IBADAH RAYA MINGGU, 10 NOVEMBER 2019
WAHYU PASAL 11
(Seri:
12)
Subtema: KEDUA POHON ZAITUN DAN KEDUA KAKI DIAN
Shalom.
Salam
sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karena Tuhan masih memberi kesempatan
dan kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan hati-Nya untuk melayani pekerjaan
Tuhan, terkhusus di dalam pemberitaan firman Tuhan.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook
di manapun anda berada, biarlah kiranya kita diberkati oleh Tuhan lewat
pembukaan firman, sebab itu mari kita mohonkan kemurahan Tuhan dengan segala
kerendahan hati, supaya kiranya Dia hadir di tengah-tengah ibadah ini sebagai
Imam Besar, melayani berdoa memperdamaikan dosa kita masing-masing.
Kita
segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU
11.
Wahyu
11:4
(11:4)
Mereka adalah kedua pohon zaitun
dan kedua kaki dian
yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.
Tuhan
menugaskan dua saksi Allah. Mereka itu adalah “kedua pohon zaitun” dan “kedua
kaki dian” yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.
Kita
akan memeriksa kedua perkara tersebut.
Tentang:
KEDUA POHON ZAITUN.
Kedua
pohon zaitun, menunjuk; kehidupan yang diurapi oleh Tuhan.
Mari
kita melihat KEHIDUPAN YANG DIURAPI.
Zakharia
4:3, 11-14
(4:3)
Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu
dan satu di sebelah kirinya. (4:11)
Lalu berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua pohon zaitun yang di
sebelah kanan dan di sebelah kiri kandil ini?" (4:12)
Untuk kedua kalinya berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua dahan
pohon zaitun yang di samping kedua pipa emas yang menyalurkan cairan emas dari
atasnya itu?" (4:13) Ia
menjawab aku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku:
"Tidak, tuanku!" (4:14)
Lalu ia berkata: "Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di dekat
Tuhan seluruh bumi!"
Kedua
pohon zaitun yang dimaksud oleh Tuhan dalam Wahyu 11:4 juga terdapat
dalam Zakharia 4:3, 11-14.
Jadi,
Zakharia 4:3, 11-14 sama dengan Wahyu 11:4.
Kedua
pohon zaitun terukir di sebelah kanan dan di sebelah kiri tempat minyak dari
kandil atau pelita emas itu menunjuk kepada kedua orang yang diurapi oleh
Tuhan. Memang, di dalam Wahyu 11:4
dua saksi yang ditugaskan oleh Allah tidak disebut nama mereka, tetapi kalau
kita telusuri ayat berikutnya, kita akan mengerti dan mengenal siapa kedua
pribadi ini.
Tetapi
yang perlu saya jelaskan sore hari ini ialah kedua pohon zaitun itu merupakan
kedua orang yang diurapi oleh Tuhan.
Dalam
Perjanjian Lama, ada tiga golongan yang diurapi oleh Tuhan:
1.Raja.
2.Imam-imam.
3.Nabi.
Ketiga
golongan tersebut adalah pemimpin-pemimpin untuk memimpin umat Tuhan. Pemimpin,
berarti; memimpin umat Tuhan.
Mari
kita lihat PEMIMPIN.
Daniel
12:3
(12:3)
Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya
seperti cahaya cakrawala, dan yang
telah menuntun banyak orang kepada
kebenaran seperti bintang-bintang,
tetap untuk selama-lamanya.
Pemimpin-pemimpin
yang diurapi, sama dengan; orang-orang bijaksana. Mereka itu akan bercahaya
seperti bintang-bintang di cakrawala, tujuannya; untuk menuntun atau
memimpin banyak orang kepada kebenaran.
Jadi,
tugas dari bintang-bintang di cakrawala -- itulah orang yang
bijaksana, itulah orang yang diurapi -- ialah menuntun banyak orang
kepada kebenaran. Hal yang senada dialami oleh orang-orang Majus; mereka
dituntun atau dipimpin oleh bintang timur sampai kepada sasaran yang dituju,
yakni tempat di mana Yesus dilahirkan.
Wahyu
1:20
(1:20)
Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kanan-Ku dan
ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh
bintang itu ialah malaikat
ketujuh jemaat dan ketujuh
kaki dian itu ialah ketujuh jemaat."
Ketujuh
bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat, menunjuk; pemimpin-pemimpin di dalam
rumah Tuhan.
Tugas
mereka ialah memimpin sidang jemaat untuk dibawa sampai kepada kebenaran dengan
tepat dan pasti.
Pada
minggu yang lalu telah saya sampaikan bahwa kepada kedua saksi Allah ini diberi
tugas untuk bernubuat sambil berkabung selama 1260 (seribu dua ratus enam
puluh) hari, sama dengan; 42 (empat puluh dua) bulan, sama dengan 3.5 (tiga
setengah) tahun.
Berarti,
kita dapat menarik kesimpulan bahwa; panjang sabar Tuhan tidak terukur. Kasih
dan setia-Nya luar biasa. Sekalipun sampai kepada hari-hari terakhir di mana
antikris mulai berkuasa, namun Tuhan tetap mengutus dua saksi-Nya, itulah kedua
pohon zaitun, itulah kehidupan yang diurapi, untuk memimpin, untuk menuntun
banyak orang kepada kebenaran.
Jadi,
betul-betul Tuhan sangat memperhatikan umat-Nya. Tuhan tidak mau dipersalahkan
oleh manusia. Tuhan tidak mau disebut sebagai Tuhan yang tidak adil, sebab
Tuhan masih mengutus dua saksi-Nya yang disebut dengan kedua pohon zaitun.
Itulah kasih dan setia Tuhan, supaya nanti Tuhan tidak dapat dipersalahkan.
Ciri kehidupan yang diurapi (kedua pohon
zaitun).
YANG
PERTAMA.
Amsal
30:27
(30:27)
belalang yang tidak mempunyai raja,
namun semuanya berbaris dengan teratur,
“Belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya
berbaris dengan teratur.” Ini gambaran dari kehidupan yang
diurapi.
Jadi,
ciri kehidupan yang diurapi ialah teratur, sama dengan; disiplin, hidup tidak
serampangan, maksudnya; terhadap janji firman Tuhan bukanlah “ya” dan “tidak”.
Gereja
Tuhan membutuhkan pemimpin yang demikian. Pemimpin yang betul-betul hidupnya
teratur, berarti hidupnya disiplin. Orang yang disiplin di dalam hal melayani
pekerjaan Tuhan, ia tidak serampangan.
2
Korintus 1:17-18
(1:17)
Jadi, adakah aku bertindak
serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau
adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku
serentak terdapat "ya"
dan "tidak"?
(1:18)
Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya"
dan "tidak".
Rasul
Paulus adalah contoh pemimpin sidang jemaat yang tidak serampangan.
Serampangan,
berarti; di dalam dirinya serentak “ya” dan “tidak”.
Pendeknya:
Rasul Paulus adalah pemimpin yang disiplin, pemimpin yang teratur, sehingga ia
layak menjadi pemimpin sekaligus layak menjadi contoh teladan yang baik bagi
sidang jemaat yang dipercayakan oleh Tuhan.
Sebab
itu, di atas tadi telah saya sampaikan: Gereja Tuhan membutuhkan pemimpin yang
diurapi, yang teratur hidupnya, disiplin hidupnya, supaya menjadi contoh
teladan bagi sidang jemaat, berarti; tidak serampangan di dalam melayani
pekerjaan Tuhan, atau di dalam dirinya tidak serentak “ya” dan “tidak”.
2
Korintus 1:19-20
(1:19)
Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah
kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan
"tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya". (1:20)
Sebab Kristus adalah "ya"
bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin"
untuk memuliakan Allah.
Yesus
Kristus, Anak Allah, yang diberitakan di tengah-tengah sidang jemaat di
Korintus bukanlah “ya” dan “tidak”, sebaliknya di dalam Kristus hanya ada “ya”,
sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah, maka oleh Dia, kita harus
mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah. Amin adalah bahasa Ibrani, yang
artinya; pasti, sungguh, benar.
Inilah
model pemimpin yang dibutuhkan oleh gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini;
menjadi contoh teladan untuk menuntun sidang jemaat kepada kebenaran, persis
seperti bintang timur menuntun orang Majus sampai tiba di tujuan dengan pasti,
dengan sungguh, dengan benar. Itu sebabnya, oleh Dia, kita harus
mengatakan “Amin” untuk memuliakan Dia.
2
Korintus 1:21-22
(1:21)
Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus,
adalah Allah yang telah mengurapi,
(1:22)memeteraikan
tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan
Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan
dari semua yang telah disediakan untuk kita.
Pengurapan
itu adalah jaminan dari segala yang disediakan untuk kita. Jadi, jelas, kita
membutuhkan seorang pemimpin yang teratur, seorang pemimpin yang disiplin,
seorang pemimpin yang bisa dijadikan contoh teladan. Pemimpin yang demikian
dapat menuntun banyak orang kepada kebenaran. Dan pengurapan itu merupakan
jaminan dari segala sesuatu yang disediakan untuk kita, termasuk hidup kekal.
Gereja
sangat membutuhkan atau kehidupan yang diurapi, yang hidupnya teratur dan
disiplin. Gereja tidak mungkin sampai kepada kebenaran jikalau seorang pemimpin
tidak diurapi dan pemimpin itu sendiri tidak sampai kepada kebenaran, tidak
disiplin dan tidak teratur. Hal ini harus betul-betul kita sadari di hadapan
Tuhan, tidak boleh bermegah, tidak boleh sombong.
Pendeknya:
Rasul Paulus menjadi pemimpin, menjadi saksi untuk sidang jemaat karena Tuhan
mengenal pribadi Rasul Paulus sebagai seorang yang teratur, disiplin, sebab dia
tidak serampangan di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Demikian
juga sidang jemaat, dengan tandas saya katakan sore hari ini: Kalau ikut Tuhan,
ikut Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kalau tidak sungguh-sungguh, jangan ikut
Tuhan. Jangan serampangan. Jangan serentak “ya” dan “tidak”, supaya tidak
berakhir sama seperti sidang jemaat di Laodikia; tidak dingin dan tidak panas.
Seharusnya, kalau ikut Tuhan;
-panas,
panas betul.
-Dingin,
dingin betul.
Dengan
kata lain; ikut Tuhan seharusnya tidak serampangan.
Mengapa
sidang jemaat di Laodikia ini serampangan? Karena sidang jemaat di Laodikia
bergantung pada harta dan kekayaan, tidak bergantung pada kasih dan kemurahan
Tuhan.
Kalau
seorang pemimpin yang diurapi dengan kehidupan yang teratur, maka kita juga tidak
boleh serampangan, kita juga harus teratur, juga harus disiplin. Itu semua
terkait antara satu dengan yang lain.
Ciri kehidupan yang diurapi (kedua pohon
zaitun).
YANG
KEDUA.
1
Yohanes 2:27
(2:27)
Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari
pada-Nya. Karena itu tidak perlu
kamu diajar oleh orang lain. Tetapi
sebagaimana pengurapan-Nya mengajar
kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya
itu benar, tidak
dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah
mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Ciri
kehidupan yang diurapi ialah terlatih, sebab dia tahu apa yang harus dia
perbuat, apa yang benar, yang berkenan, dan yang menyenangkan hati Tuhan di
dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Filipi
2:12-15
(2:12)
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat;
karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja
seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak
hadir, (2:13)
karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan
maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (2:14)
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak
bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,
(2:15)
supaya kamu tiada beraib
dan tiada bernoda,
sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang
bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka
seperti bintang-bintang di dunia,
Kehidupan
dari bintang-bintang di cakrawala, yaitu orang-orang bijaksana, disebut juga
pemimpin sidang jemaat, untuk memimpin sidang jemaat kepada kebenaran.
Tanda
pemimpin yang terlatih:
1.
Taat.
Prakteknya: Mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar di hadapan
Tuhan. Takut dan gentar itu bukan kepada manusia, tetapi kepada Tuhan. Berbeda
dengan penjilat; di depan manusia dia baik, tetapi di belakang tidak.
2.
Memiliki kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaan Tuhan. Kemauan maupun pekerjaan itu datangnya
dari kerelaan Tuhan. Jangan sampai kita melayani Tuhan karena ada maunya atau
karena ada kepentingan diri di dalamnya. Pemimpin semacam ini tidak bisa
menjadi teladan, sebab dia melayani pekerjaan Tuhan karena ada maunya, tetapi
yang benar ialah dia memiliki kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan Tuhan.
Kemauan itu harus datang dari Tuhan, pekerjaan yang kita kerjakan juga harus
datang dari kerelaan hati Tuhan.
Prakteknya: Tidak bersungut-sungut dan
tidak berbantah-bantahan di dalam melayani pekerjaan Tuhan. Tidak ngomel, tidak
ngedumel, tidak marah-marah, dan tidak dengan kebencian, walaupun sakit rasanya.
Tujuan tidak bersungut-sungut ialah supaya
tidak beraib dan tidak bernoda dan tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang
bengkok hati dan sesat hati. Jelas, pemimpin yang terlatih menjadi contoh,
menjadi patron bagi sidang jemaat yang dilayani. Menjadi bintang-bintang,
berarti; menjadi pemimpin terkhusus bagi orang yang bengkok hatinya, bagi orang
yang sesat hatinya.
Inilah
model pemimpin yang dapat menjadi contoh teladan untuk memimpin sidang jemaat
sampai dibawa kepada kebenaran, yaitu pemimpin yang terlatih. Kita, gereja
Tuhan, membutuhkan pemimpin yang demikian.
Hasilnya:
Layak untuk menjadi bintang-bintang di dunia, itulah orang-orang bijaksana,
yang adalah pemimpin rumah Tuhan, menuntun banyak orang kepada kebenaran.
Inilah pemimpin yang terlatih, dia tahu apa yang harus dia perbuat di hadapan
Tuhan.
Kuasa dari kedua pohon zaitun.
Zakharia
4:6-10
(4:6)
Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel
bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan
roh-Ku, firman TUHAN semesta alam. (4:7)
Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah
rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali
batu itu!" (4:8)
Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, demikian: (4:9)
"Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga
akan menyelesaikannya. Maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang
mengutus aku kepadamu. (4:10)
Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka
akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini adalah
mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi."
Pemimpin
yang diurapi, di tangannya ada batu utama atau batu pilihan. Pendeknya:
Pemimpin yang diurapi berpegang teguh pada korban Kristus. Batu utama atau batu
pilihan, menunjuk kepada; korban Kristus. Berarti, senantiasa meninggikan
korban Kristus.
Ciri
seorang hamba Tuhan yang senantiasa meninggikan korban Kristus:
1. Orang lain turut memuliakan atau meninggikan
korban Kristus. Sebagaimana dalam ayat 7 dikatakan: “orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!”
2. Gunung yang besar menjadi tanah rata.
Artinya, kalau melayani dengan pengurapan penuh, pengurapan yang besar,
pengurapan dari kuat kuasa Roh Kudus; gunung yang besar semuanya menjadi rata,
pekerjaan besar terasa ringan, tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan.
Tetapi kalau melayani tanpa dorongan Roh Kudus; pelayanan yang kecil dan
sekalipun ringan, akan terasa berat sekali seperti gunung yang besar.
Gereja
Tuhan membutuhkan pemimpin yang diurapi, pemimpin yang terlatih dan
pemimpin yang disiplin (teratur).
Disiplin,
berarti; teratur. Terlatih, berarti; tahu apa yang harus dia lakukan di hadapan
Tuhan, tahu untuk menyukakan hati Tuhan, dan mengerti keadaan dari sidang
jemaat yang dilayani. Walaupun sakit, seorang pemimpin tahu apa yang harus dia
perbuat di hadapan Tuhan.
Sedikit
kesaksian: Di Sumatera Utara ada seorang hamba Tuhan, karena begitu jengkel
hatinya terhadap sidang jemaat yang dilayaninya, lalu dia mengucapkan
kata-kata: “Yang mau keluar, silahkan keluar, dan silahkah membuat
pernyataan dan ditanda tangan”. Saya tidak bermaksud untuk
mempersalahkan beliau, tetapi seorang pemimpin, seorang yang diurapi oleh Tuhan
tahu apa yang harus dia perbuat di hadapan Tuhan, berarti; terlatih.
Sampai
hari ini Tuhan latih saya menghadapi berbagai macam corak, berbagai macam ragam
kelakuan dari sidang jemaat. Sampai detik ini saya diajar Tuhan. Saya menyadari
hal itu; terkadang dalam hati ini rasanya bertanya “Tuhan,
mengapa begini? Siapa yang berpihak dalam penggembalaan ini?” Tetapi
Tuhan terus bentuk kehidupan saya untuk menjadi pemimpin yang terlatih,
sehingga saya tahu apa yang harus saya perbuat di hadapan Tuhan.
Zakharia
4:10
(4:10)
Sebab siapa yang memandang
hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil,
mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini
adalah mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi."
Kalau
seorang pemimpin -- seorang yang diurapi, yang terlatih, dan yang disiplin
(teratur) -- betul-betul meninggikan korban Kristus, maka sidang jemaat yang
dia layani betul-betul turut meninggikan korban Kristus. Dan kalau sidang
jemaat betul-betul meninggikan korban Kristus, maka korban Kristus akan
memberikan kesukaan yang besar terhadap sidang jemaat yang dilayani melebihi
kesukaan dari hari-hari besar di bumi ini.
Biasanya
orang mengalami kesukaan saat mengalami peristiwa hari ulang tahun, tetapi di
sini kita melihat; kalau pemimpin yang diurapi oleh Tuhan betul-betul
meninggikan korban Kristus, maka sidang jemaat yang dia layani juga berada
dalam kesukaan yang besar melebihi dari hari-hari peristiwa yang ada di muka
bumi ini, melebihi hari ulang tahun perkawinan, melebihi hari ulang tahun kelahiran,
melebihi dari hari-hari peristiwa di muka bumi ini.
Salib
Kristus memberi kebebasan, dan kalau kita sudah bebas dari dosa, maka di situ
ada kesukaan besar. Bukankah dosa itu yang membuat hati kita susah, menderita
banyak, sampai air mata tidak bisa dibendung lagi?
Sekali
lagi saya tandaskan: Tuhan mengutus kedua pohon zaitun untuk menjadi pemimpin
untuk menuntun banyak orang dalam kebenaran secara khusus pada saat 3.5 (tiga
setengah) tahun antikris berkuasa. Itulah panjang sabar Tuhan yang tidak bisa
diukur oleh pikiran manusia, sebab Tuhan tidak mau berhutang kepada manusia,
Tuhan tidak mau dipersalahkan dalam hal keselamatan ini.
Sadarkah
kita dengan kebaikan dan kemurahan hati Tuhan yang begitu luar biasa ini? Kalau
kita menyadari hal itu, maka belajarlah untuk menghargai kedua pohon zaitun
yang diutus oleh Tuhan.
Sekarang
kita kembali memperhatikan Wahyu.
Wahyu
1:20
(1:20)
Dan rahasia ketujuh bintang
yang telah kaulihat pada tangan
kanan-Ku dan ketujuh
kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah
malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat."
Tujuh
bintang ada di tangan kanan Allah, itulah ketujuh pemimpin sidang jemaat,
pemimpin rumah Tuhan.
Pendeknya,
tangan kanan Allah akan mengerjakan pekerjaan Allah yang besar ini sampai
selesai, seperti Zerubabel menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan yang di
Yerusalem.
Tangan
kanan Tuhan yang akan menyelesaikan pekerjaan Allah yang besar ini.
Bintang-bintang di langit, itulah orang-orang yang bijaksana menuntun banyak
orang kepada kebenaran, dengan lain kata; sampai pembangunan rumah Tuhan
selesai, sebagaimana dinyatakan dalam Zakharia 4 tadi semua selesai.
Tentang: KEDUA KAKI DIAN.
Kaki
dian atau pelita emas, menunjuk; terang atau saksi.
Biarlah
kita semua menjadi terang di tengah dunia ini juga menjadi kesaksian yang
besar, dengan lain kata; menjadi kaki dian di manapun kita berada, baik dalam
perkataan, baik dalam perbuatan, dalam segala perkara, kita menjadi terang di
tengah dunia ini.
Matius
5:14
(5:14)
Kamu adalah terang dunia.
Kota yang terletak di atas gunung tidak
mungkin tersembunyi.
Perhatikan
kalimat: “Kamu adalah terang dunia.” Apa syarat untuk
menjadi terang dunia?
Terang
dunia sama seperti kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Semuaya terlihat dengan jelas dari empat penjuru bumi (Timur, Barat, Utara,
Selatan), semua jelas, terang benderang.
Jangan
ada lagi sesuatu yang disembunyikan. Jangan ada satu perkara yang masih
tersembunyi. Kalau melakukan sesuatu yang tersembunyi biasanya di tempat yang
gelap, tidak mungkin dilihat oleh mata.
Biar
kita semua menjadi terang dunia, baik lahir maupun batin. Kalau kita menjadi
terang dunia, semua masalah selesai, semua pekerjaan besar selesai, tetapi
kalau ada sesuatu yang disembunyikan, pekerjaan ringan itu terasa berat sekali.
Kita harus menyadari bahwa Allah adalah terang dunia, berarti kita harus
menyadari bahwa pekerjaan Tuhan ini harus diselesaikan dengan baik, sebab itu
tidak boleh ada sesuatu yang tersembunyi lagi. Kalau kita mengerti apa yang
saya maksud ini, maka kita harus berlaku bijaksana.
Terang
dunia sama seperti kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi,
berarti; transparan, tidak ada lagi dosa yang ditutup-tutupi. Menjadi terang
dunia itu harus di hadapan Tuhan, bukan di hadapan manusia, bukan di hadapan
Gembala. Jadi, saudara tidak perlu takut kepada manusia, tidak perlu takut
kepada saya, tetapi harus takut Tuhan, sebab kita adalah terang dunia untuk
Tuhan, tampilkan diri di hadapan Tuhan seterang-terangnya.
Sedangkan
kota yang terletak di atas gunung, jelas itu menunjuk Yerusalem baru.
Mari
kita lihat persamaan dari injil Matius 5:14...
Wahyu
21:9-11
(21:9)
Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang
penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku,
katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10)
Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi
dan ia menunjukkan kepadaku kota yang
kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga,
dari Allah. (21:11)
Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang
paling indah, bagaikan permata
yaspis, jernih
seperti kristal.
Pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba adalah Yerusalem baru, kota yang kudus yang
turun dari sorga, dari Allah. Kota yang kudus, Yerusalem Baru, bercahaya
kemuliaan Allah sama seperti permata yang paling indah bagaikan permata yaspis.
Permata
yaspis itu jernih seperti kristal. Kristal, sama dengan; transparan, berarti;
tampil apa adanya, luar dalam sama, tidak ada yang disembunyikan.
Dapatlah
kita mengambil kesimpulan: Terang dunia itu adalah mempelai Tuhan, sebab terang
dunia itu sama seperti kota di atas gunung, itulah kota kudus, Yerusalem baru
yang turun dari sorga, dari Allah, berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya. Kita ini terang dunia harus nyata di hadapan Tuhan,
bukan di hadapan manusia.
Inilah
tampilan dari kedua pohon zaitun itu. Maka, kalau gereja Tuhan mempunyai
pemimpin seperti kaki dian emas, sudah pasti dapat menjadi contoh teladan yang
luar biasa untuk membawa sidang jemaat kepada terang yang besar, yakni;
Mempelai Wanita Tuhan.
Lihat,
tampilan dari MEMPELAI TUHAN.
Wahyu
12:1
(12:1) Maka tampaklah suatu
tanda besar di langit: Seorang
perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah
mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
Mempelai
Tuhan menjadi “suatu tanda besar di langit”, sehingga
dari semua penjuru bumi dapat melihat suatu tanda yang besar di langit ini,
sebab kehidupan dari mempelai Tuhan lahir batin sama, luar dalam sama, tidak
ada yang tersembunyi lagi, menjadi suatu tanda yang besar di langit.
Perlu
untuk diketahui: Perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini berakhir dalam
suatu pesta nikah Anak Domba, menjadi mempelai Tuhan, kelak berada dalam
perjamuan kawin Anak Domba. Itu sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di
atas muka bumi ini. Itu titik akhir, bukan soal berkat dan diberkati.
Kalau
kita betul-betul mencari Kerajaan Sorga di mana di dalamnya ada kebenaran;
berkat ditambahkan, segala sesuatu ditambahkan, yang sakit ditambahkan kesembuhan,
yang kurang uangnya ditambahkan uangnya. Tetapi harus terlebih dahulu
membuktikan diri sesuai kebenaran firman Tuhan, bukan sesuai waktunya manusia,
melainkan sampai firman itu mendarah daging, berarti; firman itu hidup di dalam
kehidupan kita dan kita menghidupi firman yang hidup.
Kita
butuh pemimpin rumah Tuhan yang seperti kedua kaki dian emas semacam ini. Layak
untuk menjadi contoh teladan dan akhirnya membawa sidang jemaat untuk menjadi
mempelai wanita Tuhan (menjadi suatu tanda yang besar di langit).
Pengajaran
Mempelai dan Pengajaran Tabernakel membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh
Kristus yang sempurna, menjadi tubuh mempelai.
Dalam hal ini, saudara tidak perlu ragu terhadap Pengajaran Mempelai dan
Pengajaran Tabernakel. Jangan mau digeser dari pengharapan Injil, karena
pengharapan Injil itu bagaikan sauh yang kuat melabuhkan hidup kita sampai ke
Ruangan Maha Suci, berarti menjadi mempelai wanita Tuhan.
Jangan
ada yang disembunyikan lagi, berarti jangan melakukan sesuatu yang tersembunyi,
sebaliknya menjadi suatu kehidupan yang transparan lahir batin. Jangan terlihat
baik lahirnya, tetapi batinnya berkedudukan di tempat yang najis. Lahir batin,
luar dalam transparan, itulah permata yaspis, permata yang paling indah di
hadapan Tuhan. Jadilah kehidupan yang indah di hadapan Tuhan, sama seperti kota
yang letaknya di atas gunung tidak ada yang tersembunyi.
Kita
kembali membaca Matius 5.
Matius
5:15
(5:15)
Lagipula orang tidak menyalakan pelita
lalu meletakkannya di bawah gantang,
melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Syarat
untuk menjadi terang: TIDAK MENYALAKAN PELITA LALU MELETAKKAN DI BAWAH
GANTANG.
Gantang
adalah ukuran dengan volume isi 3.125 kg.
Jadi,
untuk menjadi pelita tidak boleh menggunakan ukuran manusia, harus menjadi
ukuran Tuhan, yaitu kota yang letaknya di atas gunung. Hamba Tuhan tidak bisa
menjadikan dirinya terang dengan ukurannya sendiri, tetapi harus menggunakan
ukuran firman Tuhan.
Ada
yang mengatakan bahwa ajarannya adalah yang benar. Ada lagi yang mengatakan: “Ini yang murni”. Sebetulnya itu sama dengan pelita yang
menyala di bawah gantang. Dia menunjukkan bahwa dia adalah terang, tetapi
dengan ukuran ajaran yang dia sampaikan, itu sudah tidak benar. Kalau misalnya
seorang hamba Tuhan berkata dengan ajaran yang dia sampaikan bahwa itu adalah pokok anggur yang benar, yang lain tidak, sama dengan;
pelita yang menyala lalu diletakkan di bawah gantang.
Dan
kalau hamba Tuhan mengklaim dirinya sebagai hamba Tuhan yang paling murni dalam
pengajarannya, itu juga pelita yang menyala di bawah gantang. Masih banyak
corak hamba Tuhan merasa diri sebagai terang dunia.
Tetapi
yang pasti, syarat untuk menjadi terang dunia: Pelita yang menyala tidak
diletakkan di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi
semua orang di dalam rumah Tuhan.
Perlu
untuk diketahui; terang itu pasti bercahaya, bagaikan kota di atas gunung,
dengan demikian semua orang akan melihat, sehingga seorang hamba Tuhan tidak
perlu menyatakan dirinya sebagai terang dunia, sebab semua orang akan melihat
dan tahu.
Melakukan
segala sesuatu, lakukanlah itu sesuai dengan ukuran Tuhan. Berbuat sesuatu,
perbuatlah itu sesuai dengan ukuran Tuhan, tidak perlu hitung-hitungan menurut
ukuran manusia. Lakukan saja. Kalau memang itu harus kita perbuat, lakukan
saja, tidak usah berhitung-hitung dengan ukuran sendiri, supaya seisi rumah
diterangi.
Matius
5:16
(5:16)
Demikianlah hendaknya terangmu
bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik dan memuliakan
Bapamu yang di sorga."
Dengan
terang dunia atau terang bercahaya di depan orang, maka semua orang akan
melihat perbuatan yang baik itu dan mereka juga turut memuliakan Bapa sorgawi.
Kita
kembali membaca Wahyu.
Wahyu
4:5
(4:5)
Dan dari takhta itu keluar kilat
dan bunyi guruh yang menderu,
dan tujuh obor menyala-nyala
di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh
Allah.
Kaki
dian dengan 7 pelita yang menyala-nyala (7 obor menyala-nyala), kemudian KELUAR
KILAT dan bunyi guruh menderu.
Gerakan
dalam Kerajaan Sorga itu punya model sendiri, yaitu punya kecepatan tinggi
seperti kilat. Di tengah ibadah pelayanan ini ada kegiatan (ada aktivitas, ada
aksi), tetapi harus diselaraskan dengan akselerasi, percepatan, kecepatan
tinggi seperti kilat. Tidak boleh bermasa bodo, tidak boleh berlambat-lambat.
Jangan
kita berlambat-lambat sebab kita sedang berlomba dengan geraknya musuh. Siapa
musuh? Yakni antikris, sebab mereka akan berkuasa selama 1260 (seribu dua ratus
enam puluh) hari dengan wujud yang gesit dan tangkas menggunakan kesempatan
yang ada selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Kita
sudah melihat wujud yang gesit dan tangkas dalam Wahyu 13:1-3,
pada minggu-minggu yang lalu hal itu telah saya uraikan.
Jadi,
harus berada dalam kegiatan Roh, ada aktivitas (aksi), tetapi juga harus berada
dalam kecepatan tinggi (akselerasi) seperti kilat.
Kemudian,
“bunyi guruh yang menderu”, menunjuk; suatu aliran
yang sangat kuat dan tidak bisa dibendung.
Selanjutnya,
“tujuh obor menyala-nyala”, berarti; gerakan ini ada
di dalam terang, sebab Tuhan tidak bekerja di dalam kegelapan.
Kecepatan
dan daya yang tidak bisa dibendung tadi semuanya berada di dalam terang, tujuh obor menyala-nyala, kaki dian menyala-nyala, karena
Tuhan tidak bekerja di dalam kegelapan, Tuhan bekerja di dalam terang, sebab
Tuhan adalah terang dunia.
Jangan
kita berlambat-lambat lagi, sebab kita sedang berlomba dengan musuh, yakni;
antikris yang begitu gesit dan tangkas.
Lukas
12:35-36
(12:35)
"Hendaklah pinggangmu
tetap berikat
dan pelitamu
tetap menyala.
(12:36) Dan hendaklah kamu sama seperti
orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan,
supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.
Suasana
penantian kita harus dipengaruhi suasana pesta nikah, karena Tuhan akan datang
sebagai Mempelai Pria Sorga. Maksudnya, dalam penantian ini tetap berikat
pinggang. Kalau kita melayani, biarlah kita melayani Tuhan dalam kebenaran,
itulah ikat pinggang, dan pelita tetap menyala, maksudnya; hidup di dalam
terang dalam kuasa Roh-El Kudus. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI
PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment