IBADAH RAYA MINGGU, 24
NOVEMBER 2019
WAHYU PASAL 11
(Seri: 14)
Subtema: DUA
SAKSI BESAR UNTUK GEREJA YANG TERTINGGAL
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, oleh karena rahmat
dan pertolongan-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk menikmati kemurahan
demi kemurahan supaya kita mendapatkan pertolongan pada hari Tuhan kelak; kita
tertolong, seisi rumah kita tertolong, seperti Rahab seorang perempuan sundal,
sebab tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Yosua mengutus dua pengintai untuk mengintai Yerikho. Lalu pada saat itu,
perempuan sundal, itulah Rahab, menerima dua pengintai ini. Mungkin kita ini
banyak persundalan di sana sini, tetapi kalau kita mau dengan rela hati
disertai dengan rendah hati menerima utusan Tuhan, itulah pembukaan firman
Allah yang diurapi (dua pengintai), maka pada saat itu pertolongan tiba dalam
kehidupan kita, bahkan seisi rumah ditolong oleh Tuhan.
Namun pada saat itu, Rahab meminta tanda kepada dua pengintai itu: “... Berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat
dipercaya ...” Lalu kepada Rahab, perempuan sundal -- yang juga notabene
adalah bangsa kafir (bukan bangsa Israel) --, dua pengintai itu berkata: “... Haruslah tali dari benang kirmizi ini
kauikatkan pada jendela tempat engkau menurunkan kami ...”
Biarlah kiranya kehidupan kita sebagai gereja Tuhan terikat senantiasa
dengan korban Kristus. Tali dari benang kirmizi merupakan bayangan dari korban
Kristus. Merah, itulah darah salib Kristus. Biarlah kehidupan kita ini selalu
terikat dengan korban Kristus, senantiasa menjunjung tinggi korban Kristus di
dalam pengikutan kita kepada Tuhan, sebab kedatangan Tuhan sudah tidak lama
lagi. Kesempatan yang tersisa sedikit ini, biarlah kita gunakan sebaik mungkin.
Jangan kita sibuk seperti Esau, sibuk berburu daging, sehingga pada saat
dia kembali mencari berkat yang satu itu, dia ditolak karena tidak ada lagi
kesempatan. Biarlah kita sibuk mencari Tuhan, seperti Yakub; seorang yang
tenang, tinggal di rumah Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba
Tuhan, yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube,
Facebook di manapun anda berada.
Mari kita berdoa, dengan rendah hati kita mohonkan pembukaan firman Tuhan,
supaya Tuhan menyatakan kasih dan kemurahan-Nya untuk menolong kehidupan kita;
hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga kita dipulihkan oleh Tuhan,
ditolong oleh Tuhan.
Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu
dari kitab Wahyu 11.
Pada minggu yang lalu kita sudah memperhatikan Wahyu 11:4-6, tetapi
di sore ini, kita kembali memperhatikan Wahyu 11:5.
Wahyu 11:5
(11:5) Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti
mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh
mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu
harus mati secara itu.
Di sini terlihat dengan jelas keberadaan dari dua saksi Allah, yakni;
-
Jikalau ada orang
yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan
semua musuh mereka.
-
Jikalau ada orang
yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu.
Perhatikan baik-baik: Jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka,
keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka, bahkan orang
itu harus mati secara itu.
Dengan demikian, dua saksi Allah ini memiliki kuasa yang sangat besar dan
mengherankan, karena apabila mereka disakiti, keluarlah api dari mulut mereka,
menghanguskan musuh mereka.
Sebenarnya, api di sini bukan api biasa, tetapi melebihi dari apa yang kita
pikirkan.
Yeremia 23:28
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan
mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan
firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan
gandum? demikianlah firman TUHAN.
Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu dengan tepat dan
benar.
Berarti, jangan dikurangi dan jangan ditambahi. Banyak hamba Tuhan
menambahkan dan mengurangi pemberitaan firman dengan maksud untuk menyukakan
hati sidang jemaat, dengan maksud supaya sidang jemaat semakin bertambah dan
sidang jemaat bertahan dalam satu penggembalaan, itu adalah cara yang salah
dalam melayani Tuhan. Hamba Tuhan melayani pemberitaan firman Tuhan, tujuannya
hanya satu yaitu untuk menyukakan hati Tuhan Yesus.
Kemudian, nabi yang beroleh pembukaan firman Tuhan, biarlah menceritakan
firman itu dengan tepat dan benar.
Seorang hamba Tuhan tentu harus bergumul untuk mencari pembukaan firman
Tuhan di bawah kaki salib Tuhan. Kalau seorang hamba Tuhan tidak bergumul di
bawah kaki salib Tuhan, maka hamba Tuhan tidak akan memperoleh pembukaan
rahasia firman yang besar untuk menggarap, mengerjakan kehidupan sidang jemaat
menjadi sidang jemaat yang besar di mata Tuhan.
Itu sebabnya, di sini dikatakan: “Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum?”
Tuhan mau jadikan sidang jemaat menjadi suatu kehidupan yang besar seperti
gandum, tidak kosong seperti jerami. Besarnya sidang jemaat bukan diukur dari
pengertian manusia, tetapi besarnya sidang jemaat diukur dari seberapa jauh
firman Tuhan mengisi hatinya. Jangan diputar balik.
Tadi dikatakan: Apabila ada orang menyakiti dua saksi tersebut, maka api
keluar dari mulut mereka, menghanguskan musuh mereka. Ini bukan sekedar api
biasa, tetapi ini adalah api yang lebih dari apa yang kita pikirkan.
Yeremia 23:29
(23:29) Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah
firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?
Di sini dikatakan: Firman Allah itu seperti api yang menghanguskan.
Seringkali kita bersungut-sungut, bahkan banyak kritik apabila kita
mendengar nasihat dan teguran firman. Sebetulnya sikap ini menyakiti, bukan
hanya si pemberita firman, tetapi juga menyakiti hati Tuhan.
Singkatnya: Tuhan sedang menyampaikan teguran-Nya, Tuhan sedang
menyampaikan nasihat-Nya, tetapi Dia disakiti, sehingga firman Allah itu
seperti api yang keluar dari mulut menghanguskan.
Padahal kalau kita sadari, nasihat firman Tuhan, teguran firman Tuhan yang
disampaikan oleh si pemberita firman Tuhan untuk membesarkan suatu kehidupan
menjadi kehidupan yang sangat besar, itulah yang disebut kehidupan yang
disamakan dengan gandum. Tetapi kalau kita menyakiti Dia yang berfirman, itu
sama dengan api yang keluar dari mulut dan menghanguskan.
Menjadi suatu kehidupan yang dipilih itu tidak semudah seperti apa yang
dipikirkan oleh orang Kristen, tidak seperti itu. Sebab itu, kita perhatikan
dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi rencana Tuhan dalam kehidupan kita
masing-masing.
Matius 3:12
(3:12) Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan
tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung,
tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak
terpadamkan."
Perhatikan dengan baik-baik: Gandum dikumpulkan ke dalam lumbung,
sedangkan jerami dibakar dalam api untuk selama-lamanya. Inilah kehidupan
yang seringkali bersungut-sungut, kehidupan yang seringkali ngomel, menggerutu, timbul kritik dalam
hati setiap firman Tuhan disampaikan, setiap kali teguran firman dia tidak terima, setiap kali nasihat firman dia tidak
terima.
Sebetulnya, untuk menjadi gandum yang akan dikumpulkan dalam lumbung-Nya;
rela untuk dibersihkan, supaya menjadi suatu kehidupan yang benar-benar bersih,
tanpa noda dan tanpa cela.
Saya ini menyampaikan nasihat firman, menyampaikan teguran firman bukan
sedang menyakiti saudara. Tetapi kalau saudara merasa tersakiti, maka nanti
firman yang keluar dari mulut ini bagaikan api yang menghanguskan. Jadi, jangan
banyak kritik, jangan banyak ngomel,
jangan banyak bersungut-sungut dan jangan persalahkan Tuhan. Banyak orang Kristen, apabila ia menderita,
seringkali mempersalahkan Tuhan.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Untuk menjadi gandum yang
dikumpulkan dalam lumbung-Nya, sudah seharusnya rela untuk dibersihkan, supaya
menjadi suatu kehidupan yang benar-benar bersih, tanpa noda dan tanpa cacat
cela.
Berarti, firman Allah yang disampaikan oleh hamba Tuhan harus diterima
dengan segala kerendahan hati, sidang jemaat tidak boleh ada kritik dalam hati,
kalau mau menjadi gandum yang dikumpulkan dalam Kerajaan Sorga.
Sebenarnya kehadiran dari dua saksi tersebut, itulah Musa dan Elia --
sebelum Yesus datang nanti --, mereka tampil selama 1260 (seribu dua ratus enam
puluh) hari, sama dengan; 42 (empat puluh dua) bulan, sama dengan; 3.5 (tiga
setengah) tahun, adalah kemurahan Tuhan yang terakhir sekali. Dan hari-hari ini
adalah hari-hari terakhir. Biarlah kita sungguh-sungguh memperhatikannya dengan
baik.
Kemurahan Tuhan selama 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari ini
terkhusus kepada gereja Tuhan yang masih tertinggal. Gereja Tuhan yang masih
tertinggal itu sama halnya dengan apa yang dilihat oleh Rasul Paulus ketika ia
diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga -- kisah itu diceritakan kepada
sidang jemaat di Korintus sesudah 14 (empat belas) tahun dia melayani Tuhan dan
menerima jabatan rasul --. Kemudian, pengalaman ketika dia diangkat, ditulis
kembali kepada orang Ibrani, pada pasal 9.
Di situ dia melihat, pada kemah yang pertama, yakni; Ruangan Suci, hanya
ada MEJA ROTI dan PELITA EMAS.
Banyak anak Tuhan di mana hidupnya sudah mengerti firman, bahkan banyak
kegiatan, banyak pelayanan, selayaknya seperti pelita emas, menjadi terang dan
kesaksian, tetapi kehidupannya tidak sampai kepada derajat (level) yang tinggi, yaitu hidup dalam
doa penyembahan.
Itu sebabnya, pada kemah yang kedua, itulah Ruangan Maha Suci, di situ
Rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Ibrani, bahwa MEZBAH DUPA (pembakaran
ukupan) itu sudah ada di dalam Ruangan Maha Suci. Jadi, bukan hanya TABUT
PERJANJIAN.
Kehadiran Musa dan Elia sebelum Yesus tampil menjemput mempelai
perempuan-Nya, itu sebenarnya adalah kemurahan Tuhan yang besar, tetapi ada
saja gereja Tuhan yang menyakiti kedua saksi ini manakala mereka bernubuat
sambil berkabung selama 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari. Inilah yang
tidak masuk logika.
Maksud Tuhan adalah untuk menolong gereja Tuhan, tetapi ada saja yang
menyakiti hati hamba Tuhan ini. Sebenarnya Tuhan mau menyatakan kemurahan-Nya
untuk menolong gereja yang tertinggal.
Sebab kalau kita perhatikan dalam Wahyu 12, di situ tertulis dengan
jelas tentang gereja yang sempurna menjadi suatu tanda yang besar, dan
kepadanya diberikan dua sayap burung nasar yang besar supaya diterbangkan, lalu
dipelihara selama 3.5 (tiga setengah) tahun di padang belantara.
Wahyu 12:1
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit:
Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah
kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
Tampak suatu tanda besar di langit, yaitu seorang perempuan, inilah gereja
Tuhan yang sempurna.
Apa tanda bahwa gereja itu sempurna?
-
Berselubungkan
matahari, tabiat dari Allah Bapa, itulah KASIH.
-
Bulan di bawah
kaki, tabiat dari KORBAN PENEBUSAN Allah Anak. Sebab itu kalau kita tidak
menghargai korban Kristus, maka bulan berubah menjadi darah; banyak penumpahan
darah terjadi. Kalau hari ini kita tolak firman Kristus (Allah Anak), nanti
firman berubah menjadi pedang yang menghakimi, membunuh, sehingga nanti banyak
darah tertumpah-tumpah = bulan berubah menjadi darah.
-
Bermahkotakan 12
(dua belas) bintang, itulah kehidupan yang diurapi oleh Roh Kudus. Biarlah
kita semua bagaikan bintang-bintang di tengah-tengah orang-orang yang bengkok
hatinya dan yang sesat ini ... Filipi
2:15.
Wahyu 12:3
(12:3)
Maka tampaklah suatu tanda
yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar,
berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Pada ayat 1 tertulis “Suatu
tanda besar di langit”, kemudian pada ayat 3 ini juga tertulis “Suatu tanda yang lain di langit”. Ada
tanda lain di langit, sebagai tandingan dari gereja Tuhan yang sempurna,
mempelai wanita Tuhan. Apakah itu? Itulah seekor
naga merah padam yang besar.
Jangan main-main. Kalau dulu, Hawa berhadapan dengan ular, tetapi di
hari-hari terakhir ini bukan ular yang kita hadapi, melainkan naga besar
berhadap-hadapan dengan gereja Tuhan. Sebab itu, tidak boleh bermain-main dalam
hal mengikuti Tuhan.
Kemudian, wujud dari naga tersebut; “...Berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh
mahkota.” Sepertinya berkemenangan karena ada tujuh mahkota di atas
kepalanya, tetapi sebetulnya ini adalah akal-akalan.
Wahyu 12:4
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari
bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu
berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya,
segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.
Kalau tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan, ekor naga bisa menyeret
bintang-bintang. Nabi-nabi palsu bisa menyeret orang-orang yang sudah
ditinggikan tadi.
Maka, kalau kerohanian kita hanya terikat dengan perkara di bumi, jangan
mimpi untuk menjadi mempelai Tuhan. Jadi, jangan gunakan ukuran manusia di
dalam hal keselamatan jiwa dan seisi rumah.
Wahyu 12:6
(12:6) Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana
telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara
di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
Tetapi kepada mempelai perempuan diberikan sayap burung nasar yang besar
supaya ia diterbangkan ke padang belantara untuk dipelihara selama 1260 (seribu
dua ratus enam puluh) hari atau 3.5 (tiga setengah) tahun. Bukankah yang kita
kejar sekarang ini adalah sayap burung nasar yang besar?
Kalau kita cari Kerajaan Sorga dan kebenaran di dalamnya, semuanya akan
ditambahkan. Tetapi kalau cari dunia ini, uang lari, dan Kerajaan Sorga tidak
kita punya. Maka, realistislah cara berpikir kita dalam hal mengikuti Tuhan.
Mari kita gunakan pikiran Allah dalam hal mengikuti Tuhan.
Kita harus ketahui terlebih dahulu, saya baru-baru ini mendapat suatu
pengertian, bahwa; hamba Tuhan itulah yang terlebih dahulu mendapat sayap
burung nasar yang besar, hamba Tuhan itu dulu yang memiliki firman Allah yang
besar, barulah sidang jemaat nanti memiliki sayap yang besar.
Kalau hamba Tuhan tidak memiliki firman Allah yang besar, sidang jemaat
tidak mungkin memiliki sayap burung nasar yang besar.
Tuhan banyak memberi pengertian kepada kita. Pengertian ini harus kita
terima dengan lemah lembut. Terimalah firman yang tertanam di dalam hati
dengan lemah lembut.
Gereja Tuhan yang sempurna dipelihara oleh Tuhan, tetapi kalau kita
perhatikan pada ayat 7-9; terjadi peperangan.
Wahyu 12:7-9
(12:7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael
dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (12:8) tetapi mereka tidak dapat
bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (12:9) Dan naga besar itu, si ular
tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh
dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan
malaikat-malaikatnya.
Terjadi peperangan; Mikhael dengan para malaikatnya menghadapi naga dengan
para malaikatnya, tetapi naga itu dikalahkan dan dilemparkan ke bumi, dia tidak
ada tempat lagi di sorga. Pada saat di bumi itulah naga ini menyesatkan
sebanyak mungkin orang.
Selanjutnya, kita lihat ayat 13-14.
Wahyu 12:13-14
(12:13)
Dan ketika naga itu
sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang
melahirkan Anak laki-laki itu. (12:14)
Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar,
supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari
tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah
masa.
Kepada gereja yang sempurna diberikan sayap burung nasar yang besar supaya
ia dipelihara selama 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari atau 3.5 (tiga
setengah) tahun.
Yang kita cari adalah firman yang besar. Tetapi jangan salah, hamba Tuhan
yang menyampaikan firman Tuhan harus terlebih dahulu memiliki firman yang
besar. Tidak mungkin gereja Tuhan, orang Kristen menerima sayap burung nasar
yang besar kalau hamba Tuhan itu tidak memiliki pembukaan rahasia firman Allah yang
besar.
Sekarang barulah kita mengerti pada saat kapan kita mengucap syukur, dalam
keadaan apa kita mengucap syukur. Dulu kita tidak mengerti soal syukur yang
sesungguhnya. Kita hanya bersyukur kalau diberkati. Tidak salah diberkati,
tetapi ucapan syukur kita sekarang lebih dari pada itu.
Jiwa lebih berharga dari segala-galanya. Hidup lebih berharga dari makan
dan minum. Tubuh lebih berharga dari pakaian. Belajar kepada burung di udara.
Pandang terus perkara rohani, perkara di atas, bukan perkara di bawah, maka
Tuhan pelihara kehidupan kita.
Wahyu 12:15
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air,
sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.
Menyemburkan dari
mulutnya air, sebesar sungai. Ini adalah tandingan dari Wahyu 22:1,
sungai air kehidupan keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba, itulah
firman pengajaran yang rahasianya dibukakan.
Ular itu menyemburkan air sebesar sungai, tujuannya tidak lain tidak bukan
supaya perempuan itu dihanyutkan, dengan kata lain; binasa. Hati-hati juga
dengan arus dan pengaruh dunia ini yang menghanyutkan untuk membinasakan
kerohanian anak-anak Tuhan. Jangan terlena dengan dunia ini. Ingat, asal usul
kita dari mana? Yaitu dari sorga, dari Allah. Kalau pun kita ini ada di bumi,
itu semua karena dosa Adam; ketika dia melanggar hukum Allah, ia diusir dari
Taman Eden, bagaikan kita dilemparkan sekarang ini ada di bumi.
Sebab itu, jangan terlena dengan bumi, kita harus kembali ke tanah air
sorgawi, karena dari situlah kita berasal dan kita harus kembali ke situ.
Wahyu 12:16
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu.
Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari
mulutnya.
“... Bumi datang menolong
...”
Semua ini mengandung arti rohani. Sidang jemaat tidak bisa mengerti dengan
begitu saja kalau Roh Tuhan tidak memberi pengertian. Mari kita lihat, bumi apa
yang dimaksud di sini?
Kejadian 2:6
(2:6) tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi
dan membasahi seluruh permukaan bumi itu --
“... Ada kabut naik ke atas
dari bumi ...”
Kabut itu adalah dupa yang berbau harum, doa penyembahan yang naik di
hadirat Tuhan, itulah yang menolong gereja Tuhan yang sempurna dari naga itu.
Jadi, bukan karena uang yang banyak, harta yang banyak, bukan karena
kedudukan, jabatan yang tinggi di bumi ini lalu kita lepas dari mata ular,
tetapi penyembahan itu yang menyelamatkan kehidupan kita.
Bukankah manusia terbuat dari debu tanah? Tetapi kalau dari debu tanah ini
ada penyembahan, itu yang menyelamatkan gereja yang sempurna.
Pada Wahyu 12:16 dikatakan perempuan itu tertolong, sebab bumi
datang menolong perempuan itu. Bumi membuka mulutnya, menelan sungai yang
disemburkan oleh naga dari mulutnya. Sekarang, kita bandingkan dengan gereja
yang tertinggal.
Tadi saya sudah sampaikan; dua saksi itu diutus oleh Tuhan supaya gereja
yang tertinggal mendapat pertolongan dari Tuhan. Jadi, jangan pernah kita
salahkan Tuhan manakala nasihat firman kita dengar, manakala teguran firman
kita dengar.
Mari kita lihat ayat 17.
Wahyu 12:17
(12:17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan
itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum
Allah dan memiliki kesaksian Yesus.
Naga itu tidak dapat mengejar mempelai perempuan, akhirnya naga itu sangat
marah, lalu mencari dan mengejar, memerangi keturunannya yang lain, yang “mempunyai
hukum Allah” dan yang “memiliki kesaksian” (Roh Kudus), tetapi tidak
hidup di dalam penyembahan. Inilah yang menjadi mangsa dari naga itu.
Memiliki firman Tuhan itu bagus. Menjadi kesaksian lewat pelayanan-pelayanan,
menjadi terang lewat pelayanan-pelayanan, itu bagus, tetapi kalau kerohaniannya
belum sampai kepada derajat yang tinggi, belum sampai kepada level yang tinggi, belum sampai kepada
doa penyembahan, maka menjadi gereja yang tertinggal, apalagi kalau tidak
mengerti pembukaan firman.
Itu sebabnya tadi saya katakan; kalau gereja mau mendapatkan sayap burung
nasar yang besar, maka hamba Tuhan terlebih dahulu memiliki pembukaan rahasia
firman yang besar, lewat penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Jadi, sudah sangat jelas; kehadiran dari dua saksi tadi yang diutus oleh
Tuhan menjadi saksi yang besar, saksi yang sempurna adalah untuk menolong
gereja yang tertinggal. Itu adalah kesempatan yang terakhir bagi gereja yang
tertinggal.
Tidak perlu saya menjelaskan keadaan dunia sekarang. Saudara dengan kasat
mata sendiri bisa melihat seperti apa peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi
sekarang ini. Bukankah kejadian ini sudah menggenapi apa yang tertulis dalam
injil Matius 24? Bangsa bangkit melawan bangsa, kerajaan bangkit melawan
kerajaan, bahkan nanti terjadi kesusahan yang besar, termasuk di dalam
pemerintahan juga nanti terjadi kekacauan, di bumi harus terjadi kekacauan.
Mengapa? Langit yang pertama dan bumi yang pertama akan berlalu, sesudah itu
berlalu barulah kita melihat langit yang baru dan bumi yang baru; Yerusalem
yang baru, itulah mempelai Tuhan.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Kehadiran dari dua saksi itu
adalah untuk menolong gereja yang tertinggal. Jangan sampai kita tidak mengerti
tentang gereja yang tertinggal. Gereja yang tertinggal itu hanya memiliki
firman, memiliki Roh Kudus, tetapi tidak memuncak sampai kepada derajat yang
tertinggi, itulah penyembahan.
Banyak orang Kristen hanya beribadah pada Ibadah Raya Minggu, tetapi doa
penyembahan diabaikan begitu saja. Maka, sidang jemaat harus mengucap syukur
dengan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan.
Kita tidak pantas mempersalahkan Tuhan seandainya gereja Tuhan yang
tertinggal ini masuk dalam aniaya antikris. Sebab gereja yang tertinggal ini
telah mengabaikan kemurahan Tuhan. Tetapi Allah itu penuh kasih, maka Ia
mengirim dua saksi besar dengan kesaksian yang luar biasa, itulah pribadi Musa
dan Elia, untuk menolong gereja Tuhan yang tertinggal tadi.
Seringkali anak-anak Tuhan mengeluh dan berkata bahwa Tuhan itu lupa kepada
kita, lupa kepada saya. Sebenarnya, Tuhan itu tidak pernah melupakan kita,
sebab Dia melihat dan tidak jauh dari kehidupan kita masing-masing. Tuhan tidak
lupa seperti apapun kesengsaraan yang kita alami. Tuhan tidak lupa, sebab kasih
Allah yang sempurna itu telah dinyatakan di atas bukit Golgota.
Oleh sebab itu, selagi masih ada waktu, mari kita gunakan sebaik mungkin
sebagai kesempatan untuk beroleh keselamatan, sebagaimana dinyatakan dalam
Lukas 8.
Lukas 8:17
(8:17) Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi
yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang
tidak akan diketahui dan diumumkan.
Kalau ikut Tuhan, terbuka kepada Tuhan. Kalau kita menerima teguran-teguran
firman, biarlah kita ungkapkan dan akui
segala kesalahan di masa lalu. Jangan kita mengakui kesalahan karena ada
sesuatu di tengah-tengah pelayanan itu, itu adalah kepentingan diri.
Tetapi pengakuan yang benar adalah kesalahan yang pernah dilakukan secara
tersembunyi itu diakui. Pengakuan semacam ini harus didorong karena kekuatan
firman. Kalau pengakuan itu karena ada kepentingan diri di dalam pelayanan, itu
tidak benar. Mengakui itu sudah bagus, tetapi kalau itu karena kepentingan
diri, itu tidak benar, sebab tidak tertutup kemungkinan dia akan mengulangi
kesalahan yang sama. Tetapi kalau pengakuan dosa itu terjadi karena pembukaan
firman Tuhan yang rahasianya dibukakan, itu adalah pengakuan yang benar, dan
kehidupan yang semacam ini tidak mungkin melakukan kesalahan yang sama.
Saya masih meragukan kalau seseorang mengakui dosa karena ada kepentingan.
Kalau saya dengar pengakuan itu karena dorongan pembukaan rahasia firman,
barulah saya mengakui; dia ini tidak akan mengulangi lagi. Tetapi kalau karena
ini dan itu, saya tidak yakin dengan orang itu.
Itu sekilas saja soal pengakuan, sebab semua rahasia akan terungkap kalau
kita menikmati pembukaan rahasia firman.
Lukas 8:18A
(8:18) Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak
mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
“Karena itu,
perhatikanlah cara kamu mendengar.”
Sikap bersungut-sungut dan kritik pada saat firman Allah disampaikan adalah
cara yang salah di dalam mendengar firman Allah.
Mari kita perhatikan 1 Timotius 5.
1 Timotius 5:17
(5:17) Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut
dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah
dan mengajar.
Penatua-penatua atau pemimpin di dalam rumah Tuhan yang baik pimpinannya
patut dihormati dua kali lipat, walaupun hamba Tuhan itu tidak menuntut hormat
dari sidang jemaat.
Tidak berhenti sampai di situ, “Terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.”
Kita sudah mendapatkan pengajaran yang baik. Kalau sudah mendapatkan
pengajaran yang baik, hormatilah dua kali lipat, walaupun hamba Tuhan tersebut
tidak menuntut hormat dari saudara. Sebab kalau seorang hamba Tuhan gila
hormat, maka ia tidak akan selamat.
1 Timotius 5:18
(5:18) Bukankah Kitab Suci berkata: "Janganlah
engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik," dan lagi
"seorang pekerja patut mendapat upahnya."
Perhatikan baik-baik: “Janganlah
engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik.”
Tuhan Yesus Kristus hadir di tengah ibadah ini sebagai Imam Besar,
tugas-Nya ialah melayani dan memperdamaikan dosa manusia.
Seorang imam, antara lain; pemimpin pujian, pembaca firman Tuhan,
singer, kolektan, pemain musik, multimedia, infokus, zangkoor, semua mereka
yang mengambil bagian dalam pelayanan, kedudukan mereka ada di antara Allah
dengan manusia berdosa, tugasnya adalah untuk memperdamaikan dosa manusia
kepada Allah. Berarti, yang berkorban adalah imam. Sebab itu, di sini
dikatakan: “Janganlah engkau memberangus
mulut lembu yang sedang mengirik.”
Firman Tuhan disampaikan supaya kehidupan dibersihkan, pengirikan menjadi
bersih. Jangan lagi kita sampai bersungut-sungut terhadap teguran firman.
Jangan lagi ada kritik di dalam hati terhadap nasihat firman. Jangan
memberangus mulut lembu yang sedang mengirik, sebab Tuhan sekarang ini sedang
membersihkan pengirikan-Nya.
Tetapi kenyataannya, pada masa-masa terakhir, kesempatan terakhir untuk
mendapatkan pertolongan, itu pun masih ada yang menyakiti kedua saksi ini.
Jangan sampai sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang Cilegon ada yang menyakiti
hamba Tuhan. Belajarlah dewasa mulai dari sekarang.
Tidak mungkin kita bisa menghargai firman, kalau hamba Tuhan tersebut tidak
dihormati. Biasanya kalau kita tidak menghargai hamba Tuhan itu, apapun yang
keluar dari mulut hamba Tuhan tersebut, sedikit pun tidak ada artinya. Itu
semua terkait.
Penginjilan itu banyak terjadi di mana-mana, tetapi firman Pengajaran
Mempelai itu pilihan, kehidupan yang dikhususkan untuk menjadi mempelai Tuhan
tanpa cacat, tanpa cela, tanpa noda, tanda kerut, kudus, tidak bercela. Yang
pasti; Tuhan sedang membersihkan pengirikan-Nya. Janganlah kita memberangus
mulut lembu yang sedang mengirik.
Tidak berhenti sampai di situ: “... Seorang pekerja patut mendapat upahnya.”
Apakah upah saya dalam melayani pekerjaan Tuhan? Apakah uang, apakah
kolekte, apakah sepersepuluh, apakah persembahan khusus, apakah persembahan
sukarela dan sebagainya? Itu bukanlah upah yang sebenarnya, karena itu sebentar
saja berlalu.
Upah saya adalah Kerajaan Sorga. Termasuk orang-orang yang mau dibersihkan
oleh firman, itu adalah upah saya. Bayangkan jika jemaat ada seribu, tetapi
yang masuk sorga hanya satu. Namun biarpun kita di tempat ini hanya puluhan
tetapi kalau masuk 50% (lima puluh persen) saja ke dalam Kerajaan Sorga, ...
puji Tuhan.
Sekarang, apakah saudara semakin mengerti di mana harus meletakkan ucapan
syukur? Letakkanlah ucapan syukur itu pada tempatnya, supaya kita memberi,
melakukan segala sesuatu yang baik, bukan karena ada kepentingan.
Saya tambahkan sedikit lagi; dalam pengikutan kita kepada Tuhan harus
terlihat dua tanda.
Dua tanda dalam
pengikutan kepada Tuhan.
Yang Pertama: TANDA MENJADI SUATU KEHIDUPAN DOMBA.
Yohanes 10:2
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia
adalah gembala domba.
Perikop dari ayat ini adalah “Gembala
Yang Baik.”
Tuhan adalah Gembala yang baik. Apa tanda Gembala yang baik? Ia menyerahkan
nyawa-Nya. Gembala yang baik itu bukan karena pandai dengan pantun-pantunnya,
bukan pandai dengan cerita-ceritanya, bukan, tetapi mau menyerahkan
(mengorbankan) dirinya, mengasihi dengan segenap hati.
“Tetapi siapa yang masuk
melalui pintu, ia adalah gembala domba”, inilah gembala yang
baik, yaitu masuk melalui pintu yang sempit.
Mari kita melihat PINTU YANG SEMPIT.
Matius 7:13-14
(7:13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu,
karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan
banyak orang yang masuk melaluinya; (7:14)
karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan,
dan sedikit orang yang mendapatinya."
Perikop dari ayat ini adalah “Jalan
Yang Benar”. Oleh sebab itu, jangan ikuti jalan yang tidak benar, tetapi
ikutilah jalan yang benar.
Pintu sesak sudah pasti pikul salib, tidak enak bagi daging. Pintu sesak,
berarti daging tidak lagi bersuara ke kanan, daging tidak lagi bersuara ke kiri
= sesak. Pikul salib, itu adalah jalan yang benar, pintu yang sesak. Itulah
jalan yang harus dilalui oleh seorang gembala yang baik. Jangan cari gembala
yang lain.
Kalau seorang gembala tidak melalui pintu yang sesak, tidak mau memikul
salib, jangan ikuti.
Dalam pengikutan kepada Tuhan, salah satu tandanya adalah menjadi
suatu kehidupan domba. Tetapi kenyataannya, menjadi suatu kehidupan
domba itu terkait dengan gembala. Itu tidak bisa lepas. Domba tidak bisa
selamat kalau tidak ada gembala. Gembala yang bagaimana? Yaitu gembala yang
melalui pintu yang sesak. Hamba Tuhan itu senantiasa memikul salibnya, tidak
hanya pandai bicara.
Lebih jelasnya, ada ukuran pintu yang dikaitkan dengan pola Tabernakel.
Pintu yang pertama yang harus kita lalui adalah PINTU GERBANG, berarti; percaya.
Yesus adalah pintu gerbang. Barangsiapa percaya kepada-Nya, maka ia akan
diselamatkan.
Setelah melalui pintu gerbang, maka berada di halaman.
-
Alat pertama yang kita temukan di halaman adalah MEZBAH
KORBAN BAKARAN, menunjuk kepada; pertobatan.
-
Alat yang kedua adalah KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA, berarti;
masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus,
itu baptisan.
Sesudah bertobat, barulah dibaptis. Jangan dibaptis sebelum bertobat.
Barulah melewati pintu yang kedua yaitu PINTU KEMAH, berarti; penuh dengan Roh
Kudus.
Dengan melewati pintu kemah, maka selanjutnya berada di dalam Ruangan Suci,
itulah tempat pengudusan, di mana di dalamnya terdapat tiga alat.
1.
Meja Roti Sajian; persekutuan dengan firman
Allah, serta tubuh dan darah Yesus.
2.
Pelita Emas; persekutuan dengan Roh Kudus.
3.
Mezbah Dupa; persekutuan dengan kasih Allah,
lewat doa penyembahan.
PINTU KEMAH, berarti; kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Orang yang
sudah penuh dengan Roh Kudus, tidak
hidup menurut keinginan daging lagi, tetapi ada lagi yang lebih sempit, yaitu
PINTU TIRAI, sebagai pintu yang ketiga.
Setelah Yesus mati di kayu salib, lalu Yesus berseru: “Eli, Eli, lama sabakhtani”, barulah Ia menyerahkan diri-Nya kepada
Allah Bapa. Sesudah Ia menyerahkan diri-Nya kepada Allah Bapa, barulah tabir
Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
Mari kita lihat Matius 27 untuk memperhatikan pintu yang ketiga ini.
Matius 27:46,50-51
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara
nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (27:50)
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (27:51) Dan lihatlah, tabir Bait
Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan
bukit-bukit batu terbelah,
“Yesus berseru pula
dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya”, seperti seruan-Nya “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku? Memang ketika kita menanggung penderitaan itu seperti
seorang diri saja, tidak ada yang memperhatikan.
Lalu sesudah itu, barulah tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke
bawah, berarti; mengalami penyaliban terhadap daging sepenuh dari kepala sampai
ke kaki, dari atas sampai ke bawah mengalami penyaliban daging sepenuh. Jadi,
pintu yang paling sempit itu adalah penyaliban terhadap daging sepenuhnya.
Sesudah itu, kita kembali memperhatikan Yohanes 10.
Yohanes 10:3-4
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba
mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut
namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4)
Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba
itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
Tanda bahwa seseorang menjadi kehidupan domba:
1.
Mendengar suara
gembala. Kalau domba sudah mendengar suara gembala, ia tidak lagi mendengar suara
asing, yaitu suara daging dengan segala keinginannya, dan suara Setan, itulah
roh jahat dan roh najis.
2.
Mengikuti gembala. Sejauh ini,
kita telah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel
atau Pengajaran Tabernakel dalam Terangnya Mempelai. Ke mana saja kita dibawa,
ikut saja. Tetapi yang pasti, geraknya Pengajaran Mempelai dalam Terangnya
Tabernakel akan membawa kita masuk di dalam rencana Allah yang besar, yaitu
menjadi mempelai wanita Tuhan, kelak berada dalam perjamuan malam kawin Anak
Domba. Ikuti saja.
Jadi kesimpulannya; domba ini mengikuti gembala, bukan gembala mengikuti
domba.
Kasihan, sekarang banyak gembala yang mengikuti domba, karena dombanya
banyak uang, gemuk-gemuk, karena dombanya ini memiliki kedudukan, jabatan
tinggi dan harta yang banyak. Kasihan. Seolah-olah gembala, tetapi kenyataannya
dia yang mengikuti domba.
Semoga seluruh sidang jemaat dan pemirsa yang mengikuti live streaming mengerti apa yang saya
maksud ini. Sekiranya saudara diberkati Tuhan, puji Tuhan, biarlah itu terjadi,
tetapi jangan harap saya mengikuti maunya dan keinginan-keinginan dari sidang
jemaat.
Matius 8:18-20
(8:18) Ketika Yesus melihat orang banyak
mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. (8:19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya:
"Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." (8:20) Yesus berkata kepadanya: "Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia
tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang.
Jangan sampai kita menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung. Kalau
menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung, nanti Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya, karena tubuh sudah menjadi
liangnya serigala dan sarangnya burung.
-
Serigala, menunjuk kepada; roh
jahat. Pekerjaan dari serigala ialah mencerai-beraikan kawanan
domba... Yohanes 10:12.
-
Burung adalah gambaran dari roh
najis. Pekerjaan dari roh najis adalah menghambat pembangunan tubuh
Kristus.
Jadi, kalau mengikuti Tuhan tetapi dikuasai roh jahat, mengikuti Tuhan
tetapi dikuasai roh najis, itu tidak mungkin, maka harus menjadi suatu
kehidupan domba. Kalau gembala pikul salib, domba juga harus pikul salib.
Matius 8:21-22
(8:21) Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya,
berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan
ayahku." (8:22) Tetapi Yesus
berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati
menguburkan orang-orang mati mereka."
Mengikut Tuhan, berarti; biarlah orang mati mengubur orang mati. Hal ini
tidak bisa diartikan secara pengertian hurufiah. Kalau kita manusia rohani,
jangan lagi berurusan dengan manusia daging. Daging itu mati, Roh yang
menghidupkan. Jadi, apa yang dijamah oleh manusia daging, jangan dijamah oleh
manusia rohani. Pendeknya, biarlah orang mati mengubur orang mati.
Itulah kehidupan domba; mengikuti gembala. Dan pengikutan itu harus tepat
dan benar, ada ukurannya.
1 Petrus 2:19
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang
karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung.
Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu adalah kemurahan.
Banyak orang salah mengerti soal kemurahan; kemurahan kalau mendapat pekerjaan,
kemurahan kalau bisnis berhasil, itu tidak salah, itu benar. Tetapi kemurahan
yang menurut ukuran dari sorga, dari Allah adalah menanggung penderitaan yang
tidak harus ia tanggung, itu kemurahan, itu kasih karunia. Jadi, jangan salah
mengerti.
1 Petrus 2:20
(2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita
pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan
karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada
Allah.
Kalau menderita karena pukulan dosa, misalnya; karena merokok lalu
menderita kanker paru-paru, itu bukanlah penderitaan kasih karunia. Tetapi yang
dimaksud kasih karunia adalah jika kamu
berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia
pada Allah.
Jangan salah mengerti tentang kasih karunia. Dahulu sebelum saya mengerti
tentang kasih karunia; kalau saya mendapat berkat, mendapat pujian, saya
katakan bahwa itu adalah kasih karunia. Tetapi yang sebenarnya; menanggung
penderitaan yang tidak harus ditanggung, itu adalah kasih karunia. Berbuat
sesuatu yang baik, tetapi oleh karena perbuatan baik itu harus menderita, itu
kasih karunia.
1 Petrus 2:21
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus
pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan
bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Jadi, ukuran mengikuti itu harus tepat dan benar. Kaki kita harus tepat
mengikuti tapak-tapak kaki Yesus. Langkah-langkah dengan tapak-tapak-Nya itu
harus diikuti dengan tepat dan benar. Itulah pengikutan yang benar, itulah kehidupan
domba. Kalau belum seperti ini, berarti belum disebut domba.
Maka nanti, apabila Dia datang dalam kemuliaan-Nya, Dia akan mengumpulkan
semua manusia di hadapan-Nya, lalu mengadakan pemisahan seperti gembala
memisahkan domba dari kambing; domba ditempatkan di sebelah kanan dan kambing
ditempatkan di sebelah kiri, karena domba ini memperhatikan kehidupan yang
kecil, hina, sangkal diri dan pikul salib... Matius 25:31-40. Itulah
ukuran mengikuti jejak Kristus.
Dua tanda dalam
pengikutan kepada Tuhan.
Yang Kedua: TANDA LEWI.
Kalau Tuhan memanggil Lewi, maka Lewi harus meninggalkan segala sesuatunya.
Mari kita lihat segala sesuatunya itu dalam Wahyu 14.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri
di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu
orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang berdiri di bukit Sion
bersama dengan Anak Domba.
Lihat cara pengikutan mereka pada ayat 4.
Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan
dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan.
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia
pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi
Allah dan bagi Anak Domba itu.
Mereka itu adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja
Anak Domba itu pergi, berarti; bebas dari segala ikatan. Kalau tidak bebas dari
segala ikatan, tidak mungkin bisa mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi.
Mulai dari sekarang, sudah seharusnya kita bebas dari ikatan. Jangan sampai
karena pekerjaan, overtime, lalu kita
tidak tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Jangan karena kuliah, menempuh
pendidikan, lalu kita tidak tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
Inilah pengikutan Lewi; pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan, bebas
dari ikatan.
Jadi, hamba Tuhan itu tidak boleh lagi bekerja di luar sana, selain
menyembah di kaki salib Tuhan saja, hidup di dalam kemurahan, supaya dia bisa
bersaksi sebagai saksi yang sempurna, seperti Musa dan Elia, untuk menolong
gereja yang tertinggal. Kalau hamba Tuhan juga masih sibuk bekerja, saya tidak
yakin kehidupan yang seperti ini bisa menjadi saksi yang besar bagi gereja Tuhan.
Saya menyatakan ini bukan dalam keadaan emosi, tetapi saya menyatakan ini
dalam keadaan sadar-sesadar-sadarnya, karena rencana Tuhan sedang dinyatakan
dalam kehidupan kita masing-masing.
Bersyukur, berterima kasih. Kita belajar meletakkan ucapan syukur dengan
tepat dan benar.
Saya ulangi pernyataan di atas tadi: Kalau Tuhan membiarkan gereja Tuhan
yang tertinggal ditindas, teraniaya pada masa aniaya antikris, maka kita tidak
bisa menyalahkan Tuhan, mengapa? Karena Tuhan sudah menyatakan kemurahan-Nya.
Tetapi pada masa aniaya antikris, tetap saja Tuhan masih utus dua saksi
yang besar, dua saksi yang sempurna supaya gereja Tuhan tertolong. Inilah
panjang sabar-Nya Tuhan kepada kita sekalian, seperti langit dari bumi. Jarak
bumi dan bulan bisa diukur oleh manusia, tetapi tidak ada yang bisa mengukur
jarak antara langit dari bumi, seperti itulah kasih Tuhan; tidak terukur, tidak
terbatas. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment