IBADAH
PEMBAPTISAN, 26 MEI 2021
Tema: DIBAPTIS
SAMPAI MENGHASILKAN BUAH
Selamat
siang.
Oleh
karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengadakan Ibadah
Pembaptisan dari saudara kita Andrew dan Lydia. TUHAN beri suasana cuaca yang
baik, hari siang yang baik, itu semua karena kemurahan TUHAN, semata-mata bukan
karena suatu kebetulan.
Sebetulnya,
hari ini adalah hari gerhana bulan, terjadi pasang surut laut, tetapi
rupa-rupanya, TUHAN beri cuaca yang baik, berarti jelas; ini adalah pekerjaan
TUHAN, bukan pekerjaan manusia. Dan kita juga mengerjakan ini bukan dalam
bentuk Taurat, tetapi dalam bentuk yang sudah digenapi oleh TUHAN Yesus Kristus
di atas kayu salib.
Memang,
jarak antara Musa dengan Yohanes Pembaptis, itu kurang lebih 1.500 (seribu lima
ratus) tahun lamanya, barulah lahir Yesus Kristus, di situlah terjadi
pembaptisan yang sudah digenapi bagi orang-orang Kristen, umat Kristiani, umat
Allah di seluruh dunia ini.
Kita
bersyukur, siang hari ini kita akan mengadakan Ibadah Pembaptisan. Namun,
sebelum kita masuk mengadakan Pembaptisan di tengah laut dan tepi pantainya,
kita terlebih dahulu menerima bekal Firman TUHAN supaya kita boleh mengerti
arti dari sebuah baptisan, karena banyak orang menganggap bahwa baptisan
hanyalah supaya bagian dari anggota gereja; pengertian semacam ini adalah
pengertian yang keliru menurut saya. Tetapi lebih dari pada itu, bukan hanya
sekedar bagian dari anggota gereja, lebih dari pada itu, itulah perkara rohani
yang akan kita terima siang hari ini.
Mari
kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya Firman yang dibukakan
itu betul-betul menjadi suatu berkat yang besar bagi kita sekaliannya.
Tidak
lupa saya menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, umat TUHAN yang
senantiasa setia dalam ketekunan untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia.
Mari
kita awali ayat Firman TUHAN dalam Ibadah Pembaptisan ini, dari Keluaran 38:8.
Pasalnya
38, ayatnya 8; kita teringat waktu air bah melanda zaman Nuh, yang selamat
hanyalah 8 (delapan) orang. Jadi, semua angka-angka yang tertulis di dalam
Kitab Suci, tidak ada suatu kebetulan. Angka 8 (delapan) merupakan angka
keselamatan.
Kita
perhatikan Keluaran 38, dengan perikop: “Membuat bejana pembasuhan”.
Sekalipun
tidak ada slide infokus, kiranya kita tetap diberkati siang hari ini, karena
sesungguhnya, ini jauh lebih baik jika ada gambar Tabernakel sebetulnya; tetapi,
kita akan melihat Tabernakel dalam pengertian rohaninya saja.
Keluaran
38:8
(38:8)
Dibuatnyalah bejana pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga,
dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan pintu
Kemah Pertemuan.
Dibuatnyalah
bejana pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga -- singkatnya;
bejana pembasuhan tembaga --, dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang
melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.
Pada
Tabernakel, di dalamnya terdapat alat-alat, mulai dari di HALAMAN, ada 2 (dua)
alat:
1.
Mezbah Korban Bakaran.
2.
Bejana Pembasuhan Tembaga.
Kemudian,
di dalam RUANGAN SUCI terdapat 3 (tiga) macam alat:
1.
Meja Roti Sajian.
2.
Pelita Emas.
3.
Mezbah Dupa.
Kemudian,
pada RUANGAN MAHA SUCI terdapat satu alat yang terutama dari semua perabotan
yang ada di dalam Tabernakel, itulah Tabut Perjanjian.
Salah
satu perabotan yang ada di dalam Tabernakel, secara khusus di halaman adalah Kolam Pembasuhan Tembaga, di mana alasnya juga terbuat dari tembaga,
secara khusus dari cermin-cermin para pelayan perempuan-perempuan yang melayani
di depan Kemah Pertemuan.
Jadi,
Kolam Pembasuhan Tembaga, baik kolamnya, baik juga alasnya, seluruhnya terbuat
dari tembaga, secara khusus dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang
melayani di depan pintu Kemah.
Singkatnya:
Kolam Pembasuhan tersebut terbuat dari cermin-cermin para pelayan perempuan; kemudian,
cermin-cermin yang dari tembaga itu dihancurkan. Jelas, hal ini berbicara
tentang sengsara atau kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus. Dan
itu diyakinkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, secara khusus pada Roma
6.
Seberapa
jauh Firman TUHAN membawa kita, namun biarlah kita tetap dengan rendah hati
untuk memperhatikannya; panjang dan lebar tetap kita perhatikan dengan
sungguh-sungguh.
Kita
perhatikan Roma 6, dengan perikop: “Mati dan bangkit dengan Kristus.”
Satu dalam kematian dan kebangkitan Kristus, itu harus dialami oleh umat
Kristen di mana pun berada.
Roma
6:2-5
(6:2)
Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih
dapat hidup di dalamnya? (6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua
yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
(6:4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup
dalam hidup yang baru. (6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu
dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu
dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Dengan
demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam
kematian, dikubur
dalam kematian Kristus, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari
antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, bangkit pada hari ketiga, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru, kita semua hidup dalam hidup
yang baru sebab yang lama sudah berlalu.
Itulah
arti dari baptisan; mati dan bangkit.
-
Kematian Kristus; mengubur hidup lama.
-
Kemudian, bangkit pada hari yang ketiga
untuk hidup dalam hidup yang baru, berarti; yang lama sudah berlalu.
Itulah
kolam Pembasuhan Tembaga, yang terbuat dari cermin-cermin pelayan-pelayan perempuan,
di mana cermin-cermin tembaga yang mengkilap itu dihancurkan, itulah pengalaman
sengsara atau kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Dan itu diyakinkan oleh
Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di Roma. Tanpa ragu, kita juga harus
menerimanya dengan yakin.
Kita
loncat memperhatikan Wahyu 4, dengan perikop: “Kedua puluh emat
tua-tua dan keempat binatang”. Ini adalah Tabernakel sorgawi.
Wahyu
4:6
(4:6) Dan di
hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah
takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah
muka dan di sebelah belakang.
Tadi
kita sudah melihat “Kolam Pembasuhan Tembaga”, tetapi kita melihatnya dalam
bentuk lahiriah, itulah baptisan dalam bentuk Taurat, menurut Tabernakel Musa.
Tetapi rupa-rupanya dalam Wahyu 4:6, di sini kita menemukan baptisan
dalam bentuk Tabernakel Sorgawi.
Pada
Tabernakel Sorgawi: Di hadapan takhta itu, ada terdapat lautan kaca bagaikan
kristal. Berarti, ada baptisan dalam bentuk lahiriah, itulah tadi Tabernakel
yang dibuat oleh Musa, juga ada baptisan di dalam Tabernakel sorgawi.
Artinya
untuk kita sekarang: Baptisan di bumi, menurut Tabernakel Musa, adalah baptisan
menurut Tabernakel Sorgawi.
Jadi,
apapun perabotan yang ada di dalam Tabernakel Musa, itu menurut petunjuk dari
Sorga, dan itu juga kembali diyakinkan, diaminkan oleh Rasul Paulus. Kalau
tadi, kepada jemaat di Roma; tetapi kalau sekarang kita perhatikan, hal itu
diyakinkan kepada orang Ibrani, pada Ibrani 8:5.
Kembali
saya sampaikan: Baptisan di bumi adalah baptisan menurut gambaran dan bayangan
dari baptisan di Sorga. Tabernakel yang dibuat oleh Musa adalah gambaran dari
Tabernakel sorgawi, termasuk Kolam Pembasuhan Tembaga.
Kita
perhatikan Ibrani 8, dengan perikop: “Imam Besar Perjanjian Baru”.
Ibrani
8:5
(8:5) Pelayanan
mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga,
sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan
kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat
semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di
atas gunung itu."
Pelayanan
mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti
yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah,"
demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh
yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu", dengan
lain kata; engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan
oleh TUHAN kepada Musa di atas gunung TUHAN, gunung Horeb, gunung Sinai,
berarti; menurut gambaran dan bayangan dari apa yang terdapat di Sorga.
Saya
ambil kesimpulan: Baptisan di bumi adalah bayangan dan gambaran dari baptisan
di Sorga.
Jadi,
perabotan dari Kolam Pembasuhan Tembaga = perabotan yang ada di
dalam Tabernakel sorgawi, itulah lautan kaca yang bentuknya kristal.
Tentu
saja kita bersyukur kepada TUHAN, karena dalam setiap ibadah pelayanan dalam
penggembalaan GPT “BETANIA” sedang
berusaha menjalankan ibadah di bumi ini menurut bayangan dan gambaran yang ada
di sorga, sehingga tentu saja kita tidak sesat di tengah jalan. Itulah yang
kita syukuri kepada TUHAN; ibadah kita tidak dicampur aduk dengan tangan-tangan
manusia yang tidak suci.
Lebih
rinci tentang BAPTISAN AIR, juga akan kita lihat dalam Wahyu 15, dengan
perikop: “Nyanyian mereka yang menang”.
Wahyu
15:1-2
(15:1) Dan aku
melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat dengan
tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah. (15:2)
Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi
lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan
patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.
Di
sini kita melihat: Ada sesuatu bagaikan lautan kaca, tetapi di
sini bercampur api.
Kalau
tadi di dalam Wahyu 4:6 adalah lautan
kaca bagaikan kristal, namun pada Wahyu
15:2 lautan kaca bercampur api. Artinya untuk kita sekarang: Syarat
untuk dibaptis adalah bertobat.
-
Lautan kaca, jika dikaitkan
dengan pola Tabernakel, terkena pada; Kolam Pembasuhan Tembaga à Baptisan
air; mati dan bangkit.
-
Sedangkan bercampur api, jika
dikaitkan dengan pola Tabernakel, tentu saja terkena pada; Mezbah Korban
Bakaran à
Pertobatan.
Jadi,
syarat untuk dibaptis adalah sudah harus terlebih dahulu bertobat.
Oleh
sebab itu, sebelum mereka berdua dibaptis, harus diarahkan lebih dulu; jangan masuk
dalam baptisan, tetapi tidak mengerti pertobatan. Ingat, syarat untuk dibaptis
adalah bertobat.
Itu
sebabnya, dalam Wahyu 15:2 dikatakan sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur --
sudah menyatu dengan -- api, artinya; syarat untuk dibaptis harus bertobat,
harus dicampur dengan pertobatan terlebih dahulu. Kalau tidak dicampur dengan pertobatan
terlebih dahulu, jangan masuk dulu dalam baptisan, sebab masuk dalam baptisan bukan
hanya sekedar sebagai syarat untuk menjadi bagian dari suatu anggota gereja,
bukan, tetapi baptisan syaratnya adalah dicampur dengan pertobatan, diawali
dari pertobatan. Segala tabiat-tabiat daging yang lama sudah terlebih dahulu
dibakar hangus di atas Mezbah Korban Bakaran.
Kita
kembali untuk memperhatikan Injil Matius 3, dengan perikop: “Yohanes
Pembaptis”.
Matius
3:1-6
(3:1) Pada
waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: (3:2)
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (3:3)
Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada
suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,
luruskanlah jalan bagi-Nya." (3:4) Yohanes memakai jubah bulu unta
dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. (3:5)
Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari
seluruh daerah sekitar Yordan. (3:6) Lalu sambil mengaku dosanya
mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
Pada
waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan:
"Bertobatlah" Apa tujuan pertobatan ini? "Sebab
Kerajaan Sorga sudah dekat!"
Sesungguhnya
dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata -- Jadi, baptisan
ini sudah dinubuatkan oleh para nabi untuk digenapi hari ini oleh setiap orang
Kristen --: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun:
Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
Maka
datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh
daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes
di sungai Yordan.
Jadi,
sudah sangat jelas: Syarat untuk dibaptis ialah sudah seharusnya terlebih
dahulu bertobat.
Bertobat,
artinya; berhenti berbuat dosa dan kembali kepada Allah. Jadi, bertobat itu
harus 100 % (seratus persen), tidak boleh bertobat 50 % (lima puluh persen).
-
Bertobat 50 % (lima puluh persen),
artinya; berhenti berbuat dosa, tetapi tidak menyerahkan dirinya kembali kepada
Allah.
-
Bertobat 100 % (seratus persen), artinya;
berhenti berbuat dosa, selanjutnya serahkan hidup kepada Allah.
Kalau
hanya berhenti berbuat dosa, tetapi tidak kembali menyerahkan dirinya kepada
Allah, itu baru 50 % (lima puluh persen).
Jadi,
syarat untuk dibaptis adalah bertobat 100 % (seratus persen); berhenti berbuat
dosa, lalu serahkan hidup kepada TUHAN, itu bertobat 100 % (seratus persen).
Tidak boleh bertobat 50 % (lima puluh persen), tetapi harus bertobat 100 % (seratus
persen).
Dan
APA BUKTI MEREKA BERTOBAT?
Matius
3:5-6
(3:5) Maka
datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea
dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. (3:6) Lalu sambil mengaku
dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
Maka
datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari
seluruh daerah sekitar Yordan. Orang-orang yang dibaptis yang datang
dari Yerusalem, dari seluruh Yudea atau daerah sekitar Yordan, sambil
mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. Jadi, bukti
mereka bertobat adalah mengaku dosa sampai tuntas.
Pada
saat penataran Pembaptisan kemarin, saya suruh mereka catat dosa yang mereka
lakukan. Kalau mereka lupa, saya suruh mereka untuk terus mengingat. Ada dosa
merokok, ada dosa melawan orang tua, ada dosa marah-marah, ada dosa tidak
percaya diri; saya suruh tulis semua.
Sebab
memang itulah syarat untuk dibaptis, yaitu bertobat 100 % (seratus persen).
Tidak boleh menyembunyikan nol koma sekian persen dosa, tidak boleh, sebab hal
itu bisa menjadi akarnya; kalau akar tidak dicabut, menyisakan batang pohon,
maka nanti tunas akan tumbuh kembali. Tetapi puji TUHAN, ada Tunas Daud yang
menyelesaikan tunas-tunas liar.
Kita
perhatikan 1 Yohanes 1, dengan perikop: “Allah ada terang”.
1
Yohanes 1:6-9
(1:6) Jika kita
katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup
di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan
kebenaran. (1:7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama
seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan
seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan
kita dari pada segala dosa. (1:8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak
berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak
ada di dalam kita. (1:9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia
adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa
kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Jika
kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di
dalam kegelapan, ada kegelapan, ada dosa yang disembunyikan, mungkin
nol koma sekian sekian persen (0,0001), kita berdusta
dan kita tidak melakukan kebenaran. Jadi, mutlak pengakuan dosa itu
seluruhnya, tidak boleh ada tersimpan disembunyikan di dalam kegelapan nol koma
nol nol nol sekian persen; harus diakui semuanya.
Tetapi
jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka dengan
demikian kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, ada
persekutuan antara yang satu dengan yang lain. Tetapi kalau masih ada dosa yang
disembunyikan, tidak mungkin ada persekutuan yang baik satu dengan yang lain.
Dalam
satu rumah, antara suami isteri tidak boleh ada sesuatu yang disembunyikan,
sebab persekutuannya nanti tidak baik. Yang tinggal di Serang, yang tinggal di
Cilegon, yang satu rumah, tidak boleh ada sesuatu yang disembunyikan, supaya
terjalin persekutuan yang indah.
Selanjutnya
di sini dikatakan: Dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada
segala dosa. Di dalam persekutuan itu, juga darah Yesus mengadakan
penyucian terhadap dosa kita masing-masing.
Jika
kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri. Kalau
seseorang tidak mau mengakui dosanya, maka ia adalah penipu, dan yang dia tipu
adalah dirinya sendiri, kemudian yang kedua; kebenaran tidak ada di dalam
kita, kebenaran tidak ada di dalam dirinya.
Jadi,
tragis sekali kalau seseorang tidak mau mengakui dosanya. Masih banyak di
antara kita yang beranggapan “Ah, nanti bapak gembala tahu sendiri”,
tidak segampang itu. Yang TUHAN tunggu adalah hati, yang keluar dari mulut.
Setiap
kali TUHAN bertanya, termasuk kepada Kain, apakah TUHAN tidak tahu dosa Kain?
TUHAN tahu; tetapi TUHAN harus tanya dulu, sebab TUHAN tunggu pengakuan dari
lubuk hati yang dalam, termasuk kepada perempuan Samaria, semuanya. Bukan TUHAN
tidak tahu, tetapi TUHAN mau ketulusan hati di dalam hal mengaku dosa.
Jadi,
yang belum ada pengakuan ya akui saja. Apapun bentuknya, baik itu yang
nol koma sekian persen itu harus dituntaskan, karena itu salah satu syarat
mutlak untuk masuk dalam baptisan air, satu dalam kematian dan kebangkitan
Kristus.
Kembali
saya sampaikan: Jika tidak mengaku dosa, maka sama dengan;
1.
Menipu
diri sendiri,
bukan orang lain yang ditipu.
2.
Kebenaran
tidak ada di dalam dirinya.
Kemudian,
pada ayat 9 kita perhatikan: Jika
kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil. Sebaliknya, kalau
kita mengaku dosa dengan tuntas, bertobat 100 % (seratus persen), kita harus
tahu bahwa; Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan, semua dosa akan
diampuni, semua dosa akan disucikan oleh darah Yesus. Tidak ada dosa yang tidak
dapat diampuni oleh darah salib Kristus, tetapi dengan syarat; terlebih dahulu
mengaku dosa sekecil-kecilnya.
Itu
sebabnya, sebelum imam-imam masuk dalam Ruangan Suci untuk memperhatikan
perabotan yang ada di dalamnya, terlebih dahulu ia harus mencuci tangan dan
mencuci kaki, tidak boleh sembarang dalam melakukan pekerjaan TUHAN. Tangan itu
perbuatan hidup; kaki adalah perjalanan hidup; keduanya harus sudah mengalami
penyucian, barulah boleh layak masuk dalam Ruangan Suci.
Jadi,
harus bertobat 100 % (seratus persen), prakteknya adalah mengaku dosa dengan
tuntas, tidak boleh tinggal nol koma sekian persen.
Intinya:
Ibadah di bumi adalah gambaran dan bayangan dari ibadah di sorga, termasuk
ibadah baptisan siang hari ini. Itu adalah bayangan dari ibadah di sorga; salah
satu perabotan yang ada di dalam Tabernakel sorgawi, karena Tabernakel Musa itu
adalah bayangan dari Tabernakel sorgawi, bukan asal-asal begitu saja, sesuai
dengan pengertian Musa sendiri.
Jadi
...
-
Zaman Taurat atau zaman Musa: Baptisan itu
terkena pada Kolam Pembasuhan Tembaga.
-
Sedangkan zaman Yohanes Pembaptis: Kolam
Pembasuhan Tembaga tidak berlaku lagi, sebab sudah diganti (digenapi) oleh
kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus.
Adapun
jarak antara Musa dengan Yohanes Pembaptis, ± 1.500 (kurang lebih seribu lima
ratus) tahun lamanya.
Kalau
kita bicara jarak 1.500 (seribu lima ratus) tahun, angka 1.500 (seribu lima
ratus) ini dapat kita temukan di dalam KOLAM SALOMO, di dalam 1 Raja-Raja 7, dengan perikop: “Benda-benda
logam Bait Suci”, salah satunya adalah tembaga. Benda-benda logam itu
antara lain emas, perak, tembaga, besi.
1
Raja-raja 7:23
(7:23) Kemudian
dibuatnyalah "laut" tuangan yang sepuluh hasta dari tepi ke
tepi, bundar keliling, lima hasta tingginya, dan yang dapat dililit
berkeliling oleh tali yang tiga puluh hasta panjangnya.
Besar
kolam pada zaman Salomo, ukurannya: 10 (sepuluh) x 5 (lima) x 30 (tiga puluh) =
1.500 (seribu lima ratus). Ini bukan suatu kebetulan.
Artinya:
1.500 (seribu lima ratus) tahun sebelum Kristus lahir, Taurat berlaku; tetapi setelah
Yesus lahir, Taurat tidak berlaku lagi, sebab baptisan sudah digenapi oleh
Kristus, oleh karena kematian dan kebangkitan-Nya.
Jadi,
ibadah yang kita kerjakan ini bukanlah ibadah lahiriah, tetapi betul-betul
baptisan itu berbicara soal pengalaman Yesus, supaya kita satu dalam tanda
kematian dan kebangkitan-Nya.
-
Kuasa kematian
Yesus: Mengubur hidup yang lama.
-
Kuasa kebangkitan
Yesus: Hidup dalam hidup yang baru, yang lama sudah berlalu.
Perkataan
kotor sudah berlalu, pikiran kotor sudah berlalu, tabiat lama sudah berlalu,
semua sudah berlalu; jadi, bukan lagi dalam bentuk Taurat. Kalau “bentuk
Taurat” itu; lahiriahnya bersih, permukaan luar bersih, tetapi batinnya, manusia
dalamnya belum tentu bersih. Jadi, baptisan Kristen yang sekarang itu lebih
sempurna; itulah yang patut kita syukuri.
Biarlah
kiranya baptisan yang sudah digenapi oleh Kristus di atas kayu salib
betul-betul menjadi satu di dalam kehidupan kita masing-masing. Jadi, ini bukan
sebatas simbol, tetapi mengingatkan kita bahwa kematian kebangkitan Yesus permanen
dalam hidup kita masing-masing.
Sesudah
baptisan itu betul-betul permanen, ada sesuatu yang menarik saya selidiki di
sini.
1
Raja-Raja 7:24
(7:24) Dan di
bawah tepinya ada gambar buah labu yang mengelilinginya sama sekali,
sepuluh dalam sehasta, merangkum "laut" itu berkeliling; labu itu dua
jajar, dituang setuangan dengan bejana itu.
Di
sekeliling kolam pembasuhan Salomo ada gambar buah labu. Artinya, sesudah
dibaptis, sesudah satu dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, selanjutnya
harus terlihat buah dari baptisan itu.
Sesudah
dibaptis harus ada buahnya; itu sebabnya saya katakan tadi bahwa baptisan ini
bukan sekedar kita kerjakan secara lahiriah, tetapi dari baptisan itu harus
nyata buahnya.
Buah
labu itu kulitnya awet dalam jangka waktu yang lama. Jadi, kalau ada gambar
buah labu, itu bukanlah suatu kebetulan. Biarlah kiranya buah dari baptisan itu
nyata; sesudah kita satu dalam kematian dan kebangkitan-Nya, ada buah yang
terlihat nyata real dalam hidup, ibadah, pelayanan, dalam nikah, dalam
hubungan kita dengan TUHAN ada buahnya.
Buah
baptisan yang diharapkan oleh TUHAN dari kita, YANG PERTAMA:
Matius
3:7-8
(3:7) Tetapi
waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang
untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular
beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan
diri dari murka yang akan datang? (3:8) Jadi hasilkanlah buah
yang sesuai dengan pertobatan.
Tetapi
waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis ... Ragi
Farisi adalah kemunafikan; jadi, Farisi ini gambaran dari orang munafik. Kemudian,
di antara orang yang dibaptis, ada pula orang Saduki, yang tidak percaya kuasa
kebangkitan. Terhadap mereka, apa perkataan Yohanes Pembaptis?
Berkatalah
ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak." Kalau
munafik, ditambah dengan tidak percaya kebangkitan, maka persis seperti ular
beludak. Ular yang menjalar tidak perlu berjalan lurus, selalu bengkok,
berkelok-kelok. Ular hanya bisa diluruskan kalau sepotong kayu salib ditusukkan
dari mulutnya sampai ekor, barulah lurus.
Jadi,
munafik + dosa kenajisan (kawin mengawinkan), maka sama seperti ular beludak,
ular berbisa yang mematikan.
Selanjutnya
Yohanes Pembaptis berkata: “Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu
dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” Hukuman dari
kemunafikan, hukuman dari kenajisan pasti ada; tidak bisa kita melarikan diri
dari sana. Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
Singkatnya:
Buah pertobatan itu harus nyata.
Di
dalam Yeremia 24:2, Keranjang yang satu berisi buah ara yang sangat baik
seperti buah ara bungaran, tetapi keranjang yang lain berisi buah ara yang
jelek, yang tak dapat dimakan karena jeleknya. Buah pertobatan juga sama
dengan buah bungaran; inilah yang TUHAN harapkan.
Buah
baptisan yang diharapkan oleh TUHAN dari kita, YANG KEDUA:
Galatia
5:22-23
(5:22) Tetapi buah
Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (5:23) kelemahlembutan,
penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Ada
9 (sembilan) buah Roh Kudus. Jadi, bukan buah-buah Roh Kudus, melainkan 9
(sembilan) buah Roh Kudus, antara lain: (1) Kasih, (2) sukacita, (3)
damai sejahtera, (4) kesabaran, (5) kemurahan, (6) kebaikan,
(7) kesetiaan, (8) kelemahlembutan, (9) penguasaan diri.
Selanjutnya,
di sini dikatakan: Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Hukum apa
saja tidak ada yang menentang itu; oleh sebab itu, TUHAN mengharapkan 9
(sembilan) buah Roh Kudus ini nyata dalam kehidupan kita masing-masing, diawali
dengan kasih, diakhiri dengan penguasaan diri.
Kasih
itu menutupi banyak sekali dosa, barulah yang terakhir ialah penguasaan diri.
Kalau tidak bisa mengampuni, maka tidak akan bisa menguasai diri, percayalah.
Tidak ada orang yang bisa menguasai dirinya, kalau dia tidak terlebih dahulu mengampuni
sesamanya; pasti gelisah terus. Tetapi sesudah ada kasih, sesudah mengampuni,
barulah diakhiri dengan penguasaan diri, pengendalian diri.
Itulah
buah yang TUHAN harapkan. Jadi, sesudah dibaptis, harus terlihat buahnya.
-
Yang pertama: Buah pertobatan.
-
Yang kedua: Sembilan buah Roh Kudus, yang
diawali dengan kasih dan diakhiri penguasaan diri.
Itulah
prosesnya; harus ada tanda darah, harus ada pertobatan bercampur api. Kalau
ikut TUHAN itu enak, kita semua ditolong, baik sikap, karakter, semuanya
ditolong TUHAN Yesus, supaya selamat.
Buah
baptisan yang diharapkan oleh TUHAN dari kita, YANG KETIGA: Buah Persembahan.
Kita
akan memperhatikan Ulangan 16, dengan perikop: “Tiga hari raya utama”.
Ulangan
16:1-4,8-9,12-13
(16:1)
"Ingatlah akan bulan Abib dan rayakanlah Paskah bagi TUHAN,
Allahmu, sebab dalam bulan Abib itulah TUHAN, Allahmu, membawa engkau keluar
dari Mesir pada waktu malam. (16:2) Maka engkau harus menyembelih
kambing domba dan lembu sapi sebagai korban Paskah bagi TUHAN, Allahmu,
di tempat yang akan dipilih TUHAN untuk membuat nama-Nya diam di sana. (16:3)
Janganlah engkau makan sesuatu yang beragi besertanya; tujuh hari
lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi besertanya, yakni roti
penderitaan, sebab dengan buru-buru engkau keluar dari tanah Mesir. Maksudnya
supaya seumur hidupmu engkau teringat akan hari engkau keluar dari tanah Mesir.
(16:4) Janganlah terdapat padamu ragi di seluruh daerahmu, tujuh hari
lamanya; dan dari daging hewan yang kausembelih pada waktu petang pada hari
pertama, janganlah ada yang bermalam sampai pagi. (16:8) Enam hari
lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi dan pada hari yang ketujuh
harus ada perkumpulan raya bagi TUHAN, Allahmu; maka janganlah engkau
melakukan pekerjaan. (16:9) Tujuh minggu harus kauhitung: pada
waktu orang mulai menyabit gandum yang belum dituai, haruslah engkau mulai menghitung
tujuh minggu itu. (16:12) Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu
budak di Mesir, dan haruslah engkau melakukan ketetapan ini dengan setia. (16:13)
Hari raya Pondok Daun haruslah kaurayakan tujuh hari lamanya, apabila
engkau selesai mengumpulkan hasil tempat pengirikanmu dan tempat pemerasanmu.
Ingat:
Ada 7 (tujuh) hari raya, dan di antaranya ada 3 (tiga) hari raya utama.
1.
Hari Raya Paskah.
2.
Hari Raya Pentakosta.
3.
Hari Raya Pondok Daun, hari raya perhentian, hari raya Tabernakel, hari
perhentian kekal (Tabernakel Sorgawi).
Inilah
buah persembahan.
Jadi,
ada tiga buah pembaptisan yang diharapkan TUHAN:
-
Yang pertama adalah buah pertobatan.
-
Yang kedua adalah buah Roh Kudus.
-
Yang ketiga adalah buah persembahan.
Kemudian,
pada buah persembahan, ada tiga hari raya utama yang harus dilakukan
(dipersembahkan), tidak bisa tidak.
-
Yang Pertama adalah Hari Raya Paskah;
mengingat kematian Yesus Kristus, itu harus dipersembahkan kepada TUHAN.
-
Yang Kedua adalah Hari Raya Pentakosta;
kepenuhan Roh Kudus, itu harus dipersembahkan kepada TUHAN.
-
Barulah yang ketiga adalah Hari Perhentian
Kekal, Pondok Daun, juga harus terjadi di dalam diri kita masing-masing.
Inilah
buah labu yang ada di sekeliling dari pada kolam Salomo.
Kita
bersyukur kepada TUHAN: Siang hari ini, oleh karena perkenanan TUHAN, kita
mengadakan Ibadah Baptisan Air, dan kita sudah mendapat pengertian dari TUHAN, semoga
dengan itu kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan-pertemuan
ibadah kita di hadapan TUHAN.
Demikian
juga anakku, Lydia dan Andrew; baptisan ini bukan hanya dijalankan lahiriah,
liturgis, Taurat, tetapi sudah digenapi oleh kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus.
Jarak
dari Musa sampai Yohanes Pembaptis ada 1.500 (seribu lima ratus) tahun. Kalau
angka 1.500 (seribu lima ratus) ini kita kaitkan dengan kolam dari pada Salomo,
maka semuanya 1.500 (seribu lima ratus), di mana di sekelilingnya ada gambar
buah labu, artinya; sesudah dibaptis, harus nampak buah dari baptisan, antara
lain; (1) buah pertobatan, (2) buah Roh Kudus, (3) buah persembahan, antara
lain;
1.
Paskah nyata
dalam diri kita,
2.
Pentakosta (penuh
dengan Roh Kudus) nyata dalam diri kita,
3.
sampai kepada Perhentian kekal, persekutuan yang sudah TUHAN berikan lewat PPT (Pengajaran
Pembangunan Tabernakel) membawa kita sampai kepada hari raya pondok daun.
Dimulai dari diri kita, antar gereja, antar denominasi gereja, antar
bangsa-bangsa, sampai nanti kafir dan Israel bersatu; hari raya Pondok Daun,
dan itu harus.
Maka,
kalau TUHAN berikan kereta PPT (Pengajaran Pembangunan Tabernakel) kepada kita,
itu adalah kemurahan, bukan karena kita adalah gereja yang mewah dan besar;
tetapi TUHAN tahu kepada siapa TUHAN berkasih karunia.
Dan
siang hari ini, kita akan memasuki baptisan air; dan kalian berdua anak-anakku,
Lydia dan Andrew sudah harus siap, ke depan harus nampak buah itu, kiranya itu
sudah dicatat rapi-rapi. Namun bukan hanya dicatat dalam catatan saja, tetapi
catatan Roh Kudus kiranya termeterai dalam hati kita masing-masing, menjadi
praktek dalam kehidupan kita sehari-hari.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment