IBADAH
KAUM MUDA REMAJA, 16 NOVEMBER 2019
STUDY
YUSUF
(Seri: 174)
Subtema:
BIBIR SEPERTI KIRMIZI
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera
bahagia kiranya memenuhi kita sekaliannya.
Saya juga tidak lupa menyapa
anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet, Youtube, Facebook dimanapun anda berada, kiranya
Tuhan memberkati kita. Sebab itu dengan segala kerendahan hati kita mohon supya
Tuhan membukakan firman-Nya, melawat kehidupan kita sebagai tangan belas
kasihnya di dalam kehidupan kita masing-masing.
Segera saja kita memperhatikan firman
penggembalaan untuk Ibadah Pemuda Remaja, yaitu tentang study Yusuf.
Kejadian 41:50-52
(41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak
sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama
sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang
kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku
mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum datang tujuh tahun kelaparan
itu lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki.
- Yang sulung
bernama: Manasye.
- Yang kedua
bernama: Efraim.
Selanjutnya marilah kita menyimak arti
rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari yang sulung,
yakni Manasye.
MANASYE, artinya: Allah
telah membuat Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1. Yusuf lupa
kepada kesukarannya.
2. Yusuf lupa
kepada rumah bapanya.
Tentang: Yusuf lupa kepada kesukarannya.
Adapun kesukaran Yusuf dibagi dalam
tiga fase:
- Fase yang
pertama: “Ketika Yusuf tinggal
bersama-sama dengan saudara-saudaranya.” (Kejadian 37).
- Fase yang
kedua: “Ketika Yusuf tinggal di rumah
Potifar” (Kejadian 39).
- Fase yang
ketiga: “Ketika Yusuf berada di dalam
penjara” (Kejadian 40)
Sekarang ini posisi kita masih berada
di dalam FASE YANG KEDUA: KETIKA YUSUF TINGGAL DI RUMAH POTIFAR.
Kejadian 39:6b
(39:6)
Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia
tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Adapun
Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.
“Adapun
Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.”
Ketentuan firman Allah terhadap
sidang mempelai Tuhan adalah manis
sikapnya dan elok parasnya,
mengapa demikian? Karena mempelai perempuan Tuhan tidak boleh ada cacat dan
celanya.
Oleh sebab itu dengan tegas Rasul
Paulus berkata kepada sidang jemaat di Roma: “...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah...”
Berarti tidak boleh mempersembahkan
persembahan yang bercacat dan bercela, sebab itu merupakan ibadah yang sejati
kepada Tuhan, terkhusus mereka yang mengambil bagian di dalam melayani
pekerjaan Tuhan.
Efesus 5:26-27
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia
menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan
jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang
serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Sidang jemaat dikuduskan oleh Tuhan
sesudah dimandikan dengan air dan firman Allah.
Tujuannya ialah untuk menempatkan
sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau
yang serupa itu. Pendeknya, jemaat kudus dan tidak bercela.
Inilah pekerjaan Tuhan kepada sidang
jemaat, karena Tuhan merindukan sidang jemaat termasuk pemuda remaja menjadi
mempelai-Nya Tuhan tanpa cacat atau cela atau kerut atau yang serupa itu.
Lebih rinci kita melihat ....
Kolose 1:21-22
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari
Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari
perbuatanmu yang jahat, (1:22) sekarang
diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya,
untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah
yakni bangsa kafir telah diperdamaikan-Nya di dalam tubuh jasmani Kristus oleh
kematian-Nya. Tujuannya: untuk menempatkan sidang jemaat kudus dan tidak
bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Berarti supaya kehidupan kita ini
tidak bercacat dan tidak bercela, maka selayaknyalah kita menghargai korban
Kristus, artinya: kehidupan pemuda remaja sudah seharusnya menyatu dengan
korban Kristus, supaya dengan demikian kehidupan dari pemuda remaja menjadi
suatu kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela di hadapan-Nya.
Maka kalau kita diajar untuk
menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, diajar untuk meninggikan
korban Kristus sepatutnya kita tidak boleh bersungut-sungut di hadapan Tuhan
supaya kita segera menjadi suatu kehidupan yang tidak bercacat dan tidak
bercela di hadapan Tuhan. Dengan menghargai korban Kristus kita tidak bercacat
dan tidak bercela di hadapan Tuhan.
Kolose 1:23
(1:23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam
iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser
dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di
seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Untuk menjadi kudus dan tidak bercela
dan tidak bercacat maka kehidupan pemuda remaja memperhatikan tiga poin
penting, yakni:
1. Bertekun dalam iman.
Namun
kalaupun kita dipercaya oleh Tuhan suatu pekerjaan bentuk lahiriah silahkan
dikerjakan, tetapi jangan sampai hanya karena perkara lahiriah kita menyingkir
dari hal bertekun dalam iman, pokok utama adalah bertekun dalam iman.
2. Tetap teguh dan tidak bergoncang.
Apapun
yang terjadi saya pesankan supaya kita tetap tidak bergoncang,
sekalipun mungkin ada sesuatu perkara yang akhirnya membuat hati kita guncang,
biarlah kiranya kasih Allah yang besar itu mengikat kehidupan kita dengan
Allah, sehingga sekalipun ada guncangan-guncangan yang besar dari luar
pemikiran kita, kita tetap bersama dengan Allah, diikat oleh kasih Allah yang
besar.
Jangan
kita menjadi kehidupan yang menganggap ringan kasih Allah sama seperti Simon
Petrus, malam terakhir Yesus Tuhan dan Guru Besar telah mengingatkan
murid-murid manakala gembala itu ditangkap maka domba-domba akan tercerai berai
namun Simon Petrus dengan yakin dan arogansinya berkata bahwa dia tidak akan
berguncang apapun yang terjadi. Tetapi kalau Tuhan ingatkan kita malam ini itu
merupakan perhatian Tuhan supaya kita tidak bergoncang apapun yang terjadi.
3. Jangan mau digeser dari pengaharapan Injil.
Pengaharapan
Injil, menunjuk kepada; Pengajaran Mempelai yang penuh kuasa melabuhkan gereja
Tuhan atau pemuda remaja sampai ke belakang tabir yaitu Ruangan Maha Suci untuk
menjadi mempelai Tuhan.
Ibrani 6:19-20
(6:19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat
dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (6:20) di mana Yesus telah masuk
sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi
Imam Besar sampai selama-lamanya.
Pengharapan itu adalah “sauh
yang kuat” dan “aman bagi jiwa kita.” Mengapa demikian?
Karena pengharapan itu yakni Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel
berkuasa melabuhkan kehidupan kita sampai ke belakang tabir yakni Ruangan Maha
Suci, dengan lain kata menjadi mempelai wanita Tuhan yang tak bercacat dan tak
bercela, sama dengan: sempuna.
Sekarang kita akan memasuki berkat
yang baru sebagai kemurahan Tuhan bagi kita sekaliannya, mari kita lihat hal
itu dalam ...
Kidung Agung 4:1-7
(4:1) Lihatlah, cantik engkau, manisku,
sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik
telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun
dari pegunungan Gilead. (4:2) Gigimu
bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat
pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. (4:3) Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu,
dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik
telekungmu. (4:4) Lehermu
seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai
tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya. (4:5) Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar
kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung. (4:6) Sebelum angin senja berembus dan
bayang-bayang menghilang, aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan. (4:7) Engkau cantik sekali, manisku,
tak ada cacat cela padamu.
Mempelai Laki-Laki sorga memuji
mempelai perempuan-Nya, Mempelai Laki-Laki Sorga berkata: “Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau”
Cantik, sama dengan; elok parasnya,
berarti tidak bercacat dan tidak bercela, sehingga Mempelai Laki-Laki Sorga
segera saja memuji mempelai perempuan-Nya.
Ada tujuh perkara yang menjadi
perhatian Mempelai Laki-Laki sorga kepada mempelai perempuan-Nya, ialah:
1. Mata.
2. Rambut.
3. Gigi.
4. Bibir atau mulut yang elok.
5. Pelipis.
6. Leher.
7. Buah dada.
Kalau beberapa minggu yang lalu
antara bibir dan mulut terpisah, ternyata setelah saya selidiki terus menerus
antara bibir dengan mulut itu sama.
Jadi yang menjadi pusat perhatian
Mempelai Laki-Laki Sorga kepada mempelai perempuan-Nya hanya ada tujuh.
Kita akan melihat ketujuh perkara
tersebut yang menjadi kelebihan dari mempelai perempuan tersebut. Kita melihat
tentang: BIBIR
atau MULUT.
Kita memusatkan perhatian kita
sekarang kepada perkara yang akan dinyatakan oleh Tuhan, berkat dari sorga
sebagai kemurahan bagi kita semua.
Kidung Agung 4:3
(4:3) Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan
buah delima pelipismu di balik telekungmu.
“Bagaikan
seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu.”
Mempelai Laki-Laki sorga memuji
mempelai perempuan-Nya karena bibirnya bagaikan seutas “pita kirmizi”
atau benang kirmizi.
Namun bukan berarti seorang perempuan
harus mengecat bibirnya dengan warna merah atau diberi lipstik merah seperti
yang dilakukan wanita-wanita dunia ini, tetapi yang harus kita perhatikan di
malam ini adalah arti rohani dari setiap ungkapan-ungkapan firman Tuhan itu
sendiri, sebagaimana tadi Mempelai Laki-Laki sorga memuji mempelai
perempuan-Nya karena bibirnya bagaikan seutas pita kirmizi atau benang kirmizi.
Benang
kirmizi yang berwarna merah, menunjuk kepada; “darah Anak Domba”
yang telah dicurahkan kepada kita di atas kayu salib.
Segala sesuatu yang dikerjakan oleh
Tuhan itu bukanlah suatu kebetulan, tetapi apapun yang dikerjakan oleh Tuhan
sungguh berarti dan berkuasa bagi kehidupan kita termasuk di dalam mencurahkan
darah-Nya di atas kayu salib.
1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu
bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan dengan darah yang
mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak
bernoda dan tak bercacat.
Kita telah ditebus dari cara hidup
yang sia-sia yang disebut juga dengan dosa warisan atau kutuk nenek moyang,
bukan dengan barang yang fana, perak atau emas, melainkan dengan darah yang
mahal yaitu darah Kristus yang sama
seperti darah Anak Domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Darah manusia apalagi darah binatang
tidak mampu menyucikan dosa manusia, yang sanggup menyucikan kita dari
perbuatan sia-sia itulah dosa warisan atau kutuk nenek moyang bukan dengan
barang fana bukan dengan perak atau emas, tetapi hanya dengan darah Anak Domba
yang tak bernoda dan tak bercacat. Darah apapun termasuk darah binatang tidak
berkuasa menyucikan dosa manusia karena darah binatang dan darah manusia sudah
tercemari dengan banyaknya dosa.
Jadi kita bersyukur kepada Yesus,
Anak Allah, Dia adalah Anak Domba Allah yang telah disembelih di atas kayu
salib, sehingga darah yang tercurah berkuasa menyucikan kita dari segala
perbuatan yang sia-sia. Sedangkan berhala emas, perak, uang, harta kekayaan,
pekerjaan yang baik, kedudukan yang tinggi, jabatan yang tinggi, berhala apapun
tidak berkuasa untuk menebus dosa manusia karena berhala tidak mempunyai darah
seperti darah Anak Domba yang tak bercacat dan tak bercela.
Jadi jangan seorang pun diantara kita
suka bersungut-sungut dengan darah Anak Domba, sebab justru oleh karena korban
dan darah-Nya kita ditebus. Dan jangan seorangpun diantara kita yang suka
bermegah dengan segala perbuatannya, dengan segala persembahannya yang telah ia
kerjakan.
Pendeknya, darah Anak Domba membawa keselamatan bagi setiap orang yang percaya
kepada-Nya.
Siapapun yang percaya kepada darah
Anak Domba, maka ia berhak memperoleh keselamatan bukan saja bangsa Yahudi
tetapi juga bangsa kafir.
Contohnya ...
Yosua 6:21-24
(6:21) Mereka menumpas dengan mata pedang
segala sesuatu yang di dalam kota itu, baik laki-laki maupun perempuan,
baik tua maupun muda, sampai kepada lembu, domba dan keledai.
(6:22) Tetapi kepada kedua orang
pengintai negeri itu Yosua berkata: "Masuklah ke dalam rumah perempuan
sundal itu dan bawalah ke luar perempuan itu dan semua orang yang bersama-sama
dengan dia, seperti yang telah kamu janjikan dengan bersumpah kepadanya." (6:23) Lalu masuklah kedua pengintai
muda itu dan membawa ke luar Rahab dan ayahnya, ibunya, saudara-saudaranya
dan semua orang yang bersama-sama dengan dia, bahkan seluruh kaumnya
dibawa mereka ke luar, lalu mereka menunjukkan kepadanya tempat tinggal di
luar perkemahan orang Israel. (6:24)
Tetapi kota itu dan segala sesuatu yang ada di dalamnya dibakar mereka
dengan api; hanya emas dan perak, barang-barang tembaga dan besi ditaruh
mereka di dalam perbendaharaan rumah TUHAN.
Singkatnya dari apa yang sudah dibaca
tadi, bahwa kedua pengintai tersebut menyelamatkan Rahab dan ayah ibunya, serta
saudara-saudaranya, bahkan semua orang yang bersama-sama dengan dia sebab
memang kedua pengintai tersebut telah menjanjikan keselamatan kepada Rahab.
Sebaliknya bangsa Israel menumpas
habis dengan mata pedang baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda,
sampai kepada lembu, domba dan keledai, bahkan kota Yerikho itu sendiri bahkan
semua yang di dalamnya dibakar habis dengan api. Tetapi Rahab dan sesisi
rumahnya diselamatkan oleh Tuhan, sesuai dengan janji dari pada kedua pengintai
tersebut.
Yosua 6:25
(6:25) Demikianlah Rahab, perempuan
sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama dengan dia
dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah
orang Israel sampai sekarang, karena ia telah menyembunyikan orang suruhan
yang disuruh Yosua mengintai Yerikho.
Maka akhirnya diamlah Rahab dan seisi
rumahnya bersama dengan dia di tengah-tengah orang Israel sampai sekarang.
Pendeknya, Rahab dan keluarganya diselamatkan karena telah menyembunyikan
kedua pengintai tersebut, berarti keselamatan yang diperoleh Rahab dan
keluarganya itu ada kaitanya dengan kedua pengintai tersebut.
Lebih jauh kita memperhatikannya di
dalam ...
Yosua 2:8-10
(2:8) Tetapi sebelum kedua orang itu tidur, naiklah
perempuan itu mendapatkan mereka di atas sotoh (2:9) dan berkata kepada orang-orang itu: "Aku tahu, bahwa
TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian
terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar
menghadapi kamu. (2:10) Sebab kami
mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu,
ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua
raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan
Og, yang telah kamu tumpas.
Disini kita melihat bahwa Rahab
dengan terang-terangan mengakui kepada pengintai yang bersembunyi di atas sotoh
rumahnya itu tentang perbuatan Allah yang ajaib.
- Mengeringkan
laut Teberau.
- Membunuh dan
menumpas Sihon dan Og, kedua raja orang Amori.
Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh
bangsa Israel oleh karena perkara ajaib yang dikerjakan oleh Yesus jelas-jelas
diakui oleh Rahab, sehingga peristiwa yang terjadi itu betul-betul mengerikan
sampai membuat mereka tawar hati.
Oleh karena perbuatan Allah
mengerikan bangsa lain dan membuat bangsa lain tawar hati, lihat ayat 11 ...
Yosua 2:11
(2:11) Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah
semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah
Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.
Pengakuan berikutnya Rahab berkata: “Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami
dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah
Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.”
Pendeknya, Rahab percaya bahwa Allah
Israel adalah Allah yang berkuasa
dan luar biasa.
Yosua 2:12-13
(2:12) Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi
TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga
akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku
suatu tanda yang dapat dipercaya, (2:13)
bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku
yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu
akan menyelamatkan nyawa kami dari maut."
Singkatnya, Rahab meminta supaya
kedua pengintai itu memberikan kepadanya: suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kedua pengintai itu akan
menyelamatkan Rahab dan seisi rumahnya manakala nanti bangsa Israel merebut
Yerikho.
Dia sudah berbuat ramah kepada dua
pengintai dengan menyembunyikan mereka di atas sotoh rumahnya, maka dia juga
berharap supaya kedua pengintai itu berlaku ramah, sebab itu Rahab meminta
supaya kedua pengintai itu memberi kepadanya suatu tanda yang dapat dipercaya
bahwa kepada dua pengintai itu akan menyelamatkan Rahab dan seisi rumahnya pada
saat nanti Israel merebut Yerikho.
Yosua 2:14-18
(2:14) Lalu jawab kedua orang itu kepadanya:
"Nyawa kamilah jaminan bagi kamu, asal jangan kaukabarkan perkara kami
ini; apabila TUHAN nanti memberikan negeri ini kepada kami, maka kami akan
menunjukkan terima kasih dan setia kami kepadamu." (2:15) Kemudian perempuan itu menurunkan mereka dengan tali melalui
jendela, sebab rumahnya itu letaknya pada tembok kota, jadi pada tembok itulah
ia diam. (2:16) Berkatalah ia kepada
mereka: "Pergilah ke pegunungan, supaya pengejar-pengejar itu jangan
menemui kamu, dan bersembunyilah di sana tiga hari lamanya, sampai
pengejar-pengejar itu pulang; kemudian bolehlah kamu melanjutkan
perjalananmu." (2:17) Kedua
orang itu berkata kepadanya: "Kami akan bebas dari sumpah kami ini
kepadamu, yang telah kausuruh kami ikrarkan -- (2:18) sesungguhnya, apabila kami memasuki negeri ini, haruslah
tali dari benang kirmizi ini kauikatkan pada jendela tempat engkau menurunkan
kami, dan ayahmu serta ibumu, saudara-saudaramu serta seluruh kaum
keluargamu kaukumpulkan di rumahmu.
Jaminan keselamatan kepada Rahab dan
keluarganya adalah tali dari benang
kirmizi harus terikat pada jendela ketika Rahab menurunkan kedua pengintai
tersebut, inilah jaminan yang dapat dipercaya.
Singkatnya, Rahab dan sesisi rumahnya
selamat karena dia percaya kepada pesan kedua pengintai yang menyuruhnya
mengikatkan tali kirmizi pada jendela rumahnya.
Pengertian rohani dari semua ayat
firman yang menceritakan tentang Rahab ini ialah bahwa Tuhan sangat berkenan
jika bibir kita memuji dan meninggikan pengorbanan-Nya yang ditandai dengan
darah. Biarlah bibir ini atau mulut ini senantiasa memuliakan korban Kristus.
Tadi Rahab berkata: apa suatu tanda
yang dapat dipercaya? Lalu kedua pengintai itu memberi suatu tanda supaya tali
kirmizi diikat pada jendela dimana Rahab menurunkan kedua pengintai itu. Rahab
percaya kepada korban Kristus, sebab itu dia memuliakan korban Kristus dengan
mulutnya.
Tadi kita sudah melihat dengan mulut
dengan bibir dia mengakui perbuatan Allah yang besar, oleh perbuatan itu dia
juga mengakui bahwa bangsa-bangsa termasuk Yerikho mengalami kengerian yang
hebat, mulutnya memuliakan korban Kristus.
Jangan lupa kebaikan Tuhan, itulah
bibir merah.
Jangan lupa memperkatakan kebaikan
kemurahan Tuhan, jangan sampai kita tidak mengakuinya.
Di atas tadi sudah saya sampaikan
kita diberi umur panjang, kesehatan, kemauan, maupun pekerjaan menurut
kerelaan-Nya diberikan kepada kita, ada kesibukan pekerjaan dunia dan mendapat
upah, itu kemurahan Tuhan.
Jangan lupa memperkatakan kebaikan
Tuhan, akuilah itu bahwa segala sesuatu yang ada di dalam diri kita karena
kemurahan Tuhan, korban Kristus ajaib mengadakan yang tidak ada menjadi ada.
Korban Kristus adalah suatu tanda
yang dapat dipercaya, tidak usah ragu dan itu sudah kita alami masing-masing.
Hati-hati yang miliknya Tuhan itu sepersepuluh dan persembahan khusus,
hati-hati jangan kita bermain-main disitu.
Yosua 2:1
(2:1) Yosua bin Nun dengan diam-diam melepas
dari Sitim dua orang pengintai, katanya: "Pergilah, amat-amatilah negeri
itu dan kota Yerikho." Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah
seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ.
Rahab itu adalah seorang perempuan
sundal, namun dia dan seisi rumahnya telah diselamatkan, karena sekalipun ia
perempuan sundal namun ia percaya kepada korban Kristus yang merupakan bayangan
atau gambaran dari tali kirmizi yang diikatkan pada jendela rumah Rahab,
jendela tempat ia dimana menurunkan kedua pengintai itu.
Jadi saudara, Tuhan tidak melihat
latar belakang kita, Tuhan tidak memandang bulu sekalipun kita bangsa kafir,
bahkan seorang pendosa, bahkan seorang perempuan sundal seperti Rahab
sekalipun, kalau kita percaya kepada tanda yang besar itulah korban Kristus,
Tuhan akan selamatkan dia dan seisi rumahnya.
Lima panca indra itu semua jendela
pintu untuk menuju ke dalam hati kita semua, dan itu harus ditandai dengan
korban Kristus. Kebaikan dan kemurahan yang sudah kita lihat, sudah kita terima
dan dengar, dan kita sudah rasakan itu harus kita akui.
Perlu untuk diketahui, jika Tuhan
sudah mengampuni seorang berdosa dengan darah-Nya, maka tentu Tuhan tidak
mengingat dosa masa lalu kita, berbeda dengan manusia sering kali mengungkit
dosa orang lain.
Bila darah Yesus mengampuni dosa kita
maka Tuhan tidak lagi mengingat dosa masa lalu kita, dengan syarat jangan
ulangi lagi. Sebab itu suatu tanda dan kita harus percaya kepada tanda yang
besar itu, itu yang menyelamatkan kita.
Pendeknya, darah Anak Domba telah
menutup bungkus dosa dan pelanggaran-pelanggaran kita, inilah kebesaran dari
kuasa kasih Allah yang heran dan ajaib. Sebab sesudah minum anggur asam Yesus
berkata “sudah selesai,” artinya:
semua dosa sudah diampuni dan sudah ditanggung di atas kayu salib, sudah
ditutup bungkus dan tidak terlihat lagi. Dosa itu sudah ditutup bungkus oleh
darah Yesus maka Tuhan tidak lagi mengingat dosa masa lalu, maka kalau Tuhan
tidak lagi mengingat dosa masa lalu, kitapun selayaknya:
1. Jangan
mengungkit kesalahan orang lain.
2. Jangan
mengulangi dosa-dosa yang sama lagi.
Itu suatu tanda yang dapat dipercaya.
Yesaya 1:18
(1:18) Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman
TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih
seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan
menjadi putih seperti bulu domba.
Kita tidak boleh lupa yakni:
- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi,
akan menjadi putih seperti salju.
- Sekalipun berwarna merah seperti kain
kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
Menjadi putih seperti salju dan
menjadi putih seperti bulu domba adalah gambaran
dari pengampunan yang Tuhan berikan oleh kebesaran dari kasih Allah yang heran
dan ajaib.
Oleh sebab itu marilah kita mohon
kepada Tuhan supaya Dia menyucikan bibir kita agar bibir itu kita dapat memuji
dan membesarkan Tuhan, sehingga bibir yang sama tidak lagi membicarakan
perkara-perkara yang sia-sia.
Kalau bibir sudah membesarkan kasih
yang besar dari Allah, maka bibir yang sama tidak lagi mengucapkan perkataan
yang sia-sia. Kita mohon kepada Tuhan supaya darah itu menyucikan bibir ini.
Wahyu 5:8-9
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu,
tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak
Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan
kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (5:9)
Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima
gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah
disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari
tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
Ayat ini menuliskan tentang kelompok
orang yang memuji darah Anak Domba dengan bibirnya yang telah menebus jiwa
kita.
Pendeknya, bibir mereka ditandai
dengan warna merah kirmizi, sesuai dengan Kidung
Agung 4:3.
Disini kita melihat orang-orang kudus
itu menyanyikan suatu nyanyian baru, katanya: "karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah
membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.” Itu
sebabnya kelompok orang kudus ini bibir mereka, mulut mereka memuji dan
memuliakan darah Anak Domba, mengakui segala kebaikan dan kemurahan Tuhan.
Wahyu 5:8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu,
tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak
Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan
kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
Jika kita merasa bahwa bibir kita
belum sesuai dengan kehendak Tuhan karena seringkali mengeluarkan kata yang
sia-sia dan kata-kata yang kotor bahkan dengan suka mengungkit-ngungkit
kesalahan orang lain, sehingga menyakiti hati orang lain, maka marilah kita
datang di kaki salib Tuhan untuk memohon kelepasan dari sifat yang jelek itu,
datanglah di kaki salib sujudlah kepada Tuhan supaya Tuhan mengampuni dosa
kita.
Kalau dahulu mulut ini, bibir ini,
seringkali mengucapkan kata-kata penghinaan, menyakiti hati orang lain
datanglah tersungkur di kaki salib Tuhan, segera datang memohon supaya Tuhan
memberi pengampunan. Supaya kita nanti menjadi sama dengan kelompok
orang-orang kudus ini dimana bibir mereka, mulut mereka senantiasa memuliakan
korban Kristus, memuliakan darah Anak Domba Allah.
Kalau memang sekiranya mulut ini
masih suka menyakiti perasaan orang lain datanglah tersungkur di kaki salib
Tuhan supaya mulut ini kita pergunakan segera untuk memuliakan Tuhan.
Ayo segera kita tersungkur di kaki
Tuhan, mohon belas kasih-Nya, mohon pengampunan dari Tuhan, jangan kita
mendengar untuk mengerti tetapi tidak untuk melakukan.
Wahyu 1:5
(1:5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia,
yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja
bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari
dosa kita oleh darah-Nya --
Hanya Dia sajalah
yang dapat mengubahkan tabiat kita dan melepaskan kita dari segala
ikatan-ikatan dosa oleh darah-Nya.
Wahyu 1:6
(1:6) dan yang telah membuat kita menjadi
suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi
Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
Ayat 6 ini menceritakan
bahwa darah-Nya bukan hanya untuk mengampuni dosa, bukan hanya untuk melepaskan
kita dari segala ikatan dosa, tetapi darah Anak Domba juga berkuasa untuk
membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah.
Lebih jauh ..
1 Petrus 2:9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih,
imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Tadi darah-Nya bukan
hanya saja melepaskan kita dari dosa, tetapi juga menjadikan kita imamat
rajani.
Sedangkan tugas dari
imamat rajani untuk memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.
Kemudian ketika
bibir kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, maka Mempelai
Laki-Laki sorga dengan segera memuji mempelai perempuan-Nya dan berkata: “bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu dan
elok mulutmu.”
Mazmur 63:4-5
(63:4) Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada
hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. (63:5) Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan
menaikkan tanganku demi nama-Mu.
Pemazmur ini
berkata: “bibirku akan memegahkan Engkau.
Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku.”
Mazmur 34:2
(34:2) Aku hendak memuji TUHAN pada segala
waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.
Pemazmur ini kembali
berkata: “Aku hendak memuji TUHAN pada
segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.”
Mazmur 34:14
(34:14) Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan
bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu;
Jangan sampai
lidah-lidah dari imamat rajani adalah lidah-lidah yang mengucapkan kata-kata
yang jahat dan bibir terhadap ucapan-ucapan yang menipu, tetapi biarlah kiranya
puji-pujian kepada Tuhan tetap ada di dalam mulut kita.
Jangan ada lagi
perkataan yang tidak baik yang menyakiti perasaan hati orang lain, biarlah
puji-pujian itu ada pada mulut kita semua, sampai pada akhirnya Mempelai
Laki-Laki sorga memuji mempelai perempuan-Nya karena bibirnya bagaikan kain
kirmizi, bibirnya menjadi bibir yang merah senantiasa memuliakan darah Anak
Domba. Tetapi bukan berarti bibir dari setiap wanita harus dicat merah, atau
harus menggunakan lipstik tetapi yang benar adalah bibir mulut ini senantiasa
memuji dan memuliakan darah Anak Domba, memuliakan Tuhan setiap saat setiap
waktu, di atas segalannya nama Tuhan dipermuliakan.
Teramat lebih mereka
yang mengambil bagian dalam pelayanan biarlah bibirnya senantiasa memuliakan
Tuhan, inilah bibir dengan berwarna kain kirmizi. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment