IBADAH PENDALAMAN ALKITAB,
07 NOVEMBER 2019
Jadi, sengsara tanpa dosa tujuannya adalah untuk mencapai kesempurnaan. Angka tujuh, menunjuk; angka sempurna.
KITAB RUT
(Seri: 70)
Subtema: SISA TUJUH BAKUL UNTUK MENCAPAI KESEMPURNAAN
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita
pribadi lepas pribadi.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan, oleh karena kemurahan-Nya kita
dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan
perjamuan suci. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan,
hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook di manapun anda berada. Mari kita berdoa, memohon kemurahan Tuhan,
supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya malam ini, sehingga Tuhan memulihkan
hidup, ibadah, nikah dan rumah tangga kita masing-masing.
Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab
dari KITAB RUT.
Rut 2:14
(2:14) Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas
kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu ke
dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu, dan Boas
mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang,
bahkan ada sisanya.
Setelah tiba waktu makan, Boas memberi roti kepada Rut untuk dimakan. “Lalu
makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.”
Boas rohani adalah gambaran dari pribadi Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus,
Dialah Kepala gereja Mempelai Pria Sorgawi.
Di dalam Perjanjian Baru, Yesus pernah memberi roti kepada orang banyak,
lalu mereka makan sampai kenyang, bahkan ada sisanya. Yesus melakukan itu
sebanyak dua kali.
-
Yang
pertama: “Yesus memberi makan 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan kepada 5000
(lima ribu) orang laki-laki”, tidak termasuk perempuan-perempuan dan
anak-anak. Kisah itu ditulis dengan lengkap dalam Matius 14:13-21.
Hal ini
sudah saya sampaikan pada minggu yang lalu. Kiranya Tuhan memberkati firman itu
di dalam kehidupan kita masing-masing.
-
Yang
kedua: “Yesus memberi makan 4000 (empat ribu) orang laki-laki dengan 7
(tujuh) roti dan beberapa ikan.”
Tentang: YESUS MEMBERI MAKAN 4000
(EMPAT RIBU) ORANG LAKI-LAKI.
Matius 15:34-38
(15:34) Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti
ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi
beberapa ikan kecil." (15:35) Lalu
Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. (15:36) Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu,
mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya,
lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. (15:37) Dan mereka semuanya makan
sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa,
tujuh bakul penuh. (15:38)
Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan
anak-anak.
Yesus memberi makan 4000 (empat ribu) orang laki-laki dengan 7 (tujuh) roti
dan beberapa ikan, tidak terhitung perempuan (isteri-isteri, gadis-gadis),
serta anak-anak. Mereka semua makan sampai kenyang. Kemudian potongan-potongan
roti tersebut masih ada sisa 7 (tujuh) bakul penuh.
Sama halnya dengan apa yang dialami oleh Rut: “Makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.”
Timbul pertanyaan besar bagi kita sekarang: Mengapa ada makanan yang sisa?
Kalau kita bandingkan dengan pribadi Samuel: Tidak ada satu pun dari firman
itu yang dibiarkan gugur dalam hidupnya, sehingga ia berhasil dan diberkati
oleh Tuhan. Bangsa Israel, dari Dan sampai Bersyeba, pun tahu bahwa Tuhan
memberkati dan memakai Samuel, serta memberi jabatan nabi kepada Samuel.
Tetapi di sini kita melihat: 4000 (empat ribu) orang laki-laki makan sampai
kenyang dan masih ada sisa 7 (tujuh) bakul penuh dari potongan-potongan roti
yang dikumpulkan itu.
Untuk memperoleh jawabannya, mari kita simak Matius 16.
Matius 16:6-7
(16:6) Yesus berkata kepada mereka:
"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi
dan Saduki." (16:7) Maka
mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu
dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti."
Yesus berkata kepada murid-murid: “Berjaga-jagalah
dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki”
Ketika mendengar hal itu, murid-murid berpikir atau mengira bahwasanya
Yesus mengatakan itu karena mereka tidak membawa roti atau bekal makanan dalam
perjalanan mereka.
Matius 16:8
(16:8) Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka
perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada
roti? Hai orang-orang yang kurang percaya!
Dengan pemikiran yang demikian, menunjukkan bahwa murid-murid adalah
orang-orang yang kurang percaya, dengan lain kata; krisis iman. Karena pada
dasarnya, Yesus benar-benar memperingatkan murid-murid supaya mereka
berjaga-jaga dan waspada terhadap ragi Farisi dan Saduki.
Jadi, Yesus sama sekali tidak berbicara mengenai roti atau bekal makanan di
dalam perjalanan mereka, karena Yesus sanggup memberkati hamba-hamba Tuhan di
manapun Tuhan utus, juga memberkati anak-anak Tuhan di tengah-tengah pengikutan
mereka kepada Tuhan.
Pendeknya: Tuhan sanggup memelihara dan memberkati hamba-hamba Tuhan dan
anak-anak Tuhan secara ajaib.
Oleh sebab itu, kita tidak boleh lupa tentang tiga hal:
1.
Manusia
hidup bukan dari roti makanan, tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari
mulut Allah ... Matius 4:4.
2.
Cari
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua akan ditambahkan ... Matius 6:33.
3.
Hidup
lebih penting dari makanan dan tubuh lebih penting dari yang akan kita pakai
... Matius 6:25.
Matius 6:25
(6:25) "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah
kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum,
dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.
Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh
itu lebih penting dari pada pakaian?
Perlu untuk diketahui:
-
Hidup
lebih penting dari pada makanan.
-
Tubuh
lebih penting dari pakaian.
Matius 6:26
(6:26) Pandanglah burung-burung di langit, yang
tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung,
namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi
burung-burung itu?
Burung-burung di langit tidak menabur, tidak menuai dan tidak mengumpulkan
bekal dalam lumbung, namun diberi makan, dan dipelihara oleh Bapa sorgawi.
Bukankah manusia adalah makhluk yang lebih berharga dan mulia dibanding
binatang, termasuk burung di udara? Oleh sebab itu, “Pandanglah burung-burung di langit”, artinya; memandang perkara di
atas, yakni perkara rohani, menunjuk; ibadah dan pelayanan dengan segala
kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Itu saja yang harus kita pandang.
Pandangan kita pertama-tama harus diarahkan kepada perkara di atas, perkara
rohani, itulah ibadah pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di
dalamnya. Jangan pandang yang lain-lain. Itu dulu yang harus kita pandang.
Matius 6:27
(6:27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya
dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
Di sini dikatakan: Siapakah di antara manusia karena kekuatirannya dapat
menambah sehasta saja jalan hidupnya?
Dengan kuatir, jalan hidup bertambah sehasta, itu tidak mungkin terjadi.
Berarti, jangan memikirkan hal-hal yang tidak mungkin terjadi.
Matius 6:28
(6:28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian?
Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan
tanpa memintal,
“... bunga bakung di ladang, yang
tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal”, artinya; hidup ini hanya oleh
karena kemurahan Tuhan saja.
Yang terpenting di sini ialah “Perhatikanlah
bunga bakung di ladang”, artinya; belajar untuk memperhatikan ladang Tuhan,
yakni sesama. Contoh: Yesus sangat memperhatikan perempuan Samaria sebagai
ladang tuaian, dengan bukti: Yesus memberi air hidup kepada perempuan Samaria
tersebut. Dampak positifnya: Perempuan Samaria terlepas dari dosa kenajisan,
karena memang dia pernah hidup dengan 5 (lima) laki-laki ditambah 1 (satu)
laki-laki yang pada saat itu hidup bersamanya ketika Yesus berbicara dengan perempuan
Samaria itu.
5 (lima) ditambah 1 (satu), sama dengan; 6 (enam). Tetapi sesudah
disucikan, masuk pada hari perhentian, hari ketujuh, itulah laki-laki ketujuh,
Yesus, Mempelai Pria Sorga.
Kalau hati kita penuh dengan firman, berarti hati kita penuh dengan sungai
air kehidupan yang terus mengalir dan memancar sampai kepada kehidupan. Mari
kita memperhatikan bunga bakung di ladang, memperhatikan ladang tuaian,
memperhatikan sesama dengan tulus.
Matius 6:29
(6:29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala
kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Kalau kita hidup di dalam kemurahan Tuhan, maka hidup kita ini tentu
menjadi indah, bahkan lebih indah dari pakaian Salomo.
Keindahan dari Kerajaan Sorga dihiasi dengan kasih dan setia, yakni
kemurahan hati Tuhan.
Matius 16:9-10
(16:9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat
lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa
bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (16:10)
Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa
bakul kamu kumpulkan kemudian?
Karena murid-murid sibuk memikirkan roti atau bekal makanan, maka Yesus
dengan segera mengingatkan mereka tentang:
-
5
(lima) roti untuk 5000 (lima ribu) orang laki-laki, tidak termasuk perempuan
dan anak-anak. Mereka semua makan sampai kenyang, bahkan sisa 12 (dua belas)
bakul potongan-potongan roti yang dikumpulkan, berarti; satu bakul untuk satu
murid. Seharusnya mereka tidak boleh lupa, karena ada sisanya, yaitu 12 (dua
belas) bakul penuh potongan-potongan roti.
-
7
(tujuh) roti untuk 4000 (empat ribu) orang laki-laki, sisa 7 (tujuh) bakul
penuh potongan-potongan roti yang dikumpulkan.
Sedikit saya sampaikan:
-
Kedatangan
Yesus yang pertama, Dia tampil sebagai Anak Domba Allah yang disembelih untuk
menghapus dosa manusia, di mana Ia telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di
atas kayu salib, dan oleh-Nya, kita boleh makan sampai kenyang.
5 (lima)
roti, menunjuk; 5 (lima) luka Allah di atas kayu salib, itulah korban Kristus.
-
Kedatangan
Yesus kembali untuk yang kedua kalinya, Dia akan tampil sebagai Anak Domba
Allah yang duduk di atas takhta-Nya, dengan lain kata; tampil sebagai Raja dan
Mempelai Pria Sorga di dalam kesempurnaan dan kemuliaan-Nya.
Angka 7 (tujuh)
adalah angka sempurna.
Matius 16:11
(16:11) Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan
roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang
Farisi dan Saduki."
Yesus benar-benar berbicara tentang pengajaran firman Allah yang benar dan
murni, bukan berbicara tentang ragi roti.
Syaratnya: Waspada dan berjaga-jaga terhadap ajaran orang Farisi dan
Saduki.
Jadi, pengajaran Allah yang benar dan murni inilah yang harus kita
pertahankan, sebab itu waspadalah dan berjaga-jagalah terhadap ragi orang
Farisi dan Saduki.
1 Timotius 4:16
(4:16) Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.
Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan
dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
Ada dua hal yang harus diawasi dan dijaga:
1. Diri sendiri.
Mengawasi diri sendiri, sama dengan; mengawasi hati nurani.
Awasi diri sendiri, berarti; pertahankan hati nurani yang murni itu.
2. Ajaran.
Pengajaran firman Allah yang kita miliki itu juga harus dijaga
dan diawasi dengan baik, supaya kita tetap memiliki pengajaran yang benar dan
murni.
Kedua-duanya harus tetap di dalam kemurnian dan bertekun di dalamnya, sebab
itulah yang menentukan keselamatan, baik keselamatan hamba Tuhan itu sendiri,
juga jiwa-jiwa yang dilayani.
1 Timotius 4:1-2
(4:1) Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di
waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh
penyesat dan ajaran setan-setan (4:2)
oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap
mereka.
Di hari-hari terakhir akan banyak orang murtad, berarti; mengundurkan diri
dari kebenaran, mundur dari kesucian, pendeknya; melepaskan diri dari salib
Kristus -- tidak lagi menyangkal diri dan
memikul salibnya -- yang disebabkan oleh pengajaran yang tidak murni
(ajaran palsu) maupun hati nurani yang tidak murni (nabi-nabi palsu), sebab
pendusta-pendusta itu melayani, tetapi hati nuraninya memakai cap mereka.
Kalau seseorang murtad, mundur dari kesucian, mundur dari kebenaran, mundur
dari ibadah pelayanan, tidak lagi mau menyangkal diri dan memikul salibnya,
sudah pasti orang yang demikian akan mencemarkan dirinya di luaran sana. Itu
tidak bisa dipungkiri, apalagi orang tersebut pernah mencicipi Pengajaran
Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Saya bertanggung jawab mengatakan hal ini.
Hal ini harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh.
Matius 16:11-12
(16:11) Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan
roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang
Farisi dan Saduki." (16:12)
Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka
waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi
dan Saduki.
Yesus tidak berbicara tentang ragi roti, melainkan berbicara tentang ragi
ajaran orang Farisi dan ragi ajaran orang Saduki. Minggu yang lalu, dua ragi
ajaran ini sudah saya sampaikan.
Tentang: AJARAN ORANG FARISI.
Mereka berpegang kepada hukum Taurat atau firman Tuhan, tetapi dicampur
(ditambah) dengan adat istiadat nenek moyang orang Yahudi.
Ditambah atau dicampur dengan adat istiadat nenek moyang orang Yahudi, maka
firman Allah menjadi khamir, adonan menjadi khamir, sama dengan roti yang kena
ragi akan mengembang, berarti; bagian luarnya akan nampak besar, tetapi jika
ditekan ia akan mengecil atau kempes karena tidak berisi atau bagian dalamnya
kosong dan berongga (tidak padat), sebab mereka mengesampingkan firman yang
benar dan murni demi adat istiadat mereka, sesuai dengan Injil Markus 7:1-5.
Prakteknya: Mulut memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan, hatinya
kosong akan firman Tuhan, sama artinya; mempersembahkan tubuh jasmani di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan kepada Tuhan, tetapi manusia batiniahnya
tidak dipersembahkan kepada Tuhan.
Tentang: AJARAN ORANG SADUKI.
Ragi ajaran Saduki ialah tidak percaya dengan adanya kebangkitan, sesuai
dengan Matius 22:23.
Akibatnya: Sibuk dengan pikiran kawin dan mengawinkan, sama artinya; sibuk
dengan dosa kenajisannya. Mereka hanya mempersoalkan; pada hari kebangkitan,
siapa yang menjadi suami dari seorang perempuan, yang sudah diperisterikan oleh
tujuh orang laki-laki kakak beradik. Karena mereka tidak mengerti dan tidak
percaya akan adanya kebangkitan Yesus Kristus, mereka sibuk soal kawin dan
mengawinkan, sibuk dengan dosa kenajisan mereka. Itu saja yang mereka sibukkan.
Tetapi dengan tegas Rasul Paulus berkata: Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan
minum (kawin dan mengawinkan), sebab
besok kita mati". Yang benar adalah Yesus telah taat sampai mati di
atas kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga, buktinya:
1.
Kita
ada di tengah ibadah dan pelayanan.
2.
Kepada
hamba Tuhan dan imam-imam dipercayakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan
untuk melayani Tuhan di tengah-tengah ibadah yang Tuhan percayakan.
Waspadalah dan berjaga-jagalah terhadap ragi ajaran orang Farisi dan ragi
ajaran orang Saduki. Biarlah kita mempertahankan pengajaran firman Allah yang
benar dan murni walaupun sakit bagi daging, namun Yesus telah terlebih dahulu
mengalami penyaliban terhadap tubuh-Nya.
Matius 7:12
(7:12) "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya
orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah
isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”,
ingat itu. Mengasihi sesama itu berlaku bukan hanya secara lahir, tetapi juga
batin (yang tidak dilihat mata).
Hal ini hanya saya tambahkan sedikit saja, supaya kita mengerti. Kita
banyak menuntut orang supaya jangan berbuat jahat, jangan berbuat najis, tetapi
kita sendiri bagian batinnya sibuk dengan hal-hal yang jahat dan hal-hal yang
najis. Berarti, kehidupannya tidak murni di hadapan Tuhan, teramat lebih di
dalam hal mengasihi sesama.
Supaya kemurnian itu kita alami sendiri, baik lahir maupun batin, mari kita
perhatikan pengajaran firman Allah yang benar dan murni.
Matius 7:13-14
(7:13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu,
karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan
banyak orang yang masuk melaluinya; (7:14)
karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada
kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
Pintu yang sesak dan jalan yang sempit, menunjuk;
pengajaran salib atau pengajaran yang benar dan murni. Inilah yang menentukan
keselamatan dari pada hamba Tuhan itu sendiri dan jiwa-jiwa yang dia layani
yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.
Sidang jemaat, umat Tuhan, gereja Tuhan harus mengerti pengajaran yang
benar dan murni ini, itulah pintu yang sesak dan jalan yang sempit.
Mari kita menyimak tentang pintu yang sesak dan jalan yang sempit.
Tentang: Pintu Yang Sesak.
Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel, maka kita akan menemukan tiga pintu,
dimulai dengan:
Yang Pertama: PINTU GERBANG.
Artinya; percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
manusia. Tidak mempercayakan diri lagi kepada berhala-berhala. Dalam hal ini,
sedikit agak terasa sesak, sebab dahulu waktu di luar Tuhan, masih
mempercayakan diri kepada berhala-berhala yang tidak pasti.
Setelah melalui pintu ini, selanjutnya berada di halaman dengan dua alat di
dalamnya:
1.
Mezbah
Korban Bakaran, menunjuk;
pertobatan.
Dengan
tanda: Berhenti berbuat dosa yang sama, berarti; tidak lagi mengulangi
kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dan tidak mengungkit-ungkit kesalahan
orang lain.
2.
Kolam
Pembasuhan Tembaga,
menunjuk; kelahiran baru.
Dengan
tanda: Masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
-
Kuasa
kematian Yesus: Mengubur hidup yang lama.
-
Kuasa
kebangkitan Yesus: Hidup dalam hidup yang baru.
Sesudah melewati pintu yang pertama -- yaitu pintu gerbang -- dan berada di
halaman -- di mana terdapat dua alat di dalamnya --, selanjutnya ialah pintu
kemah.
Yang Kedua: PINTU KEMAH.
Artinya; penuh dengan Roh Kudus, berarti; tidak lagi hidup menurut
keinginan daging. Pintu yang kedua ini, tentu akan terasa semakin sesak sebab
kehidupan yang dipenuhkan Roh Kudus, memberi diri dipimpin oleh Roh.
Pintu kemah ini merupakan jalan untuk berada di Ruangan Suci, di mana tiga
alat terdapat di dalamnya. Tiga alat di dalam Ruangan Suci itu berbicara
tentang ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
1.
Meja
Roti Sajian, menunjuk;
ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab dan perjamuan suci, sama dengan;
persekutuan dengan firman, tubuh, dan darah Yesus.
2.
Pelita
Emas, menunjuk; ketekunan
dalam Ibadah Raya Minggu, sama dengan; persekutuan dengan Roh Kudus. Dampak
positifnya: Menjadi kesaksian.
3.
Mezbah
Dupa, menunjuk; ketekunan
dalam Ibadah Doa Penyembahan, sama dengan; persekutuan dengan kasih Allah.
Setelah melalui pintu kemah dan berada di Ruangan Suci, selanjutnya
melewati pintu tirai.
Yang Ketiga: PINTU TIRAI (TABIR BAIT SUCI).
Pintu tirai, menunjuk; perobekan daging atau penyaliban daging sepenuh,
sama dengan; penyerahan diri sepenuh, dengan demikian; tunduk kepada kehendak
Allah, tidak lagi tunduk kepada kehendak daging. Pintu itu semakin sesak.
Puncaknya ialah mengalami perobekan daging atau penyerahan diri sepenuh,
dengan demikian kehendak Allah yang jadi, bukan kehendak manusia. Pintu itu
semakin sesak, tidak lagi leluasa untuk berbuat daging, tidak lagi leluasa
untuk hidup menurut keinginan daging.
Lukas 13:23
(13:23) Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya:
"Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"
Ada orang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Memang, perhatikan
baik-baik, karena harus melalui pintu yang sesak, tidak leluasa bagi daging
atau berbuat daging.
Lukas 13:24
(13:24) Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah
untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu:
Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak, puncaknya ialah;
penyaliban terhadap daging sepenuh. Marilah kita bersama-sama berjuang sampai
pada puncaknya. Tidak boleh menyerah, tidak boleh berhenti di tengah jalan di
dalam hal penyaliban terhadap daging sepenuh.
“Banyak orang akan berusaha untuk
masuk, tetapi tidak akan dapat”, berarti; kita yang sudah mengenal
Pengajaran Mempelai dengan pola Terang Tabernakel, berjuanglah melalui pintu
yang sesak.
Banyak orang berusaha masuk dalam Kerajaan Sorga, tetapi banyak orang tidak
mengerti cara untuk masuk Kerajaan Sorga. Saat ini dengan jelas Tuhan memberi, menunjukkan
jalan yang benar, jalan yang murni, yakni; melalui pintu yang sesak, itulah
Pengajaran Mempelai dengan pola Tabernakel. Begitu sistimatisnya kehidupan kita
ini untuk terus dihantar masuk dalam Kerajaan Sorga. Berjuanglah.
Sekarang Tuhan memberi pengertian itu, tinggal kita mau berjuang atau
tidak. Tidak boleh menyerah, tidak boleh bermasa bodo, tidak boleh putus asa
dan kecewa. Itulah pintu yang sesak.
Tentang: Jalan Yang Sempit.
Matius 7:13
(7:13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena
lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan,
dan banyak orang yang masuk melaluinya;
Kalau tidak melalui jalan yang sempit, berarti melalui jalan yang lebar dan
luas, tetapi lebarlah dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan.
Jalan yang sempit adalah jalan yang ditinggalkan oleh Yesus Kristus, itulah
jejak kaki Yesus.
1 Petrus 2:19-21
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena
sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung. (2:20) Sebab dapatkah
disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi
jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih
karunia pada Allah. (2:21) Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan
telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Jejak Kristus, itulah jalan yang sempit, yakni menanggung penderitaan yang
tidak harus ditanggung, tetapi itu merupakan kasih karunia. Dan Tuhan memanggil
kita untuk hidup dalam kasih karunia.
Inilah jejak Kristus yang ditinggalkan bagi kita, berarti itulah jalan yang
sempit.
Jangan kita berlalu di jalan yang lebar dan luas supaya tidak binasa,
supaya tidak berakhir pada tepi jalan kebinasaan, tetapi biarlah kita melalui
jalan yang sempit. Dia sudah meninggalkan teladan itu bagi kita supaya kita
mengikuti jalan yang sempit. Apa yang jalan yang sempit? Menanggung penderitaan
yang tidak harus ia tanggung. Tetapi itu juga merupakan kasih karunia bagi
Allah, kemurahan dari Allah. Dan untuk itulah kita dipanggil, yakni; untuk
hidup dalam kemurahan Tuhan.
Kalau jejak yang ditinggalkan oleh Yesus ialah menanggung penderitaan yang
tidak harus ditanggung, jelas ini menunjuk; jalan dengan pengalaman percikan
darah sebagai jalan yang sempit.
Mari kita perhatikan korban pendamaian, pelayanan pendamaian yang
dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib, sebab Dia adalah Imam Besar menurut
peraturan Melkisedek.
Imamat 16:14-15
(16:14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu
jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di
bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan
sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali. (16:15) Lalu ia harus menyembelih domba
jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa
darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah
itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus
memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup
pendamaian itu.
Di sini kita melihat terjadi;
-
Tujuh
kali percikan darah di depan (di muka) tutup pendamaian.
-
Tujuh
kali percikan darah di atas tutup pendamaian.
Tujuh kali percikan darah itu berbicara tentang sengsara tanpa dosa, aniaya
karena firman, sengsara salib untuk mencapai kesempurnaan. Tanpa percikan
darah, seseorang tidak mungkin sempurna. Kalau tidak malalui jalan yang sempit,
seseorang tidak mungkin sempurna.
Jadi, sengsara tanpa dosa tujuannya adalah untuk mencapai kesempurnaan. Angka tujuh, menunjuk; angka sempurna.
-
Tujuh
kali percikan darah di atas tutup pendamaian, berbicara; sengsara Yesus untuk
sidang mempelai Tuhan.
-
Tujuh
kali percikan darah di depan (di muka) tutup pendamaian, berbicara; sengsara
sebagai penyucian yang dialami gereja Tuhan untuk mencapai kesempurnaan-Nya
sebagai mempelai wanita Tuhan.
Maka kalau kita tidak melalui jalan yang sempit, kita tidak mungkin
sempurna.
Bisakah gereja Tuhan sempurna? Jawabnya; Bisa. Asal dia melalui jalan yang
sempit, yakni; tujuh kali percikan darah. Inilah pengajaran firman Allah yang
benar dan murni, yang harus dipertahankan oleh seorang hamba Tuhan dan dia
harus bertekun di dalamnya, sebab itulah yang menentukan keselamatan hidup
hamba Tuhan itu dan keselamatan dari jiwa-jiwa yang dilayani.
Jadi, saudara harus bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan, Dialah
Kepala Gereja Mempelai Pria Sorga, yang telah mempercayakan kepada kita
pengajaran firman yang benar dan murni, yang terus menuntun kita untuk berada
di jalur yang benar, yaitu supaya kita terus melalui jalan yang sempit,
mengalami tujuh kali percikan darah untuk mencapai kesempurnaan.
Ini betul-betul makanan yang mengenyangkan, tetapi sisa banyak, seperti 7
(tujuh) roti untuk 4000 (empat ribu) orang laki-laki, sisa 7 (tujuh) bakul
penuh potongan-potongan roti yang dikumpulkan untuk mengingatkan 12 (dua belas)
rasul.
Kita mendengar firman bukan untuk melupakan, tetapi dengar firman untuk
melakukannya sesuai dengan surat Yakobus 1:22-25. Jangan terbuai dengan
janji manis, janji palsu dari hal-hal yang tak suci.
Dalam Keluaran 29, mengenai pentahbisan Harun dan anak-anaknya,
Tuhan menentukan dan menuntut tiga ketul roti, yaitu:
1.
Roti
yang tidak beragi.
2.
Roti
bundar yang tidak beragi yang diolah dengan minyak.
3.
Roti
tipis yang tidak beragi yang diolesi dengan minyak.
Minggu lalu saya sudah sampaikan hal di atas. Jelas hal itu berbicara
tentang: pengajaran firman Allah yang benar dan murni yang diolah dengan Roh
Kudus, sehingga Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi satu, diterangkan
oleh hamba Tuhan dengan ilham Roh Kudus, dari Kejadian sampai Wahyu
bisa dirangkum dan menyatu begitu rupa.
Kalau roti diolah dan diolesi dengan minyak, maka minyak itu akan
mempersatukan unsur-unsur dari roti itu sendiri sehingga menjadi padat dan
kalau dilemparkan ke lantai atau di atas tanah hati kita akan melekat.
Keluaran 29:24
(29:24) Haruslah kautaruh seluruhnya ke atas
telapak tangan Harun dan ke atas telapak tangan anak-anaknya dan haruslah
kaupersembahkan semuanya sebagai persembahan unjukan di hadapan TUHAN.
“Haruslah kautaruh seluruhnya ke atas
telapak tangan Harun”
Roti tanpa ragi, yakni; pengajaran firman Allah yang benar dan murni itu
harus ada di tangan hamba Tuhan. Hamba Tuhan harus berpegang pada pengajaran
firman Allah yang benar dan murni.
Ketika Yesus naik, Roh Kudus turun dalam bentuk lidah-lidah api, lalu
penuhlah 120 (seratus dua puluh) orang di loteng Yerusalem dengan Roh Kudus.
Maka sesudah itu, firman Allah yang diurapi, yang disampaikan oleh rasul-rasul
berkuasa kepada hati orang yang mendengar, sehingga 3000 (tiga ribu) orang
bertobat sekaligus saat mendengarkan firman yang diurapi, dan selanjutnya
mereka memberi diri dibaptis.
Maka, pengajaran firman Allah yang benar itu harus ada di tangan seorang
hamba Tuhan, apalagi hamba Tuhan yang menerima jabatan gembala, dia harus
bertekun di dalamnya, sebab itu yang menentukan keselamatannya dan keselamatan
jiwa-jiwa yang dilayani.
Keluaran 29:24-25
(29:24) Haruslah kautaruh seluruhnya ke atas telapak
tangan Harun dan ke atas telapak tangan anak-anaknya dan haruslah
kaupersembahkan semuanya sebagai persembahan unjukan di hadapan TUHAN. (29:25) Kemudian haruslah kauambil
semuanya dari tangan mereka dan kaubakar di atas mezbah, yaitu di atas korban
bakaran, sebagai persembahan yang harum di hadapan TUHAN; itulah suatu korban
api-apian bagi TUHAN.
Lewat pelayanan ini, firman itu disampaikan dan sidang jemaat menikmatinya,
itu merupakan persembahan yang harum di hadapan Tuhan, itulah korban api-apian
bagi Tuhan, ingat-ingatan bagi Tuhan.
Itu sebabnya, 5 (lima) roti untuk 5000 (lima ribu) orang laki-laki sisa 12
(dua belas) bakul, berarti satu bakul untuk satu Rasul, itulah sebagai korban
api-apian, sebagai korban ingat-ingatan, tidak boleh lupa. Teramat lebih dengan
7 roti untuk 4000 orang laki-laki (tidak termasuk perempuan-perempuan dan
anak-anak), mereka makan sampai, bahkan masih ada sisa 7 bakul penuh dari
potongan-potongan roti yang dikumpulkan.
Kita bersyukur kepada Tuhan, Dia ingat kita ini adalah debu tanah, sebab
itu Tuhan memberikan kita pengajaran firman Allah yang benar dan murni. Tuhan
sediakan. Jadi, seorang hamba Tuhan harus memeluk, berpegang teguh pada
pengajaran firman Allah yang benar dan murni.
Syarat untuk makan 7
(tujuh) roti.
Matius 15:34-35
(15:34) Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada
padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi
beberapa ikan kecil." (15:35)
Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah.
Syarat untuk menikmati tujuh ketul roti: “Orang banyak itu duduk di
tanah”, artinya; mau merendahkan dirinya serendah-rendahnya di
hadapan Tuhan.
Biarlah kiranya kita datang di hadapan Tuhan disertai dengan kerendahan
hati, seperti Yohanes Pembaptis berkata: Biarlah Dia semakin besar, aku semakin
kecil. Biarlah Dia semakin bertambah-tambah, aku semakin berkurang-kurang
sampai kepada titik terendah, titik nol, duduk di atas tanah, merendahkan diri
serendah-rendahnya.
Saya tandaskan kembali bahwa: Tujuh roti untuk empat ribu orang laki-laki
sisa tujuh bakul penuh potongan-potongan roti untuk mengingatkan murid-murid.
Memberi makan empat ribu orang dengan tujuh roti dan beberapa ikan adalah
perbuatan Yesus untuk yang kedua kalinya, tujuannya tidak lain tidak bukan
untuk menyempurnakan kehidupan dari pada rasul-rasul.
Jadi, tujuh kali percikan darah itu juga merupakan untuk menyempurnakan
gereja Tuhan. Sengsara tanpa dosa, tujuannya adalah; supaya kita sempurna.
1 Petrus 5:5
(5:5) Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda,
tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu
seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak,
tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
“Demikian jugalah kamu, hai
orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua”, berarti:
-
Anak
dengan orang tua.
-
Sidang
jemaat dengan pemimpin sidang jemaat.
Mari kita saling merendahkan diri seorang terhadap yang lain. Mengapa harus
demikian? Sebab Allah menentang orang yang congkak, sebaliknya Allah
mengasihani orang yang rendah hati.
1 Petrus 5:6
(5:6) Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah
tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
“... rendahkanlah dirimu di
bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”
Lewat ibadah ini Tuhan sedang mengulurkan dua tangan-Nya, di mana dua tangan
itu adalah dua tangan yang kuat, maka lewat ibadah ini marilah kita saling
merendahkan diri satu dengan yang lain dan merendahkan diri di hadapan Tuhan
kalau mau ditinggikan oleh Tuhan pada waktu-Nya di tempat yang tinggi.
Perhatikanlah hal ini: Satu dengan yang lain saling merendahkan diri supaya
kelak Tuhan akan tinggikan kita di tempat yang tinggi pada waktu-Nya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment