekor
naga, dalam Perjanjian Lama naga disebut ular.
Kejadian
3:1
(3:1)
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang
dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Tentulah Allah berfirman: Semua
pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
“Adapun
ular adalah yang paling cerdik dari segala binatang di darat.”
Cerdik,
tetapi apabila tidak tulus sama dengan licik. Memang Tuhan menghendaki cerdik,
tetapi harus tulus.
Praktek
licik ialah; perkataannya penuh dengan perkataan dusta.
Sebagai
bukti: ular itu berbicara kepada perempuan itu; “Tentulah Allah berfirman: Semua
pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”
Pendeknya;
ular itu telah berdusta dengan cara memutar balik fakta dengan segala
kelicikannya.
Mari
kita bandingkan dengan Kejadian 2:16
Kejadian
2:16
(2:16)
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
Tuhan
Allah memberi perintah kepada manusia:
“Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas.”
Jadi
setelah kita melihat perbandingan antara Kejadian 3:1 dengan Kejadian
2:16, maka kita dapat mengambil kesimpulan; perkataan ular itu kepada
perempuan itu adalah perkataan dusta sebab apa yang telah diperintahkan
Tuhan kepada manusia itu di dalam Kejadian 2:16, dilarang oleh
ular itu di dalam Kejadian 3:1.
Sekarang
kita akan melihat: Tanggapan perempuan itu terhadap perkataan ular.
Kejadian
3:2-3
(3:2)
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman
ini boleh kami makan,
(3:3)
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman:
Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
Tanggapan
yang pertama: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan.”
Tanggapan
yang kedua: “Tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman,
Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”
Sekarang
kita bandingkan dengan Kejadian 2:16-17..
Kejadian
2:16-17
(2:16)
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam
taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (2:17) tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Pada
ayat ini, Tuhan memberikan PERINTAH dan LARANGAN kepada manusia
itu.
- Perintah Tuhan pada manusia itu (ayat 16): “Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas.”
- Larangan Tuhan kepada manusia itu (ayat 17):
“Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau
makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Kesimpulannya;
setelah kita bandingkan tanggapan perempuan (Kejadian 3:2-3) terhadap
pernyataan ular (Kejadian 3:1), dengan perintah dan larangan Tuhan (Kejadian
2:16-17), maka perempuan itu telah:
- Perempuan itu telah mengurangkan kata “bebas”, dari
apa yang telah diperintahkan Tuhan Allah.
- Perempuan itu telah menambahkan kata “raba”, dari
apa yang telah dilarang oleh Tuhan Allah.
Jadi,
oleh tipu daya dari pada ular itu di dalam Kejadian 3:1, maka perempuan
itu menambahkan dan mengurangkan Firman Tuhan. Mengurangkan apa yang
telah diperintahkan oleh Tuhan dan menambahkan apa yang telah dilarang
oleh Tuhan.
Jadi
saudaraku, kalau kita biasa berkata dusta, akibatnya juga bisa mempengaruhi
kejiwaan orang lain.
Mungkin
saja, orang dapat bertahan dengan kebenaran yang dia miliki, tetapi secara
psikologis, ada yang dipengaruhi, bisa menambah emosi, menambah kejengkelan di
hati, dan lain sebagainya. Dan itu yang sedang terjadi menimpa perempuan itu
oleh karena kelicikan dari pada tipu daya ular itu.
Sebab
itu, kita harus tanggapi apa yang menjadi pernyataan Rasul Paulus kepada sidang
jemaat di Kolose yaitu; “Jangan lagi kamu saling mendustai”, antara yang
satu dengan yang lain, baik lahir maupun batin, dimulai dari nikah dan rumah
tangga.
Wahyu
22:18-19
(22:18)
Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuata
dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada
perkataan-perkataan ini, maka Allah menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka
yang tertulis dalam kitab ini. (22:19) Dan jikalau seorang mengurangkan
sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan
mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti tertulis
di dalam kitab ini.”
Jangan
menambahkan sesuatu dan mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari
kitab nubuatan ini.
Di
dalam kitab Wahyu semuanya telah tersingkap, itulah nubuatan para nabi.
Akibat
menambahkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuatan ini, ialah:
Allah
akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab
nubuatan ini, itulah Wahyu.
Tentang:
“Menambahkan.”
Wahyu
15:1
(15:1)
Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat
dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka
Allah.
Tanda
besar di langit yang pertama adalah Wahyu 12:1; “Seorang perempuan
berselubungkan matahari, bulan di bawah kakinya, sebuah mahkota dari dua belas
bintang di atas kepalanya.”
Tanda
lain (yang kedua) di langit, besar dan ajaib yakni; “Tujuh malaikat
dengan tujuh malapetakanya.”
Dalam
Wahyu 15:1, kita tidak melihat tujuh malapetaka dari tujuh malaikat,
tetapi kita akan melihat dan menemukannya di dalam Wahyu 16:1-21, disinilah
terdapat tujuh malaikat dengan ketujuh malapetakanya.
Mari
kita melihat KETUJUH MALAPETAKA tersebut.
MALAPETAKA
YANG PERTAMA.
Wahyu
16:2
(16:2)
Maka pergilah malaikat yang pertama dan ia menumpahkan cawannya ke atas bumi;
maka timbullah bisul yang jahat dan yang berbahaya pada semua orang yang
memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya.
Malapetaka
yang petama terjadi atas: Bumi. Maka timbullah bisul yang jahat dan
berbahaya pada semua orang yang memakai tanda binatang itu, yakni; enam ratus
enam puluh enam (666) di dahi, ataupun di tangan kanan mereka, dan juga yang
turut menyembah patung binatang itu
(antikris).
Saudaraku,
enam ratus enam puluh enam (666) merupakan cap (meterai) dari antikris. Mereka
yang sudah menerima cap (meterai) tersebut menunjukkan bahwa mereka adalah
bagian dari antikris. Roh antikris adalah roh jual beli.
Jadi,
kalau hari ini kita meninggalkan Tuhan, meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya
karena uang, hanya karena mamon, menunjukkan kalau dia sedang dikuasai oleh roh
antikris. Jangan sampai itu tercap dalam diri kita.
- Angka enam pertama; berarti; tubuh dikusai daging.
- Angka enam kedua; berarti; jiwa dikuasai daging.
- Angka enam ketiga; berarti; roh dikuasai daging.
Kalau
roh kita penurut, tetapi daging lemah mungkin (mudah-mudahan) Tuhan tolong
kehidupan kita. Tetapi kalau tubuh, jiwa, dan roh kita sudah
dikusai oleh daging, maka sama dengan cap (meterai) dari antikris sudah
betul-betul melekat di dalam diri atau hidup seseorang. Maka, orang semacam ini
nanti tidak bisa melepaskan diri dari malapetaka.
MALAPETAKA
YANG KEDUA.
Wahyu
16:3
(16:3)
Dan malaikat yang kedua menumpahkan cawannya ke atas laut; maka airnya
menjadi darah, seperti darah orang mati dan matilah segala yang bernyawa,
yang hidup di dalam laut.
Malapetaka
yang kedua terjadi atas: Laut. Maka laut menjadi darah. Akibatnya; matilah
segala yang hidup di laut.
Hal
ini sangat merugikan nelayan-nelayan tentunya.
Kita
masih mengingat bagaimana Simon Petrus dari penjala ikan menjadi penjala
manusia.
MALAPETAKA
YANG KETIGA.
Wahyu
16:4
(16:4)
Dan malaikat yang ketiga menumpahkan cawannya atas sungai-sungai dan
mata-mata air, dan semuanya menjadi darah.
Malapetaka
ketiga terjadi atas: Sungai dan mata-mata air menjadi darah.
Kalau
air tawar menjadi darah, maka manusia akan mengalami dehidrasi (kekurangan
air), akhirnya tidak berdaya.
Tetapi
sampai hari ini, oleh karena kemurahan Tuhan, kita masih menerima sungai air
kehidupan dengan limpah sehingga kita tidak mengalami dehidrasi.
Kalau
kita mengalami kekurangan pembukaan rahasia firman Tuhan, maka kita hanya bisa
mangap-mangap saja, lama-lama mati. Puji Tuhan..Haleluya...
Jangan
kita sombong lagi, karena Tuhan dengan limpah kasih-Nya menyatakan pembukaan
rahasia Firman kepada kita. Dan jangan ada seorangpun yang merasa sudah
mengerti firman Tuhan, karena orang yang merasa sudah mengerti firman Tuhan
adalah orang bodoh, sebab Firman Tuhan itu harus diulang-ulang untuk menyucikan
kehidupan seseorang.
MALAPETAKA
KEEMPAT.
Wahyu
16:8-9
(16:8)
Dan malaikat yang keempat menumpahkan cawannya ke atas matahari, dan
kepadanya diberi kuasa untuk menghanguskan manusia dengan api. (16:9)
Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama
Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat
untuk memuliakan Dia.
Malapetaka
yang keempat terjadi atas: Matahari. Tujuannya; untuk menghanguskan
manusia oleh panas api yang dahsyat. Akibatnya; mereka menghujat Allah dan
tidak mau bertobat.
Saat
ini, terkhusus di daerah Jawa Tengah sampai Jawa Timur suhu udara semakin meningkat,
sudah mencapai 44 derajat Celcius. Bahkan di media sosial dan media televisi,
sudah diberitakan; seseorang yang sedang menggoreng telur dadar (telur ceplok),
hanya dengan meletakkan wadahnya di jalanan begitu saja.
Jadi
suhu udara sekarang ini sudah tidak menentu lagi. Saudaraku, kepastian hanya
ada di dalam Tuhan.
Saudara,
sejauh ini kita masih merasakan kasih dari Allah Bapa. Itu merupakan salah satu
tabiat dari Allah Tritunggal, untuk menaungi mempelai wanita Tuhan. Tetapi
kalau kasih dan kemurahan itu tidak dihargai, maka akan berubah menjadi
malapetaka untuk menghanguskan manusia berdosa.
Yang
dipercaya oleh Tuhan untuk melayani pekerjaan Tuhan, itu kasih dan kemurahan.
Dan kita juga boleh dihimpunkan di dalam rumah Tuhan untuk mengikuti ketekunan
dalam tiga macam ibadah pokok serta menikmati kasih dari pelayanan Imam Besar,
itu karena kasih dan kemurahan Tuhan. Kalau semuanya itu tidak dihargai, maka
nanti kasih dan kemurahan tersebut akan berubah menjadi malapetaka untuk
menghanguskan manusia itu sendiri.
MALAPETAKA
YANG KELIMA.
Wahyu
16:10-11
(16:10)
Dan malaikat yang kelima menumpahkan cawannya ke atas takhta binatang
itu dan kerajaannya menjadi gelap, dan mereka menggigit lidah mereka karena
kesakitan, (16:11) dan mereka menghujat Allah yang di sorga karena
kesakitan dan karena bisul mereka, tetapi mereka tidak bertobat dari
perbuatan-perbuatan mereka.
Malapetaka
yang kelimat terjadi atas: Takhta binatang itu (antikris), sehingga
kerajaannya menjadi gelap. Akibatnya; mereka menggigit lidah mereka karena
kesakitan.
Kalau
lidah tergigit, maka sakitnya luar biasa, tidak bisa lagi berbuat apa-apa,
tidak bisa lagi mengucapkan kata-kata. Bayangkan kalau antara yang satu dengan
yang lain tidak bisa lagi mengucakan kata-kata, maka semuanya menjadi dungu dan
bisu, dan ini menimbulkan perselisihan satu dengan yang lain, menjadi salah
persepsi.
Kemudian,
mereka menghujat Allah karena kesakitan dan karena bisul itu, namun sekalipun
demikian, mereka tidak mau bertobat.
Saudaraku,
menyesallah sebelum terjadi penyesalan. Kalau hari ini kita tidak mau bertobat,
masih tetap mempertahankan dusta dan saling mendustai, maka kehidupan semacam
ini riskan (beresiko tinggi), menimbulkan penderitaan yang hebat, baik untuk
masa sekarang maupun pada saat malapetaka yang kelima berlangsung.
MALAPETAKA
KEENAM.
Wahyu
16:12
(16:12)
Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang besar, sungai
Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah jalan bagi raja-raja
yang datang dari sebelah timur.
Malapetaka
yang keenam terjadi atas: Sungai yang besar yakni; sungai Efrat. Akibatnya;
keringlah sungai Efrat.
Tujuannya;
supaya keringlah airnya sehingga siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari
sebelah timur.
Kalau
kita kaitkan dengan pola Tabernakel, jalan itu dimulai dari PINTU GERBANG terus
sampai pada RUANGAN MAHA SUCI (hari perhentian kekal).
Sungai
Efrat adalah gambaran dari roh najis. Maka, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa: roh najis ini betul-betul menghambat pembangunan tubuh Kristus. Tetapi
setelah malapetaka yang keenam menimpa sungai Efrat (sungai yang besar), maka
siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur, artinya; Terwujudlah
pembangunan tubuh Kristus (Tubuh Mempelai).
Wahyu
16:13-14
(16:13)
Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut
nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak. (16:14)
Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan
mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka
guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa.
Dari
mulut naga, binatang (antikris), dan nabi-nabi palsu
keluar tiga roh najis yang menyerupai katak, dan itu terjadi ketika mereka
mengadakan mujizat.
Jadi,
naga, binatang itu (antikris), serta nabi-nabi palsu, mengadakan mujizat di
tengah pelayanan mereka, ternyata disertai dengan roh-roh najis. Karena dari
mulut naga, antikris, dan nabi-nabi palsu itu keluar roh najis.
Tetapi
setelah sungai Efrat itu kering, ditimpa oleh malapetaka yang keenam; siaplah
jalan bagi raja-raja dari Timur.
Jadi
jelas roh najis itu menghambat jalannya pembangunan tubuh Kristus. Jangan kita
bermain-main dalam kenajisan.
Hati-hati
saudaraku, ukuran kelayakan dari sebuah pelayanan, bukan dilihat dari mujizat
(tanda-tanda heran) yang sedang terjadi, tetapi salib. Mujizat pasti terjadi,
tetapi salib harus terlebih dahulu ditegakkan di tengah ibadah dan pelayanan,
dengan lain kata; Korban Kristus harus dijunjung tinggi.
MALAPETAKA
KETUJUH.
Wahyu
16:17
(16:17)
Dan malaikat yang ketujuh menumpahkan cawannya ke angkasa. Dan dari dalam Bait
Suci kedengaranlah suara yang nyaring dari takhta itu, katanya: "Sudah
terlaksana."
Malapetaka
yang ketujuh terjadi atas: Angkasa. Maka pada saat malapetaka itu
ditimpakan atas angkasa, terdengarlah suara nyaring dari takhta Allah katanya; “Sudah
Terlaksana.”
Di
dalam injil Yohanes 29:30, sesudah Yesus meminum anggur asam, berkatalah
Ia; “Sudah selesai.”
Berarti;
malapetaka yang ketujuh ini adalah akhir dari semua penghukuman, dan Allah
sudah menghukum dosa di dalam daging Yesus di atas kayu salib, dan setelah
selesai, Yesus berkata; “Sudah selesai.”
Saudara, itulah malapetaka yang ketujuh, menimpa angkasa raya dari
Timur sampai ke Barat, Utara dan Selatan. Tetapi setelah menimpa angkasa raya,
dari takhta Allah, terdengarlah suara; “Sudah terlaksa.”
Berarti; telah selesai penghukuman dari tujuh melapetaka oleh
tujuh malaikat.
Jadi, malapekata yang ketujuh merupakan penghukuman yang terakhir
dari Allah Bapa.
Wahyu 16:19-21
(16:19) Lalu terbelahlah kota besar
itu menjadi tiga bagian dan runtuhlah kota-kota bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk
memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya. (16:20)
Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung. (19:21)
Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan
manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu
sangat dahsyat.
Di sini kita melihat, “Memanacarlah kilat dan menderulah bunyi
guruh, terjadilah gempa bumi yang dahsyat yang tidak pernah terjadi, dan tidak
akan pernah terjadi lagi.” Akibatnya; Terbelahlah kota Babel menjadi tiga
bagian, sama artinya; runtuhlah kerajaan dari setan. Tritunggal dari setan,
antara lain;
1. Satu bagian untuk kota naga itu.
2. Satu bagian untuk kota binatang itu
(antikris).
3. Satu bagian untuk kota nabi-nabi palsu.
Kalau kota babel terpecah-pecah maka kekuatan mereka juga runtuh.
Tetapi selama mereka bersatu, tritunggal dari setan; naga, antikris, dan nabi
palsu bersatu, maka mereka betul-betul mengguncang dunia ini.
Tetapi manakala malapetaka yang ketujuh menimpa kota babel itu,
maka kota babel terpecah-pecah menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk naga,
satu bagian untuk antikris, dan satu bagian lagi untuk nabi palsu
(terpecah-pecah).
Kota yang terpecah-pecah, menunjukkan kekuatannya telah runtuh
(Sudah selesai).
Tentu kita bersyukur kalau memang saat ini kita ada di dalam
rencana Allah yang besar.
Kemudian, “Semua pulau dan gunung-gunung lenyap.”
Saat ini, kita berada di atas gunung Sion, berdiri tegak di hulu
gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit (Yesaya 2:2-3).
Tetapi gunung-gunung lain dan pulau-pulau lain akan lenyap.
Apa tandanya kita berada di atas gunung Sion?
- Dari gunung Sion keluar Pengajaran
Mempelai.
- Firman Tuhan dari Yerusalem.
Siapa Yerusalem? Yerusalem menunjuk kepada; orang yang
melayani Tuhan, mereka menjadi contoh teladan sesuai dengan Firman itu.
Itulah tanda bahwa saat ini kita berada di atas gunung Sion.
Tetapi manakala malapetaka yang ketujuh terjadi, maka gunung-gunung lain dan
pulau lain akan lenyap.
Maka untuk yang kesekian kali saya mengatakan, kita patut
bersyukur kepada Tuhan karena kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dan
Pengajaran Tabernakel, Tuhan tinggikan kita setinggi-tingginya, dengan lain
kata, lepas dari kebinasaan. Gunung dan pulau lain boleh lenyap, tetapi gunung
Sion, tetap tegak berdiri di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas
bukit-bukit, dapat mengatasi segala persoalan, termasuk persoalan yang
terakhir, lepas dari malapetaka yang ketujuh.
Kemudian, “Hujan es lebat sebesar seratus pon (50 kilogram),
jatuh dari langit menimpa manusia yang tidak mau bertobat.” Yaitu
orang-orang yang menghujat Allah.
Kita kembali membaca..
Tentang: “Mengurangkan.”
Wahyu 22:19
(22:19)
Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab
nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan
dari kota kudus, seperti tertulis di dalam kitab ini.”
Jika mengurangkan Firman Tuhan, Allah akan mengambil bagiannya
dari;
1. Pohon kehidupan.
2. Kota kudus.
Tentang: POHON KEHIDUPAN.
Wahyu 22:2
(22:2) Di tengah-tengah jalan kota
itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang
berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu
dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
Pohon kehidupan jelas menunjuk; pribadi Yesus, Anak Allah, Dialah
Firman Allah yang hidup.
Pohon kehidupan itu, berbuah dua belas kali, berarti; tiap-tiap
bulan sekali. Ini menunjuk kepada dua belas rasul (dua belas murid Yesus),
itulah dua belas rasul hujan awal.
Kita sudah melihat pengajaran rasul-rasul di dalam Kisah Para
Rasul 2:40, Mereka bertekun dalam tiga macam ibadah pokok.
- Bertekun dalam pemecahan roti -> Ketekunan
dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan Perjamuan Suci.
- Bertekun dalam persekutuan ->
Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
- Bertekun dalam berdoa -> Ketekunan
dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Inilah buah dari pohon kehidupan, dua belas rasul hujan awal
dengan pengajaran-pengajarannya, berbicara tentang ketekunan dalam tiga macam
ibadah pokok.
Sebab itu, di dalam Ibrani dikatakan; jangan kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita menjelang kedatangan Tuhan yang sudah
tidak lama lagi. Tetapi sebaliknya, marilah kita saling mengingatkan, saling
mendorong dalam kasih supaya kita jangan menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah tersebut.
Kalau seseorang sudah mengerti tentang ketekunan dalam tiga macam
ibadah pokok, tetapi dengan sengaja meninggalkan ketekunan dalam tiga macam
ibadah pokok tersebut, maka darah Yesus tidak belaku atas dia.
Jadi, buah dari pada pohon kehidupan adalah Pengajaran dari Rasul-rasul.
Penekanannya tentang; ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Ibrani 10:22-24
(10:22) Karena itu marilah kita
menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang
teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan
tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang
pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya,
setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling
mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Dari tiga ayat ini kita menemukan tiga kata;
1. Iman (ayat 22) -> Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman
Alkitab disertai dengan Perjamuan Suci.
2. Pengharapan (ayat 23) -> Ketekunan dalam Ibadah Raya
Minggu disertai dengan kesaksian.
3. Kasih (ayat 24) -> Ketekunan dalam Ibadah Doa
Penyembahan.
Ibrani 10:26
(10:26) Sebab jika kita sengaja
berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak
ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.
Sudah mengerti kebenaran dalam tiga macam ibadah pokok, tetapi
dengan sengaja meninggalkan ibadah tersebut maka darah Yesus tidak berlaku atas
dia. Apalagi seorang imam, kalau sengaja meninggalkan ibadah dan pelayanan,
darah Yesus tidak berlaku atas dia. Tetapi puji Tuhan, kita saat ini sedang
menikmati buah dari pohon kehidupan, itulah pengajaran rasul-rasul,
penekanannya pada; ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Tentang: KOTA KUDUS.
Kota kudus -> Yerusalem yang baru, yakni; Mempelai
Wanita Tuhan.
Wahyu 21:2,9-11
(21:2) Dan aku melihat kota yang
kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan
pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. (21:9) Maka
datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh
dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya:
"Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan,
mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke
atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang
kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu
penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling
indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Kota kudus itulah Yerusalem yang baru,
turun dari sorga, dari Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan, yang
berdandan untuk suaminya.
Kota kudus itulah Yerusalem baru, kota segi empat, bagaikan tutup
dada pada baju Efod imam besar, panjang, lebarnya, dan tinginya sama. Pada pola
Tabernakel terkena pada Ruangan Maha Suci.
Panjang; 10 hasta, Lebar; 10 hasta, dan Tinggi; 10 hasta (10 x
10 x 10 = 1000 hasta).
Jadi jelas, ini berbicara tentang Kerajaan seribu tahun damai.
Mempelai wanita Tuhan ada di jantung hati Tuhan selama 1000 tahun
lamanya, pada akhirnya turun dari Allah, dari sorga, berhias bagaikan pengantin
perempuan, yang berdandan untuk suaminya.
Itulah upah kita dalam mengikuti Tuhan. Tetapi kalau mengurangkan
dari nubuatan kitab ini, maka Tuhan akan mengambil kota kudus dari
kehidupannya.
Jadi, dengan kita menerima Pengajaran Mempelai dan Pengajaran
Tabernakel, kita dibawa masuk dalam rencana Allah yang besar, yakni; menjadi
tubuh mempelai, menunjukkan bahwa kita berada di jantung hati Tuhan. Sesudah
seribu tahun damai, barulah kota kudus, Yerusalem yang baru turun dari
sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.
Tetapi barangsiapa mengurangkan perkataan dari kitab nubuatan ini,
maka Tuhan akan mengambil kota kudus dari kehidupannya (tidak layak menjadi
mempelai wanita Tuhan).
Jadi saudara, jangan berpikir Pengajaran Mempalai dan Pengajaran
Tabernakel ini adalah buatan manusia, bukan.
Itu dari Tuhan, dari sorga, dari Allah, dua saksi yang kuat
(Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel) untuk menjadi mempelai Tuhan.
Kita sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus dengan nasehat dan
didikan yang luar biasa untuk mendidik kehidupan kita menjadi suatu kehidupan
yang luar biasa.
Ulangan 4:2
(4:2) Janganlah kamu menambahi
apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya,
dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan
kepadamu.
Kalau kita sudah dibawa oleh Tuhan ke tanah Kanaan rohani, itulah
ibadah dan pelayanan sebagai milik pusaka yang diwariskan oleh Tuhan kepada
kita, jangan menambahkan dan jangan mengurangkan apa yang telah diperintahkan
oleh Tuhan, tetapi dengan tulus melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan
kepada kita.
Sebagaimana yang telah dipesankan oleh Allah lewat hamba-Nya Musa
kepada bangsa Israel dan dua belas suku-Nya. Apabila mereka tiba di tanah
Kanaan, itu berbicara tentang Kebangkitan Kebangunan Rohani, jangan menambahkan
dan jangan mengurangkan Firman Tuhan.
Jadi orang yang melayani pekerjaan Tuhan, di tengah-tengah ibadah
dan pelayanan sebagai milik pusaka yang diwariskan oleh Tuhan, tidak boleh
menambahkan dan tidak boleh mengurangkan firman Tuhan.
Dan kalau kita sudah mengerti firman Tuhan, jangan lawan hati
nurani hanya karena perkara lahiriah yang kelihatannya megah.
Ulangan 12:29-32
(12:29) "Apabila TUHAN, Allahmu, telah melenyapkan
dari hadapanmu bangsa-bangsa yang daerahnya kaumasuki untuk mendudukinya, dan
apabila engkau sudah menduduki daerahnya dan diam di negerinya, (12:30) maka
hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah
mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya
tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah
kepada allah mereka? Aku pun mau berlaku begitu. (12:31) Jangan
engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi
kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi
allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar
mereka dengan api bagi allah mereka. (12:32) Segala yang
kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau
menambahinya ataupun menguranginya.
Firman Tuhan Allah harus dilakukan dengan setia, berarti; tidak
boleh ditambahi dan tidak boleh dikurangi.
Syaratnya; jangan mengikuti seluk beluk (tata cara ibadah)
di luar Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel sebab itu merupakan jerat
bagi kita.
Kalau kita penasaran untuk melihat cara-cara ibadah di luar
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, itu adalah jerat, lama-lama
terikat, karena sebenarnya daging ini adalah takhta setan.
Kalau daging ini tidak segera disalib, maka kita menjadi tidak
waras, banyak terjadi perbuatan kegilaan-kegilaan (yang aneh-aneh, di luar
pemikiran manusia).
Sekarang setan sudah memasuki tempat ibadah dengan tata cara
ibadah yang tidak berkenan. Yang benar dirubah menjadi tidak berkenan. Gereja sekarang
disusupi dengan cara ibadah tertawa-tertawa, disusupi dengan cara ibadah
muntah-muntah, disusupi dengan cara ibadah rubuh-rubuh. Tetapi rupanya semua
ajaran-ajaran itu tidak bertahan lama. Ajaran-ajaran semacam itu terikat dengan
perkara lahiriah sehingga betul-betul memberikan suatu kesukaan dan kenikmatan
di dalam daging. Manakala kita coba-coba ingin tahu, penasaran, dan mengikuti
seperti apa tata cara ibadah yang demikian, maka lama-lama daging ini terikat.
Sebab itu kita tidak perlu penasaran dengan tata cara ibadah di luar Pengajaran
Mempelai dan Pengajaran Tabernakel.
Malam ini Tuhan inginkan supaya kita melakukan Firman Tuhan dengan
setia, berarti; jangan menambahi dan jangan mengurangi.
Syaratnya; jangan penasaran dengan tata cara ibadah di luar
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Amin
TUHAN
YESUS KRITUS, KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment