IBADAH
RAYA MINGGU, 06 JUNI 2021
KITAB
WAHYU
(Seri:
27)
Subtema:
DIHUKUM ALLAH KARENA LIAR, TIDAK TERGEMBALA
Selamat
petang menjelang malam hari. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memerintah di
hidup kita masing-masing.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung dan di Malaysia, bahkan para
simpatisan, bahkan juga umat TUHAN yang setia untuk tekun digembalakan dalam Ibadah
Raya Minggu oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, lewat live streaming video
internet Youtube, Facebook, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, di mana
pun anda berada.
Selanjutnya,
kiranya ada suatu persekutuan yang indah, ada suatu persekutuan yang baik di
antara kita, karena memang arah atau akhir dari ibadah pelayanan di atas muka
bumi ini adalah perjamuan malam kawin Anak Domba, itulah yang disebut dengan
terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah tubuh Mempelai.
Selamat
menikmati Sabda TUHAN yang akan kita terima petang ini. Namun, marilah kita
berdoa, kita mohonkan segala kemurahan hati TUHAN dengan segala kerendahan
hati, supaya pembukaan Firman TUHAN nyata untuk meneguhkan setiap kehidupan
kita pribadi lepas pribadi, sehingga ibadah ini tidak menjadi percuma, sebaliknya
menjadi korban dan persembahan, bahkan ukupan yang berbau harum yang menyenangkan
hati TUHAN, dan mengandung janji baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan
datang.
Selanjutnya,
segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah (Kebaktian) Raya Minggu
dari kitab Wahyu 13, dan kita masih berada pada ayat 10 oleh
karena kemurahan hati TUHAN.
Wahyu
13:10
(13:10)
Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan;
barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh
dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang
kudus.
Apa
yang sudah ditentukan oleh TUHAN, maka hal itu akan terjadi, sehingga;
-
Yang ditentukan untuk ditawan, maka sudah barang tentu ia akan ditawan.
-
Kemudian, yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, maka sudah
barang tentu ia harus dibunuh dengan pedang.
Alkitab
yang mengatakannya, bukan saya.
Mengapa
hal itu bisa terjadi? Sebab apa yang sudah difirmankan oleh TUHAN, semuanya itu
akan tergenapi. Setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah, ia tidak akan
kembali dengan sia-sia, melainkan ia akan terlaksana apa saja yang dikehendaki
dan yang disuruh oleh Allah, sesuai dengan Yesaya 55:11. Sehingga, segala
doa dan permohonan yang disertai dengan korban dan persembahan yang
dipersembahkan kepada TUHAN tidak akan dapat mengubah segala sesuatu yang telah
ditentukan oleh TUHAN.
Mari
kita lihat SEBAGAI PEMBUKTIANNYA, dengan membaca Yeremia 15.
Yeremia
15:1-2
(15:1) TUHAN
berfirman kepadaku: "Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di
hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah
mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi! (15:2) Dan apabila
mereka bertanya kepadamu: Ke manakah kami harus pergi?, maka jawablah mereka:
Beginilah firman TUHAN: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke pedang,
ke pedanglah! Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah! dan yang
ke tawanan, ke tawananlah!
Dalam
nubuatannya, Yeremia berkata:
-
Yang ke maut, ke mautlah!
-
Yang ke pedang, ke pedanglah!
-
Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah!
-
Dan yang ke tawanan, ke tawananlah!
Pendeknya:
Keputusan TUHAN sudah final, sehingga segala sesuatu yang ditentukan
oleh TUHAN tidak dapat diubah, sekalipun seorang hamba TUHAN sekaliber Musa dan
Samuel berdiri di hadapan TUHAN untuk melunakkan hati TUHAN, namun ingatlah;
hati TUHAN tidak akan berbalik, TUHAN tidak akan ampuni lagi, sehingga apa yang
TUHAN sudah tentukan, semuanya akan terjadi.
Hal
ini sudah harus menjadi perhatian besar bagi kita; artinya, janganlah kita
datang hanya untuk sekedar mendengar Firman, lalu apa yang sudah kita terima,
sudah kita dengar sore hari ini malah kita abaikan begitu saja. Kehidupan
yang semacam ini mengandung resiko yang besar di kemudian hari, bahkan
kehidupan yang semacam ini saya ragukan keselamatannya.
Memang,
saya bukan orang yang dapat menentukan
keselamatan manusia, saya tidak bisa menentukan keselamatan dari sidang jemaat,
tetapi kalau seperti itu cara ibadah dari sidang jemaat, maka saya ragukan keselamatannya.
Jadi,
jangan sampai kita mendengar untuk mengabaikan Firman, tetapi biarlah kita dengar
sampai akhirnya Firman itu mendarah daging dalam setiap kehidupan kita pribadi
lepas pribadi.
Berarti,
keputusan TUHAN untuk bangsa yang ditentukan untuk dihukum tetap akan
berlangsung.
Pertanyaannya:
Mengapa bangsa itu harus dihukum?
Jawabnya
akan kita temukan dalam Yeremia 14 dan
Yeremia 15 yang merupakan satu kesatuan dari satu
peristiwa.
Yeremia
14:10
(14:10) Beginilah
firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara
dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka;
tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum dosa
mereka."
Ternyata,
bangsa itu sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya.
Yeremia
50:6
(50:6) Umat-Ku
tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh
gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara
di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa
akan tempat pembaringannya.
Umat-Ku
tadinya seperti domba-domba yang hilang ... Mengapa TUHAN
mengatakan hal yang demikian? Sebab umat TUHAN dibiarkan sesat oleh
gembala-gembalanya, itulah gembala yang tidak bertanggung jawab. Kemudian,
umat TUHAN dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari
gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
Singkat
kata: Mengembara, berarti; lupa tempat untuk tempat berbaring, sama artinya;
tidak tergembala dengan baik dan benar dalam satu kandang penggembalaan, dengan
satu Gembala. Jelas, ini menunjuk; domba yang liar. Itulah orang yang
mengembara.
Yohanes
10:11-12
(10:11) Akulah gembala
yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya; (10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan
yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam
dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
Akulah
gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Hal ini
menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Gembala yang bertanggung jawab. TUHAN
adalah Gembala Agung yang bertanggung jawab, karena Dia memberikan nyawa-Nya.
Kalau
TUHAN adalah Gembala yang baik, maka Dia tidak akan biarkan domba-domba-Nya menjadi
sesat, mengembara (lupa tempat untuk berbaring).
Sekarang,
kita bandingkan dengan ayat 12: Sedangkan seorang upahan yang bukan
gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat
serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu
menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
Singkat
kata: Pekerjaan dari si serigala adalah menerkam dan mencerai-beraikan
domba-domba, sehingga domba-domba itu pun menjadi liar, tidak tergembala.
Berarti, kalau domba-domba menjadi liar, mengembara, tidak tergembala,
menunjukkan bahwa domba-domba telah diterkam oleh si serigala, sudah diterkam
oleh si serigala.
Kalau
tadi kita melihat dalam Injil Yohanes 10:11 bahwa TUHAN adalah Gembala
Agung, Dia adalah Gembala yang bertanggung-jawab, Dia menyerahkan nyawa-Nya
kepada domba-domba-Nya, Dia tidak akan membiarkan domba-domba itu menjadi
sesat, Dia tidak akan membiarkan domba-domba itu mengembara, liar; dengan kata
lain, Gembala Agung tidak membiarkan dan tidak rela jika domba-domba-Nya liar,
domba-domba-Nya diterkam oleh si serigala.
Demikian
juga dengan Rasul Paulus, dia adalah seorang hamba TUHAN yang sudah menerima
jabatan rasul, juga jabatan gembala, di adalah gembala yang bertanggung jawab,
sehingga tidak jarang ia meneteskan air mata hanya untuk menunjukkan suatu
tanggung jawab penuh di hadapan TUHAN, di dalam hal menggembalakan sidang
jemaat yang TUHAN percayakan di atas pundaknya.
Saya
berharap, bukan hanya sidang jemaat dalam penggembalaan ini saja yang mengerti
Firman soal penggembalaan, tetapi sidang jemaat di Bandung dan di Malaysia,
bahkan para simpatisan di Sumatera, di mana saja anda selalu mengikuti, bahkan
umat TUHAN yang setia dalam ketekunan untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA”
lewat live streaming video internet Youtube, Facebook: Anda harus memahami
soal penggembalaan, karena saya terlalu mengasihi saudara. Saudara harus
mengerti soal penggembalaan; sebetulnya, inilah tangisan saya sampai hari ini.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 20, dengan perikop: “Perpisahan
Paulus dengan para penatua di Efesus”. Mari, kita akan melihat isi cerita
dari perikop ini sendiri, yang diawali dari ayat 25.
Kisah
Para Rasul 20:25
(20:25) Dan
sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian
yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah.
“Dan
sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian
yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah” Inilah perkataan Rasul
Paulus kepada penatua-penatua dari sidang jemaat di Efesus, sebelum ia berpisah
meninggalkan sidang jemaat di Efesus.
Rasul
Paulus mengunjungi sidang jemaat di Efesus, dengan satu tujuan untuk memberitakan
Kerajaan Allah kepada sidang jemaat di Efesus. Rasul Paulus mengunjungi sidang
jemaat di Efesus, bukan untuk memberitakan hal-hal yang lain, bukan untuk
memberitakan perkara-perkara duniawi, perkara di bawah, perkara yang lahiriah;
dia memberitakan Kerajaan Allah dengan sebuah ajaran yang sehat yang
menyenangkan hati TUHAN. Itulah yang TUHAN kehendaki dan itulah yang dilakukan
oleh Rasul Paulus dalam setiap kunjungannya kepada seluruh sidang jemaat yang
ada di Asia kecil, termasuk terhadap sidang jemaat di Efesus.
Dan
TUHAN senantiasa mengunjungi kita dalam sebuah pemberitaan Firman lewat
pertemuan ibadah, di mana berita Kerajaan Sorga selalu disampaikan. Itu adalah kemurahan bagi sidang jemaat.
Kisah
Para Rasul 20:26-27
(20:26) Sebab itu
pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah
terhadap siapa pun yang akan binasa. (20:27) Sebab aku tidak lalai
memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.
Selanjutnya,
sebelum berpisah, di sini kita melihat: Rasul Paulus berkata dengan jelas
kepada penatua-penatua sidang jemaat di Efesus, bahwasanya di dalam melayani
sidang jemaat di Efesus; ia bersih, ia tidak kotor karena dia tidak mengotori (merusak) ajaran
sehat, itulah Kerajaan Allah yang diberitakan kepada sidang
jemaat di Efesus.
Rasul
Paulus tidak akan dipersalahkan oleh
TUHAN, sebab ia bersih, ia menyampaikan Kerajaan Allah di tengah sidang jemaat di
Efesus, ia tidak menyampaikan ajaran palsu yang tidak sehat itu, sehingga andaikata
ada satu dari antara sidang jemaat di Efesus mati dan binasa karena dosanya,
namun darahnya tidak akan dituntut oleh TUHAN kepada Rasul Paulus, sebab dia
bersih.
Kita
rindu memiliki gembala seperti Rasul Paulus, bayangan dari Gembala Agung, yakni
TUHAN Yesus Kristus.
Kemudian,
di sini kita perhatikan: Rasul Paulus tidak bersalah terhadap siapa pun yang
akan binasa. Mengapa demikian? Sebab Rasul Paulus tidak lalai memberitakan seluruh
maksud Allah kepada jemaat di Efesus.
Jadi,
betul-betul dalam setiap mengunjungi seluruh jemaat di Asia Kecil, terkhusus
sidang jemaat di Efesus, dia itu betul-betul memberitakan Kerajaan Sorga,
memberitakan seluruh maksud Allah tanpa satu pun yang terlupakan.
Lalu
kita baca ayat 28-29.
Kisah
Para Rasul 20:28-29
(20:28) Karena
itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan
Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang
diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. (20:29) Aku tahu, bahwa
sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah
kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.
Jadi,
sesudah Rasul Paulus meninggalkan sidang jemaat di Efesus (sebelum
perpisahan), Rasul Paulus langsung mengadakan serah
terima; dia menyerahkan tongkat estafet itu kepada penatua-penatua jemaat di
Efesus, karena sesudah ia meninggalkan jemaat di Efesus, serigala-serigala yang
ganas, serigala-serigala yang buas akan masuk di
tengah-tengah sidang jemaat di Efesus untuk menerkam dan selanjutnya mencerai-beraikan
kawanan sidang jemaat itu sendiri.
Dan
serigala yang buas ini tidak peduli, tidak akan menyayangkan kawanan domba itu;
tetapi TUHAN peduli kepada saya dan saudara.
Ingat:
Serigala itu tidak peduli dengan nyawa, tidak menyayangkan sidang jemaat di
Efesus, dia hanya peduli dengan dirinya; itulah binatang
buas. Jadi, binatang buas itu kanibal; dia hanya peduli dengan dirinya, dia
tidak peduli dengan orang di sekitarnya.
Kisah
Para Rasul 20:30-31
(20:30) Bahkan
dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran
palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan
supaya mengikut mereka. (20:31) Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah,
bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya
menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.
Bahkan
dari antara sidang jemaat atau dari antara penatua-penatua dari jemaat di
Efesus itu sendiri akan muncul dengan ajaran palsu mereka, untuk menarik
murid-murid -- itulah jemaat Efesus yang dengar-dengaran -- dari jalan yang
benar dan supaya mengikuti mereka.
Betapa
egoisnya serigala ini, betapa egoisnya binatang buas ini; dia hanya memikirkan
dirinya sendiri, dia tidak memikirkan rencana TUHAN; itu sebabnya Rasul Paulus
banyak kali mencucurkan air mata, hanya demi menunjukkan suatu tanggung jawab yang
besar di hadapan TUHAN. Tetapi penatua jemaat di Efesus ini sungguh luar biasa
tidak peduli dengan rencana TUHAN; mereka mengizinkan ajaran palsu itu merusak
kehidupan dari sidang jemaat yang sudah dengar-dengaran, itulah murid-murid.
Kembali
saya sampaikan: Ajaran palsu berusaha menarik murid-murid, itulah sidang jemaat
yang sudah dengar-dengaran, dari jalan yang benar, supaya mengikuti mereka. Jadi,
jelas; serigala ini hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak peduli dengan
sidang jemaat yang dia layani.
Kemudian,
Rasul Paulus kembali berkata kepada penatua-penatua di Efesus: Sebab itu
berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan
tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air
mata.
Nasihat Rasul Paulus berikutnya kepada
penatua-penatua: “ingatlah”. Apa yang harus diingat? Yang harus diingat
oleh penatua-penatua dari Rasul Paulus adalah supaya mengingat bagaimana Rasul
Paulus melayani TUHAN, melayani sidang jemaat di Efesus dengan tanggung jawab
penuh, dan tidak sedikit ia mencucurkan air mata hanya karena sebuah tanggung
jawab.
Jadi,
Rasul Paulus ini betul-betul memberi suatu nasihat yang baik, karena dia sadar,
setelah dia menyerahkan tongkat estafet kepada penatua-penatua menjadi penilik untuk
menggembalakan sidang jemaat di Efesus, serigala-serigala yang ganas akan masuk
di tengah-tengah sidang jemaat itu.
Oleh
sebab itu, Rasul Paulus mohon supaya penatua di Efesus itu betul-betul
berjaga-jaga, betul-betul menunjukkan suatu tanggung jawab seperti Rasul Paulus
menunjukkan suatu tanggung jawab yang besar di hadapan TUHAN, disertai dengan
cucuran air mata, menunjukkan bahwa hatinya hancur.
Kita
perhatikan tulisan Paulus kepada Timotius di dalam 1 Timotius 1, dengan
perikop: “Salam”.
1
Timotius 1:1-2
(1:1) Dari
Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan
Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, (1:2) kepada Timotius, anakku
yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari
Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.
Inilah
tulisan Rasul Paulus yang pertama kepada Timotius, anak rohaninya, anak yang
dikasihinya dalam iman.
Selanjutnya,
kita akan melihat isi pokok dari tulisan Rasul Paulus kepada Timotius, yang
sedang dididik untuk melayani pekerjaan TUHAN dengan tulus. Kita juga sedang
dididik oleh Firman TUHAN, supaya setiap kali kita menghadap TUHAN, datanglah
dengan tulus.
Kita
akan memperhatikan 1 Timotius 1:3-4, dengan perikop: “Mengenai ajaran sesat”.
1
Timotius 1:3-4
(1:3) Ketika
aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak
engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu,
agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain (1:4) ataupun sibuk
dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan
persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam
iman.
Ketika
aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak
engkau --
maksudnya; Timotius -- supaya engkau tinggal di Efesus -- tadi kita
sudah melihat jemaat di Efesus, bukan? -- dan menasihatkan orang-orang
tertentu, itulah penatua-penatua di Efesus, agar mereka jangan
mengajarkan ajaran lain, ajaran yang tidak sehat itu, ataupun sibuk
dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan
persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam
iman.
Inilah
isi pokok berita yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada Timotius.
Pada
ayat 3, Rasul Paulus mendesak
Timotius untuk tinggal di Efesus, dan menasihatkan penatua-penatua yang ada di
sana agar penatua-penatua jangan mengajarkan ajaran lain, jangan mengajarkan
ajaran yang tidak sehat, yakni;
-
Jangan sibuk dengan dongeng nenek tua.
-
Juga jangan sibuk mengajarkan
silsilah-silsilah yang tiada putus-putusnya.
Tetapi
fakta yang terjadi di hari-hari terakhir ini: Tulisan Rasul Paulus yang ditujukan
kepada Timotius seakan-akan diabaikan oleh banyak hamba-hamba TUHAN di atas
muka bumi ini, banyak gembala-gembala mengabaikan berita Firman semacam ini,
sehingga hamba TUHAN, gembala sidang melayani sidang jemaat hanya dengan
instan, tanpa dengan pergumulan.
Apa
alasan saya mengatakan itu? Dia hanya mengambil satu ayat,
selanjutnya diberi bumbu-bumbu yang menarik; ditambahi dengan dongeng
nenek-nenek tua, ditambahi dengan silsilah-silsilah yang tiada putus-putusnya.
Bagaimana
mungkin dongeng nenek-nenek tua bisa menyempurnakan ayat satu ini? Bagaimana
mungkin dongeng nenek-nenek tua dapat menyempurnakan sidang jemaat? Itu adalah
sesuatu yang mustahil, impossible.
Mana
mungkin satu ayat, lalu ditambahkan silsilah ini itu, ini itu, ditambahkan
silsilah adat batak begini begitu, begini begitu, ditambahkan silsilah cina
kuno begini begitu, begini begitu; bagaimana mungkin dengan
cerita “begini begitu” bisa menyempurnakan sidang jemaat?
Itulah
yang membuat saya greget, itulah yang membuat saya seringkali menangis walaupun
saudara tidak melihat saya menangis; hancur hati saya. Kalau sudah mendengar
hamba TUHAN seperti itu, hancur hati saya, namun tidak bisa saya protes, hanya
bisa saya pendam semata. Saya tidak bisa protes, karena tidak mungkin saya
protes, sebab hamba TUHAN tidak boleh bertengkar; itu sebabnya saya pendam,
saya menangis, hati saya hancur. Mengapa banyak hamba TUHAN tidak jujur?
Mengapa ayat ini diabaikan oleh hamba TUHAN? Maka, hal ini harus menjadi
tanggung jawab kita, tidak hanya tanggung jawab saya.
Saudara
tidak boleh cuek, tidak boleh acuh tak acuh dengan berita yang ditulis oleh
Rasul Paulus kepada Timotius ini; saudara juga harus buktikan masing-masing.
Ini juga bukan hanya tanggung jawab saya. TUHAN sudah berikan kereta yang indah
bagi kita, TUHAN sudah berikan PPT (Pengajaran Pembangunan Tabernakel) untuk
membawa pengajaran yang besar ini. Ini adalah tanggung jawab kita bersama-sama
demi terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna ini.
1
Timotius 1:5
(1:5) Tujuan
nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati
nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.
Rasul
Paulus menasihatkan bahkan mendesak Timotius, supaya
tinggal di Efesus, untuk mengingatkan penatua-penatua supaya mereka
jangan sibuk mengajarkan ajaran yang tidak sehat itu.
Adapun
tujuan nasihat yang harus disampaikan oleh Timotius kepada penatua-penatua sidang
jemaat di Efesus ialah kasih yang timbul dari lubuk hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Itulah yang
diinginkan oleh TUHAN, termasuk hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala,
di dalam hal menggembalakan sidang jemaat yang TUHAN percayakan.
1
Timotius 1:6
(1:6) Tetapi ada
orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang
sia-sia.
Tetapi
ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang
sia-sia,
yaitu dengan menyampaikan ajaran yang tidak sehat, menyampaikan dongeng nenek
tua, menyampaikan silsilah-silsilah yang tidak putus-putusnya.
Jadi,
itu sebabnya, Rasul Paulus banyak kali mencucurkan air mata di dalam melayani
sidang jemaat di Asia keci, teristimewa sidang jemaat di Efesus.
Apakah
saudara bersedia digembalakan dengan kasih yang timbul dari hati yang suci, digembalakan
dari hati nurani yang murni, kemudian digembalakan dari iman yang
tulus ikhlas? Puji TUHAN, kalau saudara bersedia.
Jangan
saudara mendoakan saya untuk memberitakan Firman yang
ditambah dengan dongeng nenek-nenek tua dan silsilah-silsilah yang tidak
putus-putusnya; itu bukan kasih yang timbul dari hati yang suci, itu bukan
kasih yang timbul dari hati nurani yang murni, itu bukan kasih yang timbul dari
iman yang tulus ikhlas, bukan, itu adalah penyesatan.
Tadi
dalam 1 Timotius 1:6 kita perhatikan: Tetapi ada orang yang tidak sampai
pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia, itulah
pemberitaan Firman yang ditambahkan
dengan dongeng dan silsilah-silsilah.
Lalu,
kita lihatlah hal yang senada di dalam 1 Timotius 4, dengan perikop: “Tugas
Timotius dalam menghadapi pengajar sesat”. Inilah tugas Timotius sesuai
dengan nasihat atau perintah sang guru, Rasul Paulus.
1
Timotius 4:1-2
(4:1) Tetapi
Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan
murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (4:2)
oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.
Tetapi
Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan
murtad,
mengundurkan diri, lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan.
Mengapa bisa terjadi? Mereka murtad, lalu mengundurkan diri, lalu mengikuti
roh-roh penyesat, mengikuti ajaran setan-setan, mengikuti pemberitaan Firman
TUHAN di mana satu ayat Firman lalu ditambahkan
dengan dongeng nenek-nenek tua, satu ayat Firman TUHAN disampaikan lalu ditambahkan
dengan
silsilah-silsilah yang tidak ada putus-putusnya, itulah roh-roh penyesat atau
ajaran setan-setan.
Lalu,
mengapa hal itu bisa terjadi? Oleh karena tipu daya binatang buas, itulah
serigala yang buas, guru-guru palsu yang hati nuraninya memakai cap mereka,
bukan lagi dengan kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani
yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas, tetapi mereka menyampaikan
Firman TUHAN oleh tipu daya pendusta-pendusta, guru-guru palsu yang hati
nuraninya memakai cap mereka.
Hamba
TUHAN semacam ini susah untuk diluruskan; biar salah, namun susah untuk
diluruskan. Mengapa? Karena dia melayani TUHAN seperti pendusta-pendusta yang hati
nuraninya memakai cap mereka sendiri. Kalau sudah seperti ini, maka hamba TUHAN
semacam ini susah untuk diluruskan.
Jadi,
wajar saja Rasul Paulus menangis, sebab mereka susah untuk diluruskan. Tetapi
Timotius, dia adalah seorang hamba TUHAN muda yang taat, setia,
dengar-dengaran.
1
Timotius 4:3
(4:3) Mereka
itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang
diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang
percaya dan yang telah mengenal kebenaran.
Kemudian,
serigala yang buas ini melarang orang kawin, melarang orang makan makanan
yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang
percaya dan yang telah mengenal kebenaran.
Pengajaran
Mempelai dalam Terangnya Tabernakel adalah suatu ajaran yang sehat, makanan
yang sehat yang harus kita konsumsi, karena ajaran ini membawa kita masuk dalam
pesta nikah Anak Domba. Tetapi mereka melarang orang kawin, kemudian melarang
orang makan makanan yang diciptakan Allah.
Persis
seperti peristiwa pada hari Sabat; ketika murid-murid Yesus lapar, mereka masuk
ke ladang gandum untuk memetik bulir-bulir gandum, tepatnya pada hari Sabat.
Tetapi pada waktu itu, kegiatan mereka dalam hal memetik bulir-bulir gandum di
ladang gandum, ternyata disoroti oleh orang-orang Farisi, cendikiawan yang
hebat-hebat itu, lalu segera saja mempersalahkan kegiatan itu. Lalu, TUHAN
Yesus menceritakan sebuah kisah tentang Daud dan pengikutnya waktu dia dikejar
oleh Saul; dalam keadaan lapar, mereka masuk ke dalam Bait Allah untuk mencari
roti yang tersedia di atas Meja Roti Sajian. Roti sajian itu diganti setiap
hari Sabat dengan roti yang baru; dan roti yang lama, itu merupakan bagian dari
imam-imam, tetapi karena Daud dan pengikutnya dalam keadaan lapar, mereka
diperbolehkan untuk makan roti dari Meja Roti Sajian; itu adalah kasih karunia.
Tetapi,
orang-orang Farisi menghalang-halangi mereka, menyoroti kegiatan dari pada
murid-murid ini, karena kegiatan semacam itu tidak dihalalkan terjadi pada hari
Sabat. Setelah memberitahukan cerita itu, selanjutnya Yesus berkata: Ada yang
lebih besar dari Bait Suci, itulah Yesus, Dialah TUHAN
atas hari Sabat.
Sabat
yang saya maksud bukanlah Sabat Yahudi, bukan “hari Sabtu”, tetapi yang saya
maksud di sini adalah Sabatnya TUHAN Yesus Kristus, hari perhentian kekal.
Demikian
juga serigala yang buas ini, menghalangi
orang kawin, menghalangi orang makan makanan yang diciptakan Allah. Bukankah
Pengajaran Mempelai adalah makanan sehat, makanan yang harus kita konsumsi?
Inilah satu-satunya makanan yang membawa kita masuk dalam pesta nikah Anak
Domba, tidak ada lagi ajaran yang membawa kita masuk dalam pesta nikah Anak
Domba. Kiranya saudara secepatnya tanggap akan hal ini (Wahyu 19:6-9).
1
Timotius 4:6
(4:6) Dengan
selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan
menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal
pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama
ini.
Timotius adalah
seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam
soal-soal pokok iman kita, yaitu:
-
Percaya (pintu
gerbang),
-
Lalu bertobat
(Mezbah Korban Bakaran),
-
Lalu dibaptis
(Kolam Pembasuhan),
-
Lalu kepenuhan
Roh Kudus (melewati pintu kemah),
sesudah
itu ada lagi ajaran berikutnya, yaitu terdidik dalam ajaran sehat
yang telah kauikuti selama ini.
Jadi,
setelah terdidik dalam soal-soal pokok iman, selanjutnya terdidik dalam ajaran sehat yang dia terima dari Rasul Paulus, sang
guru, itulah Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel; itu adalah ajaran
sehat. Oleh sebab itu, Rasul Paulus juga menulis dalam Ibrani 5-6, setelah percaya dan
bertobat, lalu dibaptis air, kemudian penuh dengan Roh Kudus, itulah asas-asas
pokok (ajaran pertama) kebenaran tentang Kristus, selanjutnya beralihlah kepada perkembangan yang
berikutnya, itulah Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
Singkatnya:
Serigala yang buas ini, pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap
mereka ini melarang orang kawin, melarang orang makan-makanan yang diciptakan
Allah (ajaran sehat).
Itulah
yang tadi saya perbincangkan dalam perjalanan sebelum kita beribadah sore petang
malam ini. Saya berkata kepada isteri saya (ibu rohani): Hati saya menangis
selalu, bertahun-tahun hati saya menangis, hancur hati saya, sebab banyak hamba
TUHAN seperti orang Farisi yang menghalangi murid-murid ketika masuk ke ladang
gandum pada hari Sabat. Bukankah Yesus adalah TUHAN atas hari Sabat? Bukankah
Yesus adalah Tabernakel sejati? Bukankah Yesus adalah hari perhentian kekal,
wujudnya adalah pesta nikah Anak Domba. Tetapi mengapa mereka menghalangi
sidang jemaat untuk makan makanan yang halal? Justru mereka menyuguhkan makanan
yang tidak sehat (ajaran palsu).
Oleh
sebab itu, Rasul Paulus dengan tegas menghimbau Timotius: Sesudah berpegang
teguh pada ajaran asas-asas pokok iman, ayo selanjutnya beralih kepada
perkembangannya yang selanjutnya, itulah ajaran sehat, tidak boleh berhenti
hanya minum susu. Susu itu untuk balita, sedangkan makanan keras untuk dewasa
rohani, itulah Pengajaran Mempelai, Pengajaran Pembangunan Tabernakel.
1
Timotius 4:7
(4:7) Tetapi
jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
Pesan
Rasul Paulus berikutnya kepada Timotius: Jauhilah takhayul. Jauhilah dongeng
nenek-nenek tua. Jadi, jangan menyampaikan Firman yang ditambahkan dengan
dongeng nenek-nenek tua, ditambahkan dengan takhayul-takhayul.
Selanjutnya,
Rasul Paulus berkata: “Latihlah dirimu beribadah.” Mengapa Rasul Paulus
berkata demikian?
1
Timotius 4:8
(4:8) Latihan
badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala
hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk
hidup yang akan datang.
Perhatikan:
Latihan badani terbatas gunanya. Jika saudara melatih fisik, itu bagus,
tidak salah, supaya saudara menjadi sehat secara jasmani.
Tetapi,
pengertian yang lain soal “latihan badani”, sama dengan; pemupukan terhadap
daging. Kalau daging yang dibesarkan, maka daging menjadi takhtanya Setan,
sehingga tidak tertutup kemungkinan, anak-anak TUHAN yang menjalankan ibadah
lahiriah akan dikuasai oleh roh jahat dan roh najis; oleh sebab itu, Rasul
Paulus berkata: “Latihlah dirimu beribadah”.
Jangan
hanya terjadi pemupukan terhadap dagingmu. Misalnya; kalau ada kegiatan
lahiriah di rumah, malah bertahan di rumah, sehingga tidak mau datang
beribadah. Oleh sebab itu, Rasul Paulus berkata: “Latihlah dirimu beribadah”.
Bukan
seisi rumahmu yang menyelamatkan dirimu; oleh sebab itu, latihlah dirimu
beribadah. Jangan terjadi pemupukan atas daging. Latih diri untuk pikul salib
sampai wujud daging hancur, sehingga tidak layak menjadi takhtanya roh jahat
dan roh najis.
Sekali
lagi saya sampaikan dengan tandas: “Latihlah dirimu beribadah”, sebab ibadah
yang TUHAN sediakan bagi kita mengandung janji;
-
Baik untuk
masa sekarang;
diberkati, dipelihara, dilindungi, dibela pada masa kesesakan, puncak kegelapan
malam.
-
Juga
mengandung janji untuk masa yang akan datang; Yerusalem yang
baru.
1
Timotius 4:9
(4:9) Perkataan
ini benar dan patut diterima sepenuhnya.
Perkataan
ini benar dan patut diterima sepenuhnya. Jadi, beralih kepada
perkembangannya, itulah ajaran sehat, dengan lain kata; menerima Pengajaran
Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, itu adalah ajaran yang benar dan patut
diterima sepenuhnya.
Pengajaran
Pembangunan Tabernakel adalah ajaran benar, yang patut diterima sepenuhnya, dan
membawa kita masuk kepada kesatuan tubuh. Itu Firman yang baik, itu Firman yang benar,
itu adalah ajaran sehat, sesuai dengan Wahyu
19:9. Demikian juga di dalam Psallo ada lagu: Inilah Firman Allah yang
benar, mulia dan besar. Kumerindu untuk dijadikan mempelai TUHAN. Itulah
Firman yang benar.
Pengajaran
Pembangunan Tabernakel atau pengajaran yang membawa kita pada kesatuan tubuh
Kristus yang sempurna, itulah tubuh Mempelai, adalah pengajaran yang benar,
sesuai dengan Wahyu 19:9, Lalu ia berkata kepadaku: "Perkataan
ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
Jadi,
Pengajaran Pembangunan Tabernakel membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh
Kristus yang sempurna, itulah Firman Allah yang benar, bukan Firman hamba TUHAN
nabi palsu.
1
Timotius 4:10
(4:10) Itulah
sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh
pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia,
terutama mereka yang percaya.
Latihan
badani terbatas gunanya; oleh sebab itu, latihlah dirimu beribadah. Berarti,
kita berjerih payah dan berjuang di tengah ibadah dan pelayanan itu sendiri, itulah
bukti bahwa kita melatih diri beribadah, berjerih payah dan berjuang, karena
kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua
manusia, terutama mereka yang percaya kepada Pengajaran Pembangunan Tabernakel.
1
Timotius 4:11
(4:11) Beritakanlah
dan ajarkanlah semuanya itu.
Beritakanlah
dan ajarkanlah semuanya itu, itulah berita Kerajaan Allah yang
disampaikan oleh Rasul Paulus setiap kali dia mengunjungi jemaat di Efesus,
tidak ada yang lain, tidak ada berita palsu, dia bersih, dia tidak hanya menyampaikan
satu ayat lalu ditambahkan dengan dongeng, ditambahkan
dengan silsilah; tetapi dia memberitakan Kerajaan Allah.
Kita
perhatikan 2 Timotius 4, dengan
perikop: “Penuhilah panggilan pelayananmu” Berarti, dari judul ini, menunjukkan
bahwa Rasul Paulus lebih tegas lagi di dalam hal mendidik Timotius.
Biarlah
kita juga tambah tahun harus tambah jelas pengikutan kita, harus semakin jelas
penyerahan diri kita, tidak boleh sama dari tahun-tahun yang lalu, apalagi
kalau semakin merosot.
2
Timotius 4:1-2
(4:1) Di
hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang
mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya
dan demi Kerajaan-Nya: (4:2) Beritakanlah firman, siap
sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah
dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
Oleh
karena dua hal ini, yakni; demi pernyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya Rasul
Paulus berpesan dengan tegas kepada Timotius: Beritakanlah firman, siap
sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah
dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
Tentang:
Demi penyataan-Nya.
Apa
yang dinyatakan oleh Rasul Paulus ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga
dari sorga, yang dia ceritakan dengan jelas kepada jemaat di Korintus, pada 2 Korintus 12, itulah Mezbah Pembakaran
Ukupan emas sudah ada di dalam Ruangan Maha Suci (kemah yang kedua). Artinya, ibadah
ini harus dibawa sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan = penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Kemudian,
tentang: Demi Kerajaan-Nya.
Itulah
kebenaran yang hakiki, kebenaran yang datang dari pengajaran salib. Jadi, Rasul
Paulus sudah semakin tegas di dalam hal mendidik Timotius, anak rohaninya itu.
Kita
juga dididik harus semakin tegas, dan saudara juga harus semakin tegas terhadap
diri saudara. Tidak mungkin ajaran ini tegas di dalam diri saudara, kalau
saudara tidak mau tegas kepada diri saudara. Bagaimana mungkin Firman yang
tegas ini bisa saudara terima, sedangkan saudara sendiri tidak tegas di dalam
diri saudara?
Jadi,
hal itu harus disampaikan; “Siap sedia baik atau tidak baik waktunya”
Jangan sampai menyampaikan Firman TUHAN melihat waktu, misalnya; saat yang
mendengar Firman adalah orang kaya, maka Firman yang disampaikan tidak tegas,
melainkan hanya cerita-cerita saja; tidak seperti itu. Baik atau tidak baik
waktunya, sampaikan Firman TUHAN.
Kemudian,
“nyatakanlah apa yang salah.” Kalau memang salah ya
nyatakan, misalnya;
-
Sidang jemaat jangan lagi berkumis dan
berjenggot, itu dilarang; oleh sebab itu, saya juga tidak berkumis dan berjenggot.
-
Tidak boleh merokok; nyatakan saja.
Oleh
sebab itu, saya heran, mengapa banyak hamba TUHAN pandai-pandai seolah-olah
tegas, tetapi mengizinkan jemaat dalam dosanya? Lalu sengsara salib
dipersalahkan manakala hamba TUHAN memberitakan sengsara salib; saya heran.
Kemudian,
Rasul Paulus berkata: “Tegorlah” Kalau salah ya harus ditegor.
Kemudian,
apa lagi? “Nasihatilah” Tetapi nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran. Jangan nasihat tentang yang lain-lain, melainkan
harus dengan kesabaran dan pengajaran.
Mengapa
Rasul Paulus mendidik Timotius dengan begitu tegasnya? Alasannya dapat kita temukan pada ayat 3.
2
Timotius 4:3-4
(4:3) Karena
akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat,
tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan
keinginan telinganya. (4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari
kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
Alasan
Rasul Paulus untuk mendidik Timotius dengan tegas adalah karena akan datang
waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat. Mengapa? Sebab
mereka akan mencari guru-guru, mereka akan mencari pengajar-pengajar di dalam
rumah TUHAN, sesuai dengan selera daging, bukan sesuai dengan kehendak TUHAN. Mereka
akan mencari hamba TUHAN, sesuai
seleranya.
Mengapa
mencari hamba TUHAN sesuai dengan selera daging? Tujuannya tidak lain tidak
bukan, untuk memuaskan keinginan telinganya, tetapi hati TUHAN tidak
puas. Telinga saudara puas, tetapi hati TUHAN tidak puas.
Mana
saudara pilih; melatih diri beribadah supaya hati TUHAN puas, atau mencari
guru-guru untuk memuaskan telinga tetapi hati TUHAN tidak puas, mana saudara
pilih? Kalau saudara jujur, memiliki hati nurani yang murni dan tulus ikhlas,
maka saudara harus memuaskan hati TUHAN.
Pada
ayat 3 tadi dikatakan: Akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima
ajaran sehat, sehingga mereka akan mencari pengajar-pengajar
sesuai dengan seleranya sendiri, tujuannya untuk memuaskan keinginan telinga,
sehingga pada ayat 4 ini dikatakan: mereka akan memalingkan telinganya dari
kebenaran dan membukanya bagi dongeng, yakni;
menyampaikan satu ayat ditambahkan dengan dongeng --.
Mengapa
mereka melakukan itu? Karena mereka melayani sesuai dengan keinginan
di hati yang sudah tercap, yang sukar untuk diluruskan.
2
Timotius 4:5
(4:5) Tetapi kuasailah
dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan
pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
Selanjutnya,
Rasul Paulus berkata kepada Timotius: Tetapi kuasailah dirimu dalam segala
hal, kemudian pesan berikutnya adalah sabarlah menderita.
Hal
itu harus terjadi. Tetapi aneh, hamba TUHAN di media sosial, hamba TUHAN di
televisi mengejek hamba TUHAN yang menyampaikan berita salib dengan berkata: “Kok
selalu menderita? Tidak mesti selalu menderita”, dia bilang begitu.
Padahal, sudah jelas di sini dikatakan: “Sabarlah menderita”. Loh,
ada ayat berkata:
-
Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Apa itu
namanya kalau bukan sabar menderita?
-
Kembalikan milik TUHAN. Apa itu
namanya kalau bukan sabar menderita?
-
Jangan mencuri milik TUHAN. Bukankah
itu sabar menderita?
Lalu
mengapa hamba TUHAN itu melarang hamba TUHAN yang lain untuk menyampaikan soal sengsara
salib?
Sibuk untuk hal yang lahiriah, namun mengejek
hamba TUHAN yang sibuk untuk menyampaikan tentang sengsara
salib; maka, TUHAN yang akan menjadi lawannya dia nanti.
Kemudian,
Rasul Paulus memberi pesan berikutnya kepada Timotius: Lakukanlah pekerjaan
pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Jadilah hamba TUHAN yang
bertanggung jawab.
2
Timotius 4:6
(4:6) Mengenai
diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku
sudah dekat.
Bukan
saja dia mencucurkan air mata untuk menunjukkan suatu tanggung jawabnya di hadapan
TUHAN terhadap domba-domba yang TUHAN percayakan, tetapi Rasul Paulus sampai
rela menyerahkan nyawanya sekalipun; itulah Rasul Paulus. Jadi, dia adalah
seorang hamba TUHAN yang bertanggung jawab, sama seperti TUHAN Yesus, Gembala
Agung kita, Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk domba-domba-Nya. Menyerahkan nyawa
bukanlah ajaran palsu, tetapi ini adalah kebenaran dari Kerajaan Allah.
Setelah
saya amat-amati: Oh, jelas saja, pada masa kesabaran sudah selesai,
TUHAN berkata di dalam Wahyu 10:13 ...
-
Yang ditentukan untuk ditawan akan
ditawan.
-
Yang ditentukan untuk dibunuh dengan
pedang akan dibunuh dengan pedang.
Jadi,
wajar saja, kalau pada akhirnya TUHAN mengambil keputusan semacam itu, karena
ternyata, dari rangkaian Firman TUHAN yang saya sampaikan, kita dapat melihat
bahwa sungguh membuat hati TUHAN tidak puas. Kita bisa memalingkan telinga dari
ajaran sehat untuk memuaskan telinga sendiri, tetapi hati TUHAN tidak puas, sehingga; barangsiapa ditentukan untuk
ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, karena
hati TUHAN sudah tidak puas, karena hanya memuaskan telinga sendiri.
Kita
perhatikan 1 Timotius 6, dengan perikop: “Mengenai penyakit bersilat kata
dan mengenai cinta uang”.
Jadi
ternyata, binatang buas, serigala yang buas ini ternyata adalah hamba TUHAN
yang cinta uang, sehingga dia harus bersilat kata dengan satu ayat Firman TUHAN
ditambah cerita isapan jempol, dongeng, silsilah, takhayul, filsafat-filsafat,
dan lain sebagainya.
1
Timotius 6:2B-4
(6:2) Ajarkanlah
dan nasihatkanlah semuanya ini. (6:3) Jika seorang mengajarkan
ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita
Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (6:4)
ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya
ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki,
cidera, fitnah, curiga, (6:5) percekcokan
antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan
kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
Pada
ayat 2 B dikatakan: Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini.
Apa yang harus diajarkan? Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak
menurut perkataan sehat, ajaran sehat -- yakni perkataan Tuhan kita
Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah yang
sehat, maka ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal dia
adalah hamba TUHAN yang tidak tahu apa-apa. Dia harus berbicara
seolah-olah dia sudah mengerti suasana sorga, dia harus menggunakan
bahasa-bahasa yang tinggi dicampur bahasa Inggris, dicampur bahasa Gerika,
dicampur dengan semua bahasa manusia, dicampur dengan semua bahasa malaikat,
seolah-olah dia adalah seorang hamba TUHAN yang begitu hebat. Padahal, kalau
dia menyampaikan satu ayat ditambah dengan dongeng, dia hanyalah seorang yang
berlagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa.
Ada
yang lucu, hamba TUHAN berkata: Di manakah TUHAN Yesus dari umur 12 (dua
belas) tahun sampai 30 (tiga puluh) tahun? Kemudian, ada lagi pertanyaan: Apakah
Musa itu mati atau hidup?
Jadi,
yang tidak perlu untuk dibahas, namun justru dibahas. Hal ini menunjukkan bahwa
ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa, dan
penyakitnya ialah mencari soal-soal.
Kemudian,
selain mencari soal-soal, penyakitnya ialah bersilat kata, sehingga
menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara
orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran,
yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. Rupa-rupanya, dia
melayani hanya untuk mencari keuntungan. Hatinya tidak hancur manakala serigala
buas ada di tengah-tengah sidang jemaat. Hal ini sungguh menyedihkan.
Demikianlah
mengenai kehidupan yang mengembara, liar, tidak tergembala, karena
dicerai-beraikan oleh serigala berbulu domba, itulah guru-guru palsu,
pengajar-pengajar palsu, penyunat-penyunat palsu.
Itulah
FAKTA YANG PERTAMA tentang serigala. Sekarang, kita akan melihat FAKTA YANG
KEDUA tentang serigala, bahwasanya domba-domba disesatkan atau dicerai-beraikan
oleh si serigala.
Kita
akan memperhatikan ayat 7. Sekalipun
ini adalah ayat yang lazim kita lihat, namun tidak mengapa, supaya kita tahu fakta-fakta
yang terjadi; mengapa domba-domba menjadi liar. Fakta yang pertama sudah
kita lihat, yaitu karena Firman yang ditambahkan, itulah ajaran palsu, di mana
mereka tidak peduli dengan keselamatan jiwa-jiwa, mereka hanya peduli dengan
diri mereka sendiri, dan yang terakhir tadi ialah dikunci dengan kata “dia pikir,
pelayanan pemberitaan Firman adalah sumber keuntungan”.
Sekarang,
kita akan melihat Matius 7, dengan perikop: “Hal pengajaran yang sesat”
Matius
7:15
(7:15)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Singkat
kata: Nabi-nabi palsu adalah serigala berbulu domba. Hal itu terkait dengan
“hal pengajaran yang sesat” yang datangnya dari serigala berbulu domba, itulah nabi-nabi
palsu atau pemberita-pemberita ajaran palsu.
Matius
7:20
(7:20) Jadi dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
Penyamaran
nabi-nabi palsu ini tidak mudah terdeteksi oleh hidup gereja TUHAN dengan mudah;
maka, dalam Injil Matius ini, sidang jemaat diajarkan untuk mengenal (melihat)
serigala berbulu domba itu dari buahnya. Yang dimaksud dengan “buah” di sini
tentu saja adalah buah pelayanan mereka, bukan?
Kalau
begitu, marilah kita melihat: BUAH PELAYANAN dari pada pemberita-pemberita
Firman yang palsu.
Matius
7:21-23
(7:21) Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir
setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu
sekalian pembuat kejahatan!"
Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Misalnya; Pada hari terakhir banyak orang akan berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami ...
1.
Bernubuat demi nama TUHAN.
2.
Mengusir setan demi nama TUHAN.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN juga.
Lihat,
di hari-hari terakhir, banyak hamba-hamba TUHAN berseru dan menyebut nama TUHAN,
dimulai dari ketika;
-
Bernubuat demi nama
TUHAN.
-
Kemudian, mengusir setan demi nama TUHAN.
-
Lalu, mengadakan
banyak mujizat demi nama TUHAN.
Semuanya
demi nama TUHAN.
Jadi,
betul-betul di hari-hari terakhir nanti banyak hamba-hamba TUHAN berseru demi
nama TUHAN; tetapi bukan berarti dengan seruan menyebut demi nama TUHAN
lalu dia layak masuk sorga.
Biar
sejuta kali dia berseru menyebut demi nama TUHAN, namun tidak akan membawa ia masuk ke dalam Kerajaan Sorga, kalau dia melakukan
sesuai kehendaknya sendiri, kalau dia hanya sibuk untuk bernubuat, hanya sibuk untuk
mengusir setan, hanya sibuk untuk mengadakan banyak mujizat.
Itu
sebabnya, pada hari TUHAN, TUHAN berkata pada ayat 23: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Berarti, serigala
berbulu domba, hamba-hamba TUHAN yang memberitakan ajaran palsu, namanya tidak
tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba, dengan lain kata; tidak dikenal. Selain
itu, TUHAN berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Hamba TUHAN semacam ini tidak berkenan kepada TUHAN.
Inilah
fakta yang kedua setelah fakta yang pertama tentang serigala berbulu domba,
binatang yang buas tadi.
Itu
sebabnya, pada ayat 21, TUHAN Yesus berkata: Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia --
sidang jemaat, umat TUHAN -- yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga,
itulah yang layak masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Jadi,
bukan dilihat dari perkataan, bukan dilihat dari seruan yang menyerukan nama
TUHAN, lalu dia masuk sorga, tetapi siapa yang melakukan
kehendak Allah Bapa. Kalau hanya dengan “perkataan”, hamba TUHAN jagonya di
dalam memutar-balik fakta, dengan hari-hari menyebut nama TUHAN; namun, bukan
itu yang menjadi ukuran.
Kalau
yang masuk Sorga adalah yang melakukan kehendak Allah Bapa, berarti dia yang
melakukannya adalah anak-anak. Mari kita lihat tentang “anak” di dalam Matius 26.
Matius
26:22
(26:42) Lalu Ia
pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan
ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Yesus,
Anak Allah meminum cawan Allah, atau menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung, sehingga dengan demikian jadilah kehendak Allah Bapa, atau
terlaksanalah kehendak Allah Bapa.
Jadi,
yang ada ini tidak mungkin ada, kalau salib tidak ditegakkan di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan; ingat itu.
Bukan
karena Yesus mengusir setan lalu langit bumi ini terbentuk, bukan pada saat
yang sakit menjadi sembuh lalu bumi dan isinya ini ada, bukan. Tetapi langit,
bumi, dan unsur-unsurnya ada, dengan lain kata; kehendak Allah terjadi, itu
karena salib ditegakkan. Jadi, jangan kita mau dibodoh-bodohi oleh hamba-hamba
TUHAN yang menghalangi-halangi untuk beraktivitas demi hari Sabat.
TUHAN
Yesus adalah TUHAN atas hari Sabat; Dialah laki-laki yang ketujuh, Dialah hari
yang ketujuh, kalau kita kaitkan dengan kisah perempuan Samaria. Perempuan
Samaria sudah hidup dengan lima laki-laki, kemudian pada saat berbicara dengan
Yesus, dia sedang bersama dengan seorang laki-laki, berarti perempuan Samaria
sudah hidup dengan enam laki-laki. Kemudian pada saat
dia bertemu dengan laki-laki ketujuh, itulah pribadi
Yesus = Hari perhentian, sabat Tuhan Yesus Kristus.
Tetapi
supaya kehendak Allah terlaksana, maka Yesus sebagai Anak mengawali dengan berkata:
“Ya, Bapa” Berarti, diawali dengan roh dengar-dengaran. Di situlah
keberhasilan itu terjadi, yaitu dengar-dengaran.
Sekarang
kita akan melihat; DAMPAK NEGATIF MENGEMBARA (TIDAK TERGEMBALA), dengan lain
kata; akibat menerima ajaran palsu dari nabi-nabi palsu (serigala berbulu
domba) dengan dua fakta di atas tadi.
Ayub
39:8-11
(39:8) Siapakah
yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan
keledai jalang? (39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran
sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. (39:10)
Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si
penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya,
dan mencari apa saja yang hijau.
Siapakah
yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai
jalang?
Tidak tertambat, tidak terikat dengan ibadah dan pelayanan, dengan lain kata;
liar, sudah diterkam oleh serigala yang buas.
Keadaan
(akibat) kalau liar, tidak tergembala, tidak tertambat dengan penggembalaan, YANG
PERTAMA: Ia menertawakan keramaian kota, artinya; mengecilkan,
menganggap remeh, menganggap rendah ibadah dan pelayanan.
Hati-hati,
kalau orang sudah menganggap rendah ibadah dan pelayanan, maka yang lahiriah
dia besarkan. Hati-hati, kalau engkau membesarkan yang lahiriah atau
memberhalakan sesuatu, maka nanti berhalamu itu akan dicabut TUHAN.
Sedikit
saya tambahkan kesaksian: Pendiri organisasi Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT),
itulah Bapak Pendeta In Juwono, beliau adalah seorang hamba TUHAN karismatik,
berkarakter, berwibawa, penuh dengan kemuliaan Allah, tidak ada satu pun hamba
TUHAN yang mudah menatap wajahnya. Setiap hamba TUHAN pada masa itu yang
berpandangan dengan beliau, selalu menundukkan kepalanya, karena beliau penuh
dengan kemuliaan. Tetapi ujung-ujungnya, semua hamba TUHAN pada masa itu
mempertuhankan Pendeta In Juwono, dengan lain kata; In Juwono menjadi tuhan
kecil (berhala). Akhirnya, TUHAN cemburu, -- sesuai dengan Keluaran 20:5, Ulangan
5:9 --, dan usianya pun tidak panjang, tidak sampai 70 (tujuh puluh) tahun,
hanya 60 (enam puluh) tahun saja; TUHAN cemburu. Hati-hati, kalau engkau
jadikan pekerjaanmu menjadi berhala, TUHAN bisa mencabut itu, hati-hati.
Kemudian,
pemimpin yang kedua; setelah meninggalnya Pendeta In Juwono, itulah Bapak
Pendeta Pong Dongalemba, beliau juga adalah seorang hamba TUHAN yang humble,
rendah hati, lemah lembut, sederhana, bersahaja, mau menerima kekurangan orang
lain, tetapi kami-kami ini sebagai hamba-hamba TUHAN terlalu mempertuhankan
beliau, sehingga usianya pun tidak terlalu panjang (tidak lama), hanya 66 (enam
puluh enam) tahun -- enam tahun lebih lama dari pemimpin yang pertama, Pendeta
In Juwono --, tidak sampai 70 (tujuh puluh) tahun, tidak sampai sesuai dengan
apa yang tertulis di dalam Alkitab.
Tetapi
setelah itu, tidak ada lagi hamba TUHAN yang umurnya pendek, karena tidak ada
lagi yang diberhalakan; semuanya sudah di atas 70 (tujuh puluh) tahun, apalagi
dengan pemimpin yang terbaru sekarang, yaitu guru saya ketika saya duduk di
Lempin-El Sekolah Alkitab Saron, beliau mengajar Injil Matius,
itulah Bapak Pendeta Otniel Firmanyo.
Intinya:
Jangan saudara menertawakan keramaian kota karena berhala.
Keadaan
(akibat) kalau liar, tidak tergembala, tidak tertambat dengan penggembalaan, YANG
KEDUA: Tidak mendengarkan teriak si penggiring, artinya; tidak
dengar-dengaran kepada gembala sidang.
Kalau
domba-domba tidak dengar-dengaran, maka kehidupan domba semacam ini sebetulnya
tidak berhasil di dalam TUHAN. Kalau kita mengambil jalan sendiri atau hanya
menuruti keinginan di hati sendiri, ini bukan disebut kehidupan yang berhasil,
ini adalah kehidupan yang tidak berhasil.
Keadaan
(akibat) kalau liar, tidak tergembala, tidak tertambat dengan penggembalaan, YANG
KETIGA: Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, artinya;
beribadah di sembarang tempat rumah TUHAN. Semua tempat rumah TUHAN dia masuki.
Ini
bukanlah gambaran orang yang rohani, tetapi justru gambaran orang yang tidak
mengerti Firman, tidak mengerti penggembalaan.
Keadaan
(akibat) kalau liar, tidak tergembala, tidak tertambat dengan penggembalaan, YANG
KEEMPAT: Mencari apa saja yang hijau.
Saya
menghimbau sidang jemaat yang tatap muka dan yang
mengikuti secara online, baik di Serang, Cilegon dan sekitarnya, maupun
sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, baik juga
umat TUHAN yang setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan
Cilegon, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, jangan sembarangan mencari Firman TUHAN. Jangan
kita berkata: “Itu kan yang hijau-hijau. Itu kan Firman, Om”, jangan
berkata demikian sekalipun itu adalah Firman.
Ingat:
Yang mengenal domba adalah gembala; yang mengenal gembala adalah
domba-dombanya. Jadi, tidak boleh kita berkata: “Itu kan yang hijau-hijau,
Om. Itu kan Firman.” Betul, itu adalah Firman; tetapi saya balik, siapa
yang mengenal domba kalau bukan gembala? Yang tahu penyakitmu siapa, kalau
bukan gembala? Yang tahu kelemahanmu siapa, kalau bukan gembala? Yang bisa
merawat domba-domba dalam satu penggembalaan siapa, kalau bukan
gembala? Jadi, jangan pakai alasan “yang hijau-hijau, itu kan Firman, Om”,
itu memang betul, tidak salah; tetapi perlu juga kita menunjukkan suatu
kesetiaan dalam satu penggembalaan.
Mengapa
TUHAN tidak suka dengan bangsa yang mengembara? Karena, kalau kita bandingkan
dengan “domba yang tergembala”, hal itu sangat berbanding terbalik, baik sifat,
tabiat, karakter, keinginannya.
Kita
bandingkan dengan DOMBA YANG TERGEMBALA, di dalam Yehezkiel 20.
Yehezkiel
20:37
(20:37) Aku akan
membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan kamu
ke kandang dengan menghitung kamu.
Kalau
domba-domba tergembala dengan baik dan benar dalam sebuah penggembalaan, maka ada
2 (dua) hal yang nyata di sini:
Yang
Pertama: Domba-domba harus lewat dari bawah tongkat gembala,
artinya; mengikuti aturan-aturan yang ada di bawah penggembalaan, berada di
bawah pengaturan penggembalaan itu sendiri. Jadi, kalau tergembala, tidak boleh
mengikuti aturan sendiri di dalam hal mengikuti TUHAN, melainkan harus
mengikuti atau berada di bawah aturan-aturan penggembalaan itu sendiri.
Yang
Kedua: Domba-domba dimasukkan ke kandang dan menghitung domba-domba itu,
berarti; menjadi bilangan dari kawanan domba = Domba-domba dikenal oleh TUHAN,
dengan lain kata; namanya tertulis dari kitab kehidupan Anak Domba = tidak
asing bagi Dia.
Kalau
kita dengar-dengaran, maka kita tidak asing di hadapan TUHAN. Kalau kita biasa
mengatakan “ya TUHAN”, maka bagi gembala yang mendengar suara itu tidak asing.
Tetapi kalau domba itu liar, maka dia akan mengucapkan kata-kata yang asing,
bukan kata-kata yang lazimnya.
Jadi,
dimasukkan ke kandang dan menghitung domba, artinya; dikenal, namanya
tertulis dalam kitab kehidupan. Itulah kehidupan yang dihitung menjadi bilangan
TUHAN.
Mari
kita lihat bilangan yang dihitung, di dalam Wahyu 14, dengan perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya yang
ditebus-Nya” Biarlah kiranya kita semua menjadi pengikut Anak Domba.
Siapakah pengikut Anak Domba itu?
Wahyu
14:1
(14:1) Dan aku
melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan
Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya
dan nama Bapa-Nya.
Jumlah
mereka yang mengikut Anak Domba adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu)
orang. Inilah kehidupan yang masuk dalam bilangan TUHAN, di mana bilangan
mereka adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.
Apa
bukti bahwa mereka masuk dalam hitungan TUHAN, bilangan TUHAN? Di dahi
mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya, dengan lain kata; ada meterai
Allah, itulah bilangan TUHAN, itulah kehidupan yang dihitung oleh TUHAN, di
mana di hati mereka ada meterai Allah sebagai tanda milik kepunyaan Allah.
Sekarang,
kita lihat yang tidak masuk dalam bilangan TUHAN (hitungan TUHAN), di dalam 1
Yohanes 2, dengan perikop: “Antikris”.
1
Yohanes 2:18-19
(2:18)
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu
dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak
antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang
terakhir. (2:19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi
mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka
sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan
kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka
sungguh-sungguh termasuk pada kita.
Tidak
masuk dalam bilangan TUHAN, tidak masuk dalam hitungan TUHAN, tidak masuk dalam
bagian anggota tubuh; tidak dihitung, tidak masuk di dalam
anggota tubuh, itulah antikris.
1
Yohanes 2:20-22
(2:20) Tetapi
kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua
mengetahuinya. (2:21) Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak
mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu
juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran. (2:22)
Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah
Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik
Bapa maupun Anak.
Siapakah
pendusta itu? Itulah mereka yang menyangkal salib Kristus. Kemudian, Dia itu
adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak, dengan
lain kata; tidak ada meterai Allah di dahi mereka.
Jadi,
antikris tidak masuk dalam hitungan tubuh Kristus. Antikristus adalah pendusta.
Mengapa disebut pendusta? Karena mereka menyangkal salib.
Kita
kembali memperhatikan Yeremia 14.
Yeremia
14:10B
(14:10) Beginilah
firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara dan
tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka;
tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum
dosa mereka."
Beginilah
firman TUHAN tentang bangsa ini: “Mereka sangat senang mengembara dan tidak
menahan kakinya.” Dampak negatifnya: Sebab itu TUHAN tidak berkenan
kepada mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau
menghukum dosa mereka.
Inilah
kehidupan yang mengembara; dihabisi oleh binatang buas, serigala berbulu domba
tadi, dengan 2 (dua) fakta:
1.
Firman yang ditambahkan.
2.
Sibuk dengan 3 (tiga) perkara ajaib demi
nama TUHAN.
Akhirnya,
TUHAN pun tidak suka dengan mereka, sebab itu hanya memilukan hati TUHAN saja.
Sekarang,
kita akan melihat JALAN KELUARNYA supaya kita jangan binasa.
Wahyu
13:10
(13:10)
Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan;
barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh
dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman
orang-orang kudus.
Yang
penting adalah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
Kita
ini dibenarkan oleh iman, bukan karena hasil usaha, melainkan dibenarkan oleh
karena darah salib. Berarti, beriman kepada darah salib, bukan beriman kepada
yang lahiriah ini.
Prakteknya:
1.
Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia
akan ditawan.
Berarti, prakteknya adalah; sebelum kita ditentukan untuk binasa karena
ditawan, biarlah kiranya kita saat ini menjadi tawanan Roh; itulah jalan keluar
yang pertama.
2.
Barangsiapa ditentukan untuk dibunuh
dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Berarti, supaya
kita tidak ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, maka lebih baik hari ini
kita menerima pedang Roh, yaitu Firman Allah; itulah jalan keluar yang kedua. Lebih
baik kita sekarang ini diobrak-abrik oleh pedang Roh, dari pada dibinasakan
oleh pedang yang membunuh.
Mari
kita lihat PEDANG FIRMAN ALLAH.
Bagian
A: Ibrani 4:12, Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Pedang
Roh, itulah Firman Allah; Dia hidup, Dia kuat, lebih tajam dari pedang bermata
dua manapun. Apa buktinya? Ia menusuk amat dalam, lalu mengadakan pemisahan ...
1.
Jiwa dan roh.
2.
Sendi-sendi dan sumsum.
3.
Ia sanggup membedakan pertimbangan dan
pikiran hati kita.
Dia
berkuasa untuk mengadakan penyucian terhadap dosa yang paling dalam, yang tidak
dapat dijangkau oleh mata.
Lebih
baik sekarang kita menerima pedang semacam ini walaupun sakit rasanya bagi
daging. Ketika pedang itu menusuk amat dalam, rasanya memang sakit, tidak
mungkin tidak sakit, pasti sakit; tetapi itu jauh lebih baik hari ini kita
terima, dari pada akhirnya kita binasa karena pedang antikris.
Oleh
sebab itu, pada Ibrani 4:13 dikatakan: Tidak ada suatu makhluk pun
yang tersembunyi di hadapan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang dapat kita
sembunyikan di hadapan TUHAN; dosa besar, dosa kecil, semuanya nampak jelas di
mata TUHAN, sebab Dia Maha tahu dan melihat.
Kemudian,
segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita
harus memberikan pertanggungan jawab. Semua orang harus memberi pertanggungan
jawab, semua orang harus mau menerima pedang Roh; kalau tidak, dia juga harus
pertanggung jawabkan itu di hari TUHAN nanti. Lebih baik hari ini kita menerima
pedang Roh, walaupun sakit. Lebih baik bersakit-sakit dahulu, tetapi selamat kemudian.
Mari
kita lihat PEDANG FIRMAN ALLAH.
Bagian
B: 2 Korintus 2:3-4, Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup
juga, berarti tidak terjadi pembukaan rahasia Firman, maka ia tertutup
untuk mereka, yang akan binasa. Kita bersyukur karena kita senantiasa
menikmati pembukaan rahasia Firman, ini adalah suatu sinyal besar bagi kita,
bahwasanya kita lepas dari kebinasaan.
Siapakah
mereka yang akan binasa? Yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang
pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini (selaput daging),
sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang
adalah gambaran Allah.
Jadi,
pedang Roh yang harus kita terima, itulah cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus. Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan, itulah cahaya Injil
tentang kemuliaan Kristus yang harus kita terima, supaya kita jangan binasa,
melainkan memperoleh keselamatan.
Kemudian,
ciri-ciri hamba TUHAN yang menyampaikan cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus,
dapat kita perhatikan dalam 2 Korintus 2:5, Sebab bukan diri kami
yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri
kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.
Jadi,
ciri-ciri hamba TUHAN yang menyampaikan cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus
-- Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan, Firman dalam terangnya Roh-El
Kudus -- adalah tidak menyampaikan Firman-Firman yang lain, tidak menonjolkan
dirinya, tidak menampilkan perkara-perkara lahiriah, tidak sibuk dengan
dongeng, tidak sibuk dengan silsilah, tidak sibuk dengan filsafat-filsafat
kosong. Itulah ciri hamba TUHAN yang menyampaikan cahaya Injil tentang
kemuliaan Kristus.
Janganlah
hamba TUHAN mengatakan: “Ini adalah Firman Pengajaran yang rahasianya
dibukakan”, tetapi prakteknya; dia sibuk berbicara yang lahiriah, sibuk
menonjolkan dirinya, sibuk menonjolkan gerejanya. Itu bukanlah cahaya Injil
tentang kemuliaan Kristus.
Kalau
menyampaikan cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, maka kita akan melihat
suatu keuntungan (upah) yang besar, yang dapat kita lihat dalam Ibrani 1:2-3,
maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan
Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang
ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Jadi, segala
sesuatu diciptakan oleh Firman, bukan karena mujizat.
Kemudian,
di sini dikatakan: Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar
wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh
kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di
sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.
Lihatlah,
kuasa penyucian dari Firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, itulah kuasa
dari cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus adalah membawa kita kembali kepada
wujud semula, segambar serupa dengan Allah, sama mulia dengan Allah. Oleh sebab
itu, bersyukurlah.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman;
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment