IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 NOVEMBER 2019
KITAB RUT
(Seri: 71)
Subtema: MENCELUPKAN SUAP KE DALAM CUKA = PERGUMULAN SUDAH SAMPAI DI
LEHER
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kemurahan hati Tuhan,
kita semua diperlengkapi lahir batin untuk melayani pekerjaan Tuhan.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang
sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook, di manapun anda
berada. Dan selanjutnya, biarlah kita berdoa, memohon dengan segala kerendahan
hati, supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga hidup,
ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga kita dipulihkan oleh Tuhan, tidak ada
sesuatu yang tersembunyi lagi, semuanya transparan. Baik perkataan, baik
perbuatan, keinginan di hati, semuanya transparan seperti permata yaspis,
permata yang paling indah.
Segera saja
kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari kitab RUT.
Rut 2:14
(2:14) Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas
kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah
suapmu ke dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu,
dan Boas mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang,
bahkan ada sisanya.
Setelah tiba
waktu makan, Boas memberi roti kepada Rut untuk dimakan. “Lalu makanlah Rut
sampai kenyang, bahkan ada sisanya.”
Boas rohani
adalah pribadi dari Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus, Dialah Kepala Gereja dan
Mempelai Pria Sorga.
Di dalam
Perjanjian Baru, Yesus pernah memberi makan roti kepada orang banyak, lalu
mereka makan sampai kenyang, bahkan ada sisanya. Yesus melakukan hal itu
sebanyak dua kali, yakni:
-
Yang pertama: Yesus memberi makan 5000 (lima ribu)
orang laki-laki dengan 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan. Mereka makan sampai
kenyang, bahkan masih ada sisanya 12 (dua belas) bakul penuh potongan-potongan
roti.
-
Yang kedua: Yesus memberi makan 4000 (empat ribu) orang
laki-laki dengan 7 (tujuh) roti dan beberapa ikan, sisa 7 (tujuh) bakul
potongan-potongan roti.
Pendeknya:
Rut makan
roti sampai kenyang, kemudian masih ada sisanya. Demikian juga 5 (lima) roti
untuk 5000 (lima ribu) orang laki-laki dan sisanya 12 (dua belas) bakul,
berarti; satu bakul untuk satu murid. Bahkan 7 (tujuh) roti untuk 4000 (empat
ribu) orang laki-laki, sisa 7 (tujuh) bakul penuh potongan-potongan roti itu.
Sebetulnya,
hal ini tidak masuk akal, sebab ada makanan yang tersisa. Sebab kalau kita
bandingkan dengan Samuel; tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan
gugur. Firman Allah tidak gugur dalam hidup Samuel, berarti; Samuel menghidupi
firman Allah yang hidup dan firman Allah hidup di dalam hidup Samuel.
Pendeknya:
Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut Allah tidak kembali kepada-Nya
dengan sia-sia, melainkan berhasil dan terlaksana setiap kali Allah
menghendakinya, sesuai dengan Yesaya 55:11.
Namun tadi
kita melihat; Rut makan roti itu sampai kenyang, bahkan masih ada sisanya.
Demikin juga Yesus memberi makan orang banyak sampai kenyang, bahkan masih ada
sisanya.
Tujuan potongan-potongan roti makanan
tersisa.
Matius
16:9-10
(16:9) Belum juga kamu mengerti? Tidak
kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu
dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (16:10) Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang
itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?
Peristiwa 5
(lima) roti sisa 12 (dua belas) bakul dan peristiwa 7 (tujuh) roti sisa 7
(tujuh) bakul penuh, tujuannya supaya
murid-murid mengerti dan senantiasa mengingat, dengan lain kata;
tidak segera melupakannya.
Tidak
sedikit orang Kristen mendengar tetapi tidak mengerti, bahkan segera melupakan
apa yang pernah ia dengar. Itu sebabnya di akhir ibadah, selalu saya ingatkan
kembali firman yang sudah disampaikan.
Sesudah ibadah, ingat firman Tuhan. Apabila sampai di rumah, ingat firman
Tuhan. Bangun pagi, ingat firman Tuhan.
Jangan sampai karena suatu keinginan (hasrat daging), akhirnya semua
jadi berantakan.
Sekarang
kita perhatikan Yakobus 1.
Yakobus 1:21
(1:21) Sebab itu buanglah segala sesuatu yang
kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah
lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan
jiwamu.
Terimalah
dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hati kita, yang berkuasa
menyelamatkan jiwa.
Pengajaran
Mempelai dan Pengajaran Tabernakel sudah tertanam di dalam hati kita karena
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel telah menggembalakan kita sampai
saat ini. Sebab itu, terimalah Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel
dengan lemah lembut, karena itulah yang berkuasa menyelamatkan jiwa, itulah
jalan satu-satunya yang membawa kehidupan gereja Tuhan untuk berada dalam
rencana Allah yang besar, yaitu menjadi mempelai Tuhan, berada dalam perjamuan
malam kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di
atas muka bumi ini.
Pendeknya:
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel berkuasa menyelamatkan jiwa kita.
Syarat untuk menerima firman yang tertanam
di dalam hati: Terlebih dahulu membuang segala sesuatu yang kotor
dan kejahatan yang banyak itu.
Dalam ejaan
lama dituliskan: Membuang segala
kenajisan dan kejahatan yang melimpah itu. Berarti, kenajisan itulah yang
mengotori kehidupan seseorang.
Yakobus 1:22
(1:22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku
firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak
demikian kamu menipu diri sendiri.
Kalau dengar
firman tetapi tidak melakukannya, sama dengan; menipu diri sendiri.
Biasanya
seseorang menipu orang lain, tetapi di dalam hal ini, kalau seseorang dengar
firman tetapi dia tidak melakukannya sama dengan menipu diri sendiri. Jadi,
lebih bodoh dari pada seorang penipu, karena seorang penipu hanya menipu orang
lain, bukan diri sendiri.
Yakobus
1:23-24
(1:23) Sebab jika seorang hanya mendengar
firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang
sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (1:24) Baru saja ia memandang dirinya,
ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.
Mendengar
firman tetapi tidak melakukannya, seumpama seorang yang sedang
mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang
dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.
Pendeknya:
Kalau hanya sekedar mendengar, bukan menjadi pelaku firman, maka orang semacam
ini mudah melupakan kekayaan kasih karunia dan melupakan pengampunan dan
kemurahan Tuhan, juga lupa dengan kasih dan setia Tuhan.
Kita banyak
dosa, banyak kotoran-kotoran di sana sini, baik lahir maupun batin, kiranya
kita mendengar firman untuk melakukannya dan Tuhan sudah mengampuni semua
dosa-dosa yang sudah diakui, oleh sebab itu jangan terulang kembali. Tetapi,
kalau seseorang hanya dengar firman Tuhan, mendengar tetapi tidak melakukannya,
itu sama seperti seorang yang bercermin, baru saja ia memandang dirinya, ia
sudah pergi, ia segera lupa seperti apa wajahnya. Berarti, mendengar untuk
melupakan firman = melupakan segala kebaikan dan kemurahan Tuhan, segala
pengampunan yang Tuhan berikan.
Yakobus 1:25
(1:25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang
sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di
dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh
melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
Kalau kita
sungguh-sungguh mendengar dan melakukan apa yang kita dengar, maka ia akan
berbahagia oleh perbuatannya itu. Mengapa demikian? Karena firman itu sempurna
dan memberi kemerdekaan, memberi kebebasan atau kelepasan terhadap dosa.
Jadi, kita
dapat menarik kesimpulan, bahwa; makanan yang sisa itu bertujuan supaya kita
senantiasa mendengar firman dan selalu ingat untuk melakukannya. Dengar bukan
untuk melupakan. Dengar untuk melakukannya.
Sejenak kita
memperhatikan; kehidupan yang mendengar firman dan melakukannya.
2 Korintus
3:18
(3:18) Dan kita semua mencerminkan kemuliaan
Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu
datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan
gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.
Biarlah kita
semua bercermin kepada firman; mendengar dan melakukannya, mendengar bukan
untuk melupakannya, supaya kita boleh mengalami keubahan dari kemuliaan kepada
kemuliaan sampai nanti serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin
besar. Berarti, selama kita hidup di muka bumi ini, kita semua mencerminkan
kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung, sama dengan; memancarkan
kemuliaan Tuhan.
Masih
berkaitan dengan roti yang tersisa, kita perhatikan Keluaran 29.
Keluaran
29:24
(29:24) Haruslah kautaruh seluruhnya ke atas
telapak tangan Harun dan ke atas telapak tangan anak-anaknya dan
haruslah kaupersembahkan semuanya sebagai persembahan unjukan di hadapan TUHAN.
Tiga ketul
roti yang tidak beragi ditaruh di atas telapak tangan Harun dan anak-anaknya.
Artinya, seorang hamba Tuhan harus berpegang teguh, harus memeluk kepada
pengajaran firman Allah yang benar dan murni.
Bagaikan 12
(dua belas) murid, merekalah yang memberi makan 5000 (lima ribu) orang, di
tangan mereka ada roti yang tidak beragi.
Keluaran
29:25
(29:25) Kemudian haruslah kauambil semuanya dari
tangan mereka dan kaubakar di atas mezbah, yaitu di atas korban bakaran,
sebagai persembahan yang harum di hadapan TUHAN; itulah suatu korban
api-apian bagi TUHAN.
Kemudian,
tiga ketul roti tersebut diambil dari tangan mereka, lalu dibakar di atas
Mezbah Korban Bakaran, artinya; di tengah ibadah pelayanan itu seorang hamba
Tuhan harus menyampaikan firman Allah yang benar dan murni. Itulah suatu korban
api-apian bagi Tuhan atau korban ingat-ingatan atau tidak untuk dilupakan,
sehingga menjadi persembahan yang berbau harum, menyenangkan hati Tuhan.
Jadi, itulah
tentang makanlah Rut sampai kenyang,
bahkan ada sisanya.
Kita
tambahkan sedikit lagi soal 5 (lima) roti untuk 5000 (lima ribu) orang
laki-laki.
Matius 14:14
(14:14) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang
banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan
kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
Yesus
memberi makan 5000 (lima ribu) orang itu karena belas kasihan kepada mereka,
kemudian di dalam belas kasihan itu sekaligus menyembuhkan mereka yang sakit.
Kemudian
tentang 7 (tujuh) roti untuk 4000 (empat ribu) orang laki-laki.
Matius 15:32
(15:32) Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan
berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak
itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan.
Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan
di jalan."
Yesus
memberi makan 4000 (empat ribu) orang juga karena belas kasihan, sebab Yesus
tidak mau menyuruh mereka pulang dengan keadaan lapar. Mengapa? Karena nanti
mereka pingsan di jalan.
Pingsan,
sama dengan; tidak mati, tetapi tidak hidup, sama dengan; lupa diri. Banyak
orang Kristen lupa diri, akibatnya menjadi sombong, arogansi, tidak rendah
hati, suka bermegah. Seharusnya, kita ingat kita ini siapa; kita ini bukan
siapa-siapa, kita ini hanya orang hina yang diambil dari lumpur dosa. Dan kalau
akhirnya sekarang kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, itu karena
kemurahan, itu karena belas kasihan Tuhan.
Hal-hal yang
tidak boleh dilupakan:
-
Panjang sabarnya Tuhan atau belas kasihannya Tuhan,
yaitu memberi kesembuhan, tidak membiarkan orang banyak pulang dalam keadaan
lapar, nanti mereka pingsan di jalan.
-
Panjang umur, kesehatan, kesempatan untuk bekerja,
kesempatan untuk mendapat upah, kesempatan untuk menikmati kemurahan Tuhan,
kesempatan untuk beribadah dan melayani Tuhan, itu semua merupakan belas
kasihan atau kemurahan hati Tuhan, jangan dilupakan.
Pendeknya:
Untuk semua hal yang telah kita terima dari Tuhan, itu tidak boleh dilupakan.
Mendengar
firman untuk melakukannya, bukan untuk melupakannya, itulah yang dimaksud
dengan makan sampai kenyang, bahkan ada
sisanya.
Jadi, untuk
semua hal yang telah kita terima dari Tuhan, tidak boleh dilupakan begitu saja.
Itulah sedikit mengenai makan sampai
kenyang, bahkan ada sisanya.
Sekarang
kita akan melihat berkat yang baru sebagai kemurahan hati Tuhan yang akan kita
terima malam ini secara khusus.
Rut 2:14
(2:14) Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas
kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu
ke dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu,
dan Boas mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang,
bahkan ada sisanya.
Rut tidak
hanya makan roti dan kenyang, bahkan masih ada sisanya, tetapi Rut juga harus
memperhatikan perkataan Boas, yakni: “... dan
celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini.”
Cuka, sama
dengan; cairan yang asam rasanya.
Demikian
juga dengan Yesus, tidak hanya memberi makan 5000 (lima ribu) orang dan sisa 12
(dua belas) bakul, serta tidak hanya memberi makan 4000 (empat ribu) orang sisa
7 (tujuh) bakul, namun juga masuk dalam pengalaman berikutnya.
Yohanes
19:29-30
(19:29) Di situ ada suatu bekas penuh anggur
asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam
anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. (19:30) Sesudah Yesus meminum anggur
asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia
menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Sesudah
Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.”
Pendeknya:
Yesus telah meminum anggur asam itu.
Kita lihat
dahulu mengenai ANGGUR ASAM.
Yesaya 5:1-2
(5:1) Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang
kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu
mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. (5:2) Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya
dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di
tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya
supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya
ialah buah anggur yang asam.
Yesus telah
melakukan segala sesuatu kepada kita. Yesus telah mengerjakan segalanya di atas
kayu salib, Yesus telah mengalami pemerasan di atas kayu salib, menanggung
banyak penderitaan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Tetapi kenyataannya,
dinanti-Nya supaya kebun anggur itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi
yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.
Yesaya 5:7
(5:7) Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah
kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan,
tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya
ada keonaran.
Anggur asam
itulah kelaliman dan keonaran.
-
Kelaliman bertolak belakang dengan keadilan.
-
Keonaran bertolak belakang dengan kebenaran.
Tetapi semua
itu telah ditanggung oleh Yesus di atas kayu salib, Ia telah meminum anggur
asam, yaitu; kelaliman dan keonaran.
Sebenarnya,
lewat ibadah dan pelayanan ini Tuhan menantikan keadilan, juga menantikan
kebenaran dari dalam diri kita masing-masing, supaya apa yang dikerjakan oleh
Yesus di atas kayu salib tidak menjadi sia-sia. Dan kita sudah merasakan
kemurahan Tuhan sampai pada saat ini telah digambarkan (dilukiskan) dalam Yesaya 5:1-2 tentang kebun anggur di
lereng gunung.
Yesus sudah
mengadakan pekerjaan yang besar dan mulia, sebab Ia telah menyangkuli kebun
itu; digarap, dikerjakan, dan menggemburkan hati kita, kemudian batu-batunya
dibuang supaya tanah hati kita tidak menjadi tanah hati yang keras.
Kita yang
sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan, apalagi yang sudah memberi diri
digembalakan, seharusnya makin hari makin lemah lembut, makin hari harus
semakin rendah hati di dalam mengikuti Tuhan, termasuk makin hari harus
terlihat pengudusan di dalam diri kita masing-masing.
Tetapi
rupanya, dinantikan-Nya keadilan tetapi hanya ada kelaliman, dinantikan-Nya
kebenaran tetapi hanya ada keonaran, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh Tuhan.
Tidak
sedikit, bahkan seringkali kita membuat suatu keonaran, yang menurut kita
mungkin itu bukan keonaran, tetapi kita harus melihat keonaran ini dari sudut
pandang Tuhan, yaitu menurut kebenaran firman Tuhan.
Kalau
seseorang mengharapkan sesuatu yang baik dari sesamanya (orang yang
disekitarnya), yaitu keadilan dan kebenaran, tetapi hal itu tidak didapatinya,
tentu orang yang mengharapkan itu akan sangat menderita dan sangat pilu
hatinya. Selasa malam (dalam Doa Penyembahan), kita sudah mendapatkan ungkapan
firman Allah yang besar, tentang; apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan lewat
sengsara salib, tidak boleh dipisahkan oleh manusia.
Seharusnya,
baik keadilan maupun kebenaran harus tetap menjadi bagian dalam kehidupan kita
masing-masing, supaya tidak terlihat kelaliman dan keonaran. Tabiat kelaliman
tidak terlihat, tabiat keonaran tidak terlihat, baik dalam nikah rumah tangga
sebagai penggembalaan yang terkecil, juga dalam nikah yang lebih besar, yaitu;
kandang penggembalaan.
Sekarang
kita lihat lebih jauh tentang anggur asam, yakni kelaliman dan keonaran ini,
betul-betul ditanggung Yesus di atas kayu salib. Dan itu dilukiskan oleh
pemazmur dalam Mazmur 69.
Mazmur 69:22
(69:22) Bahkan, mereka memberi aku makan racun,
dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.
Dalam
kesesakannya, pemazmur ini berkata: “... pada
waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.”
Sekarang,
kita akan melihat Matius 26.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan
berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu,
kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Matius 26:42 sama dengan
Yohanes 19:29-30.
Singkatnya: Yesus
meminum anggur asam, atau Yesus meminum cawan Allah, artinya; Yesus dengan
rela dan sabar menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung, sama
dengan; menderita karena dosa orang lain, karena kelaliman dan keonaran
manusia.
Sebetulnya,
kelaliman dan keonaran itu sangat menyakitkan hati Tuhan. Sebab itu, hendaknya
kita memperhatikan firman ini, supaya baik lahir maupun batin kita tidak timbul
kelaliman dan tidak membuat keonaran (huru-hara) dimulai dari penggembalaan
terkecil itulah nikah rumah tangga dan penggembalaan yang lebih besar, keluarga
Allah, sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon.
Tentang
pengalaman pada waktu minum angur asam, kita kembali memperhatikan Mazmur 69.
Mazmur
69:8-13
(69:8) Sebab oleh karena Engkaulah aku
menanggung cela, noda meliputi mukaku. (69:9)
Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak
ibuku; (69:10) sebab cinta untuk
rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa
aku. (69:11) Aku meremukkan diriku
dengan berpuasa, tetapi itu pun menjadi cela bagiku; (69:12) aku membuat kain kabung menjadi pakaianku, aku menjadi
sindiran bagi mereka. (69:13) Aku
menjadi buah bibir orang-orang yang duduk di pintu gerbang, dengan kecapi
peminum-peminum menyanyi tentang aku.
Dimulai dari
ayat 8 dikatakan: “Sebab oleh
karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku”
Jadi sudah
sangat jelas, pemazmur ini sudah menceritakan pengalaman kesesakan yang dia
alami, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, sama dengan minum
anggur asam, antara lain;
1.
Mazmur 69:9
2.
Mazmur 69:10
3.
Mazmur 69:11
4.
Mazmur 69:12
5.
Mazmur 69:13
Pengalaman
kesesakan yang dialami oleh pemazmur ini betul-betul dituangkan dalam Mazmur
69:9-13. Di situ kita melihat lima perkara yakni kesesakan yang dialami oleh
pemazmur tersebut. Mari, kita lihat kesesakan demi kesesakan bagaikan minum
anggur asam.
Selanjutnya,
kita akan melihat keterangan, tentang hal yang pertama sampai dengan hal
kelima.
KETERANGAN
yang pertama dari Mazmur 69:9
(69:9) Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku,
orang asing bagi anak-anak ibuku;
Di sini
dikatakan: “Aku telah menjadi orang luar
bagi saudara-saudaraku”, kemudian
“orang asing bagi anak-anak ibuku”
Lewat firman
penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja, pengalaman ini juga pernah dialami
oleh Yusuf, ketika ia tinggal bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Betul-betul
Yusuf menjadi orang luar bagi saudara-saudaranya dan Yusuf menjadi orang asing
bagi anak-anak ibunya.
Tetapi hal
yang senada juga telah ditanggung oleh Yesus di atas kayu salib dan itu ditulis
oleh Rasul Petrus, seorang hamba Tuhan, seorang rasul yang luar biasa, dalam 1
Petrus 2.
1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih,
sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya,
tidak akan dipermalukan."
Allah telah
meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru dan sebuah
batu yang mahal. Siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.
Biarlah kita
senantiasa meninggikan korban Kristus, supaya kita tidak dipermalukan oleh
Tuhan. Kalau kita tidak meninggikan korban Kristus, banyak kali Iblis atau
Setan dengan segala tipu dayanya, akhirnya mempermalukan kita masing-masing
tanpa kita sadari. Tetapi bagi orang yang percaya, ia tidak akan dipermalukan.
Tetapi tetap
saya tandaskan: Kalau memang sudah terlanjur jatuh dalam perzinahan, akuilah.
Tidak ada yang mempermalukanmu. Supaya dari situ engkau berangkat untuk kembali
kepada jabatanmu yang semula, kembali melayani pekerjaan Tuhan dengan
berkobar-kobar. Apapun harganya, bayarlah. Tinggikan korban Kristus, supaya
dosa itu jangan terlanjur-lanjur, sebab dosa itu nanti akan mempermalukan hidup
seseorang. Tetapi siapa yang meninggikan korban Kristus, siapa yang percaya
kepada korban Kristus, tidak akan dipermalukan.
Sekilas
sebagai nasihat dan perhatian saya sebagai gembala untuk segera saudara
perhatikan.
1 Petrus
2:7-8
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia
mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang
oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah
menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan." (2:8) Mereka tersandung padanya, karena
mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah
disediakan.
Perhatikan
kalimat: “Batu yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan”
Tukang-tukang
bangunan, menunjuk; orang-orang Yahudi, dengan kata lain saudara-saudara Yesus
sendiri, antara lain; ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua.
Ayat ini
cukup menjelaskan kepada kita, bahwa; Yesus menjadi orang asing bagi saudara-saudaranya,
bahkan tidak diakui oleh saudara-saudaranya. Mengapa demikian? Karena mereka
itu tersandung pada-Nya, sebab mereka tidak taat kepada firman Allah.
Jadi, ayat
ini sudah cukup jelas dinyatakan tentang; Yesus, Anak Allah, diasingkan oleh
saudara-saudara-Nya sendiri.
Suatu
pengalaman yang membuat seseorang merana dan menyedihkan hati, bahkan memilukan
hati, bila keberadaannya tidak diakui di tengah-tengah saudara-saudaranya
sendiri.
Kalau suami
tidak mengakui isterinya, itu sangat memilukan hati isteri. Sebaliknya, kalau
isteri tidak mengakui keberadaan suaminya, sebagai kepala, itu juga akan
menyakiti hati suaminya. Tetapi Yesus telah mengalaminya di atas kayu salib,
Yesus telah menanggungnya di atas kayu salib, dan kita harus memperhatikan hal
ini dengan sungguh-sungguh.
Kita
seringkali merasa bahwa kita ini benar menurut pengertian kita, tetapi
sebaiknya, segera menyingkir dari pengertian semacam itu, kembali bercermin
kepada firman Allah, supaya hati orang lain tidak terlukai, supaya hati orang
lain tidak merana oleh sikap yang tidak kita sadari selama ini. Betul-betul
Yesus telah minum anggur asam itu. Kita harus banyak belajar dari situ.
Kalau kita
perhatikan Injil Yohanes 6, orang Yahudi tersandung karena mereka tidak taat
kepada firman. Orang banyak (orang Yahudi) berbondong-bondong mengikuti Tuhan
karena kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dan Yesus juga telah
memberi mereka makan sampai kenyang. Tetapi Yesus telah mengetahui hati dan
pikiran mereka, itu sebabnya, selanjutnya Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu
telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu
kenyang.” Kemudian Yesus kembali berkata: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa (yang
mengenyangkan perut), melainkan untuk
makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal”
Selanjutnya,
Yesus memberitahukan keberadaan-Nya sebagai roti hidup, roti yang turun dari
sorga, dari Allah. Yesus berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan nenek
moyang mu makan roti, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar
dari sorga”, sebab nenek moyang bangsa Israel telah makan roti yang
diberikan oleh Musa, tetapi mayat mereka bergelimpangan di padang gurun, sebab
itu Yesus berkata: “Akulah roti hidup”
untuk memberi hidup yang kekal.
Sejak itulah
orang-orang Yahudi meninggalkan Dia, sehingga pemazmur ini dapat melukiskan apa
yang dialami oleh Yesus sebagaimana halnya Yesus telah meminum anggur asam.
Semua kesesakan-kesesakan yang dialami oleh pemazmur ini dituliskan; bagaikan orang asing bagi saudara-saudaranya.
KETERANGAN
yang kedua dari Mazmur 69:10
(69:10) sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan
aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.
“Cinta untuk
rumah-Mu menghanguskan aku.”
Segera saja
kita memperhatikan Yohanes 2.
Yohanes
2:14-16
(2:14) Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang
lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk
di situ. (2:15) Ia membuat cambuk
dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba
dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja
mereka dibalikkan-Nya. (2:16) Kepada
pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini,
jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
“Bait Allah
menjadi tempat berjualan”, pada ayat yang lain dikatakan “menjadi
sarang penyamun”, sebab di dalam Bait Allah (Bait Suci) didapati-Nya;
1.
Pedagang lembu, kambing domba dan merpati.
2.
Meja-meja penukar uang.
3.
Tempat duduk.
Inilah
tandanya bahwa Bait Suci Allah sudah menjadi tempat berjualan atau sarang
penyamun.
Apa arti
semuanya itu?
Pedagang lembu, kambing domba dan merpati, arti
rohaninya; menjual korban Kristus. Seharusnya, korban Kristus itu dijadikan
sebagai alat pendamaian untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah. Kalau
seorang hamba Tuhan melayani pekerjaan Tuhan, terkhusus di dalam hal
pemberitaan firman Tuhan, dengan satu maksud (satu tujuan) untuk mencari uang,
sama artinya; menjual korban Kristus demi uang.
Itu
sebabnya, setiap kali Tuhan utus kita dalam setiap persekutuan-persekutuan yang
dipercayakan Tuhan, saya tidak mau mengambil persembahan-persembahan itu,
sekalipun saya membutuhkan uang untuk kebutuhan dalam perjalanan. Tetapi
percayalah; kalau Tuhan memberkati orang banyak dengan 5 (lima) roti, maka
Tuhan akan memberkati seorang utusan dengan ajaib.
Meja-meja penukar uang, ini
menggambarkan bahwa hati sudah menjadi tempatnya uang, sama dengan; cinta uang.
Seharusnya, hati itu dijadikan sebagai tempatnya firman Allah, bukan menjadi
tempatnya uang.
Tempat duduk (kedudukan), sama
dengan; masih mempertahankan keakuan. Kalau seseorang masih mempertahankan
keakuan, berarti dia tidak mengakui kebaikan dan kemurahan Tuhan, sama artinya
hukum Taurat itu masih melekat di dalam dirinya. Sebab orang yang hidup di
bawah hukum Taurat; bergantung dengan kekuatannya, bergantung dengan
kemampuannya sendiri, tidak bergantung dengan kemurahan hati Tuhan.
Ciri-ciri
masih mempertahankan keakuan ialah dikuasai oleh roh egosentris, kepentingan
diri sendiri. Dan Allah tidak bertakhta di dalam hati atau kehidupan orang
semacam ini.
Yohanes 2:17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa
ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
"Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan
Aku." Dengan
demikian, Yesus, Anak Allah telah mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan,
sebab potongan-potongan daging dari korban bakaran itu dibiarkan di atas Mezbah
Korban Bakaran sampai pagi, berarti sampai hangus.
Mari kita
belajar untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan. Apapun yang kita
persembahkan kepada Tuhan itu harus sampai hangus. Potongan daging dari kepala
sampai ekor harus sampai hangus, tidak boleh ada buntut-buntutnya. Jadi, apa
yang kita persembahkan kepada Tuhan, itu adalah milik Tuhan, tidak untuk
diingat-ingat.
Itulah yang
dipersembahkan oleh Yesus di atas kayu salib; menjadi korban bakaran di hadapan
Allah Bapa, karena cinta-Nya kepada manusia.
Yang
teringat soal mempersembahkan korban bakaran di atas Mezbah Korban bakaran
adalah murid-murid.
Setelah apa
yang terjadi ini, teringatlah murid-murid, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan
Aku." Jadi, kalau kita memiliki roh murid, maka selekasnya kita
mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan.
Roh murid,
berarti; dengar-dengaran. Sementara guru itu mengajar, berarti murid itu
telinga, artinya; dengar-dengaran.
Yohanes
2:18-21
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus,
katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau
berhak bertindak demikian?" (2:19)
Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga
hari Aku akan mendirikannya kembali." (2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam
tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya
dalam tiga hari?" (2:21)
Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Orang-orang
Yahudi menantang Yesus dengan berkata: “Tanda
apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak
demikian?”
Orang-orang
Yahudi bermegah terhadap Bait Suci Allah yang di Yerusalem, sebab mereka
membangun Bait Allah itu selama 46 (empat puluh enam) tahun, berarti membangun
Bait Allah menurut hukum Taurat, dan orang-orang Yahudi bermegah dengan hukum
Taurat.
Pada loh
batu tertulis 10 (sepuluh) hukum;
-
Loh batu yang pertama ditulis 4 (empat) hukum.
-
Loh batu yang kedua ditulis 6 (enam) hukum.
Jadi, mereka
membangun Bait Allah menurut hukum Taurat dan mereka bermegah di sana,
sekalipun Bait Suci Allah sudah dijadikan tempat jual beli, sarang penyamun.
Tetapi di
sini Yesus datang untuk merombak Bait Allah hanya dengan 3 (tiga) hari saja.
3 (tiga)
hari, menunjuk; pengalaman Yesus di dalam tanda kematian dan di dalam tanda
kebangkitan-Nya.
Tidak
sedikit orang bermegah karena hidup menurut hukum Taurat. Tidak sedikit orang
Kristen bermegah oleh karena perkara-perkara lahiriah, perkara daging, tetapi
Tuhan segera merombak kehidupan yang semacam ini, dijadikan baru lewat
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
KETERANGAN
yang ketiga dari Mazmur 69:11
(69:11) Aku meremukkan diriku dengan berpuasa,
tetapi itu pun menjadi cela bagiku;
Berpuasa,
berarti; tidak makan, tidak minum, sama artinya; penyangkalan (penyaliban)
terhadap daging, sama dengan; tidak bermegah. Kalau daging sudah disalib, sama
artinya; tidak bermegah lagi terhadap daging.
2 Korintus
12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun
memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak
memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang
kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu
tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh,
aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya
-- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu,
-- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba
diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang
tidak boleh diucapkan manusia.
Tuhan
mengangkat Rasul Paulus ke tingkat yang ketiga dari sorga. Pada saat itulah, ia
mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Pendeknya:
Rasul Paulus menerima penyataan-penyataan Allah.
2 Korintus
12:6-7
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga,
aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan
diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada
yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. (12:7) Dan supaya aku jangan
meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku
diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis
untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Supaya Rasul
Paulus tidak bermegah, supaya dia tidak meninggikan diri atas
penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka dia diberi suatu duri dalam
daging, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh dia.
Kalau ada
orang di sekitar kita menjadi utusan Iblis untuk menggocoh, itu adalah duri
dalam daging. Tujuannya; supaya jangan bermegah, supaya jangan meninggikan
diri. Memang, duri dalam daging itu harus ada supaya kita tetap rendah hati,
supaya kita jangan bermegah, supaya kita jangan sombong dengan semua
penyataan-penyataan Allah yang heran dan luar biasa yang sudah kita terima dari
Tuhan.
Dan saya
berdoa untuk kita semua, supaya dengan sadar kita menerima penyaliban terhadap
daging atau duri dalam daging sekalipun ada utusan Iblis untuk terus menggocoh
kehidupan kita masing-masing. Memang rasanya sakit bila ada duri dalam daging.
2 Korintus
12:8-9
(12:8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali
berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku:
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah
atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Rasul Paulus
tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padanya.
Tetapi jawab Tuhan kepadanya: “Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu”
Duri dalam
daging yang terus menggocoh kehidupan kita ini, mungkin dari suami, mungkin
dari isteri, mungkin dari anak, mungkin dari orang tua, mungkin dari saudara,
kerabat, keluarga, duri dalam daging itu menggocoh kehidupan kita, itu
merupakan kasih karunia, merupakan kemurahan dari Tuhan, supaya di dalam
kelemahan, kuasa Tuhan menjadi sempurna di dalam kehidupan kita masing-masing.
Kalau kita
lemah, kita kuat. Tetapi kalau bermegah (sombong), kita lemah.
Duri dalam
daging itu sakit. Kita berusaha supaya tidak ada duri dalam daging, tetapi
Tuhan berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku
bagimu”
Kalau ada
orang di sekitar kita sebagai utusan Iblis dalam kelemahannya, sampai menggocoh kehidupan kita lahir batin,
itu adalah kasih karunia. Memang sakit bagi daging, tetapi itu kasih karunia.
Ingin kita
menuruti suara daging ini untuk melepaskan diri dari semua ini. Ingin lari dari
kenyataan. Tetapi kita harus memandang salib, memikul salib, itu adalah kasih
karunia. Jangan berpikir pendek.
Banyak orang
bunuh diri karena tidak kuat terhadap duri dalam daging. Ingat; keadilan dan
kebenaran yang sudah dipersatukan di atas kayu salib tidak boleh dipisahkan
oleh manusia.
Kita kembali
membaca Mazmur 69.
Mazmur 69:11
(69:11) Aku meremukkan diriku dengan berpuasa,
tetapi itu pun menjadi cela bagiku;
Perhatikan:
“Aku meremukkan diriku dengan berpuasa,
tetapi itu pun menjadi cela bagiku”
Pemazmur ini
menahan diri tidak bermegah, demikian halnya Rasul Paulus menahan diri untuk
tidak bermegah, bahkan ada duri dalam daging, yaitu seorang utusan Iblis
menggocoh kehidupannya, tetapi itu pun menjadi cela, itu pun menjadi sindiran,
itu pun menjadi hinaan.
Berarti,
betapa hebat penderitaan Yesus di atas kayu salib ketika Dia meminum cawan
Allah, itulah anggur asam. Belum sebanding dengan penderitaan yang kita alami
pribadi lepas pribadi.
Kita lihat
gambarannya dalam 1 Korintus 1.
1 Korintus
1:23
(1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang
disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk
orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
Pemazmur itu
telah berpuasa, berarti; tidak makan, tidak minum, sama dengan; menyangkal
daging (menyalib daging). Tetapi itu pun menjadi cela bagi pemazmur itu.
Sama halnya
dengan Rasul Paulus memberitakan Kristus yang disalibkan, untuk orang Yunani
(bangsa kafir) adalah suatu kebodohan.
Tetapi bagi
mereka yang dipanggil -- baik Yahudi maupun bangsa kafir --, sebetulnya salib
Kristus yang diberitakan itu adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah, sesudah
dengan 1 Korintus 1:24.
Itu bukan
kebodohan, itu bukan cela. Jadi, jangan kita berpikiran seperti 1 Korintus 1:23.
KETERANGAN
yang keempat dari Mazmur 69:12
(69:12) aku membuat kain kabung menjadi pakaianku,
aku menjadi sindiran bagi mereka.
“Aku membuat kain kabung menjadi pakaianku”
Sama seperti
dua saksi yang ditugaskan oleh Allah untuk menjadi saksi Allah selama 1260
(seribu dua ratus enam puluh) hari; mereka bernubuat sambil berkabung, dalam
ejaan lama disebut: berkainkan kain goni,
artinya; melayani disertai dengan kerendahan hati.
Di dalam
Kisah Para Rasul 20:19 dst, Rasul Paulus melayani Tuhan disertai dengan
kerendahan hati, sebab dijelaskan pada ayat itu Rasul Paulus banyak kali
mencucurkan air mata, kemudiam menanggung banyak penderitaan, yang tidak kalah
penting, dia tidak lalai dalam tiga hal:
1. Tidak
lalai memberitakan firman Allah.
2. Tidak
lalai mengajarkan firman Allah.
3. Tidak
lalai bersaksi dari hal firman Allah.
Tetapi baca
kembali ayat 12.
Mazmur 69:12
(69:12) aku membuat kain kabung menjadi pakaianku,
aku menjadi sindiran bagi mereka.
Pemazmur ini
berkata: “Aku menjadi sindiran
bagi mereka”
Melayani
disertai kerendahan hati, tetapi juga menjadi sindiran bagi mereka. Namun
sekalipun demikian, pemazmur ini tetap menanggungnya sekalipun di dalam
kesesakan yang hebat.
KETERANGAN
yang kelima dari Mazmur 69:13
(69:13) Aku menjadi buah bibir orang-orang
yang duduk di pintu gerbang, dengan kecapi peminum-peminum menyanyi
tentang aku.
“Aku menjadi buah bibir orang-orang yang
duduk di pintu gerbang”
Menjadi buah
bibir, berarti; menjadi bahan pembicaraan (cerita) tetapi di dalam hal yang
negatif.
Tadi, sudah
jelas pemazmur ini menyangkal dirinya, memikul salibnya, tetapi tetap saja
menjadi buah bibir, berarti pusat perhatian atau menjadi buah
perkataan-perkataan dalam hal yang negatif bagi orang-orang yang duduk di pintu
gerbang.
Pintu
gerbang, menunjuk kepada orang-orang yang percaya kepada Tuhan.
Jadi, bukan
buah bibir bagi orang-orang dunia, tetapi buah bibir bagi orang-orang yang
percaya kepada Tuhan.
Daud telah
mengalaminya dan itu merupakan kesesakan yang luar biasa.
-
Sebelum ia duduk menjadi raja di atas takhta, sindiran
itu sudah dialami, baik dari saudara-saudaranya sendiri; kakak tertua sampai
kakak yang tertujuh.
-
Kemudian, juga isterinya sendiri, Mikhal (anak Saul)
menyindir dia terkait dengan ketika Daud mengangkut tabut perjanjian. Tetapi
akhirnya Mikhal tidak punya anak.
Orang yang
menyindir Daud bukanlah orang-orang yang jauh dari dirinya, melainkan
orang-orang yang dekat dengan dirinya sendiri. Kalau sindiran itu dari orang
jauh, dengan mudah kita bertahan. Tetapi kalau sindiran itu datang dari
orang-orang yang di sekitar, itu sakit rasanya, apalagi kalau setiap hari
bertemu.
Inilah
kesesakan yang dialami oleh Daud.
Mazmur
69:2-3
(69:2) Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air
telah naik sampai ke leherku! (69:3)
Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat
bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang
pasang menghanyutkan aku.
Rasul Paulus
dalam kesesakannya digambarkan seperti: “Aku
tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu ...”
Rawa-rawa
kalau semakin bergerak akan semakin tenggelam, tidak ada tempat untuk bertumpu
di rawa-rawa, itulah yang disebut lumpur hidup.
Kemudian,
“... Aku telah terperosok ke air
yang dalam ...”
Memang, Daud
pernah jatuh di dalam dosa kenajisannya. Oleh karena pengalaman-pengalaman yang
dilaluinya itu, membuat dia sangat menderita sekali dan penderitaan itu adalah
penderitaan yang hebat. Dan kalau penderitaan yang hebat itu sudah sampai di
leher, tinggal tunggu waktu Tuhan; tetapi dibalik salib Tuhan nyatakan
kemuliaan.
Kalau
pergumulan itu sudah sampai di leher, tinggal tunggu waktu-Nya Tuhan; Tuhan
akan nyatakan kemuliaan-Nya. Perhatikanlah, jangan berhenti di dalam memikul
salib. Jangan lari dari kenyataan. Hadapi saja.
Memang
ketika kita menderita, persis seperti pengalaman Rasul Paulus; dia sampai
memohon tiga kali supaya duri dalam daging segera dicabut, tetapi Tuhan justru
berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku
bagimu”, sebab di dalam kelemahanlah seseorang menjadi kuat. Karena salib,
kita menjadi kuat.
Kalau
pergumulan belum sampai leher, terus bertahan, jangan lari, tetapi kalau
pergumulan itu sudah sampai di leher, kita tidak bisa apa-apa, tinggal tunggu
waktu; dibalik salib, Tuhan sudah sediakan kemuliaan-Nya. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment